• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1.Perkembangan Kognitif 2.1.1. Karekteristik Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Permainan Media Bowling terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-5 Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2.1.Perkembangan Kognitif 2.1.1. Karekteristik Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Permainan Media Bowling terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-5 Anak"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1.Perkembangan Kognitif

2.1.1. Karekteristik Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun

Spodek, Saracho & Davis dalam Ramli (2005) membedakan karekteristik

kemampuan kognitif anak berdasarkan usia, karakteristik kemampuan kognitif

anak usia empat tahun adalah sebagai berikut a) Mampu mengidentifikasikan dan

menunjukkan gambar yang dideskripsikan, b) Mampu untuk memadankan dan

memberi nama empat warna dasar, c) Mampu membaca gambar, d) Mampu

menghitung dan menyentuh empat benda atau lebih, e) Memberikan alamat rumah

dan menyebutkan berapa usianya, f) Dapat menceritakan suatu benda terbuat dari

apa, g) Dapat meminta penjelasan, h) Belajar membedakan antara fakta dan

fantasi, i) Suka menyelesaikan aktivitas, j) Dapat membandingkan tiga gambar, k)

Menceritakan persamaan dan perbedaan tiga dari enam gambar, serta l)

Mengemukakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari tiga arahan.

Spodek, Saracho & Davis dalam Ramli (2005) juga menjelaskan tentang

karakteristik kemampuan kognitif anak usia 5 tahun. Pada usia lima tahun,

karakteristik kemampuan kognitif anak adalah sebagai berikut: a) Anak mulai

tertarik pada jam dan waktu, b) Mampu untuk menggambar apa yang ada dalam

benaknya, c) Menyadari beberapa angka dan huruf, d) Mengemukakan urutan

angka sampai sepuluh, e) Mampu mendengarkan dan bergantian bicara dalam

diskusi kelompok, f) Bekerja dengan beberapa anak untuk membuat peta

sederhana dengan balok-balok yang menunjukkan jalan dan bangunan serta

lokasinya, g) Belajar arah kiri dan kanan, h) Mampu berbicara dengan lancar dan

benar, i) Menyukai cerita dan menindakkan isi cerita, j) Menanyakan arti

kata-kata, serta k) Mampu menempatkan 10 buah potongan atau lebih untuk

melengkapi teka-teki.

Dinyatakan dalam PERMENDIKNAS 146 tahun 2014 anak usia 4-5 tahun

atau kelompok A, sudah mampu menghubungkan benda-benda konkrit dengan

▸ Baca selengkapnya: contoh catatan anekdot usia 4-5 tahun pdf

(2)

dibutuhkan pembelajaran yang menyenangkan, agar anak tertarik dan tidak

merasa terbebani dalam sebuah proses pembelajaran tersebut, sehingga di dalam

penelitian ini karekteristik kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun meliputi

kemampuan anak untuk berhitung dan menyesuaikan empat benda konkrit atau

lebih sesuai dengan angka.

2.2. Pemahaman Konsep Bilangan 2.2.1. Pengertian Konsep Bilangan

Matematika merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dibutuhkan

manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari, contohnya saat berbelanja

dibutuhkan kemampuan untuk menghitung jumlah benda yang akan dibeli dan

jumlah uang yang dikeluarkan. Terkait dengan matematika tidak lepas akan

menyangkut tentang perbandingan, jumlah, pola, bentuk dan konsep bilangan.

Menurut Fitriana (2014) konsep bilangan adalah himpunan benda-benda

atau angka yang dapat memberikan sebuah pengertian, konsep bilangan ini selalu

dikaitkan dengan pekerjaan menghubung-hubungkan baik benda-benda maupun

dengan lambang bilangan. Senada dengan pendapat tersebut, Bustomi (2012)

menjelaskan tentang konsep bilangan yang merupakan dasar matematika yang

terdiri dari menghitung bilangan, hubungan satu ke satu, menghitung jumlah,

membandingkan serta mengenal simbol yang dihubungkan dengan jumlah benda.

Berdasarkan pengertian konsep bilangan di atas dapat disimpulkan bahwa

konsep bilangan ialah suatu konsep yang mendasar yang dapat memberikan

pengertian tentang menghitung bilangan, menghitung jumlah dan mengenal

simbol.

2.2.2. Karekteristik Pemahaman Konsep Bilangan Anak Usia 4-5 Tahun Pemahaman konsep bilangan adalah salah satu konsep matematika yang

dapat dikenalkan anak usia 4-5 tahun, pemahaman konsep bilangan ini merupakan

suatu konsep yang mendasar untuk pemahaman konsep-konsep matematika yang

selajutnya. Pembelajaran konsep bilangan ini hendaknya disesuaikan berdasarkan

(3)

berbeda-beda sehingga pada penelitian ini akan dibahas lebih lanjut tentang karekteristik

pemahaman konsep bilangan anak usia 4-5 tahun.

PERMENDIKNAS No.146 tahun 2014 mengatur tentang karekteristik anak

usia 4-5 tahun yaitu anak dapat menghubungkan benda-benda konkrit dengan

lambang bilangan 1-10, berdasarkan PERMENDIKNAS No.146 tahun 2014

tersebut anak usia 4-5 tahun hendaknya sudah diperkenalkan dengan konsep

bilangan. Sedangkan menurut Susanto (2011) karakteristik pemahaman konsep

bilangan anak usia 4-5 tahun atau anak TK kelompok A adalah sebagai berikut:

1. Menyebutkan urutan bilangan

2. Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda

3. Membilang sampai dengan sepuluh

4. Menghubungkan lambang bilangan dengan benda hingga 10

5. Membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya,

yang tidak sama, lebih banyak serta lebih sedikit.

2.2.3. Pengenalan Konsep Bilangan

Sudaryanti (2006) menjelaskan bahwa untuk mengajarkan anak belajar

berhitung dapat melalui (1) anak mampu dalam membilang misalnya melalui

sebuah nyanyian, dengan jari anak, benda-benda, sambil berolahraga, (2) dapat

dikenalkan bentuk angka 1-10 terlebih dahulu agar anak mengenal bentuk angka

dari angka-angka yang sering anak ucapkan. (3) anak diajak untuk mengurutkan

angka yang sudah diacak oleh guru supaya diurutkan sesuai angka yang benar.

Anak yang sudah paham akan urutan angka tentu dapat mengurutkan dengan

benar contohnya dengan angka pada kalender yang sudah dipotong-potong dan

dipersiapkan, (4) mengurutkan adalah memasangkan angka yang ada tersebut

dengan bendanya. Hal ini dapat melalui media asli dengan angkanya atau hanya

melalui gambar yang sudah disusun dalam lembar LKA (Lembar Kerja Anak),

dan anak cukup menarik garis saja. (5) tahapan yang terakhir dalam mengenalkan

angka yaitu menuliskan angka sebagai lambang banyaknya benda.

Menurut Yunanto (2013) ada tiga tahapan penguasaan berhitung dijalur

(4)

a) Penguasaan Konsep

Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda

dan peristiwa konkrit seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung benda

atau bilangan.

b) Masa Transisi

Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit

menuju pengenalan lambang yang abstrak dimana benda kongkrit itu masih ada

dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.

c) Lambang

Merupakan visualisasi dari berbagai konsep misalnya lambang 7 untuk

menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep

warna, besar untuk menggambarkan konsep ruangan dan sebagainya

Berdasarkan pengertian pengenal konsep bilangan di atas dalam penelitian

ini peneliti mengemas pembelajaran khususnya untuk pengenalan konsep bilangan

ini dalam bentuk sebuah permainan, sehingga anak dalam suatu proses

pembelajaran tidak merasa terbebani terutama dalam pembelajaran konsep

bilangan.

2.3. Permainan Bowling 2.3.1. Pengertian Bermain

Kata bermain mungkin bukanlah hal yang asing lagi untuk didengar, akan

tetapi untuk mengartikan atau memaknai kata bermain itu sendiri masih sulit

untuk diungkapkan, didalam sebuah proses pembelajaran anak usia dini bermain

merupakan salah satu hal yang dapat diterapkan karena bermain merupakan

aktifitas atau sebuah kegiatan yang menyenangkan karena berkaitan dengan

pengertian dari bermain itu sendiri.

Bruner dalam Hurlock (2002) menyatakan bahwa bermain adalah aktivitas

yang serius selanjutnya ia menjelaskan bahwa bermain memberikan kesempatan

bagi banyak bentuk pembelajaran, dua diantaranya adalah pemecahan masalah

(5)

tidak dapat diletakkan sebelum anak mengembangkan kebiasaan untuk

menghadapi lingkungan dengan cara yang tidak kreatif.

Menurut Nunung Ela, A. R., Kartono., Muhammad, M. (2014) bermain

adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan, tanpa paksaan, menyenangkan

dan tanpa memikirkan hasil akhir serta merupakan kebutuhan bagi anak karena

sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk bermain, selain itu melalui

bermainlah anak dapat belajar mengenai segala hal dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya seperti bermain masak-masakan atau pasar-pasaran anak belajar

kegiatan untuk memotong sayuran atau daun, menuangkan air di dalam gelas dan

lain sebagainya.

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bermain adalah setiap

kegiatan yang dilakukan untuk kesenang yang ditimbulkannya, tanpa

pertimbangan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada unsur

paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban dan bermain akan memuaskan

tuntutan perkembangan motorik, bahasa, sosial, nilai-nilai sikap kehidupan dan

kognitif.

2.3.2. Pengertian Bowling

Permainan bowling ini merupakan permainan yang cocok untuk semua

kalangan atau permainan yang tidak mengenal batasan usia karena siapa saja

dapat memainkannya mulai anak-anak, remaja, dewasa bahkan para lanjut usia.

Bowling merupakan olahraga yang digemari hampir setiap negara di dunia, dari

perkembangannya permainan bowling ini dapat dimainkan sesuai dengan

kebutuhan dan menggunakan peralatan yang dapat dibuat sendiri dengan

sederhana.

Bowling adalah jenis permainan yang dimainkan dengan menggelindingkan

bola menggunakan satu tangan dan menjatuhkan pin-pin bowling yang sudah

tertata di area depan pemain, sejarah pemainan bowling menurut Yunanto (2013)

permainan bowling merupakan salah satu olahraga tua yang dimaksud dengan

olahraga tua yaitu olahraga yang paling terkenal tertua didunia, permainan ini

dikenal sekitar 7000 tahun yang silam dengan pembuktian para ahli yang

(6)

juga ditemui pada jaman Romawi, Phunicia dan Karthago namun bukti-bukti

belum tersedia.

Pada tahun 1950 sebelum masehi ketika Julius Caesar berkuasa, rakyat didaerah Alpine Italia gandrung memainkan apa yang disebut ”Bocce”. Banyak nama untuk menyebutkan permainan itu yaitu Bowls Skittles, Kegling Nine Pin,

Dutch Pin dan Quilles, berdasarkan catatan orang jerman pertama yang

memainkan bowling dikaitkan dengan upacara agama. Maksudnya adalah Kegle

diibaratkan setan orang dipersilahkan menggunakan batu atau semacam bola yang

tertuju pada Kegle, apabila semua jatuh berarti kehidupannya bersih.

2.3.3. Karekteristik Permainan Bowling

Karekteristik permainan bowling secara garis besar menurut Yunanto

(2013) terdiri dari 3 unsur yaitu bola, jalur dan gada. Bola yang digunakan dalam

kompetisi biasanya memiliki diameter 21,6 cm dan bobot 3,6-7,2 kg sedangkan

untuk panjang jalur bowling adalah 18,3 meter dan lebarnya sekitar 1 meter,

disebelah kanan dan kiri terdapat jalur rendah (channel atau gutters) yang

memiliki lebar 24,1 cm.

Permainan bowling yang penelliti sajikan di sini terdiri dari 5 pin yang

terbuat dari botol bekas yang sudah diberi angka-angka disetiap pinnya dan bola

kasti sebagai pengganti bola bowling, disini anak diberi kesempatan dua kali

dengan 2 ronde untuk melempar bola. Apa bila jumlah pin yang dapat dijatuh

anak berjumlah 2 pin maka anak dapat menggambil benda sesuai dengan jumlah

pin yang terjatuh namun apa bila anak menjatuhkan pin lebih dari 2 maka anak

juga dapat mengambil benda sesuai dengan jumlah pin yang telah dijatuhkannya.

Peneliti menyiapkan dua ronde di sini yang bertujuan untuk memberikan

kesempatan kepada anak apabila dironde pertama anak tidak dapat menjatuhkan

salah satu pin yang telah disediakan maka anak tersebut masih diberikan

kesempatan pada ronde berikutnya, sedangkan apabila dironde pertama anak

dapat menjatuhkan semua pin maka anak akan diminta untuk mengambil benda

yang telah disediakan peneliti dan anak tersebut masih dapat bermain bowling

(7)

Anak usia dini juga dapat belajar menyebutkan angka, menghitung pin-pin

dengan angka 1-5 selain itu anak juga diajak untuk belajar mengurutkan atau

menyusun angka pada pin yang telah disediakan peneliti. Selanjutnya dari

permainan ini anak akan belajar banyak sekitar pengenalan angka dan anak dapat

belajar mengenal konsep bilangan ketika anak mengambil benda yang sudah

disediakan oleh peneliti dan menyesuaikan benda tersebut dengan jumlah pin.

Permainan bowling dapat divariasikan sesuai dengan kebutuhan atau tujuan

pengenalan bilangan yang ingin dicapai, untuk mengenalkan dan menanamkan

kepada anak tentang konsep bilangan.

Melalui bermain bowling anak dapat melatih kemampuan kognitifnya

dengan melempar bola bowling atau bola yang disediakan peneliti dan

menyebutkan jumlah pin bowling yang jatuh dan menghitung berapa jumlah

benda yang seharusnya dia ambil agar sesuai dengan jumlah pin bowling yang

terjatuh, kemampuan ini dibutuhkan anak untuk mengekspresikan atau

mengembangkan kemampuan kognitif yaitu berhitung dan konsep bilangan.

2.3.4. Langkah-langkah Bermain Bowling

Adapun beberapa benda-benda yang dibutuhkan dalam bermain bowling

ialah bola yang dapat digenggam oleh anak-anak contohnya seperti bola kasti lalu

potongan angka-angka untuk ditempelkan pada pin-pin atau botol bekas, bahan

dan alat untuk bermain bola bowling yaitu :

a. Bahan

Pin-pin bowling atau botol bekas dengan ditempeli potongan-potongan

angka tiap pin nya dan beberapa benda seperti kreasi boneka yang terbuat dari

botol minuman bekas.

b. Alat

Peralatan untuk bermain bowling yaitu :

1. Bola kasti atau bola lainya

2. Pin-pin bowling atau botol-botol bekas

(8)

Persiapan

 Siapkan pin yang terbuat dari botol bekas yang berjumlah 5 buah  Lalu setiap botol ditempeli dengan angka-angka yang berurutan 1-5.  Sediakan miniatur boneka dengan jumlah 5 buah.

 Membuat garis batasan antara tempat anak menggelindingkan bola dengan

tempat pin-pin bowling ± ½ meter.

1. Guru menjelaskan cara bermain

 Guru mengambil salah satu botol yang telah diberi angka untuk mengajak

anak menyebutkan angka berapa yang dipegang oleh guru

 Botol-botol yang sudah diberi angka dijelaskan oleh guru mengenai urutan

setiap angka-angkanya, lalu satu per satu anak diberikan kesempatan untuk

menyusun botol-botol yang telah diacak oleh guru

 Setelah itu guru memberikan contoh kepada anak-anak bagaimana cara menggelindingkan bola untuk menjatuhkan pin-pin, lalu setiap anak

diberikan kesempatan untuk bermain bowling dan anak diajak untuk

menghitung jumlah pin yang dapat dijatuhkanya

 Lalu anak diajak untuk mengambil miniatur boneka yang telah disediakan,

sesuai dengan jumlah pin yang telah dijatuhkannya.

 Setiap anak diberi kesempatan 2 kali dalam permainan yang terdiri atas 2

ronde.

 Guru memberikan pujian atas anak yang berhasil dan memberikan

semangat untuk anak yang belum berhasil.

2. Kegiatan penutup

Setelah anak-anak selesai bermain bowling, selanjutnya guru mengajak

anak untuk mengulas atau me-review kegiatan dalam bermain bowling yang telah

dilakukan anak-anak. Kegiatan mengulas di sini peneliti lakukan dengan cara

tanya jawab kepada semua anak-anak bahkan tidak menutup kemungkin peneliti

menanyakan satu persatu anak dari kelas A2 sebagai kelompok eksperimen ini,

contohnya seperti kamu menjatuhkan berapa pin tadi? Atau pertanyaan yang

memungkinkan anak untuk menjawab bersama-sama seperti apakah kalian senang

(9)

Diadakannya sebuah kegiatan penutup ini bukan hanya sekedar mengulas

saja namun ini menjadi salah satu penilaian tersendiri bagi peneliti dan menjadi

kepuasan tersendiri bagi peneliti dalam proses pelaksanaan penelitian ini. Setelah

tanya jawab kepada anak-anak maka anak-anak diajak untuk berdoa pulang dan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kemudian di lakukan perancangan usulan strategi yang tepat guna menarik minat calon mahasiswa baru untuk berkuliah di FST UIN Suska Riau berdasarkan hasil

(1) Untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi tugas dan fungsi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia diangkat sejumlah Pegawai Negeri Sipil

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa dari enam elemen dari analisis risiko pemakaian alat pelindung diri masker dan sumbat telinga pada pekerja tekstil di

Hasil penelitian diperoleh: (1) Terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran talking stick dengan siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa pencitraan pada level kosakata dan mendeskripsikan level gramatika dalam wacana iklan Pilkada Kabupaten Tuban

Untuk dapat mengoperasikan “Model Pemberdayaan Nelayan Berbasis Kearifan Lokal” (PNBKL) ini, diperlukan analisis data kualitatif digabungkan dengan data

Penelitian ini membahas tentang penerapan metode an-nahdliyah dalam meningkatkan kemampuan baca al-qur’an di tpa al muttaqin desa sumberrejo kecamatan