MAKALAH SEMINAR KIMIA
MANFAAT KULIT BUAH MANGGIS (GARCINI MANGOSTANA L.) SEBAGAI BIOLARVASIDA DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
NYAMUK DEMAM BERDARAH
OLEH :
ROCKY SYAHPUTRA 1201483 / 2012
DOSEN PEMBIMBING Dra. Iryani, M.S
Edi Nasra, M.Si
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
KATA PENGANTAR
(Garcini mangostana L.) sebagai Biolarvasida dalam Menghambat
Pertumbuhan Nyamuk Demam Berdarah.”
Selama proses penulisan makalah ini penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Iryani, M.S dan Bapak Edi Nasra, M.Si selaku pembimbing
2. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta do’a kepada penulis.
3. Rekan-rekan Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu untuk kesempurnaan penulisan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.Terkandung pula harapan semoga hasil analisis makalah ini dapat memberikan sumbangan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
Padang, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)...4
2. Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti)...5
3. Metamorfosis Nyamuk Demam Berdarah...6
B. Biolarvasida...9
1. Pengertian Biolarvasida...9
C. Kulit Buah Manggis...10
1. Kandungan kimia kulit buah manggis...10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Nyamuk Demam Berdarah...5
Gambar 2. Metamorfosis Nyamuk Demam Berdarah...6
Gambar 3. Kulit Buah Manggis...10
Gambar 4 Struktur alpha mangostein...15
Gambar 5 mekanisme reaksi senyawa alfa mangostein...17
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh virus dengue dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat sebagai akibat terjadinya pendarahan dan shock. Penyakit DBD seringkali muncul sebagai wabah. Pada awal tahun 2007, jumlah korban yang menderita penyakit demam berdarah sebesar 16.803 orang dan 267 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah korban meninggal tersebut jauh lebih banyak dibandingkan kasus kematian manusia yang disebabkan oleh penyakit flu burung. (Diyah, dalam Kristina, 2014 : 1)
Sebagai salah satu upaya untuk memutus mata rantai penyebaran nyamuk tersebut adalah dengan cara pengendalian menggunanakan insektisida yang digunakan oleh masyarakat, sayangnya insektisida tersebut membawa dampak negative pada lingkungan karena mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya, baik terhadap manusia maupun lingkungan.
Oleh karena itu perlu pengembangan insektisida baru yang tidak menimbulkan bahaya dan lebih ramah lingkungan, hal ini diharapkan dapat diperoleh melalui penggunaan bioinsektisida. Bioinsektisida atau insektisida hayati adalah suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang mengandung bahan kimia (bioaktif) yang toksik terhadap serangga namun mudah terurai (biodegradable) dialam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia. Selain itu insektisida nabati juga bersifat selektif (Moehammadi, 2005).
Salah satu potensi sumber daya alam unggulan Indonesia adalah buah manggis. Buah manggis adalah salah satu buah yang dikenal enak dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Disamping buahnya, kulit buah manggis juga banyak manfaat bagi tubuh..
Dari kulit buah manggis, telah berhasil diisolasi berbagai senyawa fenolik golongan xanton. Senyawa xanton hasil isolasi dari kulit buah manggis mempunyai aktivitas antiinflamasi, antikanker, antimalaria, dan antioksidan. Adanya kandungan senyawa bioaktif golongan xanton dalam kulit buah manggis memungkinkan pemanfaatan ekstrak bahan tersebut untuk mengatasi penyakit DBD.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik membahas tentang “Manfaat Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Biolarvasida dalam Menghambat Pertumbuhan Nyamuk Demam Berdarah.”
B. Batasan Masalah
Agar penulisan lebih terarah maka penulis membatasi masalah yaitu pada senyawa alpha-mangoestein dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai biolarvasida dalam menghambat pertumbuhan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti).
C. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu bagaimana mekanisme penghambatan pertumbuhan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) oleh alpha-mangoestein dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) ?
D. Tujuan Penulisan
E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa dengan menggunakan kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat dijadikan biolarvasida untuk menghambat pertumbuhan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular berbahaya yang menyerang sel-sel darah yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah membuat penderitanya mengalami rasa nyeri yang luar biasa, seolah-olah terasa sakit hingga ke tulang.
Gejalademam berdarah umumnya akan terlihat pada tiga hingga empat belas hari setelah masa inkubasi dan biasanya diawali dengan demam tinggi yang bisa mencapai suhu 41 derajat celsius. Masa inkubasi adalah jarak waktu antara virus pertama masuk ke dalam tubuh sampai gejala pertama muncul.
Penyebab DBD adalah virus dengue dan menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Artinya DBD tidak bisa menular langsung dari seseorang ke orang lain tanpa perantara nyamuk tersebut. Nyamuk Aedes aegypti biasanya berkembang biak di daerah berpenduduk tinggi (seperti di kota-kota besar) yang memiliki iklim lembap dan hangat. Meski hanya terjadi pada segelintir kasus, DBD bisa berkembang menjadi sebuah komplikasiyang lebih serius, yang disebut sebagai DBD berat. DBD berat bisa menyebabkan penderitanya mengalami penurunan tekanan darah atau syok, kerusakan organ, serta pendarahan. Oleh karena itu antarkan penderita DBD berat ke rumah sakit untuk ditangani secepatnya karena dikhawatirkan bisa berujung kepada kematian jika terlambat ditangani (Nadesul, 2004).
2. Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti)
Klasifikasi Aedes aegypti Kingdom : Animalia Phylum : Artropoda Kelas : Insecta
Ordo : Diptera Famili : Culicidae Sub Famili: Culicinae Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti
(Srisasi Gandahusada, dkk, 2000:17)
Nyamuk demam berdarah dewasa lebih memilih untuk beristirahat di daerah gelap. Tempat beristirahat favorit berada di bawah tempat tidur, meja dan kursi, di lemari pakaian atau lemari, di tumpukan cucian kotor dan sepatu; dalam wadah terbuka, di ruang yang gelap dan tenang, dan bahkan pada objek gelap seperti pakaian atau perabot.
3. Metamorfosis Nyamuk Demam Berdarah Gambar 1. Nyamuk Demam Berdarah
Nyamuk demam berdarah mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), dari telur – larva ( jentik ) – pupa – hingga imago (dewasa).
a. Telur
Menurut Agus Kardinan ( 2003 : 2 ) selama bertelur nyamuk betina mampu meletakkan 100 – 400 butir telur. Biasanya, telur – telur tersebut diletakkan di bagian yang berdekatan dengan permukaan air, misalnya di bak yang airnya jernih dan tidak berhubungan langsung dengan tanah.Telur berukuran kurang lebih 0,5 mm. frekuesnsi nyamuk bertelur sekitar 2 atau 3 hari, lama menetas telur tersebut beberapa saat setelah kena air, hingga dua samapi tiga hari setelah berada di dalam air dan telur menetas menjadi jentik (Depkes, 2004). b. Larva
Pada stadium ini, kelangsungan hidup larva dipengaruhi oleh suhu dan pH air perindukan, makanan, kepadatan larva, kekeruhan serta adanya predator. Adapun cirri – cirri dari larva diantaranya : larva berukuran 0,5 – 1 cm, gerakannya berulang – ulang dari bawah ke permukaan air
Gambar 2. Metamorfosis Nyamuk Demam Berdarah
untuk bernafas kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Mengalami empat masa pertumbuhan ( instar ), diantaranya sebagai berikut :
Larva instar I, kurang lebih 1 hari dengan ukuran 1 – 2 mm, duri –
duri pada dada belum jelas dan corong pernapasan pda siphon belum jelas.
Larva instar II, kurang lebih 1 – 2 hari. Berukuran 2,5 – 3,5 mm,
duri – duri belum jelas, corng kepala mulai menghitam.
Larva instar III, kurang lebih 2 hari, berukuran 4 – 5 mm, duri –
duri dada mulai jelas dan corong pernapsan berwarna coklat kehitaman.
Larva instar IV, kurang lebih 2-3 hari, berukuran 5-6 mm dengan
warna kepala gelap.
Larva Aedes aegypti dapat hidup di air ber-pH 5,8 – 8,8 dan tahan terhadap air dengan kadar garam 10 – 59,5 mg/l. larva Aedes aegypti instar IV dalam kurun waktu lebih dari 2 hari berganti kulit dan tumbuh menjadi pupa.
Menurut Kestina, 1995 larva nyamuk Aedes aegypti dapat hidup pada suhu 25˚C sampai dengan 35˚C. suhu dapat mempengaruhi perkemabang larva nyamuk, larva tidak dapat berkembang secara normal pada suhu dibawah 10˚C.
c. Pupa
Menurut Agus Kardinan ( 2003 : 4 ) pupa merupakan stadium akhir calon nyamuk demam berdarah yang ada di dalam air. Bentuk tubuh pupa bengkok dan kepalanya besar. Fase pupa membutuhkan waktu 2 – 5 hari. Selama fase itu,pupa tidak memerlukan makan. Menurut Depkes ( 2004 : 5 ) pupa memerlukan udara, pada fase ini belum ada perbedaan antara jantan dan betina. Pada umumnya nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari pada nyamuk betina. Setelah melewati fase ini, pupa akan keluar dari kepompong kemudian menjadi nyamuk yang dapat keluar dari air.
d. Imago (Dewasa)
perkawinan yang biasanya terjadi pada waktu senja. Perkawinan hanya terjadi cukup satu kali, sebelum nyamuk betina pergi untuk menghisap darah. Nyamuk jantan umurnya lebih pendek dibandingkan nyamuk betina (± seminggu ), nyamuk jantan menghisap cairan buah – buahan atau tumbuhan untuk keperluan hidupnya sedangkan nyamuk betina menhisap darah untuk pertumbuhan telurnya. Jarak terbang nyamuk betina tidak jauh dari tempat perindukannya sedangkan nyamuk betina dapat terbang sejauh 0,5 sampai ± 2 km (Noegroho, 1997).
B. Biolarvasida
1. Pengertian Biolarvasida
Biolarvasida merupakan gabungan dari dua kata yakni “bio” dan “larvasida”. “Bio” secara etimologinya berarti makhluk hidup, sedangkan “larvasida” berarti insektisida yang khusus ditujukan terhadap larva tahap kehidupan seorang serangga. Biolarvasida paling umum digunakan untuk melawan nyamuk . Larvacida diantaranya racun kontak, racun perut, pengatur tumbuh, atau kontrol biologis agen.
larvasida sintetis, selain itu zat pestisidik dalam larvasida nabati lebih cepat terurai di alam, sehingga tidak menimbulkan resistensi pada sasaran. Bahan pembuat larvasida nabati juga mudah didapat dan disediakan dirumah sehingga memudahkan penggunaanya (Subhan, 2013).
C. Kulit Buah Manggis
1. Kandungan kimia kulit buah manggis
Kulit Buah Manggis mempunyai kandungan senyawa xanthone yang saat ini banyak dikembangkan dan diproduksi dalam bentuk sirup, yang kemudian terkenal dengan nama sirup xanthone. Sirup ini sangat terkeenal karena mengandung zat antioksidan yang dapat melawan radikal bebas. Beberapa penelitian menunjukkan, senyawa ini memiliki sifat sebagai antidiabetes, antikanker, anti peradangan, antibakteri, antifungi, antiplasmodial, dan meningkatkan kekebalan tubuh.Hasil penelitian ilmiah menyebutkan bahwa kulit buah Manggis sangat kaya akan anti-oksidan, terutama xanthone, tanin, asam fenolat maupun antosianin. Dalam kulit buah Manggis juga mengandung air sebanyak 62,05%, lemak 0,63%, protein 0,71%, dan juga karbohidrat sebanyak 35,61%.
Gambar 3. Kulit Buah Manggis
a. Xanthone
Antioksidan yang terdapat dalam kulit buah Manggis dengan kadar yang tinggi ini memiliki sifat yang baik dan bermanfaat bagi tubuh, seperti peradangan, diabetes, kanker, bakteri, anti-jamur, anti-plasmodial, dan mampu meningkatkan kekebalan tubuh, hepatoprotektif. Di dalam senyawa xanthone teridentifikasi sekitar 14 jenis senyawa turunannya. Yang paling banyak terkandung dalam buah Manggis ialah kandungan alfa-mangostin dan gamma-mangostin. Apa itu alfa-mangostin? Alfa-mangostin adalah senyawa yang sangat dibandingkan dengan obat-obat inflamasi yang selama ini beredar di pasaran. Dengan demikian, gamma-mangostin mampu memberikan proteksi pada serangan penyakit yang menyebabkan inflamasi.
b. Tanin
memiliki aktifitas antioksidan yang mampu menghambat enzim seperti DNA topoisomerase, anti-diare, hemostatik, anti-hemoroid, dan juga menghambat pertumbuhan tumor. Tanin sendiri mampu membentuk kompleks kuat dengan protein sehingga dapat menghambat penyerapan protein dalam pencernaan. Dengan kata lain bisa disebut anti-nutrisi. Oleh sebab itu, kadar tanin dalam produk-produk pangan patut diperhatikan dan diformulasikan secara cermat supaya kadarnya aman untuk pencernaan manusia.
c. Antosianin
Antosianin juga memiliki kemampuan sebagai anti-oksidan yang baik dan memiliki peranan yang cukup penting dalam mencegah beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, kardiovaskuler, dan neuronal. Antosianin merupakan kelompok pigmen yang terdapat dalam tanaman dan biasanya banyak ditemukan dalam bunga, sayuran maupun buah-buahan seperti Manggis, Stroberry, Rasberry, Apel, dan lainnya.
d. Anti-Inflamasi
ekstrak etanol dalam kulit buah Manggis mampu meredam radikal bebas secara kuat.
e. Anti-Kanker
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kandungan xanthone dalam kulit buah Manggis mampu berperan sebagai senyawa anti-kanker. Kulit buah Manggis memiliki sifat antiproliferasi untuk bisa menghambat pertumbuhan sel kanker, selain juga mampu menghancurkan sel kanker.
f. Anti-Mikroba
Kulit buah Manggis juga dikenal memiliki daya anti-mikroba terhadap beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Bakteri ini sangat resisten terhadap anti-biotik metisilin. Selain manfaat diatas, ternyata masih banyak manfaat lainnya dari kulit buah Manggis seperti keampuhannya dalam mengatasi TBC, Asma, Jantung koroner, dan kemampuannya meningkatkan daya tahan tubuh terutama bagi orang yang sedang mengidap HIV/AIDS yang tak bisa disembuhkan. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa kulit buah Manggis sangat mujarab untuk melawan sel kanker payudara, lever, dan leukemia (Syarief, 2005).
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi),buahmanggis diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
BAB III
PEMBAHASAN
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue ini dipelopori oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pada makalah ini pencegahannya fokus pada larva dari nyamuk Aedes aigypti, yakni melalui penghambatan pertumbuhan dari larva.
Gambar 4 Struktur alpha mangostein
Perlakuan yang biasanya dilakukan oleh masyarakat untuk penghambatan pertumbuhan larva nyamuk demam berdarah itu sendiri adalah dengan pemberian larvasida buatan. Larvasida buatan ini banyak mengandung senyawa kimia yang dapat membahayakan keselamatan manusia dan juga lingkungan sekitarnya.
Salah satu alternatif penghambatan pertumbuhan larva yang berbasis organik atau alami adalah menggunakan kulit buah manggis. Kulit buah manggis mengandung banyak senyawa polifenol salah satunya adalah alfa mengostein. Alfa mangostein merupakan salah satu senyawa turunan dari senyawa xanton yang dapat berfungsi sebagai biolarvasida.
Gugus-gungsi pada larutan uji xanton berikatan dengan sisi aktif enzim pencernaan sehingga bisa memberi efek keracunan pada larva Aedes aegypti. Senyawa fenol berperan sebagai larvasida melalui mekanisme inaktivassi enzim. Non akti fnya enzim pencernaan dapat menyebabkan terganggunya sistem pencernaan sehingga kemampuan larva dalam mencerna makanan menjadi menurun dan lama kelamaan larva akan mati.
Akibat gugus-gugus fungsi dari senyawa alfa mangostin inilah yang menyebabkan larva mati karena senyawa alfa mangostin memberikan efek toksik kepada larva.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Alfa mangostin menghambat pertumbuhan nyamuk demam berdarah dengan cara inaktivasi enzim percernaan yang menyebabkan terganggunya system pencernaan sehingga menyebabkannya mati.
2. Gugus fungsi dari alfa mangostin berikatan dengan sisi aktif enzim pencernaan sehingga bisa memberi efek toksik pada larva Aedes aegypti
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada pembaca untuk menggunakan kulit manggis sebagai biolarvasida/larvasida alami untuk menghambat pertumbuhan nyamuk demam berdarah.
18