• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA

KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

Vippy Dharmawan

1

, Zuraida

2

1+2Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya 60113 Telp 031.3811966

Email: masvippy@gmail.com

Abstrak

Desakan perkembangan kota akibat meningkatnya perkembangan aktifitas diperkotaan menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain pada perubahan fungsi lahan menjadi kawasan perdagangan dan jasa. Kondisi ini biasa terjadi di daerah pinggiran kota karena kawasan ini biasanya masih merupakan lahan kosong. Dampak negatif akan terjadi apabila di kawasan tersebut sudah terdapat permukiman penduduk asli yang belum siap menerima perubahan tersebut. Kawasan pantai timur Kota Surabaya merupakan kawasan yang saat ini mengalami perkembangan pesat, yang bisa saja berdampak negatif pada permukiman penduduk asli kawasan tersebut. Penelitian ini dilakukan pada tiga permukiman nelayan di kawasan tersebut yang saat ini sedang dan akan mengalami pengembangan, yaitu permukiman nelayan Swedi, Kejawan dan Cumpat. Ketiga kawasan permukiman nelayan ini perlu dipertahankan keberadaannya sebagai permukiman nelayan sehingga tidak menjadi kawasan yang akan ditinggalkan, menjadi kumuh, dan punah. Untuk mempertahankan keberadaan kawasan permukiman nelayan ini perlu diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pijakan untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan permukiman tersebut. Mulai dari sosialisasi program , perencanaan penataan permukiman, pengembangan sumber daya manusia. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk menyelesaikan tahap-tahap proses penelitian. Pengambilan data primer dan sekunder berasal dari kondisi fisik kawasan , kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat permasalahan permukiman pada kondisi kawasan, kondisi masyarakat, dan kondisi sarana dan prasarana.

Kata kunci : kampung nelayan, permukiman

Pendahuluan

(2)

Pembangunan yang berpihak pada kepentingan masyarakat dan tidak merusak lingkungan adalah pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang tidak hanya memikirkan kepentingan sekarang namun juga mengingat kepentingan generasi yang akan datang. Pertimbangan faktor lingkungan telah diatur sejak lama seperti dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 , dan UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta juga ditindaklanjuti dalam RPJMN II (2010-2014). Dalam RPJP 2005-2024 disebutkan bahwa salah satu misi pembangunan adalah mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari, dan pembangunan infrastruktur akan mengarah pada konsep peningkatan pelayanan bagi peningkatan kualitas lingkungan di masa depan. Pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana dalam suatu kota adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan.

Namun demikian desakan perkembangan kota akibat meningkatnya perkembangan aktifitas di perkotaan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. Misalnya perubahan fungsi lahan yang biasanya terjadi di daerah pinggiran kota. Hal ini karena kawasan pusat kota sudah padat dan sudah memiliki fungsi-fugsi vital sebagai kawasan pemerintahan, jasa dan perdagangan. Selain itu hal ini juga disebabkan oleh karena kawasan pinggiran kota biasanya masih merupakan lahan kosong. Dampak yang terjadi adalah apabila di kawasan tersebut sudah terdapat permukiman penduduk. Permukiman penduduk yang menempati kawasan pinggiran ini biasanya penduduk asli yang belum siap menerima perubahan tersebut. Oleh karena itu program-program pembangunan suatu kota perlu disosialisasikan kepada masyarakat setempat sebelum melaksanakan pembangunannya.

Desakan perkembangan kota saat ini terjadi di kawasan pantai timur Kota Surabaya. Pengembangan kota di kawasan pesisir pantai timur bagian utara kota Surabaya ini melibatkan masyarakat dan wilayah yang luas. Beberapa kawasan permukiman nelayan yang mengalami pengembangan ini adalah wilayah permukiman nelayan Swedi, Kejawan dan Cumpat. Ketiga kawasan permukiman nelayan ini merupakan wilayah pesisir pantai yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan. Dengan adanya pengembangan kawasan, ketiga permukiman ini perlu dipertahankan keberadaannya sebagai permukiman nelayan sehingga tidak menjadi kawasan yang akan ditinggalkan dan punah. Untuk mempertahankan keberadaan kawasan permukiman nelayan ini pemerintah perlu melakukan serangkaian tindakan berupa upaya-upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta lingkungan huniannya. Pada tahap awal dilakukan upaya mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di lingkungan pemungkinan nelayan tersebut, serta peluang-peluang solusi yang dapat dilakukan. Tulisan ini memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan, mulai dari tahap pengamatan lapangan, analisa, dan peluang penyelesaian masalah yang dijumpai di lapangan.

Permukiman dan Kualitas Lingkungan

Permukiman diartikan sebagai suatu wadah fisik (perumahan) dengan sarana prasarana penunjangnya dan merupakan perpaduan antara wadah dan isinya, yakni manusia yang hidup bermasyarakat didalamnya dan memiliki unsur budaya (Sudharto,2005). Adapun masalah permukiman adalah masalah multisektoral, menyangkut berbagai aspek dan berbagai sektor, antara lain aspek teknik, perencanaan, tata ruang, tata lingkungan, kehidupan sosial ekonomi, keagamaan, budaya, dan lain-lain.

(3)

bermacam-macam. Kualitas lingkungan permukiman tidak terlepas dari kualitas rumah-rumah yang ada di dalamnya, prasarana dasar, dan sanitasi lingkungannya. Adapun aspek sosial ekonomi dapat dilihat dari kondisi pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan sebagainya. Selain dilatarbelakangi oleh kondisi sosial, ekonomi, kualitas lingkungan permukiman juga dipengaruhi oleh fasilitas elementer seperti air minum, kakus, tempat mandi, saluran dan pembuangan tinja, listrik, dan sampah. Menurut Salim (1979), dengan ketiadaan modal, rendahnya pendidikan, terbatasnya ketrampilan, dan rendahnya pendapatan maka lingkungan permukiman akan berkualitas rendah pula

Selanjutnya Catanese (1996),mengemukakan bahwa masalah kualitas lingkungan yang terjadi di kawasan perumahan mengacu pada berbagai hal, dan meliputi kualitas lingkungan fisik serta kualitas dan kelengkapan sistem pelayanan kota. Berdasarkan teori tersebut aspek fisik yang meliputi fisik bangunan rumah itu sendiri maupun fisik prasarana dan sarana perumahan dan permukiman merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas suatu lingkungan perumahan dan permukiman. Penurunan kualitas lingkungan di kawasan permukiman ditandai dengan kondisi kepadatan bangunan dalam lingkungan yang tinggi, proporsi ruang terbuka, dan taman-taman dalam lingkungan yang semakin menipis, tidak mencukupinya prasarana dasar sarana lingkungan yang tersedia, menurunnya tingkat pelayanan fasilitas umum, serta hilangnya ciri khas dari suatu daerah permukiman (Budiharjo, 1991).

Permukiman nelayan di Indonesia umumnya memiliki permasalahan rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pesisir dan kualitas lingkungan. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang cukup rendah diperlihatkan dari sebaran kawasan tertinggal yang banyak terdapat wilayah pesisir. Salah satu penyebabnya adalah minimnya prasarana dan sarana pendukung bidang kelautan dan perikanan. Sedangkan rendahnya kualitas lingkungan pada kawasan permukiman para nelayan disebabkan minimnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar yang berdampak pada rendahnya produktivitas (WALHI, 2008). Aktivitas pembangunan di pesisir juga berimplikasi buruk terhadap kehidupan masyarakat pesisir, seperti terjadinya kasus reklamasi pantai di kota Surabaya.

Metode dan Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif dan kualitatif. Datanya diperoleh melalui hasil wawancara dan kuisioner dari masyarakat setempat. Sedangkan metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi lapangan dari pengamatan. Adapun metode eksploratif mengeksplorasi potensi dan kendala dari kondisi lapangan dan masyarakat setempat.

Lingkup

wilayah dalam penelitian ini adalah kampung nelayan yang terletak di wilayah timur Surabaya (gambar 1.) yang saat ini merupakan bagian dari pengembangan kawasan Suramadu, dengan fokus pada bidang jasa dan pariwisata. Yaitu : (1) Kampung nelayan Tambak wedi (Swedi) di wilayah Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran, (2) Kampung nelayan Cumpat di wilayah Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak, dan (3) Kampung nelayan Kejawan di wilayah Kelurahan Sukolilo Kecamatan Bulak.

(4)

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan dasar pijakan bagi perencanaan peningkatan kualitas kawasan permukiman ini, yaitu : kondisi kawasan, kondisi masyarakat, serta kondisi sarana dan prasarana. Kondisi kawasan meliputi geografi dan topografi lahan, pemanfaatan ruang, dan hidrologi. Adapun kondisi masyarakat meliputi hubungan sosial antar anggota masyarakat, usia, pendidikan, pekerjaan, serta tingkat ekonominya. Sedangkan kondisi sarana dan prasarana meliputi kondisi jalan dan fasilitas umum lainnya, rumah penduduk, sekolah dan sarana pendidikan lainnya. Secara umum terdapat potensi dan kendala dari ketiga aspek tersebut diatas, seperti yang diuraikan berikut ini.

A. Potensi dari kondisi kawasan antara lain :

1) Masih banyaknya lahan yang berupa ruang terbuka. (gambar 2.) 2) Kondisi lingkungan yang relatif masih alami.

3) Wilayah ini sekarang telah menjadi salah satu ikon Kota Surabaya sebagai bagian dari kawasan wisata Suramadu.

4) Posisinya yang berada di pinggiran Kota Surabaya.

5) Terdapat sumber daya alam berupa hasil laut yang menjadi sumber nafkah bagi sebagian besar KAMPUNG

KEJAWAN JEMBATAN

SURAMADU

KAMPUNG CUMPAT KAMPUNG

SWEDI

(5)

B. Terdapat.Kendala dari kondisi kawasan antara lain :

1) Terdapat banyak lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah liar atau tempat menjemur ikan atau hasil laut lainnya. (gambar 3.)

2) Banyak pedagang kaki lima yang menempati lahan kosong dan tidak tertata dengan baik, sehingga lingkungan menjadi kotor dan terganggu dengan banyaknya sampah hasil jualan.

3) Pengawasan pemerintah masih lemah dalam upaya penertiban lingkungan. 4) Pengelolaan hasil laut yang masih tradisional.

C. Potensi dari kondisi masyarakat antara lain :

1) Hubungan sosial budaya antar anggota masyarakat cukup erat.

2) Keikutsertaan kader-kader kampung cukup tinggi dalam setiap kegiatan masyarakat. 3) Apresiasi masyarakat terhadap program-program pemerintah cukup tinggi.

4) Jumlah usia produktif lebih banyak dari yang non produktif

5) Pola mata pencaharian yang tradisional masih terus dipertahankan oleh masyarakat. 6) Banyak anggota masyarakat memiliki usaha berbasis rumah tangga.

(6)

D. Kendala dari kondisi masyarakat antara lain :

1) Tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya masih rendah, demikian halnya juga pada tingkat perekonomiannya.

2) Kesadaran terhadap pentingnya kebersihan masih kurang 3) Jumlah usia produktif yang menganggur masih banyak.

E. Potensi dari kondisi sarana dan prasarana antara lain :

1) Sudah terdapat program peningkatan kualitas sarana dari pemerintah

2) Ada peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kualitas lingkungan, dengan mulai menjaga kebersihan lingkungan

3) Terdapat ruang terbuka yang menjadi ruang publik bagi masyarakat lokal maupun pendatang dari luar wilayah.

F. Kendala dari kondisi sarana dan prasarana antara lain :

1) Kualitas prasarana yang tersedia untuk masyarakat masih sangat kurang terutama air bersih. 2) Ketersediaan sarana masih kurang terutama sekolah dan pasar

Gambar 4. Sentra Penjualan Hasil Laut (Kanan) dan Sekolah Madrasah Ibtidaiyah di Kampung Swedi (Kiri)

(7)

G. Potensi dari kondisi permukiman penduduk antara lain :

1) Kondisi perkampungan yang padat membawa suasana kekerabatan yang lebih erat antar anggota masyarakat.

2) Permukiman berupa rumah-rumah produktif yang dapat meningkatkan kualitas masyarakat secara mandiri

3) Terdapat ruang-ruang kosong yang digunakan untuk pengelolaan hasil tangkapan nelayan. 4) Berpeluang untuk dijadikan kampung wisata nelayan.

H. Kendala dari kondisi permukiman penduduk antara lain : 1) Lingkungan permukiman yang kotor.

2) Masih banyak terdapat rumah semi permanen yang tidak memenuhi standard layak huni.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Budiharjo, Eko, (1984),

Sejumlah Masalah Permukiman Kota

, Penerbit

Alumni, Bandung

Catanese, Anthony J. & James C. Snyder (1996),

Pengantar Arsitektur,

Erlangga, Jakarta.

Nani Yuliastuti , Arif Faturrahman, (2012),

Pengaruh Perkembangan Lahan Terbangun

Terhadap Kualitas Lingkungan Permukiman

dalam Jurnal Presipitasi Vol. 9 No. 1 , Maret 2012,

ISSN. 1907-187x

Newmark, Norma L., Thompson, Patricia J., (1977),

Self, Space and Shelter

: An Introduction to

Housing , Canfield Press, New York

Rusli, (2011),

Upaya Peningkatan Hunian Kampung Nelayan di Kota Donggala

dalam Jurnal

“Ruang” Vol. 2 No.1, Maret 2011, Jurusan Arsitektur fakultas Teknik Universitas Tadulako

Salim, Emil (1983),

Pembangunan Berwawasan Lingkungan,

LP3ES, Jakarta

Soemarwoto, Otto (1997),

Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan,

Penerbit Djembatan,

Jakarta

Silas, Johan, (1993),

Housing Beyond Home: The Aspect of resources and Sustainability

, Pidato

Pengukuhan guru Besar , Institut teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya

(9)

Gambar

Gambar 1. Area Penelitian : Kampung Swedi, Kampung Cumpat, dan Kampung Kejawan
Gambar 2.  Taman dan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Sekitar Jembatan Suramadu
Gambar 4.  Sentra Penjualan Hasil Laut (Kanan) dan Sekolah Madrasah Ibtidaiyah di Kampung Swedi (Kiri)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menegakkan Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Ketentuan Wajib Sholat Berjamaah Bagi Pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu maka

Berangkat dari permasalahan tersebut, bangunan yang akan dirancang tidak hanya sekedar untuk menampung lansia, tetapi juga dapat memberdayakan bagi lansia potensial dan

Praktik langsung cara aman dan sehat pada proses persiapan bahan, pemberian petunjuk praktis cara pengolahan, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus, diharapkan

Misalnya pada impelementasi klaster industri hasil laut baik untuk industri teri nasi maupun industri rumput laut, meskipun keduanya memiliki nilai capaian kinerja komprehensif

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa total skor tertinggi dalam uji organoleptik berdasarkan tekstur pada jus tempe dan modifikasinya terdapat pada jus tempe

Pernyataan ilmiah yang kita gunakan dalam tulisan kita harus mencakup beberapa hal. Pertama kita harus mengidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, kita

Informasi keuangan di atas diambil dari laporan keuangan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk tanggal 31 Desember 2020 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, yang

Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri dalam rangka kerja sama ASEAN dengan Mitra Eksternal ASEAN di