• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pengujian instrumen Penilaian Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pengujian instrumen Penilaian Ke"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran. Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran diperlukan evaluasi dan proses analisis dari evaluasi. Manfaat dari analisis evaluasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pembelajaran dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran. Karena itu begitu pentingnya guru mengadakan analisis butir soal dengan pengujian instrumen penilaian yaitu validitas, reliabilitas, daya beda dan pola contoh soal.

Ada tiga sasaran pokok ketika guru melakukan analisis terhadap hasil belajar, yaitu terhadap guru, siswa dan prosedur pembelajaran. Fungsi analisis untuk guru terutama untuk mendiagnosis keberhasilan pembelajaran dan sebagai bahan untuk merevisi dan mengembangkan pembelajaran dan tes.

Bagi siswa, analisis diharapkan berfungsi mengetahui keberhasilan belajar, mendiagnosa mengoreksi kesalahan belajar, serta Memotivasi siswa belajar lebih baik. Pada makalah ini akan dibahas mengenai analisis soal berupa validitas, reliabilitas, daya beda dan pola contoh soal yang berguna sebagai pedoman bagi pendidikan dalam melakukan analisis soal terutama untuk soal objektif.

1.2 Rumusan Masalah

1.1.1. Apa yang dimaksud dengan Pengujian Instrumen Penilaian? 1.1.2. Jelaskan jenis-jenis instrumen penilaian!

1.3 Tujuan

(2)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pengujian Instrumen Penilaian

Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan penilaian. Instrumen penilaian bisa berupa metode atau prosedur formal atau nonformal, untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik.

2.2 Jenis-Jenis Pengujian Instrumen Penilaian 2.2.1 Validitas

Merupakan derajat sejauh mana test mengukur apa yang ingin diukur. Validitas adalah salah satu syarat tes hasil belajar (THB) yang baik. Validitas berhubungan dengan kemampuan tes hasil belajar untuk mengukur keadaan yang akan diukurnya. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas apabila alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kreteria tertentu, artinya adanya kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.

Terdapat 2 macam metode pengujian validitas, antara lain :  Teknik Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar

Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui penganalisisan dengan cara berpikir secara rasional atau menggunakan logika dan penganalisisan dengan cara menggunakan analisis empiris.

 Pengujian Validitas Tes secara rasional

(3)

belajar itu memang dengan tepat telah dapat mengukur apa yang seharusnya dapat diukur.

Validitas rasional dapat dilakukan dari 2 segi, yaitu : a. Validitas Isi

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar. Dimana hal ini dilihat dari segi isi tes sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik. Yaitu, sejauh mana tes hasil belajar peserta didik isinya telah mewakili keseluruhan materi pelajaran yang diujikan.

Contohnya, dalam suatu kelas peserta didik telah menerima materi tentang “ Gelombang “, maka soal-soal tes yang diujikan oleh pendidik harus mencakup keseluruhan materi tentang “ Gelombang “. Selain itu, bentuk soal yang diberikan telah melalui pengujian atau penganalisisan terlebih dahulu. b. Validitas Konstruk

Yaitu validitas yang dilihat dari segi susunan, kerangka atau rekaannya. Dimana validitas ini bukan dipandang dari susunan kalimat soalnya, atau urutan nomor butir soal yang runtut, melainkan bahwa tes hasil belajar dikatakan telah memiliki validitas apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut dapat dengan tepat mengukur aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Dengan demikian, penganalisisan validitas konstruk dilakukan secara rasional dengan berpikir logis atau logika.

 Pengujian Validitas Tes Secara Empiris

(4)

a. Validitas Ramalan

Validitas Ramalan suatu tes adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauh sebuah tes sudah dapat dengan tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang terjadi pada masa depan. Contohnya, tes seleksi penerimaan calon mahasiswa baru pada sebuah perguruan tinggi. Tes ini diharapkan mampu meramalkan keberhasilan studi para calon mahasiswa dalam mengikuti program pendidikan di perguruan tinggi tersebut pada masa-masa yang akan datang.

b. Validitas Bandingan

Tes sebagai alat pengukur telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menunjukan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya. Dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman yang di peroleh pada masa lalu di bandingkan dengan data hasil tes yang di peroleh sekarang. Jika tes yang ada sekarang memiliki hubungan searah dengan hasil tes berdasarkan pengalaman yang lalu, maka tes memiliki karakteristik validitas bandingan.

Contohnya, seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk itu perlu sebuah kreteria masa lalu yang datanya dimiliki sekarang. Misalnya nilai ulangan harian atau nilai semester yang lalu.

 Validitas Item Tes Hasil Belajar

(5)

 Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar

Sebutir item dapat dikatakan validitas yang tinggi atau dapat dikatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya. Skor total disini berkedudukan sebagai variable terikat, sedangkan skor item berkedudukan sebagai variable bebasnya. Contohnya 20 orang testee dihadapkan pada tes objektif bentuk multiple choice item yang menghidangkan 10 butir item, dimana setiap item yang dijawab betul diberi skor 1, sedangkan butir item yang dijawab salah diberi skor 0. Setelah tes berakhir, dilakukan koreksi dan dihitung skornya, diperoleh data hasil tes sebagaimana tertera pada table berikut ini:

Teste e

(6)

R 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 6

S 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8

T 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 4

20=N 10 12 10 14 13 15 12 16 12 16 ∑Xt=130

2.2.2 Reliabilitas

Reliabilitas tes marupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui konsistensi pengukuran tes yang hasilnya menunjukan keakuratan dan kebenaran. Seorang dikatakan dapat di percaya apabila orang tersebut berbicara benar, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu. Dalam sebuah tes pentingnya diamati kebenaran dan kepastian tes tersebut dilihat dari hasil tes yang didapat.

Terdapat 2 macam metode reliabilitas tes, antara lain :  Reliabilitas Eksternal

Merupakan kestabilan hasil pengukuran apabila tes hasil belajar diujikan beberapa kali. Reliabitas sebagai stabilitas eksternal ini memandang bahwa tes hasil belajar dikatakan reliabel apabila diujikan beberapa kali akan memberikan hasil pengukuran yang relatif konsisten.

Reliabilitas eksternal dapat digolongkan dalam 2 metode, yaitu : a. Metode Tes Ulang

Merupakan metode pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan mengujikan sebuah perangkat tes hasil belajar kepada kelompok peserta uji coba yang sama sebanyak dua kali.

Contohnya, dapat disajikan skor hasil testing pada uji coba I dan II suatu tes hasil belajar yang direspons oleh lima orang siswa memberikn hasil sebagai berikut :

Responden X Y

1 50 65

2 90 87

(7)

4 90 95

5 85 74

Keterangan :

X = skor responden pada testing uji coba I Y = skor responden pada testing uji coba II N = jumlah responden

Rumus Korelasi Product Moment :

rxy=

N

XY

(

X

)(

Y

)

{

N

X2−(

X)2

}

{N

Y2−¿ ¿ ¿

Maka hasil korelasi yang merupakan koefisien reliabilitas sebesar 0,82. b. Metode Pararel

Merupakan pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan cara membuat dua perangkat tes hasil belajar yang pararel dan uji sekaligus. Dua perangkat tes hasil belajar paralel adalah dua perangkat yang dikembangkan dari spesifikasi yang sama seperti jumlah butir, pelaksanaan, bentuk, waktu uji coba, peserta uji coba, dan kisi-kisi. Spesifikasi ini merupakan detail rancangan yang mengarahkan pada penulisan buti-butir tes hasil belajar yang akan digunakan untuk pengumpulan data.

Contoh perhitungan koefisien reliabilitas menggunakan metode paralel pada lima orang siswa memberikan hasil sebagai berikut :

Responden X Y

1 60 55

2 85 90

3 70 63

4 85 70

5 75 80

(8)

X = skor pada peringkat I Y = skor pada peringkat II

Perhitungan dilakukan menggunakan rumus Korelasi Product moment,

sehingga memberikan hasil korelasi koefisien reliabilitas sebesar 0,79.

 Reliabilitas Internal

Merupakan konsistensi internal hasil pengukuran butir-butir tes hasil belajar. Tes hasil belajar dikatakan reliabel apabila, diantara butir tes hasil belajar dihasilkan pengukuran yang konsisten.

Reliabilitas sebagai koefisien konsistensi internal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Jumlah Butir Genap

Metode pengujian reliabilitas dilakukan atas tes hasil belajar yang mempunyai jumlah butir genap sehingga butir dapat dibelah menjadi 2 bagian yang sama besar.

1) Metode Belah Dua

Merupakan metode pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan cara membagi butir perangkat tes hasil belajar menjadi dua belahan, selanjutnya mengkorelasikan skor total kedua belahan.

Menurut cara membelahnya pembelahan dapat dilakukan dengan membelah butir dalam butir ganjil dan genap atau awal dan akhir. Contohnya, pada instrumen yang terdiri dari sepuluh butir, pembelahan ganjil-genap dilakukan dengan mengelompokkan butir 1,3,5,7,9 dalam belahan pertama dan butir 2,4,6,8,10 dalam belahan kedua. Atau dengan cara lain, pembelahan atas dasar awal-akhir dengan mengelompokkan butir 1,2,3,4,5 dalam belahan pertama dan butir 6,7,8,9,10 dalam belahan kedua.

(9)

1 1 1 1 1 1 5 1 0 0 1 1 3 8

2 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 2 3

3 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 9

4 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 2

5 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 0 4 8

Jumlah skor kedua belahan selanjutnya dikorelasikan. Data jumlah skor kedua belahan adalah sebagai berikut :

Responden X Y

X = Jumlah skor butir belahan ganjil Y = Jumlah skor butir belahan genap

Hasil korelasi skor belahan ganjil dan genap (rxy) menggunakan rumus korelasi product moment yang memberikan hasil koefisien korelasi sebesar 0,85.

2) Metode Flanagan

Metode ini seperti metode belah dua, juga membagi data manjadi dua belahan. Pembelahan dapat dilakukan atas dasar ganjil – genap atau awal – akhir. Selanjutnya, perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan rumus :

(10)

Contoh perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan langkah

Varians hasil perhitungan adalah sebagai berikut :

 Skor Kelompok butir belahan ganjil

Si2 = 64−(15) 2

5

5

=

3,8

 Skor kelompok butir belahan genap

(11)

r1 1=2

(

1−3,8

+0,8

8,4

)

=0,90

3) Metode Rulon

Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih skor pada kedua belahan. Rumus yang digunakan yaitu :

r11 = 1-Sd

Merupakan pengujian reliabilitas sebagai koefisien konsistensi internal dimana butir instrumen berjumlah ganjil dapat menggunakan metode -metode, yaitu :

1) Metode Kuder – Richardson

Perhitungan koefisien reliabilitas menggunakan metode Kuder – Richardson di lakukan dengan rumus berikut :

r11=

(

nn1

)

(

p = proporsi skor yang diperoleh

q = proporsi skor maksimum dikurangi skor yang diperoleh 2) Metode Hoyt

Perhitungan koefisien reliabilitas menggunakan metode Hoyt dilakukan dengan rumus berikut :

r11=1−V(s)

(12)

Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas V(r) = Varians responden V(s) = Varians sisa 3) Alpha Cronbach

Perhitungan koefisien reliabilitas dapat dilakukan menggunakan metode Alpha cronbach dengan rumus berikut :

r11=1−

(

nn1

)

(

1−

Si

2

St 2

)

Keterangan : n = jumlah butir Si2 = varians butir St2 = varians total

2.2.3 Daya Beda

Daya beda adalah kemampuan item untuk membedakan antara individu yang memiliki performansi tinggi dan rendah. Daya beda adalah analisis yang mengungkapkan seberapa besar butir tes dapat membedakan antara siswa kelompok tinggi dengan siswa kelompok rendah. Salah satu ciri butir yang baik adalah yang mampu membedakan antara siswa kelompok atas (yang mampu) dan siswa kelompok bawah (kurang mampu). Siswa kelompok atas adalah kelompok siswa yang tergolong pandai atau mencapai skor total hasil belajar yang tinggi dan siswa kelompok bawah adalah kelompok siswa yang kurang pandai atau memperoleh skor total hasil belajar yang rendah.

Daya Beda (DB) dapat ditentukan besarannya dengan rumus sebagai berikut :

(13)

DB =

TB

T = jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.

RB = jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah.

R = jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah.

Contohnya, 10 orang mengikuti uji coba tes hasil belajar berbentuk objektif dengan hasil dengan hasil sebagai berikut :

(14)

1. Menetukan siswa kelompok atas dan bawah. Kelompok atas adalah setengah kelompok siswa ( 5 orang ) yang memperoleh jumlah skor tertinggi. Kelompok bawah adalah setengah kelompok siswa ( 5 orang ) yang memperoleh skor terendah. Penentuan kelompok atas dan kelompok bawah dapat disajikan dalam tabel berikut :

Kelompok atas Kelompok bawah

(15)

3. Menghitung Daya Beda

Daya beda dihitung sebagaimana rumusnya sebagai berikut : a. Butir 1

Daya Beda (1) = 55−15=45=0,80

b. Butir 2

Daya beda (2) = 25−45=−52=−0,40

2.2.4 Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran berhubungan dengan banyaknya testee (siswa) yang bisa menjawab dengan benar suatu butir soal tes. Suatu butir soal tes dikatakan baik, bila memenuhi fungsinya secara tepat. Butir soal yang terlalu sukar tidak berhasil mengungkapkan apa yang diketahui siswa. Semua tidak bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Sebaliknya, butir soal yang terlalu mudah ,tidak berhasil mengungkap apa yang belum diketahui siswa. Tidak bisa mengukur secara tepat kemampuan yang dimiliki siswa. Semua bisa menjawab dengan betul.

Untuk itu, dalam merumuskan butir soal, perlu dilihat tingkat kesukarannya secara empiric. Rumusannya adalah sebagai berikut :

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya testee menjawab butir soal dengan benar. Js = Jumlah seluruh testee (siswa)

Soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran yang memadai untuk mengungkap penguasaan siswa secara tepat. Soal dengan P sebesar 0,0 sampai dengan 0,30 adalah soal sukar. Soal dengan P sebesar 0,3 sampai dengan 0,70 adalah sola sedang. Soal dengan P sebesar 0,70 sampai dengan 0,70 sampai dengan 1,00 termasuk soal mudah.

(16)

dengan 0,70. Namun hal ini juga perlu mempertimbangkan proporsi butir soal yang sukar, sedang dan mudah, sehingga bisa benar-benar tepat dalam mengukur kemampuan siswa.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Validitas adalah salah satu syarat tes hasil belajar (THB) yang baik. Validitas berhubungan dengan kemampuan tes hasil belajar untuk mengukur keadaan yang akan diukurnya.

Reliabilitas tes marupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui konsistensi pengukuran tes yang hasilnya menunjukan keakuratan dan kebenaran.

(17)

Tingkat kesukaran berhubungan dengan banyaknya testee (siswa) yang bisa menjawab dengan benar suatu butir soal tes. Suatu butir soal tes dikatakan baik, bila memenuhi fungsinya secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto. 2008. Evaluasi hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi guru menyusun instrumen tes hasil belajar adalah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk menyusun alat yang digunakan untuk

Teori belajar kultural merupakan suatu konsepsi yang menempatkan budaya (kultural) menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses pembelajaran.. Teori Kognitif

Instrumen penilaian hasil belajar siswa berbasis TIK ini mampu mengukur kompetensi siswa yang sesungguhnya secara akurat, hal ini dibuktikan dengan nilai validitas dan