• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS PAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS PAD"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS LOKAL DAN HIBRIDA TERHADAP PEMUPUKKAN PUPUK KANDANG

(GROWTH AND PRODUCTIVITY RESPONSE OF HYBRID AND LOCAL VARIETY RICE TO MANURE FERTILIZING)

Adi Prayoga*), Budianto*), M. Saikhu**)

*) Dosen STPP Malang; *) Pelaksana Teknis STPP Malang

Email: adiprayoga41@yahoo.com.

ABSTRAK

Penelitian respon pertumbuhan dan produktivitas padi varietas lokal dan hibrida terhadap pemupukkan pupuk kandang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon pertumbuhan dan produktivitas padi varietas lokal dan hibrida pada beberapa jenis pemupukan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman dari masing-masing varietas pada berbagai jenis pemupukkan tidak berbeda nyata. Jumlah anakan per rumpun dari masing-masing varietas cenderung lebih banyak pada perlakuan pemupukkan dengan pupuk kimia (unorganik), dan pemupukkan dengan 50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang dibandingkan perlakuan dengan pemupukkan dengan pupuk kandang (organik). Produktivitas masing-masing varietas meningkat dengan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang.

(2)

ABSTRACT

Research of growth and productivity response of hybrid and local variety rice to manure fertilizing was conducted on July to October 2013. This research aim to analyse growth and productivity response of hybrid and local variety rice to fertilizing variation.

Result of the study suggest that plant tall of each variety on fertilizing variation not significant. Seedling number of each variety inclined fertilizing with unorganic fertilizer only, and 50% unorganic fertilizer + 50% organic fertilizer combination more than organic fertilizer only. Productivity of each variety increase by fertilizing 50% unorganik fertilizer + 50% organic fertilizer combination.

(3)

PENDAHULUAN

Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita akibat peningkatan pendapatan. Kebutuhan beras untuk tahun 2025 diperkirakan mencapai 78 jutan ton GKG (Abdullah, 2003). Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan tersebut hingga saat ini varietas unggul baru terus dikembangkan untuk mempertahankan dan meningkatkan daya hasil. Varietas unggul telah mem- berikan kontribusi besar terhadap peningkatan produksipadi nasional. Hingga saat ini varietas unggul tetap lebih besar sumbangannya dalam peningkatan produktivitas dibandingkan dengan

komponen teknologi lainnya (Sembiring dan Wirajaswadi, 2001 dalam

Dahliana dkk., 2012).

Penggunaan varietas moderen pada sistem pertanian konvensional telah mendorong petani untuk mengaplikasikan pupuk anorganik berdosis tinggi dan mengabaikan penggunaan pupuk organik (pupuk kandang).

Guna menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis yang berlebihan dalam upaya meningkatkan produksi, model intensifikasi padi sawah dimasa mendatang selayaknya tidak bertumpu kepada penggunaan pupuk kimia sintetis, namun perlu dikembangkan inovasi teknologi yang mampu memperbaiki kesuburan lahan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha, serta memberikan nilai tambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani.

Pertanian organik merupakan alternatif pilihan yang patut untuk dipertimbangkan karena dalam jangka panjang diharapkan akan dapat meningkatkan dan mempertahankan tingkat produksi dan kesuburan lahan sehingga ekonomi petani lebih stabil (Sutanto, 2002).

(4)

cukup sebagai masa transisi dengan cara pengurangan penggunaan pupuk kimia sintetik dan pestisida kimia sintetik yang disertai dengan penambahan bahan organik ke dalam tanah. Dalam pengembangan padi organik, disyaratkan varietas padi yang digunakan adalah varietas unggul lokal dengan produktivitas yang lebih rendah dibandingkan varietas unggul hibrida. Sampai sekarang belum ada varietas unggul untuk padi organik. Varietas ungggul lokal yang digunakan untuk produk beras organik varietas Menthik Wangi.

Tanaman padi yang ditanam secara organik (padi organik) di Indonesia dan informasi tentang usahatani padi organik relatif masih terbatas. Oleh karena itu penelitian ini diarahkan untuk menganalisis respon pertumbuhan dan hasil varietas padi unggul hibrida dibandingkan varietas unggul lokal terhadap pemupukkan organik.

Tujuan dari penelitian adalah :

a)Menganalisis respon pertumbuhan masing-masing varietas terhadap dosis

pemupukan.

b)Menganalisis produktivitas masing-masing varietas pada beberapa jenis

(5)

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STPP Malang dengan

ketinggian 490 dpl, suhu berkisar 24 – 28o C, curah hujan normal 1780 mm

per tahun, dan pengairan semi teknis. Dari sumber mata air pertama.

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian faktorial dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah Jenis Varietas yang terdiri 2 (dua) macam yaitu varietas varietas Sarinah (V1), varietas Mentik Wangi (V2), varietas IPB3S (V3). Dan varietas IPB4S (V4) Faktor kedua adalah Jenis Pemupukan yang terdiri dari tiga macam, yaitu 100% pupuk anorganik dosis Rekomendasi (D1), 50%

pupuk anorganik dosis rekomendasi + 50% pupuk kandang (D2), dan 100%

pupuk kandang (D3). Kombinasi faktor ada 12 kombinasi, yaitu V1D1, V1D2,

V1D3, V2D1, V2D2, V2D3 , V3D1, V3D2, V3D3, V4D1, V4D2, V4D3. Masing-masing kombinasi faktor diulang sebanyak 3 (tiga) kali sehingga terdapat 36 petak percobaan.

Jumlah sampel pengamatan per petak percobaan dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 rumpun tanaman yang dipilih dengan teknik diagonal.

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data primer, yaitu hasil pengukuran terhadap sampel rumpun tanaman.

2) Jumlah Anakan per rumpun, dihitung per rumpun.

3) Jumlah gabah per malai, dihitung jumlah gabah yang ada di malai pada setiap sampel. Di lakukan setelah panen.

(6)

sampel. Dilakukan saat panen.

5) Bobot Gabah Kering Panen (GKP) per rumpun, dilakukan dengan cara menghitung berat gabah berisi pada setiap sampel. Dilakukan pada saat panen.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan dibagi atas dua bagian, yaitu parameter pertumbuhan dan parameter hasil.

Parameter Pertumbuhan

1. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi. Hasil analisis varian tinggi tanaman seperti disajikan pada Tabel 1, berikut ini :

Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)

Varietas V1

(Sarinah)

V2 (M. Wangi)

V3 (IPB3S)

V4

(IPB4S) Rerata

Pupuk

D1 89,03ab 88,93ab 87,27ab 86,00ab 87,81

D2 91,33ab 85,53ab 93,33ab 78,63a 87,21

D3 96,27b 82,83ab 85,30ab 84,56ab 87,24

Rerata 92,21 85,76 88,63 83.06

(8)

Menelaah Tabel 1 diketahui bahwa terdapat pengaruh interaksi antara varietas dan jenis pemupukkan terhadap tinggi tanaman, yaitu ada beda nyata antara kombinasi varietas sarinah dan pemupukkan organik dengan kombinasi varietas IPB4S dan pemupukan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang, sedangkan dengan dan antar kombinasi perlakuan yang lain tidak berbeda nyata. Tinggi tanaman yang dicapai pada kominasi varietas Sarinah dan pemupukan organik adalah 96,27 cm, sedangkan pada kombinasi varietas IPB4S dan pemupukan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang adalah 78,63 cm. Hal ini disebabkan oleh pengaruh faktor lingkungan karena secara potensi genetik sifat tinggi tanaman kedua varietas hampir sama yaitu potensi tinggi tanaman vaietas sarinah adalah 107 - 116 cm, sedangkan varietas IPB4S adalah 114 cm (Lesmana, dkk. 2004).

2. Jumlah Anakan per Rumpun

Jumlah anakan yang dihitung adalah seluruh jumlah anakan yang tumbuh pada setiap rumpun. Hasil analisis varian jumlah anakan per rumpun seperti disajikan pada Tabel 2, berikut ini:

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun

Varietas V1

menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan pada taraf kepercayaan 95%.

(9)
(10)

Parameter Hasil

1. Jumlah Gabah Per Malai

Jumlah gabah per malai yang dihitung adalah rata-rata jumlah gabah per malai pada setiap sampel. Hasil analisis varian jumlah gabah per malai seperti disajikan pada Tabel 3, berikut ini:

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Gabah Per Malai

(11)

2. Jumlah Gabah Per Rumpun

Jumlah gabah per malai yang dihitung adalah rata-rata jumlah gabah per malai pada setiap sampel. Hasil analisis varian jumlah gabah per malai seperti disajikan pada Tabel 4, berikut ini:

Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Gabah Per Rumpun

Varietas V1

(Sarinah)

V2 (M. Wangi)

V3 (IPB3S)

V4

(IPB4S) Rerata

Pupuk

D1 1721,33abc 1582,33ab 2223,00cd 1598,33ab 1781,25

D2 1805,00abcd 1753,33abc 2228,33cd 1534,67ab 1830,33

D3 1458,33a 2042,00bcd 2317,67d 1965,33ab

cd

1945,83

Rerata 1661,55 1792,55 2256,33 1699,44

(12)

Memperhatikan Tabel 4 diatas diketahui bahwa terdapat pengaruh interaksi antara varietas dan jenis pemupukkan terhadap jumlah gabah per rumpun, yaitu ada beda nyata antara kombinasi varietas sarinah dan pemupukkan pupuk kandang dengan kombinasi perlakuan varietas Menthik Wangi dan pemupukkan organik, dan dengan kombinasi perlakuan varietas IPB3S dan ketiga jenis pemupukkan. Sedangkan dengan dan antar kombinasi perlakuan yang lain tidak berbeda nyata. Jumlah gabah per rumpun paling rendah dicapai pada kombinasi perlakuan varietas Sarinah dan pemupukkan pupuk kandang. Hal ini disebabkan oleh umur bibit dan jumlah anakan, karena pada kombinasi perlakuan tersebut banyak dilakukan penyulaman yang mengakibatkan jumlah anakan sedikit. Sebagaimana diketahui bahwa umur bibit pada saat tanam akan mempengruhi pertumbuhan anakan (Anonim, 2008).

3. Bobot Gabah Kering Panen (GKP) Per Rumpun

Bobot gabah kering panen (GKP) per rumpun yang dihitung adalah rata-rata bobot GKP per rumpun pada setiap sampel.

Hasil analisis varian bobot GKP per rumpun seperti disajikan pada Tabel 5, berikut ini:

Tabel 5. Rata-Rata Bobot Gabah Kering Panen Per Rumpun (Gram)

(13)

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara varietas dan jenis pemupukkan terhadap bobot gabah kering panen per rumpun, yaitu ada beda nyata antara kombinasi varietas sarinah dan berbagai pemupukkan pupuk kandang dengan kombinasi perlakuan varietas IPB3S dan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang, sedangkan dengan kombinasi perlakuan lain tidak berbeda nyata. Hasil bobot GKP per rumpun yang dicapai pada kombinasi perlakuan varietas IPB3S dan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang adalah yang tertinggi. Hal ini disebabkan jumlah anakan per rumpun dan jumlah gabah per rumpun pada kombinasi perlakuan tersebut paling tinggi.

4. Bobot Gabah Kering Panen Per Meter Persegi

Bobot gabah kering panen (GKP) per m2 yang dihitung adalah

(14)

Tabel 6. Rata-Rata Bobot Gabah Kering Panen per Meter Persegi

Memperhatikan dan menelaah Tabel 6 diatas diketahui bahwa terdapat pengaruh interaksi antara varietas dan jenis pemupukkan terhadap bobot gabah kering panen per meter persegi, yaitu ada beda nyata antara kombinasi varietas sarinah dan pemupukkan kimia dengan kombinasi perlakuan varietas IPB3S dan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang, dan dengan kombinasi perlakuan varietas IPB4 dan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang, sedangkan dengan kombinasi perlakuan lain tidak berbeda nyata. Hasil bobot GKP per meter persegi yang dicapai pada kombinasi perlakuan varietas IPB4S dan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang adalah yang tertinggi. Hal ini disebabkan dengan penambahan pupuk kandang maka unsur pospor yang dibutuhkan pada saat pengisian gabah masih cukup tersedia sehinggga jumlah gabah isi lebih banyak (Pramono,2004). Ketersediaan nutrisi (unsur hara) akan menentukan kualitas hasil (Wijaya, 2008).

(15)

Produktivitas per hektar adalah hasil konversi rata-rata bobot GKP per satu meter persegi luas panen. Hasil analisis varian produktivitas per hektar seperti disajikan pada Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Rata-Rata Produktivitas (Ton/Ha)

Menelaah Tabel 7 diatas diketahui bahwa terdapat pengaruh interaksi antara varietas dan jenis pemupukkan terhadap produktivitas per hektar, yaitu ada beda nyata antara kombinasi varietas IPB4S dan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang dengan kombinasi perlakuan varietas sarinah dan pemupukkan kimia, dengan kombinasi perlakuan varietas Menthik Wangi dan pemupukkan kimia, serta dengan kombinasi perlakuan varietas Menthik Wangi dan pemupukkan pupuk kandang, sedangkan dengan kombinasi perlakuan lain tidak berbeda nyata, serta antar kombinasi perlakuan lain tidak berbeda nyata. Produktivitas per hektar tertinggi yang dicapai pada kombinasi perlakuan varietas IPB4S dan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang. Hal ini diduga disebabkan oleh jumlah gabah isi lebih banyak pada kombinasi perlakuan tersebut.

(16)

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tinggi tanaman dari masing-masing varietas terhadap jenis pemupukkan

tidak berbeda nyata, karena faktor genetik lebih mempengaruhi dibandingkan faktor lingkungan seperti ketersediaan hara bagi tanaman. 2. Jumlah anakan per rumpun dari masing-masing varietas cenderung lebih

banyak pada perlakuan pemupukkan dengan pupuk kimia (unorganik), dan pemupukkan dengan 50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang dibandingkan perlakuan dengan pemupukkan menggunakan pupuk kandang (organik) saja, karena ketersediaan hara dalam jumlah cukup pada saat pertumbuhan anakan sangat diperlukan.

3. Produktivitas dari masing-masing varietas meningkat dengan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang, karena fungsi pupuk kandang adalah memperbaiki sifat fisik tanah dan biologi tanah, disamping sebagai sumber unsur hara.

4. Produksi GKP per hektar tertinggi yang dicapai masing-masing varietas sebagai berikut :

a) Kombinasi varietas Sarinah dan pemupukan 50 % kimia + 50% pupuk kandang, sebesar 6 t/Ha,

b) Kombinasi varietas Menthik Wangi dan pemupukan 50 % kimia + 50% pupuk kandang, sebesar 5,26 t/Ha,

c) Kombinasi varietas IPB3S dan pemupukan kimia, sebesar 6,01 t/Ha, d) Kombinasi varietas IPB4S dan pemupukan 50 % kimia + 50% pupuk

(17)

AAK (Aksi Agraris Kanisius). 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta : Kanisius.

Abdullah, B. 2003. Status Perkembangan Pemuliaan Padi Type Baru.

Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 11p.

Andoko Agus. 2008. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya:

Jakarta.

Dahliana, D., Yunus Musa, dan M. Iqbal Ardah. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Padi Sawah pada Berbagai Perlakuan Rekomendasi Pemupukkan. J. Agrivigor 11(2) : 262-274.

Harjadi, S. 1993. Budidaya Tanaman Pangan Padi Hibrida. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Lesmana, O. S., M. Toha, I. Las, dan B. Suprihatno. 2004. Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi. Sukamandi, Subang : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Padi.

Pramono, J. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Agrosains.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik, Menuju Pertanian Alternatif dan

Berkelanjutan. Kanisisus: Yogyakarta.

Wijaya K. A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil Dan

(18)

Gambar

Tabel 2.  Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Gabah Per Malai
Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Gabah Per Rumpun
Tabel 5. Rata-Rata Bobot Gabah Kering Panen Per Rumpun (Gram)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apabila terjadi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan kepala daerah dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa maka peraturan perundang- undangan yang dapat dijadikan pedoman

Framework EMR yang digunakan adalah framework dari MMRS (Tierney et al., 2002; Tierney et al., 2010) sebagai berikut: (1) registrasi, yaitu mengambil data untuk

Perkebunan V Sei Rokan maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Insentif Terhadap Produktivitas

Aspek yang ada pada penyesuaian sosial di perguruan tinggi diantaranya meng- hargai dan bersedia menerima otoritas di perguruan tinggi, tertarik dan ikut berpartisipasi dalam

Aspek guru menjelaskan langkah-langkah menyimak dongeng dengan media boneka tangan, siklus I sudah guru jelaskan dengan baik, namun perlu dijelaskan secara sistematis

Pada kegiatan kerja praktik yang telah dilaksanakan dilakukan rancang dan bangun sebuah kontroler pada alat mobile carrier of radioactive source untuk pengujian

Hasil uji Duncan dengan taraf signifikan 5% pada tabel 4.2 menunjukkan, bahwa pengaruh pemberian berbagai kombinasi konsentrasi sukrosa dan kinetin terhadap jumlah nodus kentang

Dalam hukum nasional pengaturan terkait dengan pemberian ganti rugi terhadap korban kecelakaan pesawat yang meninggal dunia, cacat diatur dalam pasal 141