• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskah Drama Panji Seirang Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Naskah Drama Panji Seirang Indonesia"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Naskah Drama Panji Seirang

Sudah cukup lama raden Panji Inu Kertapati tidak ke kerajaan daha untuk menemui tunangannya, dewi galuh candra kirana. Panji Inu Kertapati adalah putra mahkota kerajaan Kahuripan.

Suatu pagi, dia menghadap ayahanda Prabu Danujaya, Raja Kahuripan untuk berpamitan dan untuk menemui candra Kirana di Kerajaan Daha.

Panji Inu Kertapati : “ Selamat pagi ayahanda.” Prabu Danu Jaya : “ Pagi anakku.”

Panji Inu Kertapati : “ Ayah, bolehkah aku pergi ke Kerajaan Daha untuk menemui Candra Kirana?”

Prabu Danujaya : ” Tentu saja boleh anakku. Tapi, kamu harus membawa pasukan untuk menjaga keselamatanmu karena ada gerombolan yang di pimpin Panji Semirang dan yang lain di pimpin Japa Wisa dan Mantra Wisa. Apa kamu belum mendengar kabar itu ?”

Panji Inu Kertapati : ” Sudah, Ayahanda. Baiklah, hamba akan membawa Danaswala dan prajurit.”

Prabu Danujaya : ” Hati-hati dalam perjalanan nanti, Karena situasi di luar sedang kacau.”

Pagi itu, Panji Inukertapati bersama Dana Swala dan ratusan prajurit siap berangkat ke kerajaan Daha. Panji Inukertapati dan pasukannya melewati perbatasan Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Daha. Tiba-tiba , mereka dihadang oleh prajurit berpakaian merah muda. Panji Inukertapati menghentikan langkahnya. Ia mengangkat tangan kiri agar anak buahnya turut berhenti. Dan mereka bersama-sama memberikan penghormatan.

Panji Semirang : ” Terima kasih telah masuk ke kerajaan kami dan menyempatkan diri untuk berhenti.Mari kita jalin persahabatan sejati.Untuk kebaikan bersama di kemudian hari.”

Panji Inu Kertapati : ” Siapa kalian? ada maksud apa mencegat perjalanan kami?”

Panji Semirang : ” Wahai Panji Inu Kertapati, sudilah kiranya Panji Inukertapati berbincang sebentar. Kenalkan, aku Panji Semirang yang menguasai wilayah Asmara Dahana.”

Panji Inukertapati dan seluruh pasukan dari Kerajaan Kahuripan di persilahkan memasuki sebuah gapura yang terbuat dari kayu.

Panji Semirang : ” Dengan cara begini, aku ingin membuktikan pada kalian semua bahwa aku dan anak buahku bukan lah gerombolan perampok.” Panji Inu Kertapati : ” Kami mempercayainya. Kalian ternyata orang-orang yang baik. Terima kasih atas jamuannya. Ngomong-ngomong apa nama kerajaan ini?”

(2)

Panji Semirang : ” Asmara Dahana artinya Asmara yang berapi-api. Orang yang asmaranya terlalu berapi-api bisa di bakar rasa isi dan dengki.”

Panji Inu Kertapati : ” Apa maksud dengan kata api asmara, rasa iri dengki,dan asmara berapi-api itu?”

Panji Semirang : “ Sebelum ku lanjutkan, apakah Raden ingat tentang perasaan Ajeng Asih kepada Raden?”

Panji Inu Kertapati : “ O itu? Menurutku itu wajar. Dia kan saudara iparku, jadi wajar jika dia cinta padakau hanya sebagai saudara.”

Panji Semirang : “ Sebenarnya wajar, tetapi Raden harus ingat. Api asmara membuatnya tega. Api asmara membuat seseorang menjadi jahat luar biasa.”

Panji Inu Kertapati : “ Aku pernah mendengar syair semacam itu, tapi siapa yang mengucapkannya ya?”

Panji Semirang : “ Wajar kalau Raden lupa. Banyak orang yang mengucapkan kata-kata itu.”

Panji Inu Kertapati : “ Ya kamu benar

Panji Inu Kertapati : “ Kamu kenal Candra Kirana juga?”

Panji Semirang : “ Aku sangat tahu Candra Kirana. Dia itu cantik jelita. Bukan begitu Raden?”

Panji Inu Kertapati : “ Apakah kisanak pernah bertemu dengannya?”

Panji Semirang : “ Pernah, dulu sering bertemu. Tetapi sekarang tidak lagi. Dengan

Ajeng Asih pun aku sering bertemu”

Panji Inu Kertapati : “ Bagaimana pendapatmu dengan Ajeng Asih?” Panji semirang : “ Ajeng Asih itu jahat!”

Panji Inu Kertapati : “ Jangan memftnah Panji semirang. Sepengetahuan ku Ajeng Asih itu baik”

Panji Semirang : “ Baik pada siapa? pada Raden? tentu saja ia kan suka pada Raden”

(3)

Menjelang malam, Panji Inu Kertapati dan rombongan dari Kerajaan Kahuripan tiba di halaman pendopo Kerajaan Daha. Dia terperanjat sekali ketika melihat adanya penyambutan yang sangat luar biasa. Di atas meja, sudah ditata aneka makanan, buah-buahan, minuman, dan kue-kue yang lezat.

Panji Inu Kertapati : “Ada apa ini, Danaswala?”

Danaswala : “Hamba juga heran. Hamba heran sejak dalam perjalanan tadi. Apakah

Ini keberuntungan atau kesialan?

Panji Inu Kertapati : “Semoga bukan kesialan, tetapi frasatku mengatakan buruk”

Raja Kertamarta, Diah Prameswari, Dewi Likuwati, dan Dewi Galuh Ajeng Asih memasuki ruang. Semua yang hadir memberikan penghormatan kepada Paduka Raja Kertamerta. Dewi Galuh Candra Kirana tidak kelihatan dalam acara penyambutan itu.

Panji Inu Kertapati : “ Maaf Paduka Raja. Candra Kirana tidak hadir sejak tadi. Dimana dia ` sekarang?”

Raja Kertamarta : “ Candra Kirana….. dia ……, sekarang belum bisa menemuimu”

Dewi Likuati : “ Sebaiknya Paduka Raja berkata terus terang saja! Sebaiknya Paduka mengatakan tentang Candra Kirana yang sejujurnya. Tanpa ada yang ditutup-tutupi.”

Ajeng Asih : “ Panji Inu Kertapati…., aku ingin mengatakan tentang Candra Kirana yang sebenarnya. Sejak beberapa bulan lalu Candra Kirana meniggalkan Kerajaan Daha tanpa pamit”

Panji Inu Kertapati : “ Kenapa dia pergi? Candra Kirana itu tunanganku. Kalau pergi mestinya dia pamit, sehingga aku dapat mencarinya”

Ajeng Asih : “ Candra Kirana pergi tanpa pamit. Dia juga tidak mengatakan mengapa alasannya mengapa ia pergi. Hal itu menunjukkan bahwa ia bukan calon istri yang baik”

Panji Inu Kertapati : “ Jangan mengatakan itu Ajeng Asih. Ia pasti mempunyai alasan mengapa ia pergi tanpa pamit”

Ajeng Asih : “ Kalau ada alasannya mengapa tidak dikatakan? Dan diapun pergi pada malam hari”

Raja Kertamarta : “ Percaya atau tidak, suka atau tidak, begitulah kenyataannya.

Panji Inu Kertapati : “ Jadi paduka sudah menyebarkan undangan pernikahan itu?”

Raja Kertamerta : “ Belum, tapi kabar kamu akan menikah sudah tersebar. Kalau Candra Kirana tidak kembali pada waktunya aku bisa malu”

(4)

Dewi Likuati : “ Raden, Raden kelihatannya sudah lelah sebaiknya raden istirahat. Jangan fkirkan tentang Candra Kirana, pasti ada pengganti yang lebih baik”

Dewi Likuati dan Ajeng Asih segera meninggalkan ruang penyambutan. Mereka menuju kamar masing-masing, sedangkan Panji Inu Kertaparti masih ada di ruangan bersama danaswala.

Panji Inu Kertapati : “ Danaswala, sepertinya ada yang aneh”

Danaswala : “ Apanya yang aneh Raden? Apa yang Raden maksud adalah perginya Dewi Galuh Candra Kirana?”

Panji Inu Kertaparti : “ betul”

Panji Inu Kertapati : “ Coba kamu pikir, seorang Candra Kirana pergi begitu saja tanpa pamit. Ini semua pasti ada apa-apanya. Kita harus mencari penyebab Candra Kirana pergi meninggalkan kerajaan”

Danaswala : “ Raden apapun yang terjadi itu adalah kehendak yang maha kuasa. Hamba yakin kalau memang ia jodoh Raden maka ia akan kembali kepada raden suatu saat.”

Malam harinya, Raja Kertamarta dan Dewi Likuwati menemui Panji Inu Kertapati di ruang khusus untuk pertemuan keluarga kerajaan.

Raja Kertamarta : ”Nakmas Panji Inu Kertapati , aku sebagai orang tua Candra Kirana merasa sedih sekali atas perginya Candra Kirana dari istana ini tanpa pamit .”

Panji Inu Kertapati : ”Lalu, apa yang mesti hamba lakukan agar Raja Kertamarta tidak merasa malu karena Candra Kirana tidak pulang kemari ?” Dewi Likuwati : ”Raden Panji Inu Kertapati, apa yang akan kukatakan ini tujuan nya hanya satu, demi kebaikan Raden sendiri, kami ingin Raden menikah dengan Ajeng Asih untuk menutupi rasa malu keluarga.”

Panji Inu Kertapati : ”Kalau itu keinginan Gusti Ayu, hamba siap melaksanakannya.”

Dewi Likuwatiu kelihatan senang bukan kepalang. Pembicaraan mereka pun selesai. Dewi Likuati menghampiri Ajeng Asih dikamarnya.

Dewi Likuati : “ Anakku, Ibu punya berita yang amat menggembirakan. Raden Panji Inu Kertapati mau menikahi mu!”

Ajeng Asih : ”Benarkah Raden Panji Inu Kertapati mau menikahkan aku , bu ? Ini rasanya seperti mimpi

(5)

sangat kaget mendengarnya. Dan ia pun bergegas menemui Raden Panji Inu Candra Kirana. Namun kamu tahu sendiri, dia pergi tanpa pamit. Aku juga ingin menutup rasa malu keluarga dari Kerajaan Daha.”

Danaswala : ”Maaf, Raden. Yang menginginkan Raden menikah dengan Ajeng Asih itu Paduka Raja Kertamerta ataukah Dewi Likuwati?” Raden Panji Inu Kertapati : ”Yang menginginkan aku segera menikah dengan Ajeng Asih adalah Paduka Raja Kertamerta.”

Danaswala : ”Jadi Raden masih ragu-ragu tentang siapa yang paling ingin menikahkan Raden dengan Ajeng Asih?”

Raden Panji Inu Kertapati : ”Aku tidak ragu-ragu. Aku yakin bahwa jodohku bukan Candra Kirana, tetapi Ajeng Asih.”

Danaswala : ”Hamba menduga bahwa yang paling ingin Ajeng Asih menikah dengan Raden adalah ibunya, Dewi Likuwati untuk menjadi permaisuri di Kahuripan .”

Panji Inu Kertapati :”Danaswala, untuk sementara ini kita hentikan dulu perdebatan ini. Seminggu lagi akan diadakan pesta pernikahanku.”

Suatu malam, dua hari menjelang pesta pernikahan, Ajeng Asih berada di dalam kamarnya sendiri untuk mempercantik wajahnya.

Dewi Likuwati :”Wah si bidadari cantikku sedang berdandan rupanya. Kenapa tidak kamu temani Panji Inu Kertapati yang duduk sendirian di taman kerajaan?” masih kuat, perasaan menyesal itu akan datang, tapi tidak akan menggoyahkan keinginannya untuk menikah denganmu. Pokoknya, kelak kamu bisa menjadi permaisuri di Kerajaan Kahuripan. Jangan seperti ibumu ini, menjadi selir. Lebih bangga menjadi permaisuri.”

Ajeng Asih :”Kira-kira Candra Kirana masih hidup Bu?”

Dewi Likuwati :”Kemungkinan dia masih hidup, tapi kemungkinan lain, dia sudah mati.

(6)

Ajeng Asih dan Dewi Likuwati segera keluar dari kamar. Mereka melihat sinar yang menyala di halaman. Mereka mendekat bersamaan dengan para prajurit dan dayang istana.

Ajeng Asih, Dewi Likuwati, Raja Kertamerta, dan semua yang melihat kejadian di halaman istana itu tertegun seperti patung. Panggung yang berhias di bakar sekelompok orang yang langsung melarikan diri. Para prajurit jaga seperti tersihir dan tak bisa bergerak cepat untuk mengejar mereka. Justru Panji Inu Kertapati, Danaswala, dan prajurit dari Kerajaan Kahuripan yang kini mengejar mereka.

Ajeng Asih akhirnya mau menyadari kelemahannya. Dia kembali ke dalam istana dalam keadaan berduka karena Panji Inu Kertapati meninggalkan istana.

Danaswala : “Raden, kita sekarang ke mana?” Panji Inu Kertapati : “Mengejar Panji Semarang!”

Danaswala berupaya menyusul Panji Inu Kertapati sedangkan para prajurit tertinggal jauh di belakang.

Danaswala : “ Ke mana kita mengejar mereka? Apa Raden yakin kalau yang

membakar panggung dan hiasan-hiasan tadi Panji Semirang dan anak buahnya?”

Panji Inu Kertapati : “ Ya aku yakin. Mereka yang melakukannya. Aku tadi sekilas melihat sekelabat tubuh Panji Semirang. Makannya aku mengejar kemari.”

Malam makin gelap. Panji Inu Kertapati menghentikan kudanya. Ia turun dan mengajak Darmaswala duduk-duduk di atas batu. Beberapa saat kemudian, anak buah panji Inu Kertapati berdatangan. Meeka diperintahkan Panji Inu Kertapati untuk berteduh di berbagai tempat sekitarnya. Ada yang duduk di emperan penduduk yang kosong. Ada yang duduk-duduk di bawah pohon.

Danaswala : “ Kalau benar yang membakar panggung dan berbagai hiasan itu Panji Semirang, hamba jadi curiga.

Panji Inu Kertapati : ” Curiga apa?”

Danaswala : “ Jangan-jangan Panji Semirang itu adalah pipmpinan gerombolan penjahat, siapa tahu dia ingin menaklukan Kerajaan Daha, Kerajaan, Kahuripan, Kerajaan Gegalang, ataupun kerajaan lain. “

(7)

Danaswala : ” Siapa, Raden?”

Panji Inu Kertapati : “ Candra Kirana.”

Danaswala : “ Maksud Raden, Panji Semirang itu saudarannya Candra Kirana?”

Panji Inu Kertapati : “ Aku tidak berfkir begitu karena Candra Kiranan tidak punya saudara kandung, kecuali Ajeng Asih.”

Danaswala : “Kalu begitu, apa yang Raden pikirkan?” Panji Inu Kertapati : “Yang aku pikirkan…”

Danaswala : “Coba Raden mengatakannya secara terus terang pada hamba.”

Panji Inu Kertapati : “Aku tadi berpikir bahwa Panji Semirang itu adalah Candra Kirana.”

Danaswala : “Apa! Raden menduga kalau Panji Semirang itu Candra Kiranan yang

menyamar.”

Panji Inu Kertapati : “Iya. Tadi aku melihat tingkah laku Panji Semirang ketika bergerak atau

memutar tubuhnya itu mirip Candra Kirana.” Danaswala termenung sejenak setelah mendengar perkataan itu.

Danaswala : “ Raden, mengapa tadi Raden langsung meninggalkan Kerajaan Daha? Padahal Raden Panji Inu Kertapati telah bersedia dinikahakan dengan Ajeng Asih?”

Panji Inu Kertapati : “Aku sendiri juga kurang tahu mengapa hal itu kulakukan. Tapi, entahlah. Bayang-bayang Candra Kiranan membuatku bergerak mengejar Panji Semirang.”

Danaswala : “Apa kemarin-kemarin Raden tidak merasa bahwa Dewi Likuwati menggunakan ilmu hitam untuk mengguna-guna Raden?”

Panji Inu Kertapati : “Tidak. Dewi Likuwati melakukan perbuatan jahat seperti itu?”

(8)

ini keputusan Raden Panji Inu Kertapati untuk meninggalkan Kerajaan Daha tepat. Karena tidak pantas seorang kesatria memutuskan pertunangan Gusti Candra Ayu Kirana tanpa alasan lalu menikah dengan Ajeng Asih yang belum tahu bagaimana sifatnya. panji Inu Kertapati juga masih terikat pertunangan dengan Gusti Ayu Candra Kirana.”

Panji Inu Kertapati : “Terima kasih atas pemikiranmu yang bagus itu, Danaswala. Sekarang, kita istirahat di sekitar sini. Besok kita lanjutkan pengejaran terhadap Panji Simarang.”

Keesokan harinya, Panji Inu Kertapati dan anak buahnya melanjutkan pengejaran terhadap Panji Semirang sampai di Kerajaan Asmara Dahana. Betapa kagetnya ia ketika melihat Kerajaan Asmara Dahana dalam keadaan kosong. Tak ada satu pun orang yang tinggal.

Panji Inu Kertapati :”Danaswala, ini sebuah keanehan. Disini tidak ada orang sama sekali.”

Danaswala : “Justru hal ini semakin menguatkan dugaan raden kemarin.”

Panji Inu Kertapati : “Dugaan apa?”

Danaswala : “Dugaan bahwa Panji Semirang itu hanya bentuk penyamaran dari Candra Kirana.”

Panji Inu Kertapati : “Apa begitu ya?”

Danaswala : “Ya. Jadi, di Kerajaan Daha pasti pernah terjadi sebuah peristiwa yang menyebabkan Candra Kirana pergi. Karena Candra Kirana masih menjadi tunangan Raden Inu Kertapati, maka ia tidak rela kalau Raden Panji Inu Kertapati menikah dengan Ajeng Asih. Nah, satu-satunya cara untuk menggagalkan pernikahan Raden Panji Inu Kertapati dengan Ajeng Asih adalah membakar tempat pesta itu.”

Panji Inu Kertapati : “ Lalu kenapa Panji Semirang harus meninggalkan kerajaan yang susah payah telah dibangun ini?”

Danaswala : “ itu satu-satunya cara bagi Candra Kirana untuk menghilangkan jejak”

(9)

pedepokan. Namun, karena Panji Semirang hanyalah penyamaran dari Candra Kirana, maka dia segera meninggalkan tempar ini agar penyamarannya tidak ketahuan oleh siapapun.”

Panji Inu Kertapati : “mengapa Candra Kirana perlu menyamar sebagai Panji Semirang?”

Danaswala : “ Nanti kalau kita sudah menemukan Candra Kirana pasti akan dijelaskan alasannya.”

Panji Inu Kertapati : “ Kapan kita bisa menemukan Candra Kirana?”

Danaswala : “ Hamba yakin dalam waktu dekat ini kita akan berhasil menemukan Candra Kirana.”

Panji Inu Kertapati memandang Danaswala untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Danaswala berkata secara sungguh-sungguh. Dalam hati, dia bertanya-tanya, bagaimana Danaswala bisa yakin bahwa Candra Kirana dalam waktu dekat ini akan ditemukan? Bagaimana dia bisa yakin Candra Kirana bisa diketahui jejak-jejaknya sedangkan sekarang ini jejak Panji Semirang saja sulit ditemukan?

Danaswala : “ Kita lacak kemana perginya Panji Semirang dengan mengikuti jejak-jejak kaki ini raden”

Panji Inu Kertapati : “ Berdasarkan jejak-jejak kaki ini, ke mana Panji Semirang pergi?”

Danaswala : “ Begini, dia meninggalkan kerajaan ini tadi pagi sebelum kita kemari. Kelihatannya mereka pecah menjadi dua bagian. Yang satu mengarah ke kerajaan Daha, yang lain menuju Kerajaan Gegalang.”

Panji Inu Kertapati : “ Mengapa mereka pecah menjadi dua kelompok?”

Danaswala : “ Bukan pecah, tapi memisah Raden, tujuan mereka berbeda. Anak buah Cadra Kirana mendirikan sebuah kerajaan. Jadi, ketika Candra Kirana menyamar maka Candra Kirana memerintahkan anak buahnya untuk kembali ke asal-usul mereka. Dan mereka kembali ke tempat masing-masing.”

Panji Inu Kertapati : “ Kalau begitu caranya Panji Semirang kehabisan anak buah?”

(10)

Danaswala : “ Kita munuju ke kerajaan Gegalang.”

Panji Inu Kertapati : “ Jadi kita menuju ke kerajaan milik Paman Prabu Ranujaya?”

Danaswala : “ Ya. Menurut kabar yang beredar, di kerajaan Gegalang ini sering terjadi kekacauan yang disebabkan oleh gerombolang pengacau pimpinan Japawisa dan Mantrawisa. Kita mencari Panji Semirang sekaligus membantu Parbu Ranujaya untuk menumpas para pengacau itu.”

Panji Inu Kertapati dan Danaswala bersama para prajurit pilihan dari Kerajaan Kahuripan melanjutkan perjalanan menuju Kerajaan Gegalang. Raja Gegalang Prabu Ranujaya adalah adik dari ayah Panji Inu Kertapati atau dengan kata lain paman dari Panji Inu Kertapati. Sesampainya di pintu gerbang kerajaan, para prajurit langsung mempersilakan Panji Inu Kertapati untuk memasuki pendopo. Mereka dijamu oleh pihak kerajaan dengan makanan yang enak-enak. Prabu Ranujaya :”Selamat datang keponakanku….. Kok tumben datang kemari dengan membawa pasukan pengawal sebanyak ini ? Apakah ada hal penting dari Kakanda Prabu Danujaya ?”

Panji Inu Kertapati :”Tidak paman, aku ingin mencari Candara Kirana, paman. Karena aku curiga bahwa dia sekarang menyamar menjadi Panji Semirang.“ Prabu Ranujaya :“Panji Semirang ? Nama itu sering kudengar akhir-akhir ini. Kalau tidak salah, dia seorang pendekar yang tinggal di Kerajaan Dahana.” Panji Inu Kertapati :”Apakah paman bisa memastikan seorang Panji Semirang itu samaran dari Candra Kirana atau bukan ?“

Prabu Ranujaya :“Bisa. Seharusnya kamu lebih tau tentang ciri-ciri Candra Kirana dibandingkan aku. Candra Kirana memiliki tahi lalat cukup besar dibelakang telinga kirinya. Kalau kamu teliti Panji Semirang, pasti akan tahu siapa jati dirinya.“

Apa benar begitu ya ? (tanya Panji Inu Kertapati dalam hati) Panji Inu Kertapati : “ Paman , aku ingin bertanya?“ Prabu Ranujaya : “ Silakan, mau nanya apa ? “

Panji Inu Kertapati : “ Apakah tahi lalat itu antara satu orang dengan orang lain

(11)

Prabu Ranujaya : “ Bisa. Misalnya, aku punya tahi lalat dibawah hidung. Lalu

orang lain juga memiliki tahi lalat juga mempunyai tahi lalat dibawah hidung. Namun aku yakin, bentuk tahi lalat antara satu orang dengan lain orang tidak akan sama persis.”

Dalam hatinya, Panji Inu Kertapati mengakui bahwa Prabu Ranujaya memiliki pengalaman hidup lebih banyak daripada dirinya. Sampai hal sekecil pun Prabu Ranujaya tahu lebih banyak.

Panji Inu Kertapati : ” Paman, seandainya Candra Kirana menyamar menjadi laki-laki lain selain Panji Semirang, apakah paman juga bisa mengetahuinya ?”

Prabu Ranujaya : “ Kemungkinan besar , bisa.“

Panji Inu Kertapati : ” Kenapa paman mengatakan kemungkinan besar ? Apa paman kurang yakin bisa mengetahui jati diri Candra Kirana meskipun dia menyamar sebagai laki-laki lain selain Panji Semirang?“

Prabu Ranujaya : “ Masalahnya begini, mungkin kalau menyamar lagi, Candra Kirana akan lebih berhati-hati sehingga penyamaran

semakin sulit untuk diketahui. Mungkin dia akan menutup telinganya sehingga kita akan kesulitan untuk melihat tahi lalat di belakang telinga kirinya.“

Panji Inu Kertapati : “ Wah iya,ya. Benar sekali kata paman. Kalau ingin tetap aman dan samaranya tidak mudah diketahui orang lain, Candra Kirana pasti punya akal untuk menyimpan dalam rahasia jati dirinya.”

Prabu Ranujaya : ” Dan, itu akan membuat kita lebih sulit untuk cepat-cepat

menemukan Candra Kirana.”

Pembicaraan mereka terhenti sejenak ketika ada seorang prajurit datang ke pendopo kerajaan dengan langkah tergesa-gesa.

Prajurit : ” Mohon ampun, Paduka Raja . Ada serangan tiba-tiba dari gerombolan pengacau yang dipimpin kakak-beradik japawisa dan Mantrawisa. Mereka mengamuk didepan Gapura Kerajaan Gegalang!“

(12)

Panji Inu Kertapati : “Paman, biar kami saja yang menumpas para begundal itu! Mereka juga sering mengacau di wilayah Kerajaan Kahuripan. Kalau tidak ditumpas sekarang, nanti akan makin kurang ajar.”

Prabu Ranujaya : “Kalau keinginanmu begitu, silakan!”

Panji Inu Kertapati dan Danaswala segera menggalang kekuatan. Para prajurit dari Kerajaan Kahuripan langsung bergerak cepat begitu mendapatkan perintah dari Panji Inu Kertapati. Mereka segera bergerak menuju gapura kerajaan Gegalang. Terlihat Japawisa dan Mantrawisa bersama anak buah mereka mengamuk semaunya sendiri. Banyak prajurit dari Kerajaan Gegalang yang luka dan terpaksa lari masuk ke dalam istana. Panji Inu Kertapati naik darah, dia merasa Japawisa dan gerombolannya sangat brutal dan tidak tahu cara berperang.

Panji Semirang pernah berkata kepada Panji Inu Kertapati bahwa gerombolan Japawisa itulah yang membuat nama Panji Semirang cemar. Panji Semirang, dalam pemikiran Panji Inu Kertapati adalah Candra Kirana. Dia ingin segera menumpas Japawisa dan gerombolannya saat ini juga!

Panji Inu Kertapati : “Serrrbbuuuu!!”

Japawisa dan Mantrawisa terhenyak kaget mendengar suara komando dari Panji Inu Kertapati. Namun, secara tak terduga ada pasukan lain yang terdiri dari beberapa kelompok menyerang dari luar istana. Mereka adalah para prajurit dari Gegalang yang dipimpin langsung Prabu Ranujaya. Ternyata Japawisa dan Mantrawisa tewas di dalam perang itu. Dan mayat mereka pun dibuang ke dalam hutan. Akhirnya Kerajaan gegalang bisa tidur dengan aman pada malam ini. Sore harinya, Prabu Ranujaya dan Panji Inu Kertapati terlihat berbincang-bincang di depan gapura kerajaan.

Prabu Ranujaya : “ Akhirnya Japawisa, Mantrawisa, dan anak buahnya bisa kita tumpas, kita berharap Gegalang,Kahuripan, dan Daha aman kembali.”

Panji Inu Kertapati : “Ya, Paman, aku juga berharap begitu.”

Prabu Ranujaya : “Oh ya, ada satu hal yang tadi belum aku katakan padamu?”

Panji Inu Kertapati : “Tentang apa, Paman?”

(13)

Prabu Ranujaya : “Dia penyair kondang yang hebat dalam memba-wakan syair-syairnya.Khususnya syair-syair kisah asmara antara pemuda dan pemudi.” Panji Inu Kertapati : “Baru pertama kali ini aku mendengar nama PanjiAsmaratama, dari mana asalnya, Paman?”

Prabu Ranujaya : “Aku sendiri tidak tahu. Menurut kabar yang beredar, dia berasal dari wilayah Kerajaan Daha.Tapi, aku tidak tahu pasti. Besok malam kalau dia datang kemari, kamu bisa bertanya langsung.

Panji Inu Kertapati : “Bertanya kepada siapa?”

Prabu Ranujaya : “Ya kepada Panji Asmaratama. Kamu nanti bisa menanyakan asal-usul, siapa tahu dia nanti bisa tahu keberadaan Panji Semirang atau Candra Kirana.”

Malam harinya, Panji Inu Kertapati sulit untuk tidur. Dia mengajak Danaswala berbincang-bincang di halaman pendopo istana. Dia tahu kalau Panji Inu Kertapati gelisah dan apa penyebabnya.

Panji Inu Kertapati : “Dengan tertumpasnya Japawisa dan Mantrawisa, mestinya aku gembira. Namun, sekarang ini aku justru merasa gelisah. Karena, aku tidak bisa melupakan bayang-bayang Candra Kirana. Kalau kalau aku waktu itu aku tahu bahwa Panji Semirang adalah Candra Kirana, aku langsung membongkark rahasianya.”

Danaswala : “Tapi, waktu itu Raden Panji Inu Kertapati sendiri t idak tahu bahwa Panji Semirang sebenarnya Candra Kirana kan?”

Panji Inu Kertapati : “Ya, aku sendiri tidak sampai berpikir sejauh itu malah waktu itu, aku berpikir bahwa Panji Semirang orang yang suka pada Candra Kirana. Tapi, belum terbukti hingga sekarang.”

Danaswala : “Jadi Raden Panji Inu Kertapati sendiri sampai sekarang masih ragu, kalau Panji Semirang itu Gusti Ayu Candra Kirana atau bukan.”

(14)

Panji Inu Kertapati : “Ehm, kalau soal itu aku tidak tahu.”

Danaswala : “Kenapa Raden Inu Kertapati kelihatan ragu-ragu, bukankah Raden Inu Kertapati sudah mengenal Gusti Ayu Candra Kirana?”

Panji Inu Kertapati : “Memang, sudah lama aku mengenalnya bahkan sedari kecil. Namun, soal itu aku kurang tahu.”

Danaswala : “Apa waktu kecil dulu Gusti Ayu Candra Kirana pernah berpantun?”

Panji Inu Kertapati : “Pernah. Malah sering.”

Danaswala : “Oh, Kalau begitu Gusti Ayu Candra Kirana berbakat menjadi penyair.”

Panji Inu Kertapati : “Apa hubungannya pantun dengan syair?”

Danaswala : “Keduanya hampir sama, Raden Inu Kertapati perlu ingat bahwa Panji Semirang sering berpantun dalam mengucapkan kata-katanya.”

Lalu Danaswala mengulangi kata-kata yang pernah diucapkan oleh Panji Semirang sewaktu mereka bertemu. Begini kata-kata yang pernah diucapkan Panji Semirang ketika mencegat Panji Inu Kertapati dan anak buahnya di wilayah Kerajaan Asmara Dahana. Kisanak Panji Inu Kertapati kesatria dari Kerajaan Kahuripan.

Berbicara dari atas kuda rasanya kurang sopan.

Sudilah kiranya Raden Panji Inu Kertapati turun ke bumi agar kita sepadan.

Kenalkan aku, Panji Semirang yang menguasai wilayah Asmara Dahana, nama sebuah kerajaan.

Panji Inu Kertapati menyimak dengan kesungguhan, dia pun mengakui bahwa memang itu syair.

Panji Inu Kertapati : “Oh, pantas kalau ada yang mengatakan Panji Semirang adalah seorang pendekar yang suka bersyair dan berpetualang. Apa mungkin dia pindah ke daerah baru lau mendirikan kerajaan?

(15)

Panji Inu Kertapat : “Semoga Panji Semirang segera muncul kembali agar bisa menemuinya, kita akan menyelidiki bersama-sama sehingga mudah memastikan apakah dia adalah Candra Kirana atau bukan.”

Danaswala : “Bagaimana kalau ternyata dia bukan Gusti Ayu Candra Kirana, Raden?”

Panji Inu Kertapati : “Aku akan bertanya lebih mendalam kepada dirinya, Panji Semirang pasti akan berbaik hati untuk memberikan keterangan tentang keberadaan Candra Kirana.”

Sebenarnya, Prabu Ranujaya sudah lama ingin mendatangkan Panji Asmaratama ke pendopo istananya, tetapi baru mala mini keinginannya terkabulkan. Tentang asal-muasal Panji Asmaratama tidak banyak orang yang tahu. Kalau pun ada yang tahu, pasti tidak lengkap, hanya sepotong-sepotong. Itupun belum bisa di percaya kebenarannya.

Panji Asmaratama bersama puluhan pengikutnya yang membawa berbagai alat music gamelan dan menginap di berbagai penginapan di wilayah Gegalang.

Semua tamu dan para rombongan penyair dan anak buah Panji Asmaratama duduk di lantai. Para tamu dan prajurit duduk di lantai bealaskan karpet warna cokelat.

Panji Inu Kertapati : ”Paman, mana yang namanya Panji Asmaratama ?”

Prabu Ranujaya : ”Dia belum datang. Dia datang menjelang pertunjukan di mulai”

Panji Inu Kertapati : ”Paman menyebutnya pertunjukan? Katanya dia akan membacakan syair, kenapa Paman sebut pertunjukan ?”

Prabu Ranujaya : ”Aku pernah menonton Panji Asmaratama membacakan syair di dekat pasar kota. Suasana waktu itu seperti melihat pertunjukan wayang orang saja.”

Panji Inu Kertapati : ”Kalau begitu bagus ya, Paman ?”

Prabu Ranujaya : ”Bagus sekali. Begitu kata orang-orang yang pernah melihat pertunjukannya.”

(16)

dibunyikan untuk memberikan tekanan semangat sebelum pembacaan syair di lakukan.

Panji Asmaratama mengangkat tangan kanan, lalu musik dari gamelan berhenti dengan irama makin lama makin lambat. Ketika suara gamelan berhenti, perempuan tua itu menyerahkan selembar syair kepada Panji Asmaratama. Panji Asmaratama : ”Ini kisah dua sejoli. Yang sama-sama saling menyukai. Ini kisah dua remaja yang sama-sama saling suka. Satu berasal dari Kerajaan Kahuripan, yang lain dari Daha juga sebuah kerajaan. Mereka sudah bertunangan. Namun, sekarang ini terpisahkan. Ada orang jahat yang ingin merebut pemuda idaman.”

Panji Asmaratama : ”Gadis itu sengsara karena dipermalukan. Dia pergi dari kerajaan. Dia meniggalkan sang tunangan. Untuk mengungkap kebenaran. Dia ingin menghalangi tunangan tersayang agar tidak jatuh dalam jebakan wanita berhati binatang.”

Kertas demi kertas berisi syair asmara dibacakan Panji Asmaratama dengan penuh penghayatan. Panji Inu Kertapati kelihatan tegang. Dia semakin yakin bahwa Panji Asmaratama tahu terlalu banyak kisah asmara antara dirinya dengan Candra Kirana….

Danaswala :”Raden Panji Inu Kertapati harap tetap tenang sampai pembacaan syair oleh penyair aneh itu selesai.”

Prabu Ranujaya :”Kamu harus tetap tenang. Biar aku yang menyelesaikan ini semua.”

Panji Asmaratama telah selesai membacakan syair terakhirnya. Para penonton, termasuk Prabu Ranujaya, bertepuk tangan. Hanya Panji Inu Kertapati yang tidak bertepuk tangan.

Perempuan tua : ”Sebelum Panji Asmaratama mengakhiri pertunjukan malam ini. Hamba ingin mengungkapkan sebuah cerita kepaka semua yang hadir di sini. Cerita ini menjelaskan isi syair yang di sama paikan Panji Asmaratama tadi. Tentu kalau paduka Raja Ranujaya mengizinkan hamba untuk bercerita.”

Prabu Ranujaya : ”Tentu saja aku mengizinkan.”

Panji Asmaratama : ”Tapi, hamba tidak ingin si Mbok ini bercerita.”

(17)

Perempuan Tua : ”Mohon maaf, Paduka Raja, hamba tidak akan menyebutkan nama hamba sekarang. Nanti akan hamba buka siapa hamba sebenarnya setelah hamba bercerita. Paduka Raja dan semua yang hadir di pendopo ini, hamba akan mulai bercerita.”

Perempuan tua itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan sambil menghela napas.

Perempuan tua :”Ada dua anak muda,seorang gadis cantik dan pemuda tampan, bertunangan.”

Semua diam memperhatikan kata-kata perempuan tua dengan sungguh-sungguh,terutama Panji Inu Kertapati.

Perempuan tua :“Aku pernah mengenalnya.Bahkan,sangat mengenalnya! Tapi,kenapa aku bisa lupa sama sekali tentang jati dirinya ya? Yang gadis cantik berasal dari Kerajaan Daha,yang pemuda berasal dari Kerajaan Kahuripan.Suatu hari gadis itu diftnah oleh adik tirinya sehingga gadis ini dimarahi oleh ayahnya.Ayahnya memotong rambut si gadis sehingga gadis itu mirip laki-laki.Wanita itu pun merasa sangat malu dan dipermalukan oleh adik tirinya.Rambutnya sangat pendek sehingga menjadi mirip laki-laki,maka dia menyamar sebagai pemuda tampan dengan nama Panji Semirang.”

Wajah Panji Inu Kertapati menjadi tegang. Yang diceritakan oleh si Mbok bukan cerita khayalan, tetapi nyata! Panji Semirang bukan tokoh khayalan, tetapi tokoh nyata. Panji Inu Kertapati curiga kepada Si Mbok karena bisa menceritakan tentang Panji Semirang, dia berfkir bahwa Si Mbok adalah anak buah Panji Semirang. Panji Inu Kertapati juga berfkir kalau Si Mbok dan Panji Asmaratama mengetahui tempat Panji Semirang sehingga dapat cepat bertemu Candra Kirana.

Perempuan tua :”Panji Semirang melintang di tiga kerajaan. Dia ke mana-mana membawa perdamaian tatapi ada saja yang memftnahnya.Suatu malam,Panji Semirang membakar tempat pesta yang dipasang di Kerajaan Daha.Panji Semirang tidak ingin terjadi pernikahan yang dilandasi kelicikan dan gagal sudah pesta itu.Panji Semirang lalu menghilang dan sulit dilacak jejak-jejaknya.”

Panji Inu Kertapati tiba-tiba berteriak dan langsung mendekati perempuan tua itu.

Panji Inu Kertapati : ”Mbok Jomplang! Kamu Mbok Jomplang!”

Ketika sudah dekat, Panji Inu Kertapati langsung mendekati perempuan tua itu. Namun,perempuan tua itu mundur selangkah

Perempuan tua : ”Maaf, Raden Panji Inu Kertapati mungkin Raden salah mengenali

(18)

Panji Inu Kertapati merasa guncang perasaannya.Banyak orang-orang yang melihat Panji inu Kertapati di panggung pertunjukan padahal daalam acara pembacaan syair itu tidak ada acara menampilkan Panji Inu Kertapati di panggung pertunjukan. Walau perempuan tua itu tidak mau mengaku,tetapi Panji Inu Kertapati yakin bahwa perempuan tua yang didepanya itu adalah Mbok Jomplang,abdi setia Candra Kirana. Agar tidak terdengar oleh ratusan penonton,Panji Inu Kertapati mengecilkan suaranya.

Panji Inu Kertapati :”Mbok Jomplang, tolonglah jangan permalukan aku.Aku yakin kalau kamu adalah Mbok Jomplang! Benar kan kamu Mbok Jomplang?” Perempuan tua : ”Bagaimana Raden Panji Inu Kertapati yakin kalau hamba ini Mbok Jomplang?”

Panji Inu Kertapati : ”Suaramu,logat bicaramu,dan caramu mengucapkan Kerajaan Daha, Panji Semirang, dan kata-kata lainnya yang tak bisa kulupakan. Aku bisa lupa wajahmu,tetapi tidak lupa suaramu.”

Perempuan tua : ”Raden Panji Inu Kertapati ini aneh dan sukanya bercanda.”

Panji Inu Kertapati : ”Kenapa Mbok bisa berkata begitu?”

Perempuan tua : ”Raden Panji Inu Kertapati bisa mengenali orang yang berasal dari Desa Kemlawe, orang yang hanya sebagai abdi.Tetapi,Raden tidak mengenali tunangannya sendiri.”

Panji Inu Kertapati :”Jadi,kamu ini benar-benar Mbok Jomplang ?”

Perempuan tua :”Hamba ini Mbok Jomplang atau bukan, itu tidak penting, Raden. Yang penting, Raden menemukan Gusti Ayu Candra Kirana kan ?”

Wajah Panji Inu Kertapati memerah,memanas karena perasaan malu yang tak tertahankan.Perempuan Tua itu berkata sambil menatap Panji Asmaratama.

Perempuan tua :”Acara pembacaan syair segera kita akhiri,Panji Asmaratama silahkan berdiri.”

Panji Asmaratama berdiri. Dia kali ini terlihat agak grogi. Tidak percaya diri lagi seperti waktu tampil membacakan syair-syairnya tadi.Lebih-lebih ketika Panji Inu Kertapati mengamati wajahnya,Panji Asmaratama menjadi menunduk !

(19)

Mbok Jomplang :” Kalau Raden ingin secepatnya menemukan di mana keberadaan Candra Kirana,mohon Raden buka penutup kepala Panji Asmaratama.Coba Raden Panji Inu Kertapati perhatikan dengan saksama belakang telinga kiri Panji Asmaratama!”

Tanpa berfkir dua kali,Panji Ini Kertapati segera mendekati Panji Asmaratama.Gerakan Panji Inu Kertapati sangat cepat.Dia pura-pura tersandung dalam karpet,lalu terjatuh ke depan.Kedua tangannya menggapai ke depan lalu membuka tutup kepala Panji Asmaratama

Ketika penutup kepala itu terbuka,maka terurailah rambut panjang yang hitam,berkilauan sampai ke punggung.Semua orang terkejut bukan kepalang ketika tahu bahwa Panji Asmaratama ternyata seorang perempuan muda yang cantik jelita! Panji Inu Kertapati melihat ada tahi lalat di belakang telinganya. Panji Inu Kertapati berkata dan langsung memandang dengan lekat tunangannya itu.

Panji Inu Kertapati : ”Dimas Candra Kirana!”

Candra Kirana : ”Kakangmas, maafkan aku kalau selama ini membuat resah perasaan Kakangmas.”

Panji Inu Kertapati :”Tidak apa-apa,Dimas.Mari kita pulang kembali ke Kerajaan Daha.”

Candra Kirana :”Aku siap kembali ke Kerajaan Daha dengan satu syarat.”

Panji Inu Kertapati :”Apa syaratnya?”

Candra Kirana :”Dewi Likuwati dan Ajeng Asih telah memftnahku mencuri perhiasan mereka.Hal itu membuat ayahanda marah lalu memotong rambutku hingga sangat pendek.Aku waktu itu merasa malu.Maka,aku meninggalkan istana dan menyamar sebagai Panji Semirang.Aku siap kembali tapi Dewi Likuwati dan Ajeng Kasih harus dihukum berat.”

Panji Inu Kertapati : ”Jangan khawatir,aku nantu yang akan membongkar kebusukan mereka

berdua sehingga mendapatkan hukuman yang setimpal!”

(20)

Pada saat Panji Inu Kertapati menuju Kerajaan Daha, Danaswala diperintahkan untuk kembali ke Kerajaan Kahuripan. Panji Inu Kertapati berpesan agar memberi tahu ayahnya kalau dirinya telah menemukan Candra Kirana.

Perjalanan menuju Kerajaan daha berjalan lancar. Raha Kertamerta menyambut kembalinya Candra Kirana dengan perasaan suka cita. Ketika tiba di kerajaan Daha, yang pertama dikatakan Panji Inu Kertapati kepada Raja Kertamerta adalah keadilan bagi siapa saja yang bersalah. Raja Kertamerta menjatuhkan hukuman bagi Dewi Likuati dan Ajeng asih. Keduanya dihukum buang ke tengah hutan Dumeling untuk selama-lamanya.

Setelah Candra Kirana kembali ke istana, maka secepatnya Raja kertamerta menikahkan putrinya itu dengan Panji Inu Kertapati. pesta pernikahan dibuat meriah sekali.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis disimpulkan bahwa tindak tutur direktif dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek ditandai oleh pemarkah ayo, nggak setuju, tidak, tidak mengizinkan, tanpa

(mitra tutur) “Mat Kontan suaminya belum pulang karena sibuk dengan kegiatan dan hobinya dalam mengurus burung peliharaannya” tindak tutur tersebut merupakan jenis tidak tutur

A: "Apakah masih bisa kurang bu?, budget kami kan tidak banyak, maklum kami masih anak sekolah, ini pun kami sisihkan dari uang jajan kami masing-masing bu". B : "Iya

Supra adalah suami dari nenek Edel yang sedang mencari cari istrinya yang sudah lama tidak bertemu. Romantis dan sayang

Rima, Febi dan Laras tidak kembali ke kelas, mereka pulang karena ketakutan, tapi tak usah khawatir ingatan mereka tentang hantu telah dihapus oleh si hantu jahil. Saat

Cahyanya… dalam hati Andin sangat malu dan menjadi grogi karena ia seketika lupa lirik lagu tersebut, andin terdiam kemudian karena tidak ingat lirik selanjutnya dan Andin turun dari