KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN
DALAM ASPEK KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM [PAPER KE-2]
Oleh:
Wulfram I. Ervianto
Staf Pengajar Prodi Teknik Sipil UAJY
Dipresentasikan dalam:
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7
FENOMENA PEMANASAN GLOBAL
Konsentrasi CO2 di udara dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan terlebih setelah terjadi revolusi industri (Salim 2010, h.13).
Kwanda (2003) mengemukakan konsumsi energi yang besar dengan pertumbuhan 2% per tahun sampai tahun 2020 akan menghasilkan emisi global CO2 dan gas
rumah kaca lainnya naik dua kali lipat pada tahun 1965-1998 yang berakibat pada perubahan iklim dunia.
Setelah revolusi industri Sebelum revolusi
industri
PERUBAHAN
Sebelum revolusi industri
Sesudah revolusi industri
FENOMENA PEMANASAN GLOBAL
Konferensi Bali pada bulan Desember 2007, tentang pola pembangunan abad ke-21 yang berkadar rendah karbon. Agenda Indonesia dalam rangka menurunkan konsentrasi CO2 diudara adalah sebesar 26% sampai dengan 41% di akhir tahun 2020 (Salim 2010, h. 11).
Menurunkan kadar CO2
sebesar 26% s/d 41% (Akhir tahun 2020) Pembangunan
berkadar rendah karbon
Konferensi Tingkat Tinggi PBB ke-13, tentang Perubahan Iklim
di Bali, Desember 2007
Secara global, Indonesia berada di urutan ke lima dalam menghasilkan emisi gas
rumah kaca atau sekitar 4,63% (
World Resources Institute
, 2005).
Tentunya kesepakatan tersebut hanya
dapat terwujud apabila semua sektor
industri termasuk industri konstruksi
Agenda 21 Sustainable Construction
di Indonesia
NILAI KONSTRUKSI YANG DISELESAIKAN
SUMBERDAYA ALAM
CENDERUNG
MENURUN
LIMBAH CENDERUNG
MENINGKAT
(http://dds.bps.go.id/diunduh 14 Mei 2012
Sustainable Transport Planning
Green, bagian dalan Sustainability
ISU GREEN
Green design
Green procurement
Green construction
SIKLUS HIDUP PROYEK KONSTRUKSI HIJAU
SUSTAINABLE CONSTRUCTION
Konservasi sumberdaya alam Kualitas udara Minimasi limbah
Konservasi air Konservasi energi
FEASIBILITY STUDY PERILAKU
PENGGUNA OPERASI DAN PERAWATAN
(Green building)
Studi kelayakan Perencanaan [Green design ]
Pengadaan [Green procurement
Pelaksanaan [Green construction ]
Operasi dan perawatan
[Green building ] Dekonstruksi Value
Value
Value
Value Value
Project Delivery System [PDS] ?
PERAN PERENCANAAN
DALAM PROYEK GREEN
Perencanaan Pengadaan Pelaksanaan Operasi dan
perawatan Dekonstruksi Studi
kelayakan Gagasan
value
value
value
value
Limbah Limbah Limbah
Konferensi Bali pada bulan Desember 2007, tentang pola pembangunan abad ke-21 yang berkadar rendah karbon. Agenda Indonesia dalam rangka menurunkan konsentrasi CO2 diudara adalah sebesar 26% sampai dengan 41% di akhir tahun 2020 (Salim 2010, h. 11).
Menurunkan kadar CO2
sebesar 26% s/d 41% (Akhir tahun 2020) Pembangunan
berkadar rendah karbon
Konferensi Tingkat Tinggi PBB ke-13, tentang Perubahan Iklim
di Bali, Desember 2007
Secara global, Indonesia berada di urutan ke lima dalam
menghasilkan emisi gas rumah kaca atau sekitar 4,63%
(
World Resources Institute
, 2005).
Tentunya kesepakatan tersebut hanya dapat terwujud apabila semua sektor industri termasuk industri konstruksi mempunyai perhatian dan komitmen yang sama terhadap masalah lingkungan.
CETAK BIRU KONSTRUKSI INDONESIA
Agenda Konstruksi Indonesia 2030 yang menyatakan bahwa konstruksi Indonesia mesti berorientasi untuk tidak menyumbangkan terhadap kerusakan lingkungan namun justru menjadi pelopor perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan seluruh habitat-persada Indonesia, dengan salah satu agenda melakukan promosi sustainable construction untuk penghematan bahan dan pengurangan
limbah (bahan sisa) serta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi (LPJKN 2007, h. 142).
AGENDA KONSTRUKSI
INDONESIA 2030 Pengurangan limbah
Promosi
SUSTAINABLE CONSTRUCTION
Penghematan bahan
ASPEK PERTAMA
SUSTAINABLE CONSTRUCTION
:
PENGHEMATAN BAHAN
Widjanarko (2009) menyatakan bahwa secara global, sektor konstruksi mengkonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energi, dan 16% air. Mengingat
besarnya konsumsi sumberdaya alam dalam aktivitas konstruksi maka diperlukan perencanaan yang baik dalam pengelolaan penggunaannya agar keberlanjutannya tetap diperhatikan.
Frick dan Suskiyanto (2007) menyatakan bahwa penggunaan sumberdaya tak terbarukan, proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan siap pakai, eksploitasi dari konsumsi yang berlebihan, dan masalah transportasi adalah kontributor dampak lingkungan.
50%
40%
16%
Sumber daya alam
Energi Air
Ferguson dkk. (1995) menyatakan lebih dari 50% dari seluruh limbah di United Kingdom berasal dari limbah konstruksi.
Craven dkk. (1994) menyatakan bahwa kegiatan konstruksi menghasilkan limbah sebesar kurang lebih 20-30% dari keseluruhan limbah di Australia
Rogoff dan Williams (1994) menyatakan bahwa 29% limbah padat di Amerika Serikat berasal dari limbah konstruksi.
Hendrickson dan Horvath (2000) bahwa konstruksi berpengaruh secara signifikan terhadap lingkungan, oleh karena itu sudah seharusnya dilakukan minimasi pengaruhnya terhadap lingkungan.
Oladiran (2008) menuliskan bahwa salah satu penyebab timbulnya limbah konstruksi adalah penggunaan sumberdaya alam melebihi dari apa yang diperlukan untuk proses konstruksi. Limbah yang dihasilkan oleh aktivitas konstruksi seperti tersebut diatas dapat menurunkan kualitas lingkungan
KONSTRUKSI
Penghasil limbah dalam jumlah besar, 20% - lebih dari 50% dari seluruh limbah
Berkontribusi 45% emisi CO2
Pengguna energi yang besar, 40%
Pengguna sumberdaya alam yang besar, 50%
Pengguna air, 16%
Sumber: Widjanarko (2009)
Widjanarko, 2009
50% sumberdaya alam
40% energi
16% air
Craven, 1994
Kontruksi menghasilkan limbah antara 20% sampai dengan 50%
Oladiran, 2008
Penyebab timbulnya limbah adalah penggunaan sumberdaya alam melebihi apa yang diperlukan
?
Du Plessis (2002) bagian dari
sustainable construction adalah
green construction.
Conseil International du Batiment, (1994) menyatakan bahwa tujuan sustainable construction adalah menciptakan bangunan berdasarkan disain yang memperhatikan ekologi, menggunakan sumberdaya alam secara efisien, dan ramah lingkungan selama operasional bangunan
Daya dukung lingkungan
Kapasitas tampung limbah (Assimilative capacity)
Dampak pembangunan jalan
Sumberdaya alam
Volume limbah
Emisi gas rumah kaca
Daya dukung lingkungan (Carrying capacity)
Proses konstruksi
Kapasitas penyediaan (Supportive capacity)
Kapasitas tampung limbah (Assimilative capacity) Input
“save our earth” , sumber :http://rezkyanto.wordpress.com
Dampak pembangunan jalan:
Berkurangnya ketersediaan sumberdaya alam,
Meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan oleh proses konstruksi,
Emisi yang ditimbulkan tahap pembangunan maupun operasional,
KONSEP GREEN CONSTRUCTION
Input
Daya dukung lingkungan (Carrying capacity)
Proses konstruksi
Kapasitas penyediaan (Supportive capacity)
Kapasitas tampung limbah (Assimilative capacity)
Efisiensi sumberdaya alam
Minimum waste Output
Bangunan Limbah
Inovasi peralatan konstruksi ramah lingkungan Rantai pasok material konstruksi
Inovasi teknologi konstruksi ramah lingkungan Green ekonomi
Perilaku pekerja dalam proyek konstruksi
EFISIENSI
PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM
Perencanaan Pengadaan Pelaksanaan Operasi dan
perawatan Dekonstruksi Studi
kelayakan Gagasan
value
value
value
value
Limbah Limbah Limbah
EFISIEN SEPANJANG
PROSES KONSTRUKSI
2
Proses konstruksi
Prinsip-prinsip
Daya dukung lingkungan (Carrying capacity) Kapasitas penyediaan
(Supportive capacity)
MINIMALISASI LIMBAH
SEPANJANG PROSES KONSTRUKSI
3
Perencanaan Pengadaan Pelaksanaan Operasi dan
perawatan Dekonstruksi
Limbah Limbah Limbah
Peran sentral
dan penting
REDUKSI LIMBAH:
Implementasi sistem modular
…
REDUKSI LIMBAH:
Implementasi sistem pracetak
…
DAMPAK
PERENCANAAN
3 R
PDS berbeda dengan
DEFINISI GREEN CONSTRUCTION
Definisi
Green Construction
:
“Suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk meminimalkan dampak
negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara
Data jalan di Indonesia
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Prov/Kab/Kota Catatan : 1987 - 1992 tidak termasuk DKI Jakarta;
sejak 1999 tidak termasuk Timor-Timur Pertambahan panjang jalan rata-rata per tahun:
• Jalan negara adalah 11.313,3 km • Jalan propinsi 1.082,3 km
• Jalan kabupaten/kota adalah 94.445,5 km.
Dampak:
• Berkurangnya SDA • Meningkatnya jumlah
limbah
• Berkurangnya lahan
(produktif)
Dampak:
• Lingkungan, yang diukur
NILAI KONSTRUKSI YANG DISELESAIKAN
SUMBERDAYA ALAM
CENDERUNG
MENURUN
LIMBAH CENDERUNG
MENINGKAT
(http://dds.bps.go.id/diunduh 14 Mei 2012
Tujuan Penelitian
Berdasar pada:
Pertumbuhan panjang jalan yang terus meningkat
Pemakaian sumberdaya alam cenderung semakin besar
Upaya menekan emisi GRK
Maka, perlu dikembangkan proses konstruksi yang ramah
Manfaat Jalan Hijau
Mengurangi penggunaan material
Mengurangi bahan bakar fosil
Mengurangi air
Mengurangi polusi udara
Mengurangi emisi gas rumah kaca
Mengurangi polusi air
Mengurangi limbah padat
Mampu memulihkan/membentuk
habitat
Sumber: Greenroads, 2012.
Meningkatkan akses
Meningkatkan mobilitas
Meningkatkan kesehatan dan
keselamatan manusia
Meningkatkan ekonomi lokal
Meningkatkan kesadaran
Meningkatkan estetika
Mereduksi biaya daur hidup
MANFAAT BAGI LINGKUNGAN
[EKOSENTRIS]
Sustainable Transport Goals
Green, bagian dalan Sustainability
Konsep Green Construction
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Perencanaan value value Pelaksanaan value perawatanOperasi/ value Dekonstruksi/Demolisi value
value
value
value Pengadaan
value
Perbandingan Sistem Rating Jalan Hijau di USA–UK-AUSTRALIA
Sumber: Highfield, C. L., 2011
GREENROADS V 1.5
INVEST V 1.0
USA UK
Greenroads 1,5 versus Invest 1,0
Project Requirements Environment and Water
PR 1-Environmental Review Process EW 1-Environmental Management System PR 2-Life cycle Cost Analysis (≈ PD 2)* EW 2-Runoff Flow Control
PR 3-Life cycle Inventory EW 3-Runoff Quality
PR 4-Quality Control Plan (≈ PD 28)* EW 4-Stormwater Cost Analysis (≈ PD 8)* PR 5-Noise Mitigation Plan (≈ PD 27)* EW 5-Site Vegetation (≈ PD 18)*
PR 6-Waste Management Plan (≈ PD 29)* EW 6-Habitat Restoration (≈ PD 7)* PR 7-Pollution Prevention Plan EW 7-Ecological Connectivity (≈ PD 9)* PR 8-Low Impact Development EW 8-Light Pollution
PR 9-Pavement Management System (≈ OM 7)*
-PR 10-Site Maintenance Plan
-PR 11-Educational Outreach (≈ PD 5)*
-Access and Equity Construction Activities
AE 1-Safety Audit CA 1-Quality Management System AE 2-Intelligent Transportation System CA 2-Environmental Training (≈ PD 25)* AE 3-Context Sensitive Solutions CA 3-Site Recycling Plan
AE 4-Traffic Emissions Reduction CA 4-Fossil Fuel Reduction
AE 5-Pedestrian Access (≈ PD 10)* CA 5-Equipment Emission Reduction (≈ PD 26)* AE 6-Bicycle Access (≈ PD 11)* CA 6-Paving Emissions Reduction
AE 7-Transit & High Occupancy Vehicle Access CA 7-Water Use Tracking
AE 8-Scenic Views CA 8-Contractor Warranty (≈ PD 24)* AE 9-Cultural Outreach
Materials and Resources Pavement Technologies
MR 1-Life cycle Assessment PT 1-Long Life Pavement MR 2-Pavement Reuse PT 2-Permeable Pavement MR 3-Earthwork Balance (≈ PD 21)* PT 3-Warm Mix Asphalt MR 4-Recycled Materials PT 4-Cool Pavement MR 5-Regional Materials PT 5-Quiet Pavement
Aspek sumber dan siklus material
Construction activities dalam sistem rating
Greenroads mencakup delapan faktor, yaitu:
1. Quality management system, 2. Environmental training, 3. Site recycling plan, 4. Fossil fuel reduction,
5. Equipment emission reduction,
6. Paving emissions reduction, 7. Water use tracking,
8. Contractor warranty.
Sumber dan Siklus Material
Manajemen lingkungan bangunan
Konservasi energi
Kualitas udara
Kesehatan dan kenyamanan dalam
proyek
Konservasi air
Tepat guna lahan
Aspek Green Construction*
Aspek sumber dan siklus material
Sumber dan siklus material, bertujuan untuk menahan laju eksploitasi
sumberdaya alam tak terbarukan dengan cara memperpanjang daur hidupnya,
melalui hal-hal sebagai berikut:
Penggunaan material lokal untuk mereduksi pemakaian energi akibat proses
transportasi.
Penggunaan bahan bangunan pabrikasi (bila memungkinkan) hasil proses daur
ulang yang ramah lingkungan.
Skema pengelolaan infrastruktur jalan
Recycling
Surface Recycling
Lapis permukaan (Surface course)
Full depth reclamation
Seluruh lapis perkerasan
(Surface course-base course-subbase course) Pencampuran panas
(Hotmix)
Pencampuran dingin (Coldmix)
Hot in place recycling
Hot in plant recycling New
Gambar struktur jalan
Cold in place recycling
New Construction
Dari keseluruhan panjang jalan di Indonesia (± 486.296 km), 59.1% diantaranya
menggunakan jenis perkerasan lentur dengan menggunakan aspal sebagai
Jalan baru - Pencampuran secara panas (hotmix)
Pemindahan agregat
Produksi campuran aspal panas
Pengeringan
Transportasi ke lokasi proyek
Pembersihan lokasi
Pelaksanaan pekerjaan pengaspalan jalan
Penghamparan aspal perekat
Penghamparan campuran
Pemadatan
Sumber: Wirahadikusumah, R. D., Sahana, H. P. (2012)
Perkerjaan konstruksi jalan yang menimbulkan emisi CO2 adalah
pengaspalan khususnya dengan metode campuran aspal panas.
Penyebab timbulnya emisi adalah persyaratan material yang digunakan dicampur dalam suhu tinggi (>1000oC).
Proses pengeringan agregat yang
dilakukan di Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah proses yang paling besar dalam konsumsi energi bersumber dari bahan bakar fosil dan menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Justifikasi pencampuran dingin (coldmix)
Karakter proses pencampuran dingin
(
coldmix
) adalah:
Sumber: Sunarjono S., 2006.
Pekerjaan dengan menggunakan campuran dingin (coldmix ) untuk jalan dengan dua lajur, emisi (SO2, NOx, dan CO2) yang ditimbulkan 50% lebih rendah jika dibandingkan dengan campuran panas setiap kilometernya.
Sumber: Kazmierowski, (2009)
Implementasi metoda in-place recycling
berpotensi meningkatkan efektifitas kerja sehingga mendorong penghematan energi dan transportasi serta mereduksi dampak polusi atau emisi gas rumah kaca.
Tidak harus menggunakan fresh aggregate
tetapi dapat memanfaatkan bahan limbah seperti RAP. Hal ini mendorong isu
pengurangan eksploitasi sumberdaya alam, mengatasi problem limbah dan menjaga keseimbangan alam.
Maintenance
Sebagaimana struktur perkerasan pada umumnya, perkerasan lentur juga akan
mengalami penurunan kinerja akibat pengaruh beban lalu lintas dan lingkungan
seiring dengan berjalannya umur rencana perkerasan. Oleh karenanya, struktur
perkerasan akan membutuhkan upaya-upaya pemeliharaan untuk menjaga
Opsi dalam pemeliharaan jalan
Recycling dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
surface recycling dan full depth reclamation
dimana keduanya mampu mengkonservasi sumberdaya alam.
Overlay
Recycling
Berdampak negatif pada keutuhan natural resources
Memungkinkan menggunakan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) yang merupakan bahan hasil pemrosesan penggarukan
perkerasan jalan yang mengandung aspal dan agregat.
Apabila dihancurkan dan disaring secara baik, RAP mengandung agregat berlapis aspal yang berkulitas tinggi
(http://www.fhwa.dot.gov/publications/research/infrast ructure/structure/97148/rap131.cfm).
Berdampak negatif terhadap utilitas yang
Opsi dalam recycling
Surface recycling
Full depth Recycling
(http://www.fhwa.dot.gov/publications/research/infrast ructure/structure/97148/rap131.cfm).
Beberapa keuntungan dari penggunaan teknik daur ulang dalam
perbaikan perkerasan jalan antara lain:
1. Mengurangi biaya rekonstruksi
2. Mengurangi pemakaian aspal dan agregat.
3. Menjaga kondisi geometrik perkerasan.
4. Ramah lingkungan
Perbandingan in place dan in plant recycling
Aspek negatif:
Diperlukan pengangkutan hasil garukan
ke mesin pencampur,
Bagian bekas garukan harus diamankan
sebelum ditutup kembali.
Peralatan yang diperlukan dapat
diperoleh dengan memodifikasi alat
pencampur aspal (AMP)
Aspek positif:
Kekuatan mendekati aslinya,
Memperbaiki jenis kerusakan yang
lebih luas,
Retak refleksi dapat dicegah.
Aspek negatif:
Pengendalian mutu sulit dilakukan,
Homogenitas campuran sulit dicapai,
Diperlukan peralatan khusus (
cold
milling
,
recycler)
.
Aspek positif :
Kekuatannya dapat mendekati sifat
campuran baru,
Mutu campuran lebih mudah diatur,
Geometrik campuran lebih mudah
disesuaikan.
Komposisi emisi yang ditimbulkan dalam pekerjaan jalan
Sumber: Kawakami, A., dkk., (2010)
Pekerjaan jalan baru
Daur ulang di luar lokasi
proyek
Daur ulang di lokasi proyek
Prinsip material berkelanjutan
Dalam konteks material berkelanjutan, dapat diartikan bahwa material dapat
digunakan berulang kali melalui proses
reuse
dan
recycling
sehingga membentuk
siklus tertutup sebagaimana diperlihatkan dalam gambar berikut.
Ekstraksi Proses
produksi
Proses konstruksi
Umur operasional bangunan
emisi emisi emisi emisi emisi
U d a r a
Limbah
B u m i emisi
Penerapan Daur Ulang Lingkup Praktis [2007]
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum dalam pemakaian aspal daur ulang di ruas jalan Palimanan-Jatibarang, Kabupaten
Indramayu sepanjang 3,5 km (km 27+680 sampai dengan km 31+100). Ketebalan aspal daur ulang yang dilaksanakan dalam ruas jalan tersebut adalah 60 mm dengan lebar jalan 7 m.
biaya yang dibutuhkan dengan penggunaan aspal daur ulang lebih murah, selain itu bahan baku yang
dibutuhkan mudah didapat Aspek waktu, proses pelaksanaan pekerjaan lebih cepat yaitu 1 km per minggu. Jika diasumsikan waktu kerja 8 jam per hari, maka produktivitas
pekerjaan tersebut adalah ± 17 meter/jam
http://www1.pu.go.id/uploads/berita/ppw021007ind.htm.
Tentu hal ini akan berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kacasebesar 26% yang tertuang dalam
kesanggupan pemerintah Indonesia dalam Konferensi Bali pada tahun 2007.
Cara overlay vs recycling lapis permukaan
Lapis
Lapis
Lapis tanah dasar Lapis pondasi bawah Lapis pondasi atas Lapis permukaan Overlay ke-1 Overlay ke-2 Dst.
Sumber: dokumentasi pribadi, Ervianto, 2013
Lokasi: Jalan raya Prambanan , Kab. Klaten , Jawa Tengah
Lokasi: Ring road utara, Daerah Istimewa Yogyakarta
Sistem drainasi
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan
Daftar pustaka
1. Alamsyah, A., (2006).,Rekayasa jalan raya, UMM Press, Malang.
2. CEEQUAL, Ltd. (2008). CEEQUAL scheme description and assessment process handbook, Version 4 - Web Download Copy.
3. Ervianto, W.I., “Green Construction Sebuah Opsi Penyelamatan Lingkungan”. Majalah Konstruksi No. 415 tahun XXXV Juli 2012
4. Ervianto, W. I., (2012).”Studi kontribusi green constructionterhadap operasional bangunan”. Seminar Nasional Teknik Sipil IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
5. Ervianto, W. I., (2013).“Kajian green construction infrastruktur jalan raya berdasarkan sistem rating greenroads dan invest”. Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-7 Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.
6. Ervianto, W. I., Soemardi, B. W., Abduh, M. dan Suryamanto, (2011).“Pengembangan model
assessment green construction pada proses konstruksi untuk proyek konstruksi di Indonesia” Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.
7. Ervianto, W. I., Soemardi, B. W., Abduh, M. dan Suryamanto, (2013).“Identifikasi indikator green construction pada proyek konstruksi bangunan gedung di Indonesia”. Seminar Nasional Teknik Sipil IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
8. FHWA. (2012a). INVEST [WWW document]. URL https://www.sustainablehighways.org/1/home.html
9. Frick, H & Suskiyanto B, (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 10. Greenroads. (2012). Greenroads [WWW document]. URL http://www.greenroads.org/1/home.html 11. Highfield C. L., (2011).”Sustainable pavement construction developing a methodology for integrating
environmental impact into the decision making process”, Virginia.
12. http://www.fhwa.dot.gov/publications/research/infrastructure/structure/97148/rap131.cfm
Daftar pustaka
14. IDOT, & IJSG. (2010).“I-Last-Illinois Livable and Sustainable Transportation Rating System and Guide” [WWW document]. URL http://www.dot.state.il.us/green/documents/I-LASTGuidebook.pdf 15. Kawakami, A., Nitta, H., Kanou, T., Kubo, K., (2010),Study on CO2 emisiion of pavement recycling
methods.
16. Kazmierowski, T., (2009). “In placepavement rcycling-the playback of green”. Thirteenth Annual Minnesota Pavement Conference, Ontario: Ministry of Transportation.
17. Khanna, P., P.R. Babu dan M.S. George. (1999), “Carrying capacity as a basis for sustainable development: a case study of national capitol region in India”, India.
18. Kompas, 2009, Pertamina Hentikan Produksi AspalAgustus, Koran Kompas edisi Jumat, 20 Februari. 19. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (2007). Konstruksi Indonesia 2030 untuk
kenyamanan lingkungan terbangun, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional, Jakarta. 20. NYSDOT. (2012). New York State Department of Transportation: [WWW document]. URL
https://www.dot.ny.gov/programs/greenlites
21. Plessis, D., Chrisna, Edit. (2002),”Agenda 21 for Sustainable Construction in Developing Countries” Pretoria: Capture Press.
22. Sunarjono, S., 2006, Evaluasi engineering bahan perkerasan jalan menggunakan RAP dan foamed bitumen, jurnal Eco REKAYASA, Vol. 2, No. 2, September 2006.
23. Widjanarko, A., (2009).“Bangunan dan Konstruksi Hijau”, Seminar Nasional Teknik Sipil V-2009, Surabaya, 11 Pebruari.