• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR BERAT B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR BERAT B"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI NY. R

DI PUSKESMAS JATIPURO / BPM DEWI AHMAD

DISUSUN OLEH :

1. Astari Afrianty Munggaran

(P27224016155)

2. Atika Setyo Cahyani

(P27224016156)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

(2)

A. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

1. Pengertian

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

2. Klasifikasi

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :

a. Menurut harapan hidupnya

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500 gram.

3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.

b. Menurut masa gestasinya

1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).

2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

3. Faktor Penyebab

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati, 2010).

a.

Faktor ibu

1)

Penyakit

(3)

b)

Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

c)

Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2)

Ibu

a)

Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

b)

Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).

c)

Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3)

Keadaan sosial ekonomi

a)

Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.

b)

Aktivitas fisik yang berlebihan.

c)

Perkawinan yang tidak sah

b.

Faktor janin

Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

c.

Faktor plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.

d.

Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4. Permasalahan pada BBLR

BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi, dkk., 2002).

(4)

Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C - 37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otototot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

b.

Gangguan pernafasan Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.

c.

Imaturitas imunologis Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.

d.

Masalah gastrointestinal dan nutrisi Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.

(5)

Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.

f.

Hipoglikemi

Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.

5.

Penatalaksanaan BBLR

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.

Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :

(6)

Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.

b.

Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal.

Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.

Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :

1)

Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya.

2)

Pemancar pemanas

(7)

Tabel Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat Berat Bayi Suhu inkubator (⁰C) Menurut Umur

36°C 34⁰C 33⁰C 32⁰C setiap perbedaan suhu 7°C antara suhu ruang dan inkubator

c. Perlindungan terhadap infeksi Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit.

Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :

1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu.

2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.

3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.

d. Hidrasi Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air.

(8)

terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.

e. Nutrisi Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang.

Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya. Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan. Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.

(9)

Kapasitas lambung berdasarkan umur

Umur Kapasitas (ml)

Bayi Baru Lahir 10 – 20

1 minggu 30 -90

2 – 3 minggu 75 – 100

1 bulan 90 - 150

3 bulan 150 - 200

1 tahun 210 - 360

f.

Penghematan energi

Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian.

Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak. Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup. PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.

(10)

Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, bidan yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan.

Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.

h.

Dukungan dan Keterlibatan Keluarga

(11)

yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.

6.

Pertumbuhan Fisik BBLR

a.

Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran yang terjadi pada individu yang lebih muda pada semua spesies (Jones, dkk., 2005). Pertumbuhan adalah perubahan besar, jumlah , ukuran atau dimensi sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik (Chamley, dkk., 2005).

b.

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam (dari bayi sendiri) maupun dari luar, antara lain (Jones, dkk., 2005) :

1)

Asupan nutrisi yang tidak adekuat

Pada periode awal setelah kelahiran, metabolisme yang belum stabil dapat menganggu penyerapan nutrisi yang mengakibatkan kegagalan pada tahap awal pertumbuhan. Asupan nutrisi dapat pula terganggu karena beberapa hal, termasuk adanya intoleransi makanan, dugaan NEC (Necrotizing Enterocolitis), atau gastro-oesophageal reflux yang parah.

2)

Ketidak matangan pencernaan dan penyerapan nutrisi

Pada minggu pertama setelah kelahiran, BBLR yang menerima nutrisi enteral menunjukkan pertumbuhan yang kurang oleh karena fungsi pencernaan yang belum matang dan penyerapan lemak yang kurang baik.

3)

Pembatasan cairan Pembatasan cairan

(12)

4)

Peningkatan kebutuhan energi

Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan energi, misalnya kedinginan atau stress fisik karena ketidaknyamanan yang dirasakan oleh bayi. Bayi dengan kondisi jantung tertentu dan beberapa penyakit paru kronis mengalami peningkatan penggunaan energi. Kontak kulit secara langsung antara bayi dengan ibunya melalui PMK dapat mencegah bayi terjadi hipotermi karena terjadi perpindahan panas dari tubuh ibu ke bayinya sehingga suhu bayi selalu stabil. Selain itu, PMK akan membuat bayi menjadi lebih nyaman dan tidak stress serta meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri ibu dalam merawat dan menyusui bayi. Hal ini dapat meminimalkan penggunaan energi oleh bayi

Bohnhorst dan Heyne (2001) meneliti tentang manfaat PMK terhadap pernafasan dan termoregulasi pada bayi BBLR dengan usia gestasi antara 24-31 minggu didapatkan hasil pada pengukuran suhu rektal terdapat peningkatan suhu setelah dilakukan PMK dari 36,2-37,4°C menjadi 36,6-38,6°C.

5) Penggantian sodium yang tidak adekuat

Bayi prematur mempunyai kebutuhan sodium yang tinggi karena fungsi ginjal yang belum matang sehingga memerlukan jumlah sodium yang lebih banyak untuk mempertahankan sodium serum tetap normal.

6)

Kurang lemak susu

(13)

7)

Pemberian steroid pasca lahir

Pemberian steroid atau dexamethasone dapat mempengaruhi pertambahan berat dan panjang badan. Hal ini disebabkan obat meningkatkan katabolisme sehingga pemecahan protein dipercepat. Pada kondisi ini peningkatan asupan protein tidak terlalu bermanfaat karena dapat memicu stress metabolik.

8)

Kurang aktivitas

Kurang aktivitas dalam jangka waktu lama mempengaruhi pertambahan berat badan dan pertumbuhan tulang. Aktivitas ini bukan hanya aktivitas aktif tetapi juga pasif. Peran bidan sangat diperlukan dalam mengupayakan aktivitas pasif pada bayi, misalnya dengan mengubah posisi dan memberi pijatan ringan pada bayi. Pemberian aktivitas pasif pada bayi dapat dilakukan melalui PMK karena selama aktivitas ini ibu dianjurkan untuk memberikan sentuhan fisik secara lembut kepada bayi untuk merangsang psikomotor bayi.

Penelitian yang dilakukan oleh Feldman dan Eidelman (2002) pada 73 bayi preterm yang dilakukan PMK secara termitten dan diikuti perkembangannya selama 6 bulan, memberikan dampak positif pada perkembangan neurophysiological, kognitif, dan perkembangan motorik serta proses parenting. 20

c. Penilaian pertumbuhan Fisik

Indikator pertumbuhan fisik dapat dinilai dari berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lipatan kulit. Akan tetapi pengukuran yang paling mudah dan sering digunakan pada bayi untuk memantau dan menilai pertumbuhannya adalah kenaikan berat badan (Kosim Sholeh, 2005).

(14)

Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi. Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama tiga bulan seharusnya :

1)

150-200 gr seminggu untuk bayi < 1500 gr ( misalnya 20-30 gr/hr)

2)

200-250 gr seminggu untuk bayi 1500-2500 gr ( misalnya 30-35 gr/hari)

d.

Cara mengukur berat badan BBLR

Pengukuran berat badan bertujuan untuk menilai apakah pemberian nutrisi dan cairan sudah adekuat, mengidentifikasi masalah yang masalah yang berhubungan dengan BBLR, memantau pertumbuhan, serta menghitung dosis obat dan jumlah cairan. Pengukuran dilakukan dua kali seminggu (kecuali kalau diperlukan lebih sering) sampai berat badan meningkat pada tiga kali penilaian berturut-turut dan kemudian dinilai seminggu sekali selama bayi masih dirawat di rumah sakit. Kenaikan berat badan minimum 15 gr/kgBB/hari selama tiga hari.

Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketepatan 5-10 gr yang dibuat khusus untuk menimbang bayi. Alat timbangan harus ditera sesuai petunjuk,atau lakukan peneraan sekali seminggu atau setiap kali alat dipindahkan tempatnya jika buku petunjuk tidak ada.

Cara penimbangan adalah : sebelumnya beri alas kain yang bersih di atas papan timbangan, letakkan bayi dalam keadaan telanjang dengan hati-hati di atas alas, tunggu sampai bayi tenang untuk ditimbang, selanjutnya baca skala berat badan sampai 5-10 gr terdekat. Catat berat badan dan hitung kenaikan/penurunan berat badan.

B.

Perawatan Metode Kanguru/Kangaroo Mother care

1. Pengertian

(15)

pencegahan infeksi, dan kontak ibu dengan bayi (KMC India Network, 2004). Depkes RI (2004) mendefinisikan perawatan metode kanguru sebagai suatu cara perawatan untuk bayi BBLR terutama dengan berat lahir < 2000 gram melalui kontak kulit dengan kulit antara ibu dengan bayinya dimulai di tempat perawatanditeruskan di rumah, dikombinasi dengan pemberian ASI yang bertujuan agar bayi tetap hangat.

2.

Manfaat Perawatan Metode Kanguru

Perawatan metode kanguru memberikan manfaat tidak hanya untuk perkembangan kesehatan bayi tetapi juga bagi penyembuhan psikologis ibu sehubungan dengan kelahiran preterm dan memperoleh kembali peran keibuan. Adapun manfaat perawatan metode kanguru sebagai berikut (Depkes RI, 2008; WHO, 2003) :

a.

Manfaat pada bayi

1)

Mempertahankan suhu tubuh, denyut jantung, dan frekuensi pernapasan relatif terdapat dalam batas normal.

2)

Memperkuat sistem imun bayi sehingga menurunkan kejadian infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran pernafasan bawah.

3)

Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga menurunkan stress pada bayi.

4)

Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku

5)

Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat dan memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.

6)

Meningkatkan ikatan ibu dan bayi.

7)

Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif bayi.

8)

Waktu tidur bayi menjadi lebih lama.

9)

Memperpendek masa rawat.

10)

Menurunkan resiko kematian dini pada bayi.

11)

Mencegah kolik pada bayi.

12)

Meningkatkan perkembangan motorik bayi.

(16)

b.

Manfaat bagi ibu

Berdasarkan beberapa penelitian, PMK memberikan manfaat pada ibu antara lain :

1)

Mempermudah pemberian ASI

2)

Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi.

3)

Hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik.

4)

Ibu lebih sayang pada bayinya.

5)

Memberikan pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu.

6)

Meningkatkan produksi ASI

7)

Meningkatkan lama menyusui dan kesuksesan dalam menyusui.

c.

Manfaat bagi petugas kesehatan

Memberikan manfaat dari segi efisiensi tenaga, karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja petugas akan berkurang.

d.

Manfaat bagi institusi kesehatan

Ada tiga manfaat bagi fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan PMK yaitu:

1)

Lama perawatan lebih pendek, sehingga tempat perawatan dapat digunakan bagi pasien lain yang memerlukan

2)

Pengurangan penggunaan fasilitas (listrik, inkubator, alat canggih lain)

3)

Efisiensi anggaran

e.

Manfaat bagi negara

Peningkatan penggunaan ASI jika dilakukan dalam skala makro dapat menghemat devisa negara ( import susu formula )

3.

Kriteria pelaksanaan PMK

(17)

pemantauan kardiopulmonal, oksimetri, pemberian oksigen tambahan atau pemberian ventilasi dengan tekanan positif (CPAP), infus intra vena, dan pemantauan lain, hal tersebut tidak mencegah pelaksanaan PMK melalui pengawasan dari petugas kesehatan.

4.

Persyaratan PMK

Persiapan yang dilakukan tidak hanya meliputi persiapan bayinya saja tetapi juga kesiapan ibu dan keluarga, petugas kesehatan, dan lingkungan yang mendukung (Depkes RI, 2008; WHO, 2003).

1)

Formulasi dari kebijakan

Penerapan PMK dan berbagai petunjuk pelaksanaannya harus difasilitasi oleh pembuat kebijakan kesehatan yang mendukung disemua tingkat pelayanan. Adapun kebijakan nasional diperlukan untuk menjamin integrasi yang efektif dari sistem kesehatan, pendidikan, serta pelatihan yang ada.

2)

Organisasi pelayanan dan tindak lanjut

Setiap fasilitas kesehatan yang menerapkan PMK harus memiliki kebijakan dan petunjuk tertulis yang disesuaikan dengan kondisi dan budaya lokal tetapi tetap mengacu pada petunjuk nasional maupun internasional. Tindak lanjut dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih yang tinggal berdekatan dengan tempat tinggal ibu.

3)

Petugas kesehatan yang terlatih

Petugas kesehatan yang ada seperti dokter dan bidan harus memiliki pelatihan dasar tentang pemberian ASI dan pelaksanaan PMK serta berpengalaman dalam memberikan PMK.

4)

Peralatan dan perlengkapan

a)

Tersedianya peralatan emergency (oksigen, isap lendir, stetoskop, alat resusitasi, termometer, oksimetri)

b)

Timbangan bayi

c)

Kursi yang nyaman untuk PMK

(18)

Kursi untuk PMK

d)

Lingkungan ruangan yang nyaman dilengkapi ruang konseling, wastafel, dan kamar mandi

(19)

5)

Kesiapan ibu dan keluarganya

Kesiapan ibu meliputi komunikasi, edukasi, adaptasi, personal hygiene baik. Jika ibu baru saja merokok, mintalah untuk mandi sebelum PMK dan berhenti merokok selama beberapa waktu sebelum melakukan PMK.

6)

Kesiapan bayi

Kesiapan bayi meliputi kondisi bayi telah stabil dan hemodinamik stabil ( frekuensi jantung, pefusi jaringan, pulse oksimetri, frekuensi nafas, suhu tubuh, aktifitas).

5.

Memulai Perawatan Metode Kanguru

Perawatan metode kanguru pada BBLR dapat dilakukan dalam dua cara :

a.

PMK intermitten PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih dalam perawatan di inkubator dengan durasi minimal 1 jam secara terus menerus dalam 1 hari. Metode ini dilakukan di fasilitas unit perawatan khusus ( level 2) dan intensif ( level 3).

b.

PMK kontinu PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit rawat gabung.

6.

Komponen Perawatan Metode Kanguru

Empat komponen yang terdapat dalam PMK meliputi :

a.

Kangarooo position (posisi)

(20)

kuat kain/baju kanguru agar bayi tidak terjatuh. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu sehingga bayi dapat melakukan pernapasan perut. Napas ibu akan merangsang bayi. Setelah bayi menempel pada ibu, pakaikan ibu baju kimono atau hem besar agar kehangatan bayi tetap terjaga. Berikut adalah cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju kanguru :

1)

Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher sampai punggung bayi.

2)

Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran napas ketika bayi berada pada posisi tegak.

3)

Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi.

b.

Kangaroo nutrition (nutrisi)

Posisi kangaru sangat ideal bagi proses menyusui, melalui PMK proses menyusui menjadi lebih berhasil dan sebagian besar bayi yang dipulangkan memperoleh ASI. Untuk pertama kali Gambar

Memposisikan bayi untuk PMK

(21)

menyusui, ambil bayi tersebut dari baju kanguru lalu bungkus atau diberi pakaian,lalu tunjukan pada ibu cara menyusui yang benar. Kemudian letakan bayi dalam posisi kanguru dan beritahu ibu agar bayi dalam posisi melekat yang benar. Biarkan bayi menghisap selama ia mau.

Meskipun bayi belum dapat menghisap dengan baik dan lama, anjurkan menyusui terlebih dahulu, kemudian gunakan metode minum yang lain. Bayi pada kehamilan kurang dari 30 sampai 32 minggu biasanya perlu diberi minum melalui pipa lambung. Pemberian minum melalui pipa dapat dilakukan saat bayi berada dalam posisi kanguru.

Pada bayi dengan masa kehamilan 32 sampai 34 minggu dapat diberi minum melalui gelas kecil. Pemberian minum dapat diberikan 1 atau 2 kali sehari saat bayi masih diberi minum melalui pipa lambung. Jika bayi dapat minum melalui gelas dengan baik maka pemberian minum melalui pipa dapat dikurangi. Pada saat minum melalui gelas, maka bayi dikeluarkan dari posisi kanguru. Pada bayi dengan usia kehamilan 32 minggu atau lebih biasanya sudah dapat mulai menyusu pada ibu.

Bayi sudah bisa menelan tetapi belum dapat nenghisap secara kuat. Pada bayi dengan usia kehamilan 34 sampai 36 minggu atau lebih dapat memenuhi semua kebutuhannya langsung dari ASI. Reflek hisap yang efektif baru timbul pada bayi degan usia kehamilan 34 minggu.

c.

Kangaroo support (dukungan)

Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota keluarga, ibu, dan masyarakat.

1) Dukungan emosional Ibu memerlukan dukungan dari keluarga untuk melakukan PMK.

2)

Dukungan fisik Istirahat dan tidur yang cukup sangat penting bagi ibu agar dapat melakukan PMK.

(22)

menentukan keberhasilan ibu dalam melakukan PMK baik di rumah sakit ataupun di rumah. Melaksanakan PMK sebaiknya keputusan sendiri dari ibu setelah memahami PMK dan bukan dianggap suatu kewajiban.

d.

Kangaroo discharge (pemulangan)

Bayi diperbolehkan pulang dengan tetap dilakukan PMK dirumahnya. Lingkungan keluarga sangat penting untuk kesuksesan PMK. Bayi dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi kriteria :

1)

Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik, tidak ada apneu atau infeksi.

2)

Bayi dapat minum dengan baik ( menyusui atau menggunakan gelas).

3)

Berat bayi telah kembali ke berat awal dan selalu bertambah (kurang lebih 15 gram/kg/hr) selama 3 hari berturut-turut.

4)

Ibu mampu merawat bayi dapat datang secara teratur untuk melakukan follow-up.

7.

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan PMK Ada 10 langkah menuju keberhasilan perawatan metode kanguru yaitu (Haksari, 2010) :

a.

Mempunyai kebijakan tertulis tentang kangaroo mother care / PMK yang dikomunikasikan secara rutin pada staf yang merawat bayi baru lahir.

b.

Melatih seluruh staf terkait bayi baru lahir tentang ketrampilan yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan yang sesuai.

c.

Menginformasikan keuntungan dan tata laksana PMK pada seluruh ibu hamil

d.

Membantu ibu dengan bayi cukup bulan sehat untuk memulai PMK. Membantu ibu dengan sesar dan kurang bulan, bayi sakit untuk PMK sesegera mungkin dan memonitor bayi untuk memastikan toleransi tanpa gangguan fisiologis dan perilaku

(23)

tengah, tidak fleksi atau hiperekstended, bayi dalam keadaan aman dan tidak akan jatuh atau keluar dari posisi PMK).

f.

Lakukan 24/7 kangaroo care, menganjurkan ibu dan bayinya untuk melakukan kontak kulit dengan kulit selama 24 jam perhari, 7 hari seminggu sampai pemulangan.

g.

Berikan bayi baru lahir dan bayi sedikitnya 1 jam PMK setiap pemberian, jika PMK 24/7 tidak dapat dilakukan.

h.

Mendorong dilakukannya PMK untuk kebutuhan bayi akan kehangatan dan kenyamanan.

i.

Berikan isolasi panas yang adekuat (tutup kepala, selimut hangat, atau kain penutup penghangat yang dibutuhkan)

j.

Bantu berkembangnya dukungan PMK bagi ibu melalui poster, buku yang berisi tentang artikel PMK, dokumen pasien yang dilakukan PMK, dan kelompok pendukung yang dapat membantu tetap dilakukannya PMK setelah pemulangan.

8.

Penerapan PMK

PMK terutama digunakan pada perawatan BBLR/ prematur di beberapa rumah sakit dengan katagori sebagai berikut :

a.

Rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas untuk merawat bayi BBLR. Pada keadaan ini PMK merukan satu-satunya pilihan perawatan karena jumlah inkubator dan bidan tidak memadai

b.

Rumah sakit yang memiliki tenaga dan fasilitas tetapi terbatas dan tidak mampu merawat semua bayi BBLR. PMK menjadi pilihan jika dibandingkan dengan perawatan konvensional dengan menggunakan inkubator.

c.

Rumah sakit yang memiliki tenaga dan fasilitas yang memadai disini PMK bermanfaat untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, mengurangi resiko infeksi, meningkatkan ASI, dan mempersingkat lama perawatan di rumah sakit.

C.

perinatologi

1. Pengertian

(24)

penderita, memerlukan perhatian khusus pada kehamilan umur 20 minggu sampai 28 hari setelah persalinan (Manuaba, 2003).

Perinatologi bersumber dari angka mortalitas dan morbiditas perinatal yang masih tinggi. Di negara maju disebabkan oleh adanya kelainan kongenital sedangkan di negara berkembang disebabkan oleh kelahiran bayi dengan berat rendah, asfiksia, dan infeksi.

2.

Tujuan

Mengupayakan penurunan angka kematian neonatus dengan jalan meningkatkan antenatal care dalam arti luas dan memberikan pertolongan persalinan menuju well born baby dan well health mother. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada minggu pertama maka digalakkan program rooming-in karena mempunyai keuntungan yang sangat besar, yaitu :

a. Meningkatkan kemampuan perawatan bayi mandiri

b.

Dapat memberikan ASI setiap saatc.

c.

Dapat meningkatkan kasih sayang pada bayi

d.

Mengurangi terjadinya infeksi, terutama diare

e.

Mengurangi kehilangan panas badan bayi sehingga meningkatkan daya tahan tubuh

f.

Pemberian ASI eksklusif bertindak sebagai metode KB (keluarga berencana) dalam waktu 4-6 bulan pertama

g.

Menurunkan morbiditas dan mortalitas neonatus

3.

Konsep Perinatologi

Perinatologi diupayakan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan perinatal melalui :

a.

Meningkatkan kesejahteraan dan pendidikan masyarakat khususnya melalui ANC (Ante Natal Care).

b.

Meningkatkan fasilitas yang dapat memberikan pertolongan medis modern, yaitu :

1)

Melakukan intensive antenatal care

2)

Menempatkan bidan di tengah masyarakat

(25)

4)

Puskesmas dapat melakukan PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar) dan rumah sakit kabupaten dapat melakukan PONEK (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi komprehensif)

5)

Meningkatkan sistem rujukan

6)

Menggalakkan penerimaan KB (keluarga berencana)

c.

Secara nyata diupayakan agar dapat melakukan :

1)

Menurunkan persalinan dengan berat bayi lahir rendah

2)

Mempercepat pelaksanaan sistem rujukan

d.

Mengikuti tumbuh kembang janin dalam rahim menuju well born baby dan well health mother menggunakan alat tepat guna dan berhasil guna.

e.

Mengikutsertakan peran masyarakat melalui posyandu, PKK atau LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat) dengan berperan aktif dalam berbagai kegiatan perinatologi.

D.

Ruang Perinatologi

1.

Pengertian

Ruang perinatologi merupakan salah satu divisi Departemen Ilmu Kesehatan Anak yang memberikan pelayanan kesehatan bagi semua bayi baru lahir (usia 0-30 hari) terutama dengan resiko tinggi.

2.

Sumber daya Ruang Perinatologi

Dokter spesialis anak sub neonatologi, bidan yang telah dibekali ketrampilan meliputi : resusitasi neonatus, perawatan metode kanguru, PONED/PONEK, dan manajemen laktasi, tenaga penunjang medis serta petugas administrasi untuk pencatatan dan pelaporan.

3.

Kasus yang ditangani di Ruang Perinatologi

Bayi baru lahir dengan resiko tinggi, meliputi bayi lahir dengan asfiksia, bayi prematur dan berat lahir rendah, hiperbilirubin, bayi infeksi, bayi dengan kelainan kongenital termasuk yang memerlukan tindakan pembedahan.

4.

Fasilitas dan pelayanan yang ada di Ruang Perinatologi

(26)
(27)

E.

Kerangka Teori Faktor Predisposisi BBLR

• Faktor ibu : penyakit, ibu, keadaan sosial ekonomi

• Faktor janin • Faktor plasenta • Faktor linngkungan

Bayi lahir dengan BBLR

Evaluasi tiap 4 jam

• Minum • Suhu • Nafas • gerakan

˂2500 gr 2000 gr – 2499

gr

TINDAKAN

• Rawat di Puskesmas • Sedapat mungkin

dengan inkubator • Bila terpaksa,

dengan pemanas radian betermo meter

• Beri ASI lebih sering

Rujuk ke RS

Teruskan

(28)

BAB II

TINJAUAN KASUS

Tempat : Pukesmas Jatipuro / BPM Dewi Ahmad Bidan : Dewi Ahmad, S.Tr.Keb

Diagnosa : BBLR dengan hipotermi

2.1. PENGKAJIAN

Tanggal/Jam : 20 Juli 2018 / 07.00 Wib A. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Nama : By. Ny. R

Tanggal/Jam lahir : 19 Juli 2018 /22.00 Wib.

Alamat : Ngalian, Rt 27/ 10 Jatisobo, Jatipuro 2. Riwayat persalinan sekarang

a. Lama persalinan : kala I : 8 Jam, II : 1 Jam, III : 30 b. Jenis persalinan : spontan

c. Warna air ketuban : putih Keruh d. Anak lahir jam : 22.00 Wib

e. Coput : Tidak terdapat Caput f. Chepal hematom : Tidak ada

g. Apgar score : 1 menit : 7, 5 menit : 8, 10 menit : 9 3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

No. Hami

(29)

4. Pola kebiasaan sehari-hari

- BAK pertama : Belum

- Warna :

-- BAB pertama : Belum

- Warna :

-- Konsistensi : -B. DATA OBYEKTIF

1. KU : Baik

2. Kesadaran : compos mentis 3. Tanda-tanda vital :

 N : 152 x / menit

 Suhu : 36,5 °C

 R : 52 x/ menit 4. Berat badan lahir : 1700 Gr 5. Panjang badan : 39 Cm

6. LK : 27 Cm

7. LD : 27 Cm

8. Tonus otot : Baik 9. Warna kuku : Kebiruan 10. Warna kulit : Kemerahan 11. Tangis bayi : Kuat

12. Pemeriksaan kepala :

- Keadaan ubun-ubun : Normal - Sutura : Normal - Kelainan : Tidak ada 13. pemeriksaan telinga

- Kelainan : Tidak ada

(30)

- Tanda infeksi : tidak ada

- Conjungtiva : Merah muda, tidak ikterik - Schlera : Putih

- Secret : tidak ada - Kelainan : tidak ada 15. Pemeriksaan hidung dan mulut

- Kelainan bawaan : Tidak ada 16. Pemeriksaan leher

- Pembengkakan : tidak ada - Benjolan : tidak ada 17. Dada

- Inspeksi : tidak retraksi dinding dada, tidak nafas cepat - Bentuk : mendatar, simetris

- Bunyi nafas : normal, 52 x/ menit - Bunyi jantung : normal 152x/menit 18. Bahu, lengan dan tangan

- Gerakan : Gerakan aktif - Kelainan bawaan : Tidak ada

19. System syaraf

- Reflek moro : ada, lemah - Reflek rooting : Lemah - Reflek sucking : -- Reflek grasping : Lemah - Reflek walking : -- Reflek tonic neec : Lemah - Reflek Babinski : Lemah 20. Abdomen

- Bentuk : simetris - Perdarahan tali pusat: tidak ada - Kelainan bawaan : tidak ada - Meteorismus : tidak ada 21. Kelamin

- Perempuan

(31)

- Kelainan bawaan : tidak ada - Tanda lahir : tidak ada - Lanugo : ada, banyak 24. Pemeriksaan penunjang

- Laboratorium : Tidak dilakukan - Gol darah : Tidak dilakukan - HB : Tidak dilakukan

- Fibrinogen : Tidak dilakukan - Leukosit : Tidak dilakukan - Dll : Tidak dilakukan

2.2. INTERPRETASI DATA

Tanggal/Jam :19 Juli 2018 / 22.02 Wib

A. Diagnosa : By. Ny. R dengan berat badan lahir sangat rendah , neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

B. Masalah : Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah C. Kebutuhan :

- Jaga kehangatan bayi

- Jaga agar tidak terjadi hipoglikemi

2.3. DIAGNOSA POTENSIAL

1. Potensi terjadi asfiksia. 2. Potensi tejadi hipoglikemi 3. Potensial terjadi hipotermi.

2.4. TINDAKAN SEGERA 19 Juli 2018, 22.05 WIB

1. Beri vit K 2. Beri salep mata 3. Beri oksigen

(32)

5. Observasi gerakan, pernafasan, nadi, dan suhu bayi

2.5. PERENCANAAN 19 Juli 2018, 22.10 WIB

1. Monitor KU dan VS.

2. Hangatkan bayi dengan cara dibedong kemudian diletakan bayi dibawah lampu ±34 °C

3. Bebaskan jalan nafas.

4. Rujuk bayi ke RSUD.Karanganyar

2.6. PELAKSANAAN 19 Juli 2018, 22.11 WIB

1. Memonitor KU dan VS. KU : Baik

Nadi : 152 kali / menit Respirasi 52 kali / menit Suhu 36,5 °C

2. Membedong bayi, kemudian meletakan bayi pada lampu hangat 3. Membebaskan jalan nafas.

4. Merujuk bayi ke RSUD.Karanganyar

2.7. EVALUASI

Tanggal/Jam : 19 Juli 2018/ 22.15 WIB 1. Bayi masih lemah.

2. Vital sign ; - S ; 35,2 °C - R : 52x/ Menit - HR : 150 x/Menit

3. BAK Pertama :Belum BAK.

- Warna :

-- BAB : Belum BAB.

- Warna :

-- Konsistensi :

(33)

5. Menagis kuat

(34)
(35)
(36)

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Tabel Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat

Referensi

Dokumen terkait

1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit. 3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik. 4) Bayi masih dapat bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan... Asfiksia

Tujuan menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada bayi sampai anak pra sekolah.

Ibu sudah mencoba menggunakan metode menyusui bayi kembar, namun ibu merasa kesulitan dan tidak nyaman karena kedua bayi bergerak aktif. Keadaan rumah permanen, berdekatan dengan

Telah dilakukan rencana asuhan kebidanan bayi Ny “N” dengan asfiksia sedang di RSUD Labuang Baji Makassar pada tanggal 10 agustus-6 september 2021 dengan hasil

- Cara memberikan ASI yang benar, yaitu dengan cara meletakan bayi di tangan ibu posisi kepala di sikut ibu, posisi perut bayi menempel dengan perut ibu dan sesering mungkin - Cara

- Ibu mengatakan bayi berjenis kelamin perempuan, menangis kuat saat lahir dan tidak ada kelainan - Bayi dalam keadaan sehat dan mulai menyusu... Penkes tentang

RSUD Palembang BARI dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya ditunjang dengan SDM yang tenaga baik PNS maupun honor dengan kontrak kerja. Asuhan bayi baru lahir adalah

Glosarium Radiasi : Peristiwa dimana energi disebarluaskan atau dilepaskan Deformitas : Suatu kondisi kelainan bentuk secara anatomi dimana stuktur tulang berubah dari bentuk yang