• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Profesi public relations (PR) di era informasi digital saat ini bergerak semakin dinamis. Keberadaan praktisi public relations di sebuah perusahaan kini semakin dianggap penting. Perusahaan dapat mengandalkan sumber daya manusia yang dimilikinya untuk menjadi public relations maupun menggunakan jasa konsultan ataupun agency public relations yang saat ini tersebar semakin banyak. Mereka berperan untuk menjaga reputasi perusahaan dan membina hubungan dengan para stakeholders perusahaan.

Public relations membantu perusahaan dalam menghadapi lingkungan yang kompleks dan usaha yang dilakukannya harus mendukung pencapaian misi serta sasaran perusahaan secara keseluruhan. Pekerjaan public relations pada perusahaan besar atau multinasional bertumpu pada seperangkat keahlian yang terkait dengan media relations, employee relations, community relations, consumer relations, financial relations, marketing communications, dan public affairs (Lattimore, Baskin, Heiman, & Toth, 2010, hal. 402-407).

Praktisi public relations yang berada dalam struktur organisasi perusahaan kemudian disebut dengan in-house public relations, melaksanakan kegiatan ke-PR-an nya tidak hke-PR-anya kepada salah satu publiknya saja, namun keduke-PR-anya baik internal dan eksternal dijalankan secara seimbang. Bagaimanapun, keberadaan publik internal khususnya karyawan perusahaan memiliki peran penting dalam terbangunnya reputasi perusahaan karena mereka secara tidak langsung menjadi cerminan bagi image perusahaan. Mereka hendaknya mendapatkan informasi yang terus terupdate mengenai perkembangan perusahaan.

Praktisi in-house public relations pada umumnya dapat menggunakan berbagai macam saluran untuk berkomunikasi dengan publik internal mereka dalam keahliannya dalam membina hubungannya dengan karyawan, mulai dari saluran yang tradisional hingga modern saat ini seperti e-mail, intranet, dan bentuk teknologi komunikasi modern lainnya.

(2)

Penggunaan In-House Public Relations ataupun jasa konsultan PR eksternal menjadi isu penting dalam bidang PR dan menjadi perdebatan. Perusahaan – perusahaan berskala kecil dan menengah pada umumnya memakai konsultan PR eksternal daripada praktisi in-house, karena mereka tidak cukup besar untuk menjalankan departemen PR mereka. Pendirian departemen PR dalam sebuah perusahaan dibutuhkan anggaran yang besar karena selain untuk gaji, dibutuhkan pula anggaran khusus untuk memelihara hubungan dengan media juga klien (Butterick, 2012, hal. 115-117).

Dengan skala perusahaan multinasional, PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia) menunjuk in-house public relations yang berada dalam departemen komunikasi untuk menjalankan aktivitas komunikasi. Kemudian, dalam kesehariannya, pekerjaan yang dilakukan akan berkaitan dan diarahkan langsung oleh departmen komunikasi Louis Vuitton Asia Pacific sehingga dalam praktiknya tidak dibutuhkan jasa konsultan PR ataupun sumber daya tambahan.

Louis Vuitton sebagai brand yang hingga kini sudah bertahan lebih dari 150 tahun di dunia, mulai memasuki Indonesia tahun 1989. Sejak gerai pertamanya dibuka di Jakarta, brand ini dinobatkan sebagai pionir luxury retail di Indonesia seperti yang dikutip dari situs berita online SINDO (okezone.com, 2011).

Sanny Cicilia memparkan dalam tulisannya di situs berita online kontan bahwa Louis Vuitton juga dinobatkan sebagai brand fashion yang paling berkelas di antara rivalnya yang ditempati juga oleh perusahaan fashion asal Perancis, Hermes (Cicilia, kontan.co.id, 2014) .

Hal serupa dikemukakan dalam situs online Interbrand, Louis Vuitton sebagai brand fashion menempati urutan pertama dan sebagai global brands 2013 menempati urutan ke-17, unggul dibandingkan brand fashion lainnya (interbrand.com, 2014)

.

Tahun 1987, dilakukan merger antara Louis Vuitton dengan LVMH Group sebagai group yang menaungi lebih dari 60 prestigious brands yang berbasis timeless brands. Dalam bidang fashion dan leather goods sendiri, beberapa brand yang berada di bawah naungan LVMH group diantaranya: Givenchy, Loewe, Fendi, Celine, Kenzo, Marc Jacobs, Thomas Pink, Donna Karan, Emilio Pucci, Berluti, juga Christian Dior.

(3)

Jika dibandingkan dengan brand seinduk, Fendi, di pasar premium brand ini mengalami penurunan nilai sebesar 17% meskipun tetap berada dalam urutan sepuluh besar. Menurut Kourovskaia, penyebab penurunan Fendi karena kekurangan suntikan modal dari LVMH (Cicilia, kontan.co.id, 2014).

Dengan naungan LVMH Group, kehadiran Louis Vuitton menjadi istimewa dibandingkan dengan brand asal Perancis lainnya seperti Hermes walaupun dengan pilar yang sama yakni timeless and tradition. Lu Xiao selaku Associate Professor of Marketing di Fudan University, China, dalam tulisannya tahun 2012, memparkan bahwa praktik manajemen Louis Vuitton yang dilakukan LVMH Group berakibat pada pertumbuhan yang cepat dibandingkan brand Hermes yang tetap menjadi brand yang dikelola secara konservatif oleh keluarga hingga saat ini. Melalui praktik manajemen tersebut terbukti bahwa Louis Vuitton terus menempati urutan teratas pada kelasnya (Xiao, 2012).

Louis Vuitton Indonesia sebagai satu kesatuan unit, dibagi menjadi dua fokus yaitu aktivitas admin (office) dan juga aktivitas retail. Aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia) kepada publiknya baik eksternal maupun internal akan dikelola oleh departmen komunikasi yang terdiri dari senior communication manager dan PR Executive yang pusat kordinasi pekerjaannya dilakukan di office.

Melalui observasi awal yang dilakukan pada bulan Januari 2014 akhir, ditemukan bahwa komunikasi antara Public Relations dengan publik internal khususnya karyawan office PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia) terkait dengan kegiatan-kegiatan maupun perkembangan perusahaan terlihat sangat jarang dilakukan yang nampak melalui bulletin board yang berada di pantry masih memuat informasi tahun 2013.

Survei DTI/CIPR 2005 yang tercantum dalam buku Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik karangan Ketih Butterick (2012 : 111) turut memaparkan dua fungsi kerja terpenting sebagai in-house public relations sebagai berikut: (1) berurusan dengan persoalan-persoalan yang mempengaruhi reputasi perusahaan, dan (2) komunikasi internal.

Desember 2011 yang lalu, CIPR kembali melakukan survei terhadap profesi Public Relations. Disebutkan dalam survei tersebut bahwa fungsi in-house public relations memiliki fungsi yang paling umum terkait dengan komunikasi internal sebesar 69% (Hawkins, 2011).

(4)

Fungsi in-house public relations dalam fungsi komunikasi internal menjadi fokus dalam penelitian ini atas dasar posisi publik internal yang hendaknya dikelola lebih dahulu dibandingkan publik eksternal, juga atas hasil observasi awal yang dilakukan saat periode kerja praktik dimulai.

Glen M. Broom dan Bey-Ling Sha turut memparkan statement tersebut sebagai berikut.

“Before any relationship maintained with customers, consumers, neighbors, investor, and others outside the organization, management must attend to those who do the work-the employees” (Broom & Sha, 2013, hal. 30).

Alexis Babeau, Managing Director divisi Luxury PPR, dalam situs berita online SINDO (okezone.com, 2012), mengatakan bahwa pertumbuhan kelas menengah Indonesia seiring dengan meningkatnya selera konsumen terhadap mode membuat Indonesia menjadi celah pasar yang menggiurkan bagi pelaku ritel produk mewah. Konsumen Indonesia sudah sadar mode dan mereka merupakan konsumen yang menghargai kualitas dan craftsmanship.

Louis Vuitton yang membuka cabangnya di Indonesia sejak tahun 1989, kemudian Hermes ditahun 2002, hingga yang terakhir departement store terbesar di Paris, Galleries Laffayette dibulan Juni 2013 juga membuka cabangnya di Indonesia, menandakan bahwa industri asal Perancis yang terus berkembang di Indonesia dan menuntut in-house public relations yang bersangkutan untuk dapat melaksanakan fungsi mereka dengan baik utamanya dalam hal pengelolaan komunikasi dengan publik internal mereka.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk laporan penelitian dengan judul “PELAKSANAAN FUNGSI

IN-HOUSE PUBLIC RELATIONS DALAM PROSES MENGEMBANGKAN

KOMUNIKASI INTERNAL PT LUVITASINDO (LOUIS VUITTON INDONESIA)”

1.2 Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini, untuk menghindari kesalahpahaman dalam penginterpretasian maka penelitian ini dibatasi pada fungsi in-house public relations PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia) periode penelitian 28 Januari – 31 Mei

(5)

2014 dan publik internal yang terdiri dari karyawan office PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia).

1.3 Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini yakni, bagaimana pelaksanaan fungsi in-house public relations dalam mengembangkan komunikasi internal (PT Luvitasindo) Louis Vuitton Indonesia?

1.4 Pertanyaan Penelitian

Melalui observasi awal yang dilakukan, ditemukan bahwa komunikasi yang dilakukan antara public relations dengan karyawan office PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia) sebagai publik internal teramati kurang update.

Dengan demikian, maka timbulah beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apa jenis media yang dimanfaatkan Public Relations PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia) untuk memfasilitasi komunikasi internal?

2. Bagaimana kordinasi dilakukan dengan departemen lain sebagai sebuah tim, untuk mengembangkan komunikasi internal PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia)?

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fungsi in-house public relations melalui aktivitas yang dilakukannya dalam mengembangkan komunikasi internal dengan karyawan office PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia). Selain itu, terdapat beberapa tujuan penelitian lainnya yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Mengetahui jenis media yang dimanfaatkan Public Relations PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia) untuk memfasilitasi komunikasi internal.

2. Mengetahui bagaimana kordinasi public relations dengan departemen lain dalam mengembangkan komunikasi internal PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia).

(6)

Manfaat penelitian ini akan dijabarkan berdasarkan manfaatnya secara akademis, praktis, dan masyarakat/umum sebagai berikut:

1.5.2.1 Manfaat akademis

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi khususnya di bidang Public Relations terkait dengan fungsi in-house public relations.

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa Jurusan Marketing Communication Binus University.

1.5.2.2 Manfaat praktis

1. Penelitian ini dibuat sebagai bahan masukan bagi perusahaan khususnya departemen komunikasi atau public relations PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia) dalam menjalankan fungsinya untuk mengembangkan komunikasi internal dengan karyawan.

2. Penelitian ini juga diharapkan mampu meningkatkan kualitas komunikasi internal PT Luvitasindo (Louis Vuitton Indonesia).

1.5.2.3 Manfaat bagi Masyarakat/Umum

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat secara umum mengenai pelaksanaan fungsi in-house public relations dalam mengembangkan komunikasi internal .

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat secara umum untuk menambah wawasan dalam ilmu komunikasi khususnya terkait dengan fungsi in-house public relations dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang fashion retail berskala multinasional.

(7)

Penelitian ini memiliki sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab yang kemudian dapat dijabarkan sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan

Pendahuluan berisi uraian latar belakang penelitian, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat akademis, manfaat praktis, juga manfaat bagi masyarakat, serta sistematika penulisan.

Bab II: Kajian Pustaka

Isi dari kajian pustaka ini adalah penelitian sebelumnya yang akan menggunakan perbandingan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Kemudian landasan konseptual yang berisi pemaparan beberapa teori yang terkait dengan skripsi yang dibuat. Bagian terakhir pada bab ini adalah kerangka pemikiran yang akan menjelaskan alur pemikiran yang digunakan dalam penelitian.

Bab III: Metodologi Penelitian

Pada bab ketiga ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data yang akan digunakan oleh peneliti.

Bab IV: Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dideskripsikan ulasan gambaran obyek penelitian juga pembahasan atas hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti selama periode berlangsung.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab terakhir dalam sistematika penulisan penelitian ini akan memuat rangkuman hasil pembahasan yang akan menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian serta saran yang dapat digunakan kemudian baik bagi peneliti maupun secara praktis.

Referensi

Dokumen terkait

Kerusakan yang terjadi pada bahan perpustakaan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu menurut Martoatmodjo (2009, hlm. 2.3) : a) Faktor Biologi, Kerusakan

Petisi, yang pertama diselenggarakan oleh ilmuwan individu yang mendukung teknologi RG telah menghasilkan lebih dari 1.600 tanda tangan dari ahli ilmu tanaman mendukung pernyataan

Secara parsial, variabel kualitas layanan yang terdiri dari: dimensi variabel bukti fisik (tangibles) dan empati (emphaty) berpengaruh secara signifikan dan

Berbagai dikotomi antara ilmu – ilmu agama Islam dan ilmu – ilmu umum pada kenyataannya tidak mampu diselesaikan dengan pendekatan modernisasi sebagimana dilakukan Abduh dan

Sekolah harus melakukan evaluasi secara berkala dengan menggunakan suatu instrumen khusus yang dapat menilai tingkat kerentanan dan kapasitas murid sekolah untuk

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan