• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP HUKUM ADMINISTRASI LIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP HUKUM ADMINISTRASI LIN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PRINSIP HUKUM ADMINISTRASI LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

(STUDI KASUS PADA KOTA SURABAYA)

Untuk Memenuhi Tugas Kebijakan Lingkungan Yang Dibina Oleh Bapak Mochmmad Rozikin,Drs.,M.AP

OLEH :

Livia Armilliana (125030100111094)

Kelas:

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan yang muncul akhir-akhir ini mengenai lingkungan adalah kurangnya penerapan ruang terbuka hijau di suatu perkotaan. Ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting dalam suatu kota. Ruang terbuka hijau berfungsi untuk menyeimbangakn keadaan ekologi pada suatu kawasan agar terjadi keseimbangan antara ekosistem dan perkembangan pembangunan di era modern. Kota mempunyai luas lahan terbatas,permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus berkembang untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan baik pemukiman , industry dan pertumbuhan jalur transportasi yang perlahan akan menyita lahan-lahan atau ruang terbuka lainnya di wilayah perkotaan.

Masalah perkotaan pada saat ini telah menjadi masalah yang cukup sulit untuk diatasi. Perkembangan pembangunan perkotaan selain mempunyai dampak positif bagi kesejahteraan warga juga menimbulkan dampak negatif pada beberapa aspek termasuk aspek lingkungan. Pada mulanya,sebagian besar lahan kota merupakan ruang terbuka hijau. Namun adanya peningkatan kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktiivitasnya,ruang terbuka hijau tersebut cenderung mengalami alih fungsi lahan menjadi ruang terbangun. Pertumbuhan penduduk dengan aktivitas yang tinggi di kawasan perkotaan berdampak pada perubahan cirri khas sebuah kota, baik berupa fisik,sosial, dan budaya.

(3)

untuk meningkatkan mutu lingkungan perkotaan yang nyaman,segar,indah,bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan serta menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna bagi masyarakat yang tinggal. RTH diharapkan dapat mewujudkan tata lingkungan yang serasi antara sumber daya alam ,sumber daya buatan,sumber daya manusia bagi kualitas hidup penduduk kota. Di Jawa Timur ,RTH bagi perkotaan,yang diterapkan pada RTRWP Jawa Timur Tahun 2005-2020 ,minimal 20% dari luas kota,dimana 10% berupa hutan kota.

Kota Surabaya merupakan ibu kota Propinsi Jawa Timur, Indoinesia dan kota metropolitan kedua setelah Jakarta. Kota pahlawan ini mengalami perkembangan pesat terutama di daderah Surabaya Barat dan Surabaya Timur. Hal ini terjadi karena kemajuan Kota Surabaya terutama dalam bidang ekonomi yang menjadi dayat tarik sendiri bagi masyarakat sekitarnya. Akibatnya jumlah penduduk yang tinggal di Kota Surabaya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan penduduk akan hunian,perkantoran,sarana dan prasarana transportasi,serta fasilitas publik lainnya. Sehingga mengakibatkan perubahan peruntukan lahan yang semakin signifikan ditunjukkaan dengan berkurangnya kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) / Green openspaces. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai penerapan prinsip hukum administrasi lingkungan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau khususnya di Kota Surabaya.

1.1 Rumusan Masalah

Apakah penerapan Prinsip Hukum Administrasi Lingkungan sudah diterapkan secara maksimal dalam pengelolalan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surabaya?

1.2 Tujuan

(4)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hukum Administrasi Lingkungan

Untuk dapat memberikan suatu pemahaman yang utuh,komprehensif dan benar tentang sesuatu,khususnya suatu cabang ilmu pengetahuan,maka harus dimulai atau berangkat dari satu titik yang sama yang ladzim disebut dengan pengertian atau batasan atau definisi. Begitu pula halnya dengan pembahasan yang berkaitan dengan ruang lingkup hukum administrasi lingkungan. Hukum administrasi lingkungan pada dasarnya mencakup hukum administrasi negara secara umum,dan secara khusus berhubungan erat dengan pengelolaan lingkungan hidup. Hukum administrasi lingkungan adalah hukum administrasi dengan substansi pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan pertautan antara keduanya secara substansi berada pada kaidah hukumnya yang berfungsi dan bermanfaat dalam kehidupan manusia.

Hukum administrasi lingkungan merupakan instrument yurisid bagi penguasa untuk secara aktif terlibat dengan masyarakat dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup,pada sisi lain hukum administrasi lingkungan merupakan hukum yang memungkinkan anggota masyarakat mempengaruhi penguasa dan memberikan perlindungan terhadap penguasa. Dalam sistem hukum di Indonesia penguasa itu terdiri dari penguasa di tingkat pusat dalam hal ini adalah pemerintah dan penguasa di tingkat daerah adalah pemerintah Propinsi dan pemerintah kabupaten.Kota

Dalam perkembangan sekarang dengan adanya kecenderungan negara turut campur tangan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat,maka peranan hukum administrasi negara menjadi sangat luas dan kompleks termasuk berkaitan dengan pengelolaan lingkunga hidup. Kompleksitas ini akan membuat luas dan complicated dalam menentukan rumusan ruang lingkup hukum administrasi lingkungan.

(5)

menyangkut kepentingan, hak dan kewajiban,kebebasan dan kemerdekaan dan atau kehidupan kemasyarakatan lainnya. Apabila hal ini telah tercapai,tugas negara telah selesai dan sempurna. Dalam suasana seperti ini hukum administrasi tidak berkembang dan bahkan statis. Namun demikian,seiring dengan perkembangan zaman,maka dalam konteks hukum administrasi negara kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup kiranya tidak lagi mengalami kemudahan melainkan telah mengalami perkembangan yang snagat fundamental

Dengan mengkaji lebih mendalam permasalahan hukum tentang pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia,maka bagian terbesar hukum lingkungan di Indonesia adalah hukum administrasi. Hal ini dapat dilihat bahwa hukum administrasi lingkungan dapat berbentuk undang-undang ,peraturan pemerintah,peraturan daerah tingkat Propinsi dan kabupaten/Kota. Dengan demikian,aspek hukum administrasi akan tampak berkaitan dengan peran pemerintah (baik pemerintah maupun pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota),misalnya dalam hal memberikan perijinan pendirian usaha dan atau kegiatan dan melakukan langkah penyelamatan lingkungan apabila ketentuan yang disyaratkan dalam perijinan itu dilanggar.

Titik temu atau pertautan antara hukum administrasi negara dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup,adalah terletak pada kaidah hukum yang memungkinkan keduanya bertindak menjadikan lingkungan hidup berguna bagi umat manusia pada umumnya maupun bangsa Indonesia khusunya. Pengelolaan lingkungan hidup yang berkesinambungan, terpelihara dan bersih merupakan kebutuhan para warga negar serta diusahakan terwujudnya oleh administrasi negara dalam pengelolaan lingkungan hidup mutlak diperlukan

(6)

“ Pada bagian kedua abad yang lampau telah ternyata,bahwa asas: negara tidak boleh turut serta dalam lapangan kemasyarakatan,tidak dapat dipertahankan lagi. Oleh karen hubungan ekonomis makin lama makin berbelit-belit,maka pemerintahan negara yang betugas mengatur tata tertib hukum dalam masyarakat dan hendak menjalankan tugas itu secara baik, terpaksa masuk kedalam suatu lapangan sosial baru. Disamping pekerjaan biasa,yaitu membuat dan mengeluarkan peraturan yang mempertimbangkan dan membatasi hak dan kepentingan orang yang satu terhadap yang lain,maka pemerintah mengadakan juga penyelesaian keperluan-keperluan sosial lain yang tertentu. Pekerjaan pemerintah,yaitu pekerjaan administrasi negara,makin lama makin luas. Demikian juga halnya dengan pekerjaan pembuat undang-undang. Pada akhir abad 19 lapangan hukum negara diberi sambungan penting,yaitu lapanagn hukum admnistrasi negara. Bagian terbesar sambungan itu terletak di lapangan sosial (antara lain pengajaran,kesehatan rakyat,pembangunan rumah dan pemeliharaan orang miskin”

Secara konstitusional pengaturan pengelolaan lingkuingan hidup ditegaskan dalam ketentuan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 bahwa bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pada ketentuan dimaksud,maka terkandung asas hak menguasai negara dan wujudnya dalam tiga bentuk aktivitas,sebagai berikut: perbuatan-perbuatan hukum yang berkaitan dengan bumi,air dan ruang angkasa

Ruang lingkup hukum administrasi lngkungan sangat luas. Namun demikian,bidang hukum administrasi lingkungan mengandung dan mencakup beberapa hal sebagai berikut: 1. Mengandung sarana-saranan atau instrument bagi penguasa untuk

mengatur,menyeimbangkan dan mengendalikan berbagai kepentingan masyarakat khusunya yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup

2. Mengatur cara-cara partisipasi warga masyarakat dalam proses penyusunan dan pengendalian,termasuk proses penentuan kebijaksanaan di bidang lingkungan hidup 3. Mengatur adnya perlindungan hukum bagi warga masyarakat terhadap berbagai

(7)

4. Mengatur dan menyusun dasar-dasar bagi pelaksanaan pemerintah yang baik,khususnya dalam mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup yang berbasis pada pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup

Dengan demikian nyata terlihat bahwa dalam dalam konteks negara hukum modern,dalam perspektif hukum admninstrasi lingkungan,negara atau pemerintah mempunyai kewajiban yang sangat luas,dimana negara mengutamakan kemakmuran serta keamanan sosial, dan bukan keamanan senjata. Berdasarkan tugas negara tersebut,pemerintah pada zaman sekarang ini turut serta dengan aktif dalam mengatur pergaulan hidup masyarakat. Lapangan kerja pemerintah atau administrasi negara jauh lebih kompleks,luas dan semakin berkembang dibandingkan dengan pemerintahan model negara hukum klasik atau kuno. Tugas pemerintah saat sekrang ini tidak saja terbatas pada lapangan pemerintahan,birokrasi,pengurusan rumah tangga negara,namun sudah meluas dan berkembang pada tugas pembangunan dan penyelematan serta pelestarian fungsi lingkungan hidup.

2.2 Prinsip Hukum Administrasi Lingkungan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Selain instrumen hukum pengelolaan lingkungan hidup yang telah diuraikan tersebut diatas, maka dalam pengelolaan lingkungan khususnya di bidang pengawasan pengelolaan lingkungan yang berbasis pada perwujudan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), harus didukung dengan prinsip-prinsip hukum administrasi lingkungan yang melandasi atau menjadi instrument fundamental dalam pengelolaan lingkungan hidup khususnya di bidang pengawasan pengelolaan lingkungan. Adapun beberapa prinsip hukum administrasi lingkungan,antara lain:

1. Peran Serta Masyarakat (Public Participation) dalam Rangka pengelolaan Lingkungan Hidup

(8)

sebgai landasan konstitusional mewajibkan akan sumber daya alam dipergunakan untuk sebesae-besarnya kemakmuran rakyat. Kemakmuran rakyat tersebut haruslah dapat dinikmati generasi masa kini dan masa depan secara berkelanjutan

Salah satu butir pertimbangan diterbitkannya UU PPLH 2009 adalah bahwa pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perkehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oelh semua pemangku kepentingan,sehingga pokok materi sebagaimana diatur dalam UU PLH 1997 perlu disempurnakan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang berwawasan lingkungan hidup. Apabila dibandingkan dengan UU PLH 1982 yang hanya memiliki 24 pasal dengan pengaturan-pengaturan terbatas,sedangkan ketentuan UU PLH 1997 belum mencerminkan perlindungan lingkungan yang baik,maka kehadiran UU PPLH 2009 memiliki jumlah pasal yang bertambah dan lebih rinci mengatur hal-hal baru yang sebelumnya tidak diatur

Dalam UU PLH 2009 terkandung sebuah jaminan hak setiap warga masyarakat untuk mendapatkan informasi disamping kewajiban pemerintah dan setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan untuk menyampaikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Masyarakat mempunyai hak pendapat terhadap penerbitan ijin lingkungan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan yang kemungkinan risiko terjadinya pencemaran atau perusakan lingkungan hidup. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan ini merupakan bagian dari prinsip hukum administrasi lingkungan yang secara spesifik berada dalam wilayah perijinan lingkungan sebagai salah satu instrument hukum administrasi lingkungan.

2. Substansi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(9)

mempengaruhi lingkungan mulai dari politik,ekonomi,sosial,hukum,budaya bahkan agaman,sehingga pengelolaanya harus dipandang sebagai masalah yang interdisipliner. Pengelolaan lingkungan hidup yang diartikan sebagai suatu upaya terpadu utnuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang mencakup kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.

Salah satu aspek fundamental hukum lingkungan adalah adanya suatu institusi yang memiliki kekuasaan (power) untuk dapatnya melakukan pengelolaan atas sumber daya alam dan lingkungannya. Dari aspek yuridis,kekuasaan (power) adalah sangat berkaitan dengan wewenang. Tanpa bermaksud untuk lebih jauh masuk dalam ranah aspek filsafat mengenai kekuasaan,disini akan dikemukakan bahwa dalam pandangan para pakar,bahwa suatu wewenang berdasar dari bersumber pada kekuasaann, dan suatu kewenangan tidak mungkin ada jika tidak turun dari kekuasaan, dimana kekuasaan itu sendiri adalah Negara (state). Sumber kekuasaan di dalam pola hidup bermasyarakat,berbangsa dan bernegara adalah negara.

Dalam UU PLH 1997 terdapat serangkaian pengaturan yang berkaitan dengan wewenang dalam sub bab,yakni Bab 1V tentang wewenang pengelolaan Lingkunga Hidup,yang dimulai dari ketentuan pasal 8 hingga 13. Secara jelas terlihat bahwa dalam Pasal 8 misalnya,bahwa wewenang penguasa terhadap sumber daya alam. Penguasa memiliki wewenang atau kebijakan untuk melakukan semua tindakan hukum publik yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya alam. Kewenangan negara atas sumber-sumber alam,yang menurut Pasal 8 ayat (2) UU PLH adalah terperinci kedalam lima kewenangan pokok. Kemudian hal-hal demikian dapat digolongkan kepada dua sifat kebijakan yang diambil,yaitu berupa tindakan hukum publik dalam rangka pengaturan (regeling), dan kemudian penetapan (beschikking).

(10)

Indonesia adalah didasarkan pada undang-undang,peraturan pemerintah dan peraturan pelaksana lainnya yang merupakan instrumen kebijaksanaan (instrumen van beleid). Sifat UU PLH sebagai “kaderwet” atau “ranwet” atau “umbrella provision” yang menampung kebijaksanaan lingkungan di Indonesia menghendaki penjabaran lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan lingkungan,sehingga jelas bahwa hukum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain, bahwa legal policy adalah merupakan rekayasa sosial dalam menerapkan hukum sebagai instrumen mendasar untuk mengarahkan masyarakat menerima nilai-nilai baru. Dalam hubungan ini terdapat tendensi pemecahan masalah menurut sistem hukum yang berlaku atau dilain pihak masalah baru dipecahkan dengan cara “trial and error” untuk menemukan penyelesaian dengan “common senese” atau pengalaman profesi

Persyaratan yang penting atas substansi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup adalah pembinaan terhadap peraturan perundang-undangan (legilasi) lingkungan yang tangguh,dipersiapkan secara cermat dengan memperhitungkan unsur keterpaduan dalam sistem pengaturan,sehingga efektivitasnya dapat tercapai secara maksimal. Kebijakan nasional,sektoral dan daerah hendaknya dapat diuji manfaat dan kesesuaiannya dengan tujuan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk mencapai tujuan itu berbagai alternatif sarana kebijakan lingkungan perlu mendapat perhatian agar dapat dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan lingkungan. Unntuk itu substansi kebijakan lingkungan merupakan bagian yang terpadu dari keseluruhan kebijakan pemerintah dibidang pembangunan. Berdasarkan pada tujuan yang telah digariskan dan hendak dicapai,maka dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup ( UU PLH) yang berbasis pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah tetap terpeliharanya daya dukung dan fungsi kelestarian lingkungan hidup yang dapat dinimati oleh generai sekrang dan lebih lebih generasi yang akan datang.

3. Fungsi Kelembagaan dan Organisasi dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

(11)

kompleks, maka kelembagaan organisasi di dalam pengelohan lingkungan hidup adalah banyak pula.lingkungan dan sumber daya alam, dapat di bagi kepada berbagai sektor atau bagian, yang di sesuaikan dengan dengan kategori/sifat sumber daya alam atau sumber-sumber kebutuhan manusia. Secara konstitusional, sumber-sumber-sumber-sumber daya alam/lingkungan adalah dikuasai negara. Negara melalui berbagai aparaturnya, berdasarkan pada wewenang yang dimilikinya, melakukan tindakan hukum administrasi negara, seperti dalam hal pengaturan (regeling) dan penetapan (beschikking). Aparaturnya negara, berupa menteri-menteri dan badan-badan aparatur negara lainnya, memiliki batas-batas kewenangan yang jelas terhadap pengolaan lingkungan hidup.

Dalam perspektif tindak administrasi kekuasaan dan kewenangan pengolahan lingkungan, dikenal pola keterpaduan. Prinsip keterpaduan telah menjadi ciri penting dalam hukum pengelolaan lingkungan, dan tampaknya setelah diadakannya deklarasi Rip,ciri demikian telah mengarah kepada kesamaan hukum (legal harmony) bagi banyak negara dalam sistem hukum lingkungannya masing-masing. Deklarasi Rio dalam hal ini menetapkan perlunya keterpaduan,yang disebut dengan “principle of integration” yang mengatakan”..environmental protection shall constitute an integral part of the development proces...”. Prinsip Deklarasi Rio tersebut dalam konteks UU PPLH 2009 telah diadopsi. Prinsip integrasi berdampingan dengan prinsip-prinsip koordinasi,sinkronisasi dan simplifikasi, yang jiga merupakan asas yang dianut dalam UU PPLH 2009

Prinsip keterpaduan dalam pengelolaan lingkungan dapat dibedakan menjadi: (i)keterpaduan atas kebijakan; (ii)keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan; (iii)keterpaduan tata ruang berdasarkan corak atau karateristik sumber-sumber daya lingkungan, dan (iv) keterpaduan dengan pelimpahan wewenang. Dalam kaitan ini keterpaduan dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah berupa:

a) Pemerintah menetapkan kebijakan nasional lingkungan hidup dan tata ruang secara terpadu oleh masing-masing instansi pemerintah yang kompeten dan relevan,beserta masyarakat dan para pelaku pembangunan lain,dengan memperhatikan nilai-nilai agama,adat istiadat dan nilai yang hidup dalam masyarakat

b) Keterpapduan meliputi perencanaan (planning) dan pelaksanaan kebijakan (operating) c) Keterpaduan meliputi tata ruang,perlindungan sumber-sumber daya alam non hayati

(12)

sumber-sumber daya hayati dan ekosistemnya (biotic resources);cagar budaya;keanekaragaman hayati dan perubahan iklim

d) Keterpaduan pengelolaan ditingkat nasional dilakukan secara koordinasi oleh menteri e) Keterpaduan pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan prinsip pelimpahan

wewenang pengelolaan lingkungan kepada perangkat di daerah, dengan prinsip pembantuan Pemerintah Pusat, dan dengan prinsip menyerahkan sebagian urusan menjadi urusan rumah tangga daerah.

Melalui kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat nasional dan daerah yang tangguh diharapkan pengendalian pencemaran lingkungan dapat diterapkan secara efektif dan efisien. Sesuai dengan namanya, UU PPLH 2009 juga memberikan fokus perhatian pada pengelola lingkungan. Ketentuan umum pasal 1 angka (1) UU PPLH 2009 menyatakan: lingkungan hidup dalam pengertian ekologi tidak mengenal batas wilayah,baik wilayah negara maupun wilayah administratif. Akan tetapi, lingkungan hidup yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup harus jelas batas wilayah wewenang pengelolaanya. Lingkungan yang dimaksud adaah lingkungan hidup Indonesia.

Oleh karena itu,dalam melakukan pengelolaan lingkungan di bidang pengendalian lingkungan hidup adalah tentsng kelembagaan dan kewenangan pengendalian pencemaran lingkungan hidup melalui pertanyaan: instansi manakah yang memiliki kewenangan pengendalian pencemaran lingkingan hidup di Indonesia,baik dalam tingkat nasional maupun di daerah.

(13)

Dari adanya prinsip hukum administrasi lingkungan yang ada yaitu peran serta masyarakat dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup,Substansi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup,Fungsi kelembagaan dan organisasi dalam pengelolaan lingkungan hidup bahwa Kota Surabaya telah menerapkan hanya beberapa persen prinsip hukum administrasi lingkungan dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sehingga penerapannya belum semaksimal mungkin. Kota Surabaya sebagai kota terbesar di Jawa Timur wajib menerapkan RTH seluas 20% luas kota,dimana 10% berupa hutan kota. RTH diSurabaya luasannya yanga da sekrang menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya, RTH di Surabaya realitanya hanya 3000 Ha dibandingkan dengan luasan kawasan yang terbangun,masih belum mencukupi bagi Surabaya yang luasannya 326nribu ha. Berdasarkan RTRWP Jawa Timur tahun 2005-2020,RTH di Surabaya seharusnya ada sekitar 6500 Ha termasuk hutan kota.Bentuk RTH yang sudah ada si Surabaya,adalah hutan kota,taman kota,taman rekreasi kota,Area hutan kota di Surabaya,ada di Lakarsantri seluas 8Ha,Kebun bibit Wonorejo seluas 2 Ha dan Waduk Wonorejo seluas 5Ha. Taman rekreasi kota Surabaya ada di Taman surya ,Taman bungkul, dan taman Flora Kebun bibit,sedangkan bentuk RTH lainnya adalah taman kota dan jalur hijau di tepi atau ditengah jalan utama,misalnya jalan Raya Darmo, serta area hijau di bangunan-bangunan yang melestarikannya.

(14)

dan menata kembali jalur-jalur hijau,taman rekreasi kota dan taman-taman kota di Surabaya yang sudah lama tidak diperhatikan. Penataan penghijauan di Surabya masih diteruskan sampai kini oleh Dinas Keberdihan dan Pertamanan Kota Madya Surabaya dan berhasil menghijaukan sebagian besar jalur-jalur hijau,taman-taman kota,taman-taman rekreasi kota dan hutan kota,sehingga telah mempercantik dan mempersegar kota Surabaya.

Di satu sisi Surabaya adalah ternasuk kota yang tekah berhasil menerapkan prinsip hukum administrasi lingkungan khusunya dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Surabaya, kota terbesar kedua setelah Jakarta cukup konsen terhadap masalah lingkungan terutuma efek rumah kaca yang bisa meningkatkan suhu bumi rata-rata 1°-5°C. Pemerintah Kota Surabaya pun menyatakan ingin mengubah suhu udara kota menjadi lebih dingin dengan rerata 32°-30°C dari suhu saat ini yang mencapai 34°C ketika siang hari. Salah satu langkah yang diambil pemerintah adalah memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH) sesuai UU No.26 Tahun 2007 tentang penataan tata ruang yang menyebutkan bahwa kota harus memiliki 30% RTH dari total luas kota, 20% di antaranya adalah RTH umum dan 10% RTH privat yang dibangun oleh swasta. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan saat ini RTH Surabaya telah mencapai 26% atau lebih dari kewajiban. Bahkan, ingin agar Surabaya memiliki RTH hingga 35% yang akan dicapai pada 2025.

Johan Silas, pengamat tata kota dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, mengatakan bahwa kota lain perlu mencotoh langkah Surabaya untuk memperbanyak RTH, terutama kerjasama pihak swasta dan pemerintah agar saling mendukung mewujudkan kota hijau. Johan menjelaskan RTH tidak saja berupa taman tetapi berbagai fasilitas umum, jalan, sungai, bahkan makam. Jika diamati, banyak perubahan yang terjadi dalam penataan Kota Surabaya seperti adanya pot-pot bunga crysan di sepanjang pedestrian jalan-jalan kota. Oleh sebab itu penerapan prinsip hukum administrasi lingkungan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau bisa dikatakan 50% berhasil dan 50% tidak. Dikatakan berhasil karena sudah mencapai 25% RTH sedangkan dikatakan tidak berhasil karena adanya ketidak seimbangan antara pembangunan kota yang terus dilakukan dengan ruang terbuka hijau.

(15)

5.1 Kesimpulan

Upaya realisasi dan pengelolaan RTH di Surabaya, akhir-akhir ini memperlihatkan hasil yang baik bagi keindahan kota. Meskipun demikian daribeberapa masalah RTH, seperti yang dikemukakan diatas, realisasi Surabaya Hijau atau “Green City” atau kota taman dapat menjadi memprihatinkan. Karena rencana pembangunan yang berkelanjutan akan tercapai melalui keseimbangan pertumbuhan ekonomi, social-politik dengan kepekaan pada budaya dan lingkungan,seringkali yang terjadi adalah diutamakannya salah satu tujuan pembangunan,misalnya tujuan pertumbuhan ekonomi. Hal ini memicu perubahan penggunaan guna ruang kota untuk tujuan pembangunan yang lain, sehingga terjadi ketidak seimbangan Pembangunan Berkelanjutan.

Untuk mengurangi ketidak seimbangan realisasi pembangunan berkelanjutan, Pemerintah Kota Surabaya, harus dapat melaksanakan tata guna ruang dan lahan dengan tegas dan konsisten untuk mencapai RTH yang sudah direncanakan pada RTRWP Jawa Timur tahun 2005 –2020, seluas 20% luas kota Surabaya,sekitar 6.500 Ha. RTH dengan luas yang sebanding dengan luas kota dan direncanakan dengan baik akan mampu memberikan kualitas lingkungan yang baik bagi masyarakat sekitarnya, disamping itu mempunyai nilai ekonomi, ekologi, edukatif dan estetis. Pemerintah Kota harus dapat mempertahankan tata guna lahan bagi RTH dan tidak dialihkan keguna lahan yang lain. Beralihnya Kebun Bibit dari Pemkot ke pengelolaan PT SIP membuat keberlanjutan perannya sebagai taman rekreasi kota seperti sekarang menjadi dipertanyakan.

(16)

vegetasi yang cukup luas dengan kerapatan yang sesuai mampu memperbaiki kualitas udara dengan menyerap polutan dari kendaraan dan mengeluarkan O2. Penutupan vegetasi pada permukaan tanah dapat memperbaiki kemampuan resapan air ketanah. Keberadaan vegetasi yang sudah asri perlu dirawat dan dilestarikan tanpa harus ditebang tetapi ditingkatkan perannya menjadi RTH yang lebih baik sesuai kondisi, fungsi, peryaratan dan peraturan yang ada. Sehingga dapat memungkinkan terjadi siklus ekosistim pada area yang dihijaukan, untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan secara utuh

5.2 Saran

Penulis mengharapkan adanya upaya dan pemahaman terhadap esensi dan manfaat harfiah taman kota sebagai sarana ruang terbuka hijau (RTH) oleh pemerintah dan masyarakat. Adanya perhatian khusus dari pemerintah kota, dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya diperlukan untuk mengembangkan, mengawasi, dan memelihara kondisi taman kota agar tidak kehilangan peran idealnya. Pemerintah kota perlu meningkatkan kuantitas infrastruktur dan bangunan taman kota sebagai upaya penekanan tingkat pencemaran. Juga diperlukan kesadaran tinggi bagi masyarakat kota untuk memelihara dan memanfaatkan taman kota sebagai mana mestinya.

(17)

 Wanda W. Surabaya sebagai Kota Taman. http://repository.petra.ac.id/15196/1/Surabaya_menjadi_Kota_Taman_atau.pdf. 4 Oktober  Peni W. 2014. Surabay Sejuk,Tri R. targetkan RTH 35% pada 2025.

http://surabaya.bisnis.com/read/20140306/3/68828/surabaya-sejuk-tri-rismaharini-targetkan-rth-35-pada-2025. 6 Maret

Referensi

Dokumen terkait

The average request size of Financial1 (4.5KB) is just a little larger than the page size of the simulated SSD (4KB); and we also find that 90% of its requests are 4KB or smaller.

Provinsi Jawa Barat termasuk dalam pengembangan destinasi wisata halal nasional. Masuknya Jawa Barat sebagai destinasi halal ternyata memiliki korelasi yang sama

POKJA PENGADAAN JASA KONSULTANSI ULP KABUPATEN

dapat memberikan informasi strategik yang dapat mendukung proses evaluasi dan perencanaan akademik di bidang akademik kemahasiswaan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen dalam

bangunan lama yang memiliki nilai sejarah atau yang menjadi ciri khas suatu kota2. bisa hilang karena adanya bangunan baru dengan keseragaman dan

Fenomena yang paling umum dari ketidak berhasilan program-rogram tersebut adalah dimana sampai sekarang kita masih mengandalkan produk impor dalam pemenuhan

Orang tua saya jarang menanyakan kesiapan tugas saya sehingga saya malas belajar.. Keributan orang tua saya menyebabkan saya malas

Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada. proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh