• Tidak ada hasil yang ditemukan

AQUAMAN RESPATI informasi simpan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AQUAMAN RESPATI informasi simpan dan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN

Disusun oleh :

Nama : Respati Dwi Sasmitha Nim : 145080600111017 Kelompok : 16

Asisten : Imas Adi Yuwono

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Akustik Kelautan disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Praktikum Akustik Kelautan dan lulus Mata Kuliah Akustik

Kelautan

Malang, 28 Desember 2016

Mengetahui,

Dosen Pengampu MK. Akustik Kelautan

Defri Yona, S.Pi.,M.Sc.Stud., D.Sc NIP. 19781229 200312 2 002

Asisten Pendamping

Imas Adi Yuwono NIM.13508060111100

4 Koordinator Asisten

Ivan Muhtadiansyah NIM.1350806001110

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan berkah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mata Kuliah Akustik Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, ini dengan lancar.

Penulis mengucapkanrasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: Ibu Defri Yona, S.Pi., M.Sc.Stud., D.Sc. sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Akustik Kelautan; Tim Asisten Praktikum Akustik Kelautan yang telah mambantu dan membimbing selama jalannya praktikum; Kedua Orangtua yang selalu memberi dukungan moral dan material; Keluarga Besar Kraken yang tanpa lelah memberi pacuan untuk menyelesaikan laporan ini; dan berbagai pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa Laporan Praktikum ini belum dapat disebut sempurna, maka dari itu, Penulis sangat mengharap kritikan dan saran agar Laporan ini dapat menjadi lebih baik kedepannya dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berguna kedepannya.

Terimakasih.

Malang, 25 November 2016

(4)
(5)
(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerja Praktikum Akustik Kelautan...6

Gambar 2. Skema Kerja Perakiran Alat...7

Gambar 3. Skema Kerja Penggunaan Echosounder...8

Gambar 4. Pengolahan Data Batimetri pada Map Source...9

Gambar 5. Pengolahan Data Batimetri pada Ms. Excel...10

Gambar 6. Skema Kerja Pengolahan Data Batimetri pada Surfer...11

Gambar 7. Echosounder Garmin GPS Map 178C Sounder. Sumber: Google Images, 2016...12

Gambar 8. Transducer. Sumber: Google Images, 2016...13

Gambar 9. Display. Sumber: Google Images, 2016...16

Gambar 10. Accu. Sumber: Google Images, 2016...17

Gambar 11. Antenna. Sumber: Google Images, 2016...18

Gambar 12. Kabel Konektor. Sumber: Google Images, 2016...19

Gambar 13. Software Map Source...22

Gambar 14. Open Data Bathymetry pada Map Source...23

Gambar 15. Preferences >Tab Positions...23

Gambar 16. Preferences >Tab Units...24

Gambar 17. Simpan Data dalam Format *.txt...24

Gambar 18. Open File *.txt di Ms. Excel...25

Gambar 19. Text Import Wizard: 3-1 Delimited...25

Gambar 20. Text Import Wizard: 3-2 Centang Tab dan Space...25

Gambar 21. Text Import Wizard: 3-3 Finish...26

Gambar 22. Data Hasil Sounding...26

(7)

Gambar 32. Open File pada Software Surfer...30

Gambar 33. Pilih Sheet Lokasi Data...30

Gambar 34. Tentukan X, Y, Z, dan Metode Gridding...30

Gambar 35. Gridding Report: Success...31

Gambar 36. Contour Map...31

Gambar 37. Buka Data Hasil Krigging...32

Gambar 38. Krigging Hasil 2D...32

Gambar 39. Krigging Hasil 3D...32

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Peta Batimetri Tanjung Emas 2 Dimensi...35

Lampiran 2. Hasil Peta Batimetri Tanjung Emas 3 Dimensi...36

Lampiran 3. Daftar Istilah...37

(10)

BAB 1. PENDAHULUAN Hidroakustik dibedakan menjadi dua yaitu akustik pasif (mendengarkan suara yang datang) dan akustik aktif (memancarkan sinyal dan mendengarkan pantulan sinyal) yang lebih umum disebut Echosounder. Dengan menggunakan metode ini, kita dapat mengetahui tipe dasar dari suatu perairan dengan menggunakan backscattering volume dasar perairan / substrat.

Menurut FAO (2008), teknologi pada abad ini telah berkembang sangat pesat, hal ini juga mampengaruhi penelitian dalam hal ini di bidang kelautan. Teknologi yang semakin canggih dari tahun ke tahun dimanfaatkan oleh peneliti di bidang kelautan untuk menggambarkan kondisi perairan secara pasti. Saat kondisi perairan telah diketahui pasti maka potensi yang dapat dimaksimalkan di suatu perairan. Penggunaan teknologi juga dapat mendapatkan data pasti tentang suatu parameter dan obyek perairan dengan tepat.

(11)

Beberapa penelitian mengenai habitat dasar perairan di Indonesia telah dilakukan dan deteliti oleh Manik,et al (2006). Pengukuran surface backscattering strength (SS) menggunakan Quantitative Echo Sounder (QES) dan pendekatan nilai SS untuk identifikasi habitat ikan. Kontur dasar laut dapat pula digambarkan melalui metode tersebut. Setiap penelitian mempunyai tema tertentu yang menjadi pokok bahasan para peneliti. Khususnya di bidang kelautan yang masih banyak potensi yang belum tergali.

Menurut Dianovita (2011), batimetri perairan dangkal sangat penting untuk studi morfologi dasar laut, pengelolaan dan manajemen sumber daya zona pesisir. Pendugaan batimetri dengan menggunakan metode penginderaan jauh umumnya dilakukan pada kondisi air yang jernih. Survei batimetri dilakukan untuk mendapatkan data kedalaman aktual. Data kedalaman tersebut digunakan dalam mengestimasi kedalaman dengan menggunakan algoritma yang telah dikembangkan oleh Lyzenga.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari Praktikum Akustik Kelautan adalah sebagai berikut :

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara perangkaian dan penggunaan Echosounder

(12)

BAB 2. METODOLOGI

Tabel 1. Daftar Alat yang Digunakan

No .

Nama Alat Gambar Alat Fungsi Alat

1. GPS Map 178 C

(13)

No .

Nama Alat Gambar Alat Fungsi Alat

4. Kamera

Tabel 2. Daftar Bahan yang Dipakai

No. Nama Bahan Gambar Bahan Fungsi Bahan

1. Accu

2 Data Sounding Untuk data mentah

pengolahan data batimetri

(14)

untuk mendapatkan nilai pasut per-30 menit.

Berikut ini merupakan daftar prangkat lunak yang dipakai pada saat praktikum Akustik Kelautan :

Tabel 3. Daftar Software yang Digunakan

No. Nama Software Gambar Software Fungsi Software

1. MapSource

(GoogleImages. 2016)

Untuk mengekstraksi data mentah dari Echosounder.

(15)

2.3. Skema Kerja

Pada praktikum Akustik Kelautan, dilakukan berbagai kegiatan mengenai pengenalan alat Echosounder,simulasi perangkaian alatEchosounder, dan pengolahan data batimetri. Berikut ini adalah skema kerja yang dilakukan pada praktikum Akustik Kelautan :

(16)

2.3.1. Pengenalan dan Perakitan Alat

Pengenalan alat dilakukan pada saat praktikum lab. Pengenalan alat ditujukan agar praktikan mengetahui fungsi dan bentuk dari setiap instrumen Echosounder yang digunakan. Berikut ini adalah skema kerja dari perakitan alat Echosounder :

Gambar 2. Skema Kerja Perakiran Alat

(17)
(18)

2.3.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk menjadikan data hasil pengukuran yang masih berupa data mentah dapat dibaca dan diamati secara mudah. Berikut ini adalah skema kerja dari pengolahan data menggunakan tiga perangkat lunak yaitu: Map Source; Ms. Excel; dan Surfer.

2.3.2.1. Map Source

Map Source digunakan untuk mengubah data mentah dari Echosounder Garmin yang belum bisa diintepretasi secara jelas, menjadi data yang dapat diamati dengan mudah. Berikut ini adalah skema kerja pengolahan data menggunakan Map Source :

(19)

2.3.2.2. Ms. Excel

Data hasil konversi dari Map Source selanjutnya akan dimasukkan ke dalam Ms. Excel untuk memilah dan memilih data mana yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Pada tahap ini, ada empat data yang dibutuhkan, yaitu data Latitude Longitude, Kedalaman, Waktu, Pasut, dan Draft. Berikut ini adalah pengolahan data batimetri menggunakna Ms. Excel:

Gambar 5. Pengolahan Data Batimetri pada Ms. Excel

2.3.2.3. Surfer

(20)
(21)

BAB 3. HASIL OBSERVASI

3.1. Pengenalan Alat

Pada praktikum pengenalan alat, praktikan dikenalkan pada berbagai instrumen Echosounder dan fungsi dan cara pemakaiannya. Berikut ini adalah instrumen-instrumen yang dikenalkan pada praktikum Akustik Kelautan:

3.1.1. Echosounder

Menurut Tackletour (2015), Garmin GPS MAP 178C Sounder merupakan nama dan type GPS yang digunakan dalam praktikum perakitan alat akustik kelautan. Cara penggunaanya adalah, pertama tama tekan tombol power hingga GPS menyala, ketika sudan menyala pilih I Agree. Selanjutnya tekan tombol page hingga muncul halaman ketiga yaitu peta dan kedalaman. Kemudian tekan tombol menu, pilih setup sonar pada pilihan menu. Setelah itu lakukan pengaturan, pilih fish symbol untuk memilih ikan dan kedalaman tertentu , dan jenis perairan pilih salt water atau frees water. Setelah selesai keluar dari menu sonar dengan menekan tombol quit.

Gambar 7. Echosounder Garmin GPS Map 178C Sounder. Sumber: Google Images, 2016

(22)

banyak sekali kegunaan bagi pemancing. Alat ini sangat berguna bagi pemancing yang ingin meningkatkan produktifitas hasil tangkapanya sehingga perekonomiaanya dapat berkembang.

Echosunder merupakan piranti pertama yang dipelajari pada praktikum Akustik Kelautan. Echosounder sering disamakan dengan Akustik, dan hal ini salah besar. Akustik merupakan ilmu yang memelajari rambatan gelombang terpsah-pisah. Alat ini dapat digunakan sebagai Fish Finder, pengukur batimetri, navigasi, membuat jalur pelayaran, dan lain-lain.

3.1.2. Transducer

(23)

filosofil, logika dan ilmu komputer. Konsep tranduksi sudah berkembang dengan sangat cepat dan penggunaanya pun beragam hingga dapat membantu meringankan pekerjaan sesorang (Seica, 2012).

(24)

3.1.3. Transmitter

Transmitter merupakan alat pemancar sinyal suara. Transmitter diletakkan di bawah kapal untuk memancarkan sinyal akustik bawah air. Transmitter dibagi menjadi dua, yaitu transmitter temperatur, transmitter batimetri, dan transmitter aliran. Transmitter sangat erat hubungannya dengan transducer, karena transducer yang merubah sinyal listrik menjadi sinyal akustik. Transmitter biasanya diletakkan bersamaan dengan receiver.

Transmitter adalah suatu alat kelanjutan dari sensor, dimana merupakan salah satu elemen dari sistem pengendalian proses. Untuk mengukur besaran dari suatu proses digunakan alat ukur yang disebut sebagai sensor (bagian yang berhubungan langsung dengan medium yang diukur), dimana transmitter kemudian mengubah sinyal yang diterima dari sensor menjadi sinyal standart. Berdasarkan besaran yang perlu ditransformasikan transmitter dapat digolongkan sebagai transmitter temperatur, transmitter tinggi permukaan, transmitter aliran. Transmitter dapat dihubungkan dengan berbagai alat penerima seperti instrument berupa penunjuk, alat pencatat, pengatur yang mempunyai sinyal masukan yang standart (Simanjutak, 2010).

(25)

kedalaman perairan. Page 5 menunjukkan arah mata angin dan fungsinya seperti kompas. Page 6 menunjukkan jalur pelayaran, dimana terdapat keterangan waktu, off course, dan distance to next. Terakhir Page 7 menunjukkan waypoint atai titik pelayaran.

Gambar 9. Display. Sumber: Google Images, 2016

Menurut Marzuki (2010), perangkat Display berguna untuk menampilkan data informasi yang diperoleh dari sistem SONAR Unit. Display SONAR Unit pada Fish Finder 160C sudah ditampilkan secara baik, dari layar perangkat Fish Finder tersebut kita dapat melihat informasi mengenai temperature perairan, kedalaman dan kecepatan pergerakan transducer terhadap air. Pada bagian display tersebut juga kita dimudahkan untuk melakukan pengaturan frekuensi, gain dan parameter yang hendak kita tampilkan. Ada juga display yang digunakan yaitu perangkat osiloskop yang digunakan untuk mengetahui daya terima receiver yang kemudian dibandingkat dibandingkan dengan daya kirim transmitter.

Menurut Elac (1955), diameter dari layar (scope) rata rata 6 inci, dimana setiap 0.010 inci pada layar akan merepresentasikan 3 kaki kedalaman air yang terpampang setelah kedalaman 280 kaki. Pengaplikasian ini tentunya untuk memastikan range. Walaupun ada banyak variasi range ketika CRT menunjukkan 8 fathom, maka setiap 3 kaki air maka sama dengan 4 inci kedalaman. Variable dari range diciptakan secara partikular untuk kegiatan perikanan dengan trawl. Dengan variable range tersebut memungkinkan kita untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari 8 fathom pada kolom perairan, dimana jaring masih tergantung dan ikan berada didepan ayer atau didalam jaringnya.

3.1.5. Accu

(26)

berakibat fatal bagi alat maupun peneliti tersebut. Dalam praktikum Akustik kelautan, pemasangan aki dimulai dari kabel hitam dipasangkan ke kutub negatif karena tidak memiliki daya. Setelah itu pasangkan kabel merah dengan kutub positif.

Gambar 10. Accu. Sumber: Google Images, 2016

Latif, dkk (2013), mengmukakan bahwa akumulator atau aki adalah sumber tegangan listrik DC yang bersifat portable dan bisa digunakan dimana saja, kapan saja tanpa harus berada pada darah atau tempat yang ada pasokan listrik. Pemakaian aki juga bisa habis. Aki memiliki batas pemakaian dan tidak bisa digunakan lagi. Aki yang sudah habis dapat digunakan lagi setelah aki tersebut diisi ulang. Pengisian ulang dengan memberikan tegangan potensial yang sama dengan kutub-kutub aki.

(27)

Transducer sehingga dapat melacak posisi melalui GPS yang tersedia. Antena juga ada yang portable dan ada juga yang tetap.

Gambar 11. Antenna. Sumber: Google Images, 2016

Giordano, et al (2015), mengemukakan bahwa antena Trimble DSM ™ 232 (24-channel) merupakan perima sinyal GPS yang dipasang di papan MicroVeGA. Penerima GPS Trimble DSM 232 memungkinkan metode koreksi GPS yang tepat dan akurat untuk dipilih. Dalam penelitian ini, digunakan opsi DGPS pasca pemrosesan data. Dalam penelitian ini, opsi DGPS di pos-pengolahan menggunakan software Trimble (24-channel L1/L2), yang merupakan solusi yang kuat untuk berbagai pekerjaan di penentuan posisi dalam lingkungan laut yang dinamis. Bahkan, perangkat ini mudah diinstal (dipasang) dan mampu menahan kondisi lingkungan yang sulit. Sehingga antena ini sesuai untuk survei di perairan sangat dangkal. Selain itu, penerima GPS dan antena yang modular, memungkinkan untuk memasang pada papan MicroVeGA. Dalam pemasangannya, antena harus berhubungan secara vertikal dengan transduser.

Antena pada GPS merupakan alat penerima sinyal GPS yang cukup penting dimana antena ini berfungsi mendeteksi gelombang elektromagnetik yang datang dari satelit. Antena tersebut sangat penting guuna mengetahui posisi yang dikirimkan oleh satelit. Antena GPS yang rentan terkena air sangat berbahaya jika tidak diletakkan dangan baik. Mengingat alat ini sangat penting guna melakukakan digitasi ketika kita melakukan penggambaran dasar suatu perairan (Johan, 2010).

3.1.7. Kabel Penghubung

(28)

dan juga untuk mentransfer data yang diperoleh. Kabel konektor yang digunakan pada produk “Simrad” untuk alat echosounder berfungsi untuk menghubungkan antara sumber daya dengan monitor dan juga transducer (Kongsberg, 2016).

Kabel konnektor merupakan suatu komponen pada echosounder yang memegang peran penting. Kabel konektor pada Echosounder inilah yang merupakan penghubung dari display, antenna, dan accu. Langkah pertama untuk penggunaan echounder ini yaitu dengan menhubungkan kabel pengubung. Urutan dalam menghubungkan kabelnya yaitu pertama dengan display, kedua denga antenna, dan ketiga dihubungkan dengan accu. Di Accu ini terdapat 2 kabel yang harus dihubungkan. Kabel tersebut merupakan kabel warna hitam bermuatan positif (+) dan kabel warna merah yang bermuatan negatif (-) (Muslimin, 2016).

Gambar 12. Kabel Konektor. Sumber: Google Images, 2016

(29)

terkena percikan air, jika semua alat sudah dihubungkan ke display, langkah selanjutnya menempatkan transducer di bawah kapal.

Penelitian menggunakan sistem baetrimetri sangat diperlukan, terutama bagi pulau pulau yang akana disinggahi berbagai macam kapal yang akan bersandar di pulau tersebut. Betrimetri bisa dilakuan dengan menggunakan singlebeam dan doublebeam. Tetapi tentusaja tingkat ketelitianya berbeda, setelah dilakukan batrimetri pada suatu perairan pulau maka hasil yang didapat dapat diolah menjadi peta wilayah yang, menunjukkan berapa kedangkalan di dikat bibir pantai yang akan disinggahi kapal tersebut. Aplikasi yang dapat mengolah data tersebut menjadi peta yaitu ArcMap 10.1 dan versi yang lebih baru lagi, tentu saja penggambaran peta harus dilandasi dengan data yang spesifik agar hasil yang diperoleh lebih akurat (Fachrurrozi, 2013).

Secara umum ada dua jenis transducer yang biasa digunakan dalam dunia kelautan/ perikanan yakni transducer nickel dan transducer keramik, yang masing-masing mempunyai prinsip kerja yang berbeda. Hal tersebut dikarnakan karakteristik dari substrat dan situasi antara perairan dan laut sangat berbeda, baik substrat, PH, Salinitas dan lain sebagainya. Tentusaja masing masing alat mempunyai kelebihan masing masing yang sesuai dengan jenis perairan yang akan di teliti lebih lanjut. Selain itu transducer juga dibagi menjadi singlebeam dan doublebeam (Jauhari, et.a., 2007)

3.3. Simulasi Alat

Cara Pemakaian dari echo sounder ini adalah sebagai berikut, pertama tama pasang alat dan cek keadaan alat sebelum memulai pengambilan data. Pastikan kabel single beam dan display sudah terpasang, Pasang antena, jika diperlukan input satelit GPS. Masukkan single beam kedalam air lalu Set Skala kedalaman yang ditampilkan display. Set frekuensi yang akan digunakan contohnya 200 Hz untuk laut dangkal atau 50 Hz untuk laut dalam atau dual untuk menggunakan keduanya. Set input data air yaitu salinitas, temperatur dan tekanan air, setalah semua data telah dimasukkan lalu dapat dimulai pengambilan data dan setelah selesai baru data tersebut di proses.

(30)

warna merah bernilai positif dan yang hitam bernilai negatif. Dieratkan semuanya menjadi satu. Kemudian antena ditaruh pada pohon untuk menangkap sinyal dan transducer yang sudah diikatkan pada tongkat di taruh dalam air dengan posisi horizontal atau tegak lurus dengan permukaan air GPS. Kesalahan sedikit apapun mempengaruhi cara kerja pada echosounder. Jika terjadi sedikit kesalahan pada penggunaan metode atau cara kerjanya dapat mengakibatkan posisi penggunaan komponen tongkat tidak stabil sesuai prosedur. Kesalahan dalam metode ini dapat berakibat fatal, misalnya dapat menyebabkan tidak munculnya ikan pada layar display (Wall et al, 2011).

Setelah semua selesai dimulai dengan menekan tombol power pada display sampai nyala kemudian pilih tombol I agree. Dilanjutkan dengan menekan tombol page sebanyak 3 kali sampai muncul halaman kedalaman dan peta. Setelah itu, tekan tombol menu dan pilih set up sonar pada pilihan menu dengan tombol anak panah ke bawah dan enter. Kemudian mulailah pengaturan. Atur ke dalam auto, tentukan fish-symbol-nya. Pilih ikan dengan gelembung renang dan kedalaman dengan menekan anak panah ke bawah dan enter. Setelah semua selesai diatur, keluar dari menu set up sonar dengan menekan tombol quit dan mulailah mengamati pada layar display.

(31)

awam pun dapat membaca data tersebut dengan mudah dan praktis. Selain itu juga penyajian data dalam bentuk peta dapat memperjelas maksud dari sang pembuat peta.

Data yang telah diperoleh, oleh peneliti akan diolah lebih lanjut menggunakan komputer portable yang dilengkapi dengan program program ER-60, Echoview 4.0, Surfer 8.0, Ocean Data View serta Google. Data akustik yang diperoleh berupa echogram kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan software Echoview 4.0 . Hasilnya disimpan dalam bentuk *gdb (geodatabase), selanjutnya diolah dengan Microsoft Excel dan Surfer 8.0. sebagai bentuk output yang dapat dengan mudah dibaca oleh orang awam dengan berbagai keperluan yang berhubungan dengan bidang perikanan dan kelautan (Burdah, 2006).

Pengenalan data dilakukan untuk mengetahui data mana saja yang akan diolah. Data yang digunakan pada pegolahan data pemeruman adalah altitude dan longitude, data sounding, waktu, dan data pasang surut. Data pasang surut harus diolah dulu dan dirata-rata menjadi per-30-menit. Pengolahan ini dilakukan dengan tiga piranti lunak, yaitu MapSource untuk mengolah data mentah dan mengekstraksi data mentah, Microsoft Excel untuk mengolah perhitungan pasang surut dan perhitungan Sounding, dan Surfer untuk memvisualisasikan data vektor menjadi data grafik yang dapat dilihat secara awam.

3.4.1. Prosedur Pengolahan Data Batimetri

Berikut ini adalah prosedur pengolahan data batimetry di Tanjung Emas menggunakan software Map Source, Ms. Excel, dan Surfer:

3.4.1.1. Map Source

Langkah pertama adalah membuka software Map Source.

(32)

Kemudian buka data pengukuran bathymetry dari asisten dengan cara klik File>Open. Lalu pilih file data di penyimpanan.

Gambar 14. Open Data Bathymetry pada Map Source

(33)

Gambar 16. Preferences >Tab Units

Simpan pada lokasi tertentu bila sudah dengan cara File>Safe As> pilih lokasi dan nama file yang diinginkan > pilih format dalam bentuk *.txt >Save

Gambar 17. Simpan Data dalam Format *.txt

3.4.1.2. Ms. Excel

(34)

Gambar 18. Open File *.txt di Ms. Excel

Karena file data ersumber dari format *.txt, maka data akan berbentuk lurus dan menyatu. Sebelum diolah data harus dipisah-pisah. Tekan Delimited> selanjutnya Next> centang Tab dan Space >selanjutnya Next>Finish.

(35)

Gambar 21. Text Import Wizard: 3-3 Finish Dat akan keluar seperti pada gambar dibawah.

Gambar 22. Data Hasil Sounding

Buat sheet baru dan tulis X,Y,Z, Time, Sounding, Draft, dan Pasut.

Gambar 23. Sheet Baru

(36)

Gambar 24. Copy Altitude dan Depth ke X dan Y

Gambar 25. Isi Kolom Draft dengan 0.4

(37)

Gambar 26. Data Elevasi Pasut

Gambar 27. Input Data dan Olah Data Pasut

Gambar 28. Rata-rata Data Pasut tiap 30 Menit

(38)

Gambar 30. Hasil Akhir Pengukuran Sounding dengan X, Y, dan Z Pengolahan data menggunakan Ms. Excel selesai sampai disini. 3.4.1.3. Surfer

Selanjutnya buka software Surfer untuk menampilkan data dalam bentuk 2 dimensi dan 3 dimensi.

Gambar 31. Software Surfer

(39)

Gambar 32. Open File pada Software Surfer

Gambar 33. Pilih Sheet Lokasi Data

(40)

Gambar 35. Gridding Report: Success

Selanjutnya pilih Map > New > Contour Map untuk menampilkan data Gridding.

Gambar 36. Contour Map

(41)

Gambar 37. Buka Data Hasil Krigging

Data Krigging sudah dapat ditampilkan. Masuk ke Property Manager di kiri bawah dan edit Fill colors menjadi berwarna (bathymetry), dan tampilkan Colors Scale.

Gambar 38. Krigging Hasil 2D Ganti Metode Menjadi 3D melalui 3D Surface.

(42)

Hasil Visualisasi dua dimensi dan tiga dimensi dari bathymetry Tanjung Emas.

\

(43)

BAB 4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dati Praktikum Austik Kelautan ini adalah : 1. Perakitan alat Echosounder dilakukan dengan berbagai alat, termasuk

Transducer, Antenna, Accu, Display, dan Kabel Penghubung. Alat Echosounder dapat dioperasikan untuk mengetahui letak ikan, mengukur data batimetri dasar laut, dan navigasi kapal.

2. Pengambilan data mentah dari Echosounder dapat dilakukan dengan perangkat lunak MapSource sebagai perangkat lunak bawaan dari Garmin. Pengolahan data batimetri dari Echsounder dilakukan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dan Surfer. Microsoft Excel digunakan untuk memilah data mentah dari Echosounder, sedangkan Surfer digunakan untuk memvisualkan data pengukuran batimetri menjadi bentuk dua dimensi dan tiga dimensi.

4.2. Saran

(44)

LAMPIRAN

(45)
(46)

Lampiran 3. Daftar Istilah

No Istilah Definisi

1 Accu Komponen Elektrokimia untuk sumberdaya listrik. 2 Akustik Teori tentang gelombang suara dan perambatannya. 3 Antenna Suatu piranti yang digunakan untuk merambatkan dan

menerima gelombang elektromagnetik. 4 Batimetri Teori yang mempelajari kedalaman air.

5 Deteksi Metode yang digunakan untuk menemukan/menentukan keberadaan.

6 Display Komponen untuk menampilkan gambar.

7 Echosounder Instrumen yang memancarkan dan membangkitkan gelombang suara pada frekuensi tertentu.

8 Fish symbol Simbol yang menentukan type ikan dan kedalamannya. 9 Garmin Sebuah perusahaan yang memproduksi alat akustik. 10 Kabel penghubung Kabel yang menghubungkan suatu alat dengan Accu. 11 Kontur Tampilan data berbentuk garis-garis lengkung.

12 MapSource Sofware yang berbasis GPS untuk mengkonversi data. 13 Medium Sebuah media perpindahan.

14 Ms.Excel Aplikasi untuk mengolah data dalam praktikum ini dari MapSource.

15 Receiver Alat untuk menerima sinyal.

16 Sensor Alat untuk mendeteksi/menghitung komponen fisika . 17 Sinyal Suatu besaran fisis yang berubah terhadap waktu, ruang,

ataupun dapat berubah terhadap variabel bebas lainnya. 18 Surfer Software untuk menampilkan data x,y,z

19 Tranduser Komponen yang berfunsi sebagai pengubah energi listrik meadi energi sonar dan sebaliknya.

(47)

Lampiran 4. Dokumentasi Praktikum

No. Nama Alat Gambar Dokumentasi

1 Echosounder Garmin GPS MAP 178C Sounder

2 Transducer

3 Display

4 Accu

(48)

No. Nama Alat Gambar Dokumentasi 6 Kabel Penghubung

7 Page 1 8 Page 2

9 Page 3

10 Page 4

(49)

No. Nama Alat Gambar Dokumentasi 12 Page 6

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Burdah, Roy. 2006. Pengukuran Densitas Ikan Menggunakan Sistem Akustik Bim Terbagi (Split Beam) Di Laut Jawa Pada Bulan Mei 2008. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Catherinna, Maharanni , Petrus Subarjo, Alfi Satriadi. 2015. Pemetaan Batimetri Perairan Anyer, Banten Menggunakan Multibeam Echosounder System (Mbes). Jurnal Oseanografi. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 253 – 261.

Dianovita, Cory Elisabety. 2011. Pemetaan Batimetri Perairan Dangkal Karang Congkak Dan Karang Lebar Dengan Menggunakan Citra Ikonos Pan-Sharpened. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.

Elac, Honeywell. 1955. An introduction to echosounding. Germany : ELAC-ELECROACOUSTICS G.m.b.H., Kiel

Eprints. 2016. http://eprints.polsri.ac.id/1110/3/BAB%202.pdf. Diakses pada 23 November 2016 pukul 22.00 WIB.

Fachrurrozi, M. 2013. Studi Pemetaan Batimetri untuk Keselamatan Pelayaran di Pulau Parang, Kepulauan Karimun Jawa, Kabubapaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Oseanografi Vol 2 No 3 Hal 310-317. FAO. 2008. Pengukuran Densitas Ikan Menggunakan Sistem Akustik Bim

Terbagi (Split Beam) Di Laut Jawa Pada Bulan Mei 2008. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

(51)

Kongsberg. 2016. http www.km.kongsberg.com. Diakses pada tanggal 23 November 2016 Pukul 18.00 WIB

Kongsberg. 2016. Simrad 200-35: 200 kHz single beam echosounder transducer.. Diakses pada 23 November 2016 Pukul 16.00

Latif, Melda., dkk. 2013. Analisa Proses Charging Akumulator Pada Prototype Turbin Angin Sumbu Horizontal di Pantai Purus Padang. Jurnal Nasional Teknik Elektro. Vol 2 No. 1

Marzuki, Ismail Johan. 2010. Identifikasi Material Dasar Perairan Menggunakan Perangkat Fish Finder Berdasarkan Nilai Target Strength. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Indonesia.

Melda, Latif, dkk. 2013. Analisa Proses Charging Akumulator pada Prototipe Turbin Angin Sumbu Horisontal di Pantai Padang. Jurnal Nasional Teknik Elektro. Vol 02 No.1. ISSN; 2302-2949.

Muslimin, Rois. 2016. Echosounder. http://blog.ub.ac.id/roys/seputar-echosounder/. Diakses pada 24 November 2016

Pramanda, Putra. 2013. Pengaruh Kecepatan Kapal dengan Proses Pemeruman Menggunakan SingleBeam Echosounder. Universitas Dipenegoro. Semarang.

Seica, Alvaro. 2012. The Transducer Function: An Introduction to Theoritical Typology in Electronic Literature and Digital Art. CITAR Journal Simanjutak, AM. 2010. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada 23 November

2016 pukul 22.15 WIB.

(52)

ASISTEN ZONE

No Nama dan NIM Foto Kesan dan Pesan

1 Niken Puteri Prayitno

Pesan : Jadi Asisten yang lebih baik.

2 Evy Afriyani Sidabutar 125080601111014

Kesan : Terlihat baik saat asistensi. Berwibawa. Pesan : Jadi Asisten yang

lebih baik kedepannya

Kesan : Wooooo kak Ipan terbaik pokok. Koas

(53)

5 Firmina Bethrix

Pesan : Jadi asisten yang lebih baik lagi.

(54)

9 Elwindy Kartika Dinda

Kesan : Asisten yang baik dan tidak galak.

Gambar

Gambar AlatFungsi Alat
Gambar AlatFungsi Alat
Tabel 3. Daftar Software yang Digunakan
Gambar 1. Skema Kerja Praktikum Akustik Kelautan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sensor ini bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor memancarkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu

Sistem ini telah dapat mengirim sinyal dengan menekan keypad dari transmitter yang kemudian diterima receiver berupa nyala lampu LED dan bunyi dari buzzer. Sistem ini

Receiver terdiri dari transduser ultrasonik menggunakan bahan piezoelektrik, yang berfungsi sebagai penerima gelombang pantulan yang berasal dari transmitter yang dikenakan

Receiver terdiri dari transduser ultrasonik menggunakan bahan piezoelektrik, yang berfungsi sebagai penerima gelombang pantulan yang berasal dari transmitter yang

Kita bisa menggunakan mikrofon (jenis transducer yang mengubah energi suara menjadi sinyal listrik) untuk mempelajari sinyal suara dengan memasangnya ke Osiloskop... Aplikasi

Receiver pada sistem radar berfungsi untuk menerima pantulan kembali gelombang elektromagnetik dari sinyal objek yang tertangkap radar melalui reflektor antena, umumnya

Receiver pada sistem radar berfungsi untuk menerima pantulan kembali gelombang elektromagnetik dari sinyal objek yang tertangkap radar melalui reflektor antena, umumnya

Analog  Data : Suatu sinyal yang dikirimkan dari suatu pemancar transmitter ke penerima receiver untuk berkomunikasi  Bentuk data : suara, huruf, angka, dan karakter lain