• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap. Lanskap Jalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap. Lanskap Jalan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap

Menurut Simonds (1983) lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, buatan maupun kombinasi dari keduanya yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta makhluk lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan, demikianlah lanskap dapat didefinisikan.

Lanskap Jalan

Menurut Simonds (1983) jalan merupakan suatu kesatuan yang harus lengkap, aman, efisien, menarik, memiliki sirkulasi dan interaksi yang baik serta mampu memberikan pengalaman yang menarik pengguna jalan, sedangkan yang dimaksud lanskap jalan adalah bentukan permanen yang dapat segera mengubah karakter dari areal lahan. Diterangkan lebih lanjut oleh Direktorat Jendral Bina Marga (1996) bahwa lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap ini mempunyai ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.

Selain itu, jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kelancaran lalu lintas. Jalan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya

(2)

dalam satu hubungan hirarki. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Bab III Bagian Kedua Pasal 8 mengenai pengelompokkan jalan menurut peranannya yaitu :

1. Jalan Arteri merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masih dibatasi secara berdaya guna.

2. Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

3. Jalan Lokal merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi

4. Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan dekat dengan kecepatan rata-rata rendah.

Berdasarkan tata cara perencanaan teknik lanskap jalan No. 033/TBM/1996 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga, jalan memiliki bagian-bagian jalan yaitu sebagai berikut :

1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja) merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan. Damaja terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan. Ambang pengaman terletak di bagaian paling luar dari Damaja dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.

2. Daerah Milik Jalan (Damija) merupakan ruas jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi jalan tertentu dan dikelola oleh pembina jalan. Bagian ini dimanfaatkan untuk Daerah Manfaat Jalan (Damaja), pelebaran jalan maupun menambah jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengaman jalan.

(3)

3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) merupakan ruas sepanjang jalan di luar Daerah Milik Jalan (Damija) yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan dengan tujuan agar tidak mengganggu pemandangan pengemudi dan konstruksi bangunan jalan.

4. Median Jalan merupakan pemisah antara dua jalur yang berlawanan biasanya pada bagian median jalan ini umumnya diletakkan bak-bak tanaman, lampu penerangan jalan dan tiang-tiang reklame.

5. Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) atau di Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Jalur tanaman sering disebut jalur hijau karena didomonasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya bewarna hijau.

6. Bahu Jalan merupakan bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki, tempat kendaraan berhenti untuk sementara akibat keadaan tertentu apabila tidak ada rambu larangan berhenti dan untuk tempat menghindar bagi kendaraan saat berpapasan dengan kendaraan lain yang berlawanan. Bahu jalan tidak diperkenankan untuk parkir kendaraan.

Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berupa jalur untuk menempatkan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Karena dominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya bewarna hijau maka disebut area jalur hijau. Dengan adanya jalur hijau maka dapat mengurangi kemonotonan kekakuan aspal dan beton (Ecbo, 1964). Selain itu, dengan penempatan pohon di sepanjang jalan menurut Carpenter et al (1975) dapat memberikan suatu naungan, memberikan kesan, mengarahkan pada suatu objek, menyediakan aset visual dan menciptakan sense of unity and stability.

Jalur hijau ditujukan untuk memisahkan pejalan kaki dari jalur kendaraan bagi keselamatan pejalan kaki (Lynch, 1981). Selain itu dimanfaatkan pula untuk

(4)

memberikan informasi jalur jalan, memberi ruang bagi utulitas, memberi ruang untuk pemasangan perlangkapan jalan dan vegetasi jalan. Terdapat beberapa persyaratan khusus yang dikeluarkan pada tipe jalur hijau yaitu :

1. Jalur hijau tepi jalan, sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, diantara jalur lintasan kendaraan dan jalur pejalan kaki.

2. Jalur hijau median, jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0,8 meter dengan lebar ideal 4-6 meter.

Daerah tepi jalan merupakan daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi bentuk jalan. Median jalan merupakan jalur yang memisahkan dua jalan yang berlawanan dan dapat digunakan sebagai pendukung keselamatan pengendara, peletakan rambu-rambu lalu lintas ataupun sebagai jalur hijau dengan persyaratan tertentu.

Penanaman Jalur Hijau Jalan

Berdasarkan letak penanamannya jalur hijau dibedakan menjadi empat yaitu jalur tanaman tepi, median jalan, daerah tikungan, dan persimpangan (Direktorat Jendral Bina Marga, 1996). Letak penanaman yang diizinkan menurut Departemen Pekerjaan Umum 1996 adalah sebagai berikut :

1. Tanaman jenis pohon di jalan perkotaan harus memiliki jarak tanam ke tepi perkerasan jalan, trotoar maupun drainase minimal 1 meter agar tidak rusak oleh perakarannya.

2. Penanaman tidak menutupi daerah bebas pandang minimum 10 meter/60o dari bukaan jalan (U-turn).

3. Tanaman tidak menutupi darerah bebas pandang minimum 45o.

Menurut Grey dan Dekene (1978) penanaman tanaman pada jalur hijau jalan tidak hanya sekedar memperindah lingkungan tetapi juga berfungsi untuk memperbaiki kualitas lingkungan, seperti :

(5)

1. Perbaikan iklim mikro

Terdapat beberapa manfaat penggunaan tanaman salah satunya adalah guna memperbaiki iklim mikro. Dalam memperbaiki iklim mikro tanaman mampu mengubah dan memodifikasi suhu udara melalui pengontrolan radiasi matahari melalui proses evapotranspirasinya. Tanaman atau kumpulan tanaman ini juga dapat berperan sebagai penahan angin dan pengatur kelembapan.

2. Peredam kebisingan

Tanaman dapat meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang, dengan penanaman jenis tanaman berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah.

3. Pengontrol polusi udara

Polusi udara dapat berupa debu dan gas. Polutan yang berbentuk partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap polutan gas adalah :

a. Mempunyai pertumbuhan yang cepat b. Tumbuh sepanjang tahun

c. Percabangan dan daun yang padat d. Daun yang berambut

Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)

Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyaman pejalan kaki tersebut (Direktorat Jendral Bina Marga,

(6)

1995). Sepanjang jalur pedestrian tersebut prioritas utama diberikan kepada pejalan kaki dan melarang kendaraan bermotor masuk kedalamnya.

Menurut Simonds (1983) karakteristik pedestrian dapat diumpamakan sebagai aliran sungai dimana dalam pergerakannya akan mencari hambatan yang terkecil. Jalur yang diambil adalah jalur-jalur terpendek dari satu titik ke titik lainnya, sehingga jalur sirkulasinya memotong rintangan di depannya.

Aspek fungsional dan estetik merupakan dua hal yang harus menjadi pertimbangan dalam sirkulasi pedestrian, dimana keduanya harus dapat dipadukan secara bersama-sama untuk mendapatkan sebuah sistem pedestrian yang baik. Aspek fungsional yang menjadi pertimbangan antara lain kenyamanan, keamanan dan kepuasan yang diberikan kepada pejalan kaki. Sedangkan aspek estetika yang menjadi pertimbangan dapat diciptakan melalui penyusunan ruang dan pemandangan sepanjang tapak, sehingga tercapai sebuah jalur pedestrian dengan kualitas visual yang menarik.

Terkait dengan ruang pedestrian, Harris dan Dines (1988) menjelaskan tentang kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian diantaranya adalah :

1. Kriteria dimensional

Kriteria dimensional ruang pedestrian dapat terlihat dari Tabel 1. Tabel 1. Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki

Jarak Lokasi 1,8 m Tempat umum 2,8 – 3,6 m Tempat belanja 4,6 – 5,5 m Berjalan normal >10,6 m Jalan santai 2. Kriteria pergerakan

Faktor kecepatan pergerakan akan menurun bila jumlah pejalan kaki meningkat, ada persimpangan dan naik atau turun tangga.

(7)

3. Kriteria visual

Kriteria atau persyaratan visual (pemandangan) disesuaikan dengan tinggi mata dan sudut pandang pejalan kaki dan nyaman untuk melihat pada pandangan normal setinggi mata (misalnya untuk penempatan rambu-rambu lalu lintas).

Menurut PP Nomor 26 Tahun 1985 tentang jalan, trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Persyaratan ukuran lebar trotoar berdasarkan lokasi dan jumlah pejalan kaki menurut Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi

No Lokasi trotoar Lebar minimum 1 Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima Daerah 4 meter 2 Perkantoran utama 3 meter 3 Daerah industri a. Jalan primer b. Jalan akses 3 meter 4 meter 4 Di wilayah pemukiman a. Jalan primer b. Jalan akses 2,75 meter 2 meter *Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 Tabel 3. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki

No Jumlah pejalan kaki/detik/meter Lebar trotoar

1 6 orang 2,3-5 meter

2 3 orang 1,5-2,3 meter

3 2 orang 0,9-1,5 meter

4 1 orang 0,6-0,9 meter

*Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993

Penambahan lebar trotoar juga dapat dilakukan sesuai dengan fasilitas pelengkap yang akan diakomodasikan dalam sistem pedestrian. Hal ini untuk memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi pejalan kaki, sehingga tidak terganggu apabila ada perbaikan terhadap fasilitas tersebut.

(8)

Sistem Pedestrian

Menurut Harris dan Dines (1988), secara umum sistem sirkulasi dibagi menjadi dua kategori, yaitu suatu sistem yang telah memiliki struktur dasar dan sistem yang tidak ada sistem sirkulasi sebelumnya. Pada sistem yang telah ada, proyek terutama berhubungan dengan peningkatan estetik dari sistem sirkulasi yang telah dilengkapi berbagai amenity, peningkatan kualitas pemandangan, kesan yang ditimbulkan, kenyamanan dan kesenangan. Untuk sistem yang baru pertama kali ada harus direncanakan sesuai dengan usulan titik awal dan titik tujuan jalan, serta memiliki lebar yang cukup untuk diakomodasikan bagi beban lalu lintas pejalan kaki terutama pada puncak penggunaan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan syarat kemiringan lahan (%) untuk struktur dan fasilitas dari sistem pedestrian yang akan di buat (Tabel 4).

Aktivitas pejalan kaki dapat dibedakan antara pejalan kaki yang hanya mempunyai kepentingan mencapai dari satu titik ke titik lain dan pejalan kaki yang mempunyai kepentingan lain atau ingin sekedar berekreasi. Untuk pejalan kaki yang aktivitas pergerakannya hanya dari satu titik asal ke satu titik tujuan ada dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor orientasi dan faktor negosiasi.

Pada faktor orientasi wujud landmark, formalitas dan material perkerasan memberi keuntungan bagi pejalam kaki untuk menemukan dan mengenali lingkungan dalam konteks yang lebih besar terutama dalam lingkungan yang kompleks. Faktor kedua yaitu negosiasi yang berhubungan dengan kenyamanan relatif dalam pergerakan dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini meliputi konflik dari pejalan kaki dan gangguan fisik dari peletakan fasilitas/perlengkapan jalan, genangan air dan sampah serta hembusan angin yang tidak nyaman.

(9)

Tabel 4. Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas Struktur dan Fasilitas Kemiringan (%)

Maksimum Minimum Optimum

1. Permukaan berpaving • Badan Pedestrian • Tempat Parkir 10 3 0 0,05 1 1 2. Jalur Hijau 25 - 2-3 3. Ruang Terbuka • Sitting area Pedestrian pocket Playground 2-3 2-3 2-3 0,05 0,05 0,05 1 1 1 4. Sistem Drainase 15 0 10-12 5. Bangunan Permanen • Kios pedagang • Halte bis • Shelther 20-25 20-25 20-25 0 0 0 2 2 2 6. Telepon umum 10 0,5 2-3 7. Advertising, Informasi 10 0,5 2-3

*Sumber : Landscape Planning Environmental Applications (Marsh, 1991) Jenis Pedestrian

Harris dan Dines (1988) membedakan pedestrian menjadi 3 jenis yaitu : 1. Pedestrianisasi penuh (full pedestrianitation)

Dengan menghilangkan atau melarang semua kendaraan bermotor untuk sepanjang waktu, terkecuali untuk pemeliharaan tapak, full pedestrianitation biasanya menghilangkan badan jalan untuk kendaraan dan menjadikan jalan secara kontinu ditutupi oleh paving dengan tekstur permukaan yang konsisten. Pedestrian ini membutuhkan jalan terdekat sebagai akses terdekat jalur bus/ angkutan umum. Dengan ditiadakannya kendaraan bermotor maka dibutuhkan sekali suatu desain yang sangat baik, untuk mencapai daerah pedestrian ini harus memberi kesan yang jelas bahwa kendaraan akan memberi gangguan terhadap lingkungan pejalan kaki. Contohnya adalah pedestrian street dan pedestrian mall yang biasanya terdapat di daerah komersial dan ditujukan untuk kenyamanan berbelanja.

(10)

2. Pedestrianisasi sebagian (partial pedestrianitation)

Dengan mengurangi jenis kendaraan bermotor, terutama kendaraan pribadi, daerah ini diprioritaskan untuk kepentingan pejalan kaki. Jalur pejalan kaki diperbesar dan jalur kendaraan bermotor diperkecil maksimum dua jalur. Kendaraan pribadi biasanya dilarang masuk terkecuali angkutan umum, taksi dam bus. Laju kendaraan dibatas kecepatan tertentu.

3. Pedestrian distrik

Dibuat dengan menghilangkan lalu lintas kendaraan dari sebagian daerah perkotaan dengan mempertimbangkan alasan adanya unit arsitektural, komersial maupun sejarah. Kota-kota di Eropa sering kali menggunakan jenis ini karena sesuai dengan kondisi daerah pusat kota yang bersejarah.

Persyaratan Pedestrian

Pedestrian merupakan jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan. Adapun persyaratan pedestrian menurut Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No 486 tahun 1998 adalah sebagai berikut :

1. Permukaan

Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, berstruktur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus dengan konstruksi yang permanen.

2. Kemiringan

Kemiringan maksimum 7° dan pada setiap jarak 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.

3. Area istirahat

Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.

(11)

4. Pencahayaan berkisar antara 50 -150 lux tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.

5. Drainase

Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ram.

6. Ukuran

Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searahdan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu, lubang drainase/gorong-gorong danbenda-benda lainnya yang menghalangi.

7. Tepi pengaman/kanstin/low curb

Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

8. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Perencanaan pedestrian juga harus memperhatikan ukuran dan detail penerapan standar agar persyaratan pedestrian dapat berfungsi optimal. Berikut disajikan gambar prinsip perencanaan pedestrian.

*Sumber : http://www.google.co.id

(12)

Bahan Permukaan Pedestrian

Bahan permukaan pedestrian yang biasa digunakan menurut McDowel (1975) dalam Kodariyah (2004) adalah batu bata, cetakan beton dan batu kerikil. Setiap bahan-bahan ini mempunyai karakter yang membuatnya sesuai untuk suatu situasi.

Hampir semua batu dengan bagian atas datar, dapat digunakan untuk perkerasan pedestrian. Batu merupakan bahan alami yang paling disukai, karena salah satu sifatnya yang mempunyai daya tahan lama. Beberapa jenis yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

1. Jenis sediman seperti batu pasir, batu coklat, batu biru dan batu kapur. Jenis tersebut merupakan jenis yang lunak, sehingga mudah dipotong dan dibentuk, tetapi mudah berubah warnanya dan terpengaruh oleh perubahan cuaca karena karakternya yang berpori.

2. Bentuk metamorfik dari batu kapur adalah keramik, yang lebih kasar, kuat, mudah dipahat dan diasah dan sangat sering digunakan karena pola dan keindahannya.

3. Bentuk metamorfik dari batu tulis adalah tipis, keras dan merupakan batu yang kuat serta bervariasi mulai dari warna abu-abu hingga hitam disamping beberapa jenis yang bewarna merah.

4. Bentuk batu karang api adalah granit yang keras dan jelas sangat kuat. Warnanya berkisar mulai dari keputihan sampai abu-abu tua, dengan beberapa jenis memiliki warna agak merah muda. Batu jenis ini dapat dipahat dan dipotong dalam banyak bentuk dan ukuran. Jenis ini tahan terhadap goresan dan cuaca.

5. Batu vulkanik memiliki karakter warna gelap dan terbatas dalam penggunaan dengan ukuran terpecah-pecah. Hal ini menjadikannya tidak praktis untuk dipahat. Batu ini digunakan seperti jenis batuan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Batu ini tidak berbentuk, tajam dan berbahaya untuk kulit.

(13)

6. Batu jenis kecil, jenis batu keras seperti trap rock. Batuan ini mudah dibentuk dan sangat berguna sebagai bahan dasar beton, lapisan dasar perkerasan, alas untuk kandang dan sebagainya.

Bata dapat memberikan kontribusi yang menarik antara barat dan timur. Bata ini bersifat hangat, bernuansa tanah, cenderung bewarna coklat, permukaannya kasar dan bentuknya tidak rata. Bata dengan warna tua yang berbunyi apabila saling berbenturan biasanya lebih kuat, merupakan unit yang terbakar dengan baik dan dapat dipastikan lebih tahan pecah. Bata dapat dikombinasikan dengan batu alami.

Cetakan beton tidak mempunyai penampilan yang alami dari batu, tetapi bisa dikombinasikan dengan bata untuk membentuk pedestrian yang bagus sebagai perkerasan. Batu kerikil memiliki beberapa keuntungan diluar bahan-bahan permukaan untuk pedestrian. Batu kerikil untuk pedestrian relatif murah, sederhana untuk dipasang dan mudah untuk dipelihara. Batu kerikil mengering dengan cepat. Baik pada waktu hujan atau ada siraman air akan menggenang, dengan kata lain batu kerikil mempunyai permukaan yang tidak nyaman dan lambat.

Terdapat tiga kriteria yang mempengaruhi pemilihan perkerasan yaitu : 1. Kegunaan

Hal yang pertama dipikirkan adalah kegunaan dari dibuatnya perkerasan baik untuk jalan kendaraan, pedestrian ataupun patio. Ketiga hal ini dapat diakomodasi sesuai dengan kondisinya, dapat dilihat sebagai tiga hal yang terpisah dari teknik konstruksi dan bahan permukaan yang berbeda. Permukaan dari bahan perkerasan juga berpengaruh pada tujuan penggunaan area, tekstur perkerasan penting untuk pejalan kaki, juga mempunyai dampak pada kecepatan pergerakan. Perkerasan dengan tekstur yang tidak licin, lebih digemari karena dapat menjamin keamanan pejalan kaki, biasanya dipakai di area sekitar displai elemen air atau tempat yang berbahaya. Perkerasan dengan tekstur lebih kasar dipakai di tepian sungai atau pada jalur dengan kemiringan cukup tajam.

(14)

2. Estetika

Pedestrian yang dibuat dengan mengikuti tema yang sangat sederhana atau sebaliknya dapat dibuat dengan sangat rumit dengan tujuan untuk menarik perhatian. Kombinasi yang dirancang dengan sangat cermat terutama yang menyangkut perubahan warna dan tekstur sangat membantu dalam menciptakan kesan kontras, variasi dan skala yang diinginkan. Mengenali keragaman jenis material berikut variasi tekstur dan warnanya sangat perlu mengingat untuk area yang luas, agar tidak terkesan monoton, dapat pula dipilih tema yang berbeda untuk masing-masing bagian tapak.

3. Biaya

Pemilihan material juga tergantung dari biaya yang akan dikeluarkan, jumlah tenaga manusia yang tinggi juga dibutuhkan dalam pemasangan bata, batu dan perkerasan pracetak, mengakibatkan biaya untuk jenis perkerasan ini menjadi tinggi. Penggunaan pola yang sulit dan keterbatasan tenaga kerja terlatih bisa menambah rumit masalah pembiayaan selanjutnya.

Street Furniture (Perabot Jalan)

Menurut Harris dan Dines (1988), perabot jalan merupakan perlengkapan jalan sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam suatu lanskap jalan untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi dan perlindungan bagi pengguna jalan. Sementara itu menurut Simond (1983) menambahkan bahwa pengorganisasian merupakan bagian dari desain sehingga pemilihan dan peletakan perabot jalan diharapkan dapat menerjemahkan suatu fungsi area menjadi volume spasial. Selain itu kegiatan ini harus mempertimbangkan skala manusia dan karakter tapak.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga (1995), street furniture merupakan segala bentuk kelengkapan jalan, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah dengan tujuan pengadaannya

(15)

adalah untuk mencapai fungsi jalan secara optimum. Keberadaan kelengkapan jalan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut :

1. Fungsi keamanan dan kenyamanan. Contoh lampu, halte, saluran drainase, jalan penyebrangan, rambu-rambu lalu lintas, unsur tanaman sebagai peneduh, fire hydrant, gardu polisi dan jalur pejalan kaki.

2. Fungsi pelengkap. Contoh tempat duduk, tempat sampah, telepon, kotak surat, wadah tanaman , informasi dan lain-lain.

3. Fungsi estetik dapat diperoleh dari jenis elemen yang digunakan baik soft material dan hard material ataupun memanfaatkan pemandangan dari luar tapak.

Perencanaan

Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis, pengorganisasian, dan suatu proses informasi yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut dengan menilai suatu objek melalui pengamatan yang berinspirasi. Diungkapkan pula oleh Nurisjah dan Pramukanto (2008), perencanaan adalah pengambilan keputusan yang berorientasi pada kepentingan yang akan datang serta usaha dalam menempatkan penilaian yang tinggi dari rasionalitas dan aplikasi ilmu pengetahuan.

Perancangan merupakan tahap lanjut dari perencanaan. Perancangan merupakan ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan masa dengan mengomposisikan elemen lanskap alami dan elemen lanskap non-alami serta kegiatan yang ada di dalamnya agar tercipta karya tata ruang yang secara fungsi berdaya guna dan secara estetis bernilai indah. Hasil yang dicapai adalah kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk hidup di dalamnya, selaras dengan faktor ruang, waktu, dan geraknya.

Perancangan lanskap menurut Simond (2000) merupakan tahap lebih lanjut dari suatu perencanaan tapak dengan menerapkan prinsip-prinsip desain. Perancangan lanskap lebih berkaitan dengan seleksi komponen-komponen

(16)

perancangan, bahan atau elemen perancangan yang berhubungan dengan visual, tumbuh-tumbuhan dan kombinasinya. Hal ini berfungsi sebagai pemecah masalah yang ada dalam rencana tapak. Dalam perancangan dengan tema yang khusus seperti lanskap jalan hal tersebut perlu diperhatikan, bahkan dalam beberapa elemen tanaman dilakukan penekanan atau penegasan untuk menjadikan jalan tersebut sebagai simbol suatu kawasan di sekitarnya.

Prinsip perancangan terdiri dari : 1). Kesatuan (Unity) sebagai unsur penyatu, 2). Keseimbangan (Harmony) sebagai unsur penyelaras, 3). Simplicity sebagai unsur kesederhanaan, 4). Emphasis adalah menitikberatkan pandangan pada elemen atau pola tertentu, 5). Balance sebagai unsur penyeimbang yang menciptakan kestabilan, 6). Scale dan Proportion yang mengacu pada pembidangan relatif antara ketinggian, panjang, luas, masa, dan volume, 7). Sequence adalah unsur yang berhubungan dengan pergerakan.

Elemen lanskap merupakan unsur pembentuk suatu lanskap. Terdapat sebuah prinsip yang biasa digunakan dalam merencanakan suatu lanskap, yaitu dengan mengeleminasi elemen yang buruk dan menonjolkan elemen-elemen yang baik. Dalam lanskap karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya akan menjadi kesatuan yang harmonis. Elemen lanskap terdiri dari elemen lanskap mayor (major landscape element) dan elemen lanskap minor (minor landscape element). Elemen lanskap mayor yaitu bentuk alam (topografi, pegunungan, lembah, sungai dan lain-lain), ciri-ciri alam (hujan, suhu, musim, kabut dan lain-lain) dan kekuatan alam (angin, proses pertumbuhan, air, energi radiasi, gravitasi dan lain-lain) yang dominan dan relatif sulit diubah oleh manusia. Sedangkan elemen lanskap minor diantaranya bukit, aliran air dan hutan kecil yang cenderung dapat dimodifikasi oleh manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Agar termasuk dalam setara kas suatu pos harus siap atau segera dapat dikonversi menjadi kas ,yang artinya memiliki jangka waktu yang sangat pendek misal tiga bulan atau kurang..

secara cepat dan tepat untuk n'renghindari terjadinya kekosongan jabatan yang dapat mengganggu kinerja fisik dan keuangan tahun anggaran 2015 serua pelayanan

Gambar 10 merupakan hasil dari kombinasi 3 responden dalam penilaian untuk menentukan alternatif terbaik pada sub kriteria Motivasi pada Kriteria Sikap &

Bolniki z znaki zmerne depresije imajo zelo verjetno hude teţave pri opravljanju vsakodnevnih dejavnosti v sluţbi, šoli, gospodinjstvu Kores – Plesničar in Ziherl, 1997;

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai kemampuan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam siswa

Pada dasarnya akuntansi terhadap investasi jangka panjang dalam bentuk saham dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode ekuitas ( Equity Method ) dan metode harga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk, (1) Mengetahui saluran pemasaran pinang di Kecamatan Amarasi Selatan, (2) Mengetahui marjin pemasaran pinang di Kecamatan Amarasi Selatan,

Honeypot adalah suatu sistem yang didesain untuk diserang / disusupi oleh cracker, dan bukan untuk menyediakan suatu suatu layanan produksi. Seharusnya hanya sedikit atau bahkan