• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Bakaran Kulon 03 Tahun Pelajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Bakaran Kulon 03 Tahun Pelajaran 2016/2017"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Berdasarkan permendiknas No 22 tahun 2006 yang isinya bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang demokratis serta bertanggung jawab. Sesuai dengan standar isi nomor 22 tahun 2006 bahwa matematika diberikan kepada siswa sejak dini memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta dapat berkemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Seorang guru mempunyai tugas untuk membimbing, mendidik, mengajarkan, serta menghilangkan pandangan siswa tentang matematika yang sulit dengan penerapan konsep-konsep matematika yang menarik dan menyenangkan. Karena matematika merupakan salah satu ilmu yang penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Ini disebabkan matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu- ilmu yang lain.

Penguasaan terhadap matematika mutlak untuk dipahami dan dipelajari dengan betul dan benar tentang konsep- konsep dasar matematika mulai sejak dini. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian

(2)

konsep - konsep selanjutnya. Namun kenyataannya pemahaman pada pelajaran matematika terhadap siswa kurang, karena pandangan siswa terhadap pelajaran matematika negatif. Matematika dianggap mata pelajaran yang sulit dan membosankan sehingga menyebabkan kurangnya minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran matematika, yang berdampak pada kemampuan siswa itu sendiri.

Demikian keberhasilan siswa dalam belajar matematika dipengaruhi banyak faktor, antara lain dapat berasal dari diri siswa itu sendiri maupun dari

guru sebagai pengatur proses pembelajaran. Seorang guru antara lain harus memiliki kompetensi yang cukup sebagai pengelola pembelajaran, karena guru sebagai pelaku sekaligus pengatur dalam proses belajar mengajar, mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar berlangsung. Seorang guru yang memiliki kompetensi diharapkan akan lebih baik, dan mampu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang efektif, sehingga hasil belajar siswa dapat optimal. Di Indonesia, guru merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mensukseskan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan ditentukan banyak faktor, salah satunya yaitu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Oleh sebab itu perbedaan cara pandang dapat memunculkan beberapa pendekatan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Guru mempunyai tugas untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa secara aktif dan kreatif.

Dalam belajar matematika, karena dalam konteks ini belajar matematika

(3)

membuat hubungan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa dengan kenyataan yang dialami oleh siswa sehari- hari. Dengan guru yang aktif, kreatif dan inovatif sehingga dapat membuat siswa lebih tertarik dalam proses pembelajaran maka siswa akan lebih semangat dan senang untuk belajar matematika. Dengan demikian guru diharapkan mampu menerapkan metode- metode pembelajaran aktif sesuai dengan kompetensi dasar yang akan berikan dan disampaikan sehingga perlu adanya tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran matematika yang abstrak, peserta didik memerlukan alat bantu yang berupa media atau alat peraga yang dapat membantu memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga siswa dapat lebih mudah untuk memahami dan mengerti tentang apa yang disampaikan oleh guru. Untuk menanamkan konsep-konsep matematika kedalam diri siswa, guru dapat menggunakan benda atau alat peraga tiruan sesuai dengan kompetensi dasar atau materi apa yang diajarkan kepada siswa, sehingga siswa dapat diberi kesempatan untuk menggunakan dan memanfaatkan alat peraga tersebut, sehingga dapat membantu siswa untuk lebih memahami dan mengerti tentang materi yang dipelajari. Hal ini dapat menciptakan dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, namun berproses dalam memecahkan masalah, mampu manghasilkan suatu produk dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia nyata.

Kenyataannya dari observasi pada pembelajaran kelas V SD Negeri Bakaran Kulon 03 bahwa masih banyak siswa yang pasif dan tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran matematika sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Pembelajaran di kelas V SD Negeri Bakaran Kulon 03 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati ditemukan permasalahan bahwa materi matematika yang diajarkan kepada siswa belum dapat dipahami oleh siswa secara

(4)

dilibatkan dalam proses diskusi, tanya jawab dan penugasan. Guru dalam memberikan materi pembelajaran sudah berusaha memberikan materi yang menghubungkan materi pelajaran dengan masalah- masalah nyata yang dekat dengan kehidupan siswa. Padahal masalah- masalah nyata tersebut dekat dengan lingkungan siswa dan digunakan sebagai awal permasalahan namun siswa cenderung kurang semangat dalam belajar. Pembelajaran matematika yang diajarkan selama ini memang belum sepenuhnya menggunakan metode-metode pembelajaran yang inovatif dan belum memanfaatkan alat peraga secara optimal.

Berdasarkan keadaan tersebut, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada SD Negeri Bakaran Kulon 03 tersebut masih cenderung konvensional, sebab urutan pembelajaran yang diberikan oleh guru mengikuti alur ceramah, diskusi dan tanya jawab serta memberikan tugas. Pembelajaran konvensional yang mengakibatkan siswa memahami matematika tanpa penalaran dan siswa hanya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, memperhatikan penjelasan tanpa adanya perkembangan secara individu, contohnya menyampaikan pendapat, demontrasi di depan kelas. Selain itu, guru juga tidak memberi kesempatan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi rendah. Hasil belajar matematika dapat dilihat dari pretes, terdapat 8 siswa (42,11 %) yang memperoleh nilai dibawah KKM (60) atau belum tuntas dan 11 siswa (57,89%) yang sudah tuntas dengan nilai di atas KKM (60). Rata- rata nilai pada pra siklus ini adalah 64,95 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 27.

Menciptakan pembelajaran yang baik, guru dan siswa diharapkan aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar. Dengan kondisi tersebut, maka dibutuhkan suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan upaya untuk meningkatkan semangat, memberi dorongan dan motivasi belajar siswa agar hasil

(5)

lebih baik. Beberapa model, metode dan strategi pembelajaran menjadi alternatif guru untuk dapat mengembangkan keterampilan untuk berpikir siswa dalam belajar mengajar supaya lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan . Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru adalah Teams Games Tournament.

Pembelajaran Kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT), atau pertandingan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward tahun 1995 (Trianto, 2010:83) . Pada model ini siswa memainkan

permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka (Trianto, 2010:83). Dalam TGT peserta didik memainkan permainan- permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing- masing. Penyusunan permainan dapat disusun dalam bentuk kuis berupa pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Jadi pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament

(TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan

tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar terutama dalam belajar matematika.

Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas

(class presentations). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi

dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang

(6)

kriteria kemampuan (prestasi) peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin, etnik dan ras. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar) bertugas untuk mempelajari lembar kerja.. Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.

Model pembelajaran yang diterapkan pada proses belajar mengajar tidak selalu sempurna dan pasti terdapat beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan dalam pembelajaran Teams Games Tournament ini antara lain bagi guru yaitu sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis, ini dapat diatasi jika guru bertindak sebagai pemegang kendali. Yang kedua waktu yang digunakan untuk diskusi siswa cukup lama, dan dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh. Beberapa kelemahan bagi siswa adalah masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuaanya kepada siswa yang lain. Oleh sebab itu guru diharapkan dapat untuk mendorong siswa untuk terbiasa memberikan penjelasan kepada siswa lainya agar dapat termotivasi, bekerjasama dan mengembangkan kemampuan untuk menularkan

pengetahuannnya dengan baik.

(7)

siswa SD, mereka mempunyai karakteristik sendiri dimana dalam proses berfikirnya belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal yang faktual. Selain itu menurut Bruner bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda- benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak atik oleh peserta didik dalam memahami suatu konsep matematika. Sehingga pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual dan pemahaman anak dalam mempelajari suatu konsep misalnya konsep matematika, maka materi pelajaran perlu disajikan oleh guru dengan

memperhatikan tahap perkembangan kognitif atau pengetahuan agar dapat dipahami oleh peserta didik itu sendiri. Pembelajaran Teams Games Tournament

(TGT) akan menumbuhkan keaktifan dari siswa, mendidik siswa untuk berlatih

bersosialisasi dengan orang lain, sehingga mempunyai semangat belajar lebih tinggi yang dapat meningkatkan hasil belajar, kebaikan budi, kepekaan dan toleransi dalam kehidupan sehari – hari.

Penerapan Pembelajaran kooperatif TGT ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik akan tercapai. Ketiga aspek tersebut adalah satu kesatuan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, dalam penelitian ini unsur utama yang akan dicapai adalah hasil belajar atau kemampuan kognitif. Hal ini disebabkan dalam kegiatan pembelajaran, proses yang dilalui tidak selalu sesuai harapan. Misalnya, tidak semua siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif TGT ini sebagai sarana untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kejenuhan dan kebosanan yang dialami siswa dapat berkurang jika siswa dilibatkan dalam pembelajaran yang didesain dengan permainan yang menyenangkan dan praktek secara langsung. Jadi, kesimpulannya bahwa penggunaan pembelajaran Teams Games Tournament ini supaya hasil belajar

siswa meningkat dan mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal.

Dari latar belakang diatas maka penulis dalam penelitian ini mengambil

judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Team Game

Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Bakaran Kulon 03 Tahun Pelajaran

(8)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas terdapat permasalahan, antara lain

1. Belum diterapkannya pembelajaran kreatif yang dapat menjadi solusi bagi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, memahami materi dalam pembelajaran matematika.

2. Belum menggunakan metode pembelajaran dan pembelajaran masih berpusat pada guru.

3. Guru belum mendorong siswa untuk memahami matematika dengan penalaran. 4. Siswa belum menemukan sendiri konsep matematika.

5. Siswa dalam proses belajar mengajar kurang aktif dan dilibatkan.

6. Sikap kerjasama, tanggung jawab dan toleransi yang kurang terhadap diri siswa.

7. Siswa kurang semangat dan pasif belajar siswa pada mata pelajaran matematika rendah, akibatnya hasil belajar matematika menjadi rendah.

1.3Cara Pemecahan Masalah

Proses belajar mengajar selama ini belum menggunakan masih berpusat pada guru, oleh sebab itu peserta didik kurang aktif dan belum diberikan kesempatan leluasa untuk bekerjasama, tanggung jawab dan toleransi terhadap diri siswa. Kalau hal ini dibiarkan maka siswa masih menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang sulit dan membosankan karena tidak menarik bagi siswa untuk belajar matematika. Maka, ini harus segera diatasi agar pemikiran siswa terhadap pelajaran matematika yang sukar menjadi pelajaran yang menyenangkan dan peserta didik diberi kesempatan untuk bereksplorasi dan bekerjasama yang bertanggung jawab. Sebagai bentuk perbaikan maka penulis akan menggunakan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) untuk

(9)

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan analisis masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

1. Bagaimana penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Bakaran Kulon 03 tahun pelajaran 2016/2017?

2. Apakah dengan penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran

Matematika di SD Negeri Bakaran Kulon 03 tahun pelajaran 2016/2017? 1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian antara lain a) Mendiskripsikan penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Bakaran Kulon 03 tahun pelajaran 2016/2017. b) Meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran matematika pada siswa

kelas V SD Negeri Bakaran Kulon 03 tahun pelajaran 2016/017. 1.6Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dan penerapannya dalam pembelajaran matematika di SD khususnya dalam meningkatkan hasil belajar matematika.

2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa

Untuk mendorong pemikiran siswa secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, bertanggung jawab serta dapat memecahkan masalah dengan baik. Serta

(10)

b. Manfaat bagi guru

Dengan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) diharapkan dapat memberi pandangan baru bagi guru dalam meningkatkan hasil belajar matematika serta dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. c. Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti dapat mengetahui dan memgembangkan wawasan penelitian menggunakan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) serta sebagai sarana latihan dan bekal agar terbiasa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

d. Manfaat bagi Instansi atau sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Dalam masa percobaan 1 (satu) tahun CPNS, hanya ada satu pendidikan dan pelatihan (pelatihan) terintegrasi yang telah menggabungkan seluruh kebutuhan

Cunneen C 2001 Conflicts, Politics and crime: Aboriginal communities and the police Allen & Unwin Crows Nest Cunneen C 2009 'Criminology, criminal justice and Indigenous

Sesuai dengan rincian tugas dalam Surat Keputusan Menpan Nomor: KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya, maka dalam kurikulum Diklat

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa mampu menerapkan pelaksanaan audit pendokumentasian rekam medis dengan model analisis secara kuantitatif dari berbagai kasus pelayanan

Faktor penyebab rendahnya pemaham- an konsep energi panas dan bunyi pada siswa kelas IVB SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo yaitu dalam pembelajaran cenderung berpusat pada guru

Persediaan dengan benar Dapat menghitung Pengelolaan piutang Pengelolaan Persediaan Dapat menghitung Pengelolaan piutang Pengelolaan Persediaan kurang lengkap Dapat

[r]

Menerapkan konsep pengembangan dalam berbagai bentuk dan skala organisasi Dengan pemahaman konsep dan keterampilan serta sikap intelektualitas, kreatifitas dan