1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung cukup
panjang dan terorganisasi dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
menurut pola-pola tertentu yang dianggap baik. Pada umumnya para
pendidik berpendapat bahwa tugas lembaga pendidikan adalah mendorong
pertumbuhan seseorang kearah tujuan yang diharapkan oleh individu dan
masyarakat di sekitarnya. (Adang Suherman dan Agus Mahendra, 2001:8).
Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan
dan kreatifitas sehingga dapat mengikuti arus perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini.
Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk membina manusia
karena hanya melalui pemenuhan pendidikan diperoleh manusia-manusia
baru yang berorientasi pada pembangunan. Garis-garis Besar Haluan Negara
tahun 2001/4 mengamanatkan, bahwa negara perlu meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun
pemerintah untuk mendapatkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien
dalam menghadapi perkembangan kualitas sumber daya manusia sendiri
secara terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui upaya proaktif dan reaktif
oleh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara
optimal disertai dengan dukungan dan perlindungan sesuai dengan
potensinya.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan
peserta didik agar dapat memperoleh kesuksesan, baik perkembangan karier
dan pribadi, serta ikut andil dalam pembangunan masyarakat. Oleh karena
itu, kesuksesan peserta didik tidak terlepas dari peran penting guru. Guru
mengambil bagian pokok dalam kelancaran proses belajar mengajar,
kesuksesan mengajar. Namun mengajar bukan semata mentransfer
pengetahuan ataupun informasi dari guru kepada siswa, dan juga bukan
hanya persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari
perenungan ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan dan
kerja siswa sendiri. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagaimana hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan, dimana perubahan terjadi secara sadar, continyu, positif, aktif,
terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto 2003: 11).
Pencapaian perubahan baik dari segi tingkah laku ataupun hasil
belajar yang langgeng, perlu adanya kerjasama antara guru dan siswa
sehingga tercipta tujuan belajar bersama. Bentuk ketercapaian kerjasama
antara guru dan siswa pada dasarnya tercermin dalam keberhasilan suatu
pembelajaran yang terlihat dari keberhasilan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran antara lain yaitu tingkat pemahaman, penguasaan
materi, serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi tingkat pemahaman,
penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa maka semakin tinggi pula
tingkat keberhasilan pembelajaran siswa.
Bertolak dari pandangan mengenai keberhasilan guru dan siswa
kelas VI SD Negeri Salatiga 08 melalui observasi yang dilakukan peneliti
pada tanggal 12 Oktober 2016 terdapat faktor yang masih menjadi
permasalahan hingga saat ini, yaitu mengenai metode konvensional yang
masih sering digunakan guru dalam mengajar yaitu ceramah dan tanya
jawab sehingga ketertarikan, serta keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA
kurang, dan siswa masih belum bisa berfikir cepat dan kreatif pada saat
pembelajaran IPA. Penggunaan metode konvensional juga dirasa kurang
mempengaruhi tingkat ketertarikan siswa, dengan keadaan siswa yang
kurang tertarik maka pikiran siswa tidak akan terfokus ke materi
pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan tidak sampai ke pemikiran
siswa. Bukan hanya itu dengan metode konvensional kebanyakan siswa
dipelajari, dengan demikian wawasan pengetahuan siswa hanya berdasarkan
buku saja, sehingga terlihat masih sangat kurang, selain itu kurangnya
media yang digunakan dalam membantu memudahkan pemahaman siswa.
Penggunaan metode konvensional cenderung membosankan, sehingga siswa
tidak memperhatikan guru, saat pembelajaran IPA terlalu di dominasi guru
(teacher centered). Kecenderungan pembelajaran IPA di SDN Salatiga 08 adalah siswa hanya sebagai produk, menghafalkan konsep, dan teori.
Akibatnya IPA sebagai proses, sikap dan aplikasi tidak tersentuh dalam
pembelajaran. Dari data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa murid
kelas VI sebanyak 33 orang yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 20
siswa laki-laki. Masih ada siswa yang belum tuntas dalam mata pelajaran
IPA (belum mencapai KKM yaitu 75). Hal ini dapat di lihat dari hasil
belajar IPA berdasarkan ketuntasan siswa kelas VI SDN Salatiga 08, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1.1
Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas VI Pra Siklus
Skor Ketuntasan Frekuensi Persentase (%)
≥75 Tuntas 14 42
< 75 Belum tuntas 19 58
Jumlah 33 100
Tindakan kelas ini didesain menjadi pembelajaran yang bermakna
bagi siswa yaitu partisipasi aktif siswa. Sehingga dengan model Quiz Team
siswa dapat berfikir cepat, tepat, dan kritis, melalui Lembar Kerja Siswa,
siswa dapat melakukan percobaan secara langsung dengan langkah-langkah
pembelajaran yang terstruktur dan disuguhkan dengan permainan kognitif
dalam teka-teki silang sehingga dirasa cocok dilakukan terutama untuk
siswa kelas VI SDN Salatiga 08.
Pendidikan yang berbalut proses pembelajaran yang menyenangkan
dan bervariasi akan membuat siswa lebih mudah menyerap materi
merasa bosan, apalagi merasa kesulitan sehingga tingkat pemahaman juga
akan lebih tinggi. Khususnya pada materi IPA, yang menurut anggapan
sebagian siswa merupakan mata pelajaran yang sulit dan membingungkan.
Wajar saja jika siswa beranggapan seperti itu, karena dalam IPA merupakan
sebuah ilmu pasti dan nyata yang memiliki cakupan yang sangat luas. Dari
opini siswa terhadap mata pelajaran IPA tersebut, maka penggunaan model
yang variatif perlu dilaksanakan, mengingat cakupannya sangat luas dan
siswa akan sulit merekamnya dalam pikiran mereka. Dalam hal ini perlu
penekanan lebih lanjut tentang penggunaan model variatif yang tidak harus
model baru, modern dan rumit. Semua akan lebih mudah dimengerti dan
diterapkan dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model sederhana
dan dikemas dalam suatu paket permainan atau dapat disebut juga dengan
pertandingan akademik. Seperti penggunaan model pembelajaran Quiz Team, yang melibatkan aktivitas siswa dalam ketepatan berpikir dan berkomunikasi sehingga tercipta antusiasme siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran Quiz Team dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan lebih menekankan pada
kegiatan positif dan lebih bermakna, bahkan ketika menghadapi soal sulit
sekalipun, siswa akan bekerjasama dengan teman-temannya untuk berfikir
cepat dan sesegera mungkin menjawab pertanyaan bukan dengan bertanya
kepada guru untuk membantu menjawab pertanyaan yang sulit, hal ini akan
melatih kesiapan siswa, kecepatan dan ketepatan dalam berfikir dan
menjawab pertanyaan, dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe
Quiz Team, siswa juga dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa tersebut dalam memahami materi dibandingkan dengan
kelompok lain (temannya).
Model pembelajaran aktif tipe Quiz Team merupakan sebuah
alternatif model untuk pembelajaran IPA. Pembelajaran yang
menyenangkan dengan mengutamakan unsur akademik akan menumbuhkan
ketertarikan siswa terhadap pembelajaran yang di desain asyik karena akan
kondisi siswa yang ceria menciptakan rasa senang dalam berkompetisi dan
mulai bisa mengikuti permainan maka tanpa disadari siswa sudah masuk
dalam zona pembelajaran yang memunculkan kreativitas-kreativitas berpikir
kritis yaitu melalui pertanyaan yang dibuat kemudian ditanyakan kepada
kelompok lain sehingga tentu kelompok yang diberi pertanyaan akan
memikirkan jawabannya dengan cepat dan tepat. Memberikan kebebasan
berpikir pada siswa dengan menyeimbangkan materi pelajaran dan
pengalaman-pengalaman langsung dalam beraktivitas, yaitu dengan
bereksplorasi dan bereksperimen langsung kemudian menuliskan
laporannya dalam lembar kerja siswa akan membuat siswa lebih mudah
fokus, aktif terlibat dan lebih memahami materi yang dipelajari. Dengan
demikian pembelajaran yang berlangsung, berpusat pada siswa (student centered), serta menjadi lebih menyenangkan untuk dilakukan. Sekaligus melatih keberanian, dan tanggung jawab siswa terhadap diri sendiri dan
kelompoknya.
Zaini (2008:14) mengemukakan bahwa “ketika siswa belajar dengan
aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran”. Bagi siswa
IPA dianggap pelajaran yang membingungkan dan sulit. Alangkah baiknya
guru harus bisa menjadi fasilitator yang baik sehingga dapat menumbuhkan
minat serta memberi motivasi terhadap siswa supaya tercipta ketertarikan
awal siswa terhadap proses belajar dapat dikembangkan dengan model yang
sesuai sehingga meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Berdasarkan observasi awal di dapati bahwa, dalam materi
perubahan benda guru menggunakan model ceramah, namun siswa kurang
antusias dalam mengikuti pembelajaran serta percobaan, sehingga belum
tercipta suasana pembelajaran menyenangkan, dan berdampak pada hasil
pembelajaran yang masih kurang memuaskan, sehingga guru menginginkan
adanya peningkatan pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti mencoba
pembelajaran IPA siswa kelas VI SDN Salatiga 08 Tahun pelajaran
2016/2017.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, nampak
bahwa penerapan model pembelajaran yang melibatkan siswa belum
terlihat. Rasa ingin tahu siswa yang masih kurang. Pembelajaran dengan
metode konvensional yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan membuat
siswa merasa bosan dalam mengikuti proses belajar dikelas. Siswa belum
mampu terlibat aktif dalam kegiatan belajar.
Pembelajaran didominasi oleh guru, teacher center belum student center. Kegiatan awal pelaksanaan pembelajaran, guru tidak nampak menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa tidak tahu arah belajar yang
dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan inti pembelajaran,
siswa nampak mengalami langsung percobaan mengenai pemanasan atau
pendinginan yaitu dengan membakar lilin lalu siswa mampu mempraktikan
dan melihat langsung perubahan yang terjadi pada lilin, perkaratan pada
paku sudah pernah diajarkan, namun untuk percobaan mengenai
pembusukan pada roti tawar atau buah, dan pelapukan pada kayu belum
pernah dilakukan percobaan bersama dengan teman sebaya dikelas.
Pengetahuan siswa terbatas pada buku paket dan penjelasan guru,
ketertarikan siswa terhadap pembelajaran IPA masih rendah. Belum tercipta
kompetisi positif antar siswa. Akibatnya berdampak pada rendahnya hasil
belajar siswa.
Guru melakukan penilaian hanya pada akhir pembelajaran yang
berupa tes dengan KKM ≥ 75, maka hasil belajar yang diperoleh 33 siswa
dengan rincian 13 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki, 58% tidak
tuntas. Skor rata-rata 69,84 jauh dari KKM yang ditentukan. Skor
maksimum yang diperoleh siswa adalah 85, dan skor minimumnya adalah
Dari permasalahan tersebut yang telah terjadi, perlu adanya upaya
tindak lanjut untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN
Salatiga 08. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengubah pembelajaran
IPA dengan menggunakan model yang tepat. Model pembelajaran yang
diterapkan harus sesuai dengan karakteristik siswa agar siswa terlibat lebih
aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu model
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA supaya siswa terlibat aktif
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe Quiz Team. Berdasarkan uraian di atas, memunculkan keinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Aktif tipe Quiz Team Siswa Kelas VI SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017”.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas
maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah
peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model
pembelajaran aktif tipe Quiz Team siswa kelas VI SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil
belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran aktif tipe Quiz Team siswa kelas VI SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis
bagi peserta didik, guru dan sekolah adapun manfaat penelitian ini sebagai
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
berupa pengetahuan dan wawasan bagi pengembang dunia
pendidikan secara khusus pada mata pelajaran IPA untuk dapat
menerapkan model pembelajaran aktif tipe Quiz Team dalam proses pembelajaran.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memberikan wawasan baru mengenai penerapan model
pembelajaran aktif tipe Quiz Team.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatkan kreativitas siswa.
2) Meningkatkan partisipasi aktif siswa dengan melatih untuk
berani mengungkapkan pendapat sesuai dengan
pemahaman.
3) Meningkatkan kerjasama siswa dengan teman sebaya.
4) Meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
c. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan serta bantuan kepada sekolah dalam
rangka perbaikan proses pembelajaran IPA dengan menerapkan