BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan suatu proses fisiologi
yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui
dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin ada unit fungsi yang tak
terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting unutk fungsi
optimal dan perkembangan kedua bagian unit tersebut. Obat dapat
menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama kehamilan.
Selama kehamilan dan menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai
keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu hamil
menggunakan obat dan suplemen pada saat periode organogenesis sedang
berlangsung sehingga terjadi resiko cacat janin lebih besar. Penggunaan obat–
obatan selama kehamilan bertanggungjawab atas gangguan perkembangan
yang ada kalanya timbul pada bayi dan anak kecil sampai usia 5 tahun.
Keamanan suatu obat harus dibuktikan berdasarkan hasil percobaan hewan
sewaktu registrasi untuk mendapatkan izin peredarannya. Namun, hasil
eksperimen pada hewan tidak selalu boleh diekstrapolir kepada manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah adalah:
1. Masalah-masalah apa saja yang sering terjadi pada saat kehamilan dan
menyusui?
2. Bagaimana pemilihan obat yang tepat pada ibu hamil dan menyusui?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang sering terjadi pada
saat kehamilan dan menyusui
2. Untuk mengetahui cara pemilihan obat yang tepat pada ibu hamil dan
menyusui
BAB II
2.1 Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau
fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara
waktu menstruasi terakhir dan kelahiran. Istilah medis untuk wanita hamil
adalah gravinda, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio
(minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran).
Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau
gravida 1. Seorang wanita yang belum hamil disebut gravida0. Kehamilan
berlangsung sekitar 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300
hari). Kehamilan yang berlangsung antara 20 – 38 minggu disebut kehamilan
preterm, sedangkan bila lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postterm.
Tiga priode kehamilan berdasarkan lamanya kehamilan yaitu:
a. Kehamilan trimester pertama 0 – 14 minggu
Trimester pertama membawa resiko tertinggi keguguran (kematian
alami embrio atau janin)
b. Kehamilan trimester kedua 14 – 28 minggu
Trimester kedua perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa
c. Kehamilan trimester ketiga 28 – 42 minggu
Trimester ketiga menandakan awal viabilitas, yang berarti janin dapaat
tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.
2.2 Masalah yang Terjadi saat Kehamilan
a. Toksoplasmosis
Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik yang disebabkan oleh
Toxoplasma gondii.
Pola transmisinya ialah transplasenta pada wanita
hamil. Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester pertama akan
menyebabkan 20 % janin terinfeksi toksoplasma atau kematian janin,
sedangkan bila ibu terinfeksi pada trimester ke tiga 65 % janin akan
terinfeksi. Infeksi ini dapat berlangsung selama kahamilan.Pencegahan
dapat dilakukan antara lain dengan cara : memasak daging sampai matang,
menggunakan sarung tangan baik saat memberi makan maupun
membersihkan kotoran hewan ternak, dan menjaga agar tempat bermain
anak tidak tercemar kotoran hewan ternak.
Penyakit ini disebabkan infeksi
Treponema pallidum.
Penyakit ini dapat
ditularkan melalui plasenta sepanjang masa kehamilan. Biasanya respon
janin yang hebat akan terjadi setelah pertengahan kedua kehamilan dengan
manifestasi klinik hepatosplenomegali, ikterus, petekie,meningoensefalitis,
khorioretinitis, dan lesi tulang. Infeksi penyakit ini juga dapat
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah, atau bahkan
kematian janin.Pencegahan antara lain dengan cara : promosi kesehatan
tentang penyakit menular seksual, mengontrol prostitusi bekerjasama
denganlembaga sosial, memperbanyak pelayanan diagnosis dini dan
Pengobatannya, untuk penderita yang dirawat dilakukan isolasi terutama
terhadap sekresi dan ekresi penderita.
c. HIV/AIDS
Penyakit ini terjadi karena infeksi retrovirus. Pada janin penularanterjadi
secara transplasenta, tetapi dapat juga akibat pemaparan darah dan sekret
serviks selama persalinan. Kebanyakan bayi terinfeksi HIV belum
menunjukan gejala pada saat lahir. Pencegahan antara lain dengan cara :
menghindari kontak seksual dengan banyak pasangan terutama hubungan
seks anal, skrining donor darah lebih ketat dan pengolahan darah dan
produknya dengan lebih hati – hati.
d. Rubella (German measles)
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili
Tgaviridae dan genus Rubivirus. Pada wanita hamil penularan ke janin
secara intrauterin. Masa inkubasinya rata – rata 16 – 18 hari.
2.3 Masalah yang Terjadi saat Menyusui
a. Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
dari mastitis. Dua penyebab utama mastitis adalah
stasis ASI
dan
infeksi.
Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphilokokus aureus.
Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan
klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap
menyusui.Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami
mastitis infeksius.
Gejala mastitis non – infeksius
o
Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”
o
Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri Ibu
tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja
Gejala mastitis infeksius
•
Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
•
Ibu dapat mengeluh sakit kepala
•
Ibu demam dengan suhu diatas 34oC
•
Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
•
Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya
(tanda-tanda akhir)
•
Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang“pembengkakan”
Pengobatan :
•
Lanjutkan menyusui
•
Berikan kompres panas pada area yang sakit
•
Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
•
Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik
(Ibuprofen, asetaminofen) untuk mangurangi demam dan nyeri
•
Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi
(<39oC), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi
streptokokal Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali
jika demam dan gejala berkurang.
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah
pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang
menyolok menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama
dan setelah menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu
mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama
dan segera setelah menyusui Bayi dapat menderita ruam popok, dengan
pustula yang menonjol, merah, tampak luka dan/atau seperti luka terbakar
yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau
bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk
mengisap.
Pengobatan :
•
Obati ibu dan bayinya
•
Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan
payudara setiap kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan
gusi bayi setiap kali sehabis menyusui
•
Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum
menyusui untuk mengurangi nyeri
c. Cacar air
Periode infeksius dapat bermula 1-5 hari sebelum erupsi vesikel. Lesi
bermula dari leher atau tenggorokan dan menyebar ke wajah, kulit kepala,
membran mukosa dan akstremitas.Kebanyakan ibu dan pekerja rumah
sakit pernah menderita cacar air dan tidak berisiko. Ketika ibu mengidap
cacar air beberapa hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi berisiko
karena antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada bayi belum
mempunyai kesempatan untuk berkembang.
•
Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan
memberikan antibodi kepada bayi. Menyusui tidak perlu
dihentikan
•
Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus
menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar
•
Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan ibu dan
bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami
lesi. Hanya sekitar 50 % bayi yang terpapar akan berkembang
menjadi penyakit
-
keluarkan ASI jika bayi ditempatkan pada tempat lain
-
jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu;
menyusui tidak dihentikan.
d. Cytomegalovirus (CMV)
CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV
di dalam darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva, urin
dan ASI. Janin mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah
kongenital yang paling serius terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang
memiliki CMV primer selama kehamilan Menyusui merupakan alat yang
penting untuk memberikan imunitas pasif CMV pada bayi. Anak yang
disusui, yang diimunisasi CMV melalui ASI akan terlindungi dari gejala
infeksi nantinya dan dari infeksi primer selama kehamilan.
Perawatan :
Bayi cukup bulan
Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah
terbuktimseropositif selama kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang
terinfeksi akan mengarah pada infeksi CMV dan sero-konversi dari
bayi tanpaakibat yang merugikan.
Bayi preterm
seronegatif. Segera ke neonatolog untuk evaluasi dan pembuatan
keputusan
e. Hepatitis B (HBV)
HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan) dan
ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi tubuh atau
transfusi darah. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBV + langsung tertular,
kebanyakan terinfeksi di dalam rahim.
Perawatan :
•
Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah
lahir.Selain itu, bayi harus menerima imunoglobulin hepatitis B
(HBIG)
•
Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV
f. HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5-10%),
persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%).
Perawatan :
Ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mendapat paparan risiko
terinfeksi HIV, segera melakukan VCT (Voluntary Counseling &
Testing) untuk mengetahui status serologis secepatnya.
Bila status serologisnya negatif, dianjurkan untuk
mempertahankannya dengan menghindari paparan menggunakan
kondom setiap sanggama, melakukan perilaku hidup sehat, dan
melakukan evaluasi ulang serologis sesuai anjuran (memastikan
hasil pemeriksaan di luar “masa jendela”).
Bila status serologisnya positif, dianjurkan untuk melaksanakan
profilaksis Antiretrovirus (ARV Profilaksis), bersalin dengan seksio
sesarea, dan tidak menyusui/menghentikan menyusui sedini
mungkin/menggunakan susu formula (Exclusive FormulaFeeding)
diterima), Safe (Aman), dan Sustainable (Berkelanjutan). Apabila
kelima syarat AFASS tidak dapat terpenuhi, maka ASI tetap
diberikan setelah melalui proses konseling mengenai kemungkinan
penularan infeksi.
Setelah persalinan, ibu dengan HIV positif dianjurkan melanjutkan
pengobatan ARV (ARV Terapi) sesuai Pedoman Nasional Pengobatan
ARV
Bayi dari ibu HIV positif perlu dijaga kesehatan dengan pemberian
nutrisi yang sesuai, dan diperikasa status serologisnya pada usia 18
bulan
Pasangan seksual dari ibu HIV positif dianjurkan untuk melakukan
VCT dan anjuran yang sesuai.
2.4 Farmakokinetik dan Farmakodinamik pada Kehamilan dan Menyusui
a. Farmakokinetik Obat pada Kehamilan dan Menyusui
Perubahan fisiologi selama kehamilan dan menyusui dapat berpengaruh
terhadap kinetika obat dalam ibu hamil dan menyusui yang kemungkinan
berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap obat yang
diminum. Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat
apa saja yang relatif tidak aman hingga harus dihindari selama kehamilan
ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu dan janin yang dikandung
ataupun bayinya. Selama kehamilan dosis obat yang diberikan harus
diusahkan serendah mungkin untuk meminimalkan potensi efek toksik
terhadap janin. Bila pengobatan harus diberikan, maka penting untuk
menurunkan sampai kadar terendah yang masih efektif sesaat sebelum
terjadi konsepsi pada kehamilan yang direncanakan, atau selama trimester
pertama. Bila obat berpotensi menyebabkan efek putus obat pada janin,
dosis dapat diturunkan mencapai akhir masa kehamilan, contohnya
pengobatan dengan anti psikotik dan antidepresan.
b. Farmakodinamika pada Kehamilan dan Menyusui
kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena
kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah jantung,
aliran darah ginjal. Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita hamil
membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil.
Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada
kehamilan karena peningkatan beban jantung pada kehamilan. Atau insulin
yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang
diinduksi oleh kehamilan
2.5 Penggunaan Obat pada Masa Kehamilan
a. Obat yang Berpengaruh pada Janin dan Neonatus
Teratogen adalah bahan apa pun yang diberikan kepada ibu hamil, yang
dapat menyebabkan atau berpengaruh terhadap malformasi atau kelainan
fungsi fisiologis atau pun perkembangan jiwa janin atau pada anak setelah
lahir. Hal inilah yang sering ditakutkan oleh pasien dan dokter saat
mempertimbangkan pengobatan pada masa kehamilan. Namun, hanya
beberapa obat saja dari sekian banyak obat yang digunakan menunjukkan
efek yang membahayakan terhadap janin. Perlu ditekankan bahwa obat
yang bersifat teratogenik tidak membahayakan janin. Sebagai contoh obat
anti kejang yang hanya memiliki efek teratogenik kurang dari 10% pada
janin. Suatu zat atau senyawa dianggap teratogenik jika proses zat
tersebut:
1. Menghasilkan rangkaian malformasi yang khas, mengindikasikan
selektivitas terhadap organ.
2. Memberikan efek pada taha pertumbuhan jenis tertentu yaitu
selama organogenesis organ target dalam priode yang terbatas.
3. Memperlihatkan insiden yang tergantung dosis.
b. Pedoman dalam peresepan
1. Perawatan tanpa menggunakan obat.
3. Sedapat mungkin menghindari pemakaian obat selama trisemester
pertama kehamilan.
4. Apabila diperlakukan,lebih baik obat-obatan yang telah dipakai
secara luas pada kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan
daripada obat baru atau obat yang belum pernah dicoba secara
klinis.
5. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka
waktu sesingkat mungkin.
6. Perlunya menghindari polifarmasi
7. Perlunya penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada
beberapa obat.
c. Kategori Obat pada Ibu Hamil(
Pregnancy Categorie
)
1. Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko
pada janin pada kehamilan trimester 1 (dan tidak ada bukti
mengenai resiko terhadap trimester berikutnya), dan sangat kecil
kemungkinan obat ini untuk membahayakan janin.
2. Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak
memperlihatkan adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada
studi terkontrol yang diperoleh pada ibu hamil. Atau studi terhadap
reproduksi binatang pecobaan memperlihatkan adanya efek
samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak didapati pada studi
terkontrol pada wanita hamil trimester 1 (dan ditemukan bukti
adanya resiko pada kehamilan trimester berikutnya).
3. Kategori C
diberikan jika besarnya manfaat terapeutik melebihi besarnya
resiko yang terjadi pada janin.
4. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko pada janin (manusia), tetapi manfaat
terapetik yang diharapkan mungkin melebihi besarnya resiko
(misalnya jika obat perlu digunakan untuk mengatasi kondisi yang
mengancam jiwa atau penyakit serius bilamana obat yang lebih
aman tidak digunakan atau tidak efektif).
5. Kategori X
Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan
adanya abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti adanya resiko
pada janin. Dan besarnya resiko jika obat ini digunakan pada ibu
hamil jelas-jelas melebihi manfaat terapeutiknya. Obat yang masuk
dalam kategori ini dikontraindikasikan pada wanita yang sedang
atau memiliki kemungkinan hamil.
d. Penggunaan Obat Terapeutik dalam Kehamilan dan Pengaruhnya pada
Janin
1. Asam Folat
Selama kehamilan asam folat (vitamin B9, folasin) diperlukan
dalam jumlah yang lebih banyak. Defisiensi asam folat di awal
kehamilan dapat menyebabkan absorbsi spontaneous atau defek
kelahiran (misal defek pada tabung saraf), kelahiran prematur, berat
badan lahir yang rendah, dan salurio plasenta (pelepasan plasenta
yang lebih dini dari seharusnya). Kebutuhan asam folat yang
direkomendasikan untuk sehari adalah 180 mcg. Untuk kehamilan
diperlukan asam folat sebanyak 400 sampai 800 mcg.
2. Asetaminofen
untuk efek analgesik dan terapetiknya. Obat ini tidak memiliki efek
anti inflamasi yang berarti. Asetaminofen menembus plasenta
selama kehamilan, ditemukan juga dalam air susu ibu dalam
konsentrasi yang kecil. Saat ini tidak ditemukan bukti nyata
abnirmaly janin akiba pemakaian obat ini. Pemakaian asetaminofen
selama kehamilan tidak boleh melebihi 12 tablet dalam 24 jam dari
formulasi 325 mg(kekuatan biasa) atau 8 tablet dalam 24 jam untuk
tablet yang mengandung 500 mg (kekuatam ekstra), obat ini harus
dipakai dengan jarak waktu 4-6 jam.
3. Vitamin
Salah satu faktor utama untuk mempertahankan kesehatan selama
kehamilan dan melahirkan janin yang sehat adalah masukkan
zat-zat gizi yang cukup dalam bentuk energi, protein, vitamin dan
mineral. Penting untuk diketahui bahwa kondisi hipervitaminosis
dapat menyebabkan kelainan teratogenik,misalnya hipervitaminosis
vitamin A oleh karena pemberian berlebihan pada kehamilan.
Kelainan janin yang terjadi biasanya pada mata, susunan saraf
pusat, palatum dan alat urogenital. Ini terbukti jelas pada hewan
percobaan sehingga pemberian vitamin A selama kehamilan tidak
melebihi batas yang ditetapkan. Pemberian vitamin A dengan dosis
melebihi 6000 IU/hari selama kehamilan tidak dapat dijamin
kepastian keamanannya. Vitamin A (retinol) memberikan kerja
yang terarah pada defisiensi jaringan normal. Beberapa analog
vitamin A (isotretinoin, itetinat) merupakan teratogen kuat,
menunjukkan bahwa analog tersebut dapat merubah proses
diferensiasi normal. Penambahan asam folat selama kehamilan
dimaksudkan untuk menurunkan terjadinya kelainan pembuluh
saraf.
4. Antiemetik
disebabkan oleh peningkatan kadar gonadotropik korionik manusia.
Perubahan- perubahan dalam metabolisme karbohidrat, dan
perubahan–perubahan emosi.
Hiperemasis gravidarum
adalah
muntah-muntah pada wanita hamil yang dapat berakibat fatal.
Penderita hiperemis gravidarum mengalami muntah terus–menerus
sehingga cadangan karbohidrat, protein dan lemak terpakai untuk
energi dan mengakibatkan tubuh menjadi kurus. Disamping itu
tubuh akan menyebabkan berkurangnya proses penyerapan zat-zat
makanan dan derigen ke jaringan-jaringan vital sehingga pasien
perlu dirawat di Rumah Sakit karena biayanya memerlukan
penggantian cairan tubuh dan obat anti muntah parenteral.
5. Antibiotik
Antibiotik digunakan luas dalam kehamilan. Perubahan kinetika
obat selama kehamilan menyebabkan kadarnya dalam serum lebih
rendah. Antibiotik dengan bobot molekul rendah mudah larut
dalam lemak dan ikatannya dalam protein lemak mudah menembus
uri. Kadar puncak antibiotik dalam tubuh janin pada umumnya
lebih rendah dari kadar yang dicapai dalam tubuh ibunya.
Amoxicillin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah
pemberian oral maupun parenteral. Amoxicillin merupakan
alternatif yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih jika dibutuhkan
pemberian oral pada ibu hamil. Kadar amoksisilin dalam darah ibu
maupun janin kadarnya sekitar seperempat sampai sepertiga kadar
disirkulasi ibu.
6. Anti fibrinogen
mekanisme fibrinolisis dihambat Asam traneksamat menyebar
dalam berbagai jaringan dan juga masuk dalam sistem susunan
saraf pusat. Cairan sinovia (cairan sendi) dan membran sinovia.
Obat ini dapat menembus sawar uri (plasenta) sehingga
penggunaannya pada kehamilan perlu dipertimbangkan kembali.
7. Zat besi
Selama kehamilan, kira-kira jumlah zat besi yang diperlukan 2 kali
keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan setiap hari bagi ibu
dan janin. Jika kehamilan dimulai dengan keadaan tidak menderita
anemia, mungkin tidak memerlukan suplemen besi sampai
trimester kedua, karena suplemen zat besi yang tidak diperlukan
mungkin dapat menyebabkan mual, muntah dan sembelit.
Kebutuhan tertinggi adalah pada trimester ketiga, karena
diperlukan pada proses persalinan dan menyusui.
2.6 Penggunaan Obat pada Masa Menyusui
Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan
memang diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus dipertimbangkan pada
ibu maupun bayinya:
Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak
membahayakan. Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur)
mempunyai risiko lebih besar terhadap paparan obat melalui ASI. Hal ini
disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati yang belum berkembang, sehingga
berisiko terjadi penimbunan obat.
Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan
jumlah kadar obat terkecil yang sampai pada bayi.
Hindari atau hentikan sementara menyusui.
Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau
secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi.
A. Daftar Vitamin dan Mineral yang Sering Digunakan
No Generik FDA S P Keterangan
1 Etretinate X 2 1-2 Teratogenik pada jantung CNS & craniofacial malformasi
2 Vitamin A C 3 2-3 kasus anomali saluran kencing janin. Dosis tinggi (kontraindikasi) ibu hamil yang
mengalami defisiensi vitamin A : teratogenik . bila dipakai terus menerus dengan dosis
> 25.000 IU/hari dapat menyebablan craniofacial, cardiac defec, facial palsy, limb
reduction, atresia saluran pencernaan, urinary tract defect.
3 Folic acid A 5 Memberikan efek proteksi bila diberikan selama 1,5 bulan pertama sebanyak 4 mg/hari.
Kalau defisiensi asam folat pada awal kehamilan dapat menyababkan congenotal
malformasi, terutama neural tube defect
4 Vitamin
D/kolekalsiferol 4 3 Hiperkalsemia neonatal. Vitamin D untuk hipoparatiroid tidak ada efek pada janin
5 Piridoxin Aman
6 Isotretinoin Teratogenik, keguguran spontan, mikrosefalis, frontal bossing, hidrosefalis,
hipertelorism, mikrophtamia, depressed nasal bride, limb reduction defact, bermacammacam
kelainan pada telinga, cleft palate, mulut kecil, mikrognathia, trigonocephaly, heart defect & retardasi mental. Gunakan kontrasepsi sampai satu bulan setelah menghentikan terapi
7 Menadione X Hiperbilirubinemia & kernicterus pada bayi yang baru lahir. Bila perlu vitamin K
selama hamil gunakan phytonadione
8 Menadiol X Idem
Kode Signifikan :
1. Teratogenik pada manusia
2. Mungkin teratogenik pada manusia
3. Memiliki kemungkinan terjadi teratogenik pada manusia
5. Tidak teratogenik pada manusia
Kode Potensi :
1. Sering terjadi efek secara rutin
2. Kadang-kadang terjadi efek tetapi tidak rutin 3. Jarang terjadi efek
4. Tidak ada efek
B. Daftar Obat – obat yang Dipertimbangkan Kontraindikasi selama
Menyusui
Obat/ Gol.Obat Efek pada Bayi
Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat menyebabkan iritasi, dan pola tidur
yang jelek
Antineoplastik Menekan laktasi
Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi karena CNS stimulan dan
intoksikasi
Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah, diare, dan kejang telah dilaporkan
Etanol Kontraindikasi masih kontroversial, intake yang tinggi pada ibu dapat
menyebabkan bayi yang disusui : sedasi, diaforesis, deep sleep,
lemah,menghambat pertumbuhan danberat badan abnormal. Paparan
yang kronik juga menimbulkan keterlambatan perkembangan
psikomotor. Bayi dari ibu alkoholik menyebabkan risiko yang potensial
hipoprotombin berat,perdarahan, dan pseudo cushing sindrome. AAP
mengklasifikasikan compatible (dapat diterima), tapi harus
dipertimbangkan kontraindikasinya. Satu review menyarankan untuk
menunggu 1-2 hari setelah minum sebelum menyusui
Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya mencukupi
Immunosupresan Potensial menekan sistem imun
Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-rata 40 % dari konsentrasi
serum plasma ibu menyebabkan reaksi toksik yang potensial,
Asam lisergat dietilamida
(LSD) Kemungkinan diereksikan dalam ASIMariyuana Diekskresikan dalam ASI
Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi kontraindikasi karena potensial terjadi diare berat pada bayi
Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial, absorpsi melalui perokok pasif
lebih tinggi dari pada melalui ASI. Merokok secara umum tidak
direkomendasikan selama menyusui, menurunkan produksi ASI
Pensiklidin Potensial bersifat halusinogenik
Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraidikasi
C. Daftar Pemilihan Obat Secara Umum untuk Ibu Menyusui
Obat/ Gol.Obat Efek pada Bayi
Acetaminophen Compatible Malulopapular rash pada bayi bagian atas dan wajah pada
bayi telah dilaporkan
Acyclovir Compatible Terkonsentrasi dalam ASI
Alprazolam Withdrawal nyata setelah 9 bulan terpapar melalui ASI. Penggunaan
obat lain yang termasuk golongan ini selama menyusui
dipertimbangkan
Amiodaron Diekskresikan lewat ASI, tidak direkomendasikan karena waktu paruh
eliminasi panjang
Amitriptilin Tidak ada efek samping yang dilaporka, tapi AAP mempertimbangkan
Penggunaannya
Aminoglikosida Potensial mengganggu flora normal saluran cerna bayi
Aspartam Dieksresikan lewat ASI, penggunaannya hati-hati pada bayi dengan
Fenilketonuria
Aspirin Satu kasus terjadi keracunan salisilat berat (asidosis metabolik),
potensial terjadi gangguan fungsi platelet dan rash, AAP
merekomendasikan penggunaannya dengan perhatian.
hipotensi , bradikardi, asebutolol, atenolol dan nadolol terkonsentrasi dalam ASI
Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan pola tidur.
Bupropion Terakumulasi dalam ASI, penggunaan dengan hati-hati
Caffein Akumulasi dapat terjadi jika ibu pengkonsumsi berat, compatible
dalam jumlah biasa. Amati iritasi dan gangguan tidur
Carbamazepin Compatible
Cephalosporin Potensial mengganggu flora normal usus, considered compatible
Chloramfenikol Dieksresikan lewat ASI, potensial menekan sumsum tulang. AAP
merekomendasikan penggunaannya dengan hati-hati
Chlorpromazin Diekskresikan lewat ASI, ngantuk dan lemas teramati pada bayi. AAP
mempertimbnagkan penggunaannya karena efek dan potensial
galaktore
Cimetidin Dapat terakumulasi dalam ASI, potensial menekan asam lambung,
menghambat metabolisme obat, dan CNS stimulan. Compatible
Clindamisin Considered Compatible
Codein Compatible
Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan dilaporkan, amati akumulasi pada
bayi, pertimbangkan penggunaannya
Digoxin Eksresi lewat ASI, compatible
Difenhidramin Eksresi lewat ASI, tidak ada efek yang dilaporkan
D. Pedoman untuk Pengobatan dan Pemberian ASI
Pengobatan Kategori Catatan A B C D
Asetamonifen (Tylenol) √ Analgesik non-narkotika. Digunakan postpartum
Albuterol (Proventil) √ Pencegahan terhadap bronkospasme Alprazolam (Xanax) √ Gunakan obat pengganti. Risiko akumulasi Aminofillin √ Observasi adanya iritabilitas dan insomnia pada bayi Amoksisilin √ Masuk ke dalam ASI secara lambat
Ampisillin √ √ Konsentrasi dalam ASI rendah Amitriptilin (Elavil) √ Tidak terdeteksi dalam urin bayi Antimetabolit √ Aktivitas anti DNA
Aspirin √
Dosis analgesik biasa (300-600 mg) biasanya aman. Obat
pilihan untuk diagnosa. Artritis jangka panjang
Atenolol √
Dilaporkan adanya bayi yang mengalami sianosis dan
bradikardi pada terapi maternal
Azitromisin √ Cocok untuk laktasi
Bromokriptin (Parlodel) √ Tidak digunakan untuk menekan produksi ASI Butorfanol (Stadol) √ Aman dalam dosis tunggal
Kafein √ Jika dosis ibu tinggi, bayi menjadi peka dan lemah
Kaptopril (Captoem) √ Antihipertensi jumlahnya sedikit dalam ASI Karbamazepin
(Tegretol) √ Antikonvulsan, akumulasi tidak terlihat
Sefalosporin (Cefaclor, Cefamandole,
Cefazolin,
Cefotaxime, Cefoxitin, Cephalexin)
√
Masuk ke dalam ASI dengan konsentrasi rendah.
Umumnya dianggap aman
Kloramfenikol
(Chloromycetin) √
Risiko kecil terhadap supresi sumsum tulang terdapat
efek merugikan
Klorpromazin
(Thorazine) √
Antimalaria
Obat penenang, observasi sedasi pada bayi
Simetidin (Tagamet) √ Antagonis H-2, menurunkan produksi asam
Siprofloksasin (Cipro) √
Quinolone, terjadinya artopati dan kartilago pada hewan
yang imatur
Klindamisin (Cleocin) √ Berbentuk krim vagina, oral dan dapat diinjeksi
Kodein √
Aman untuk kesehatan, pada bayi untuk pemakaian yang
singkat
Kontrasepsi, hanya
oral minggu
Kontrasepsi, oral (dengan
estrogen) √ Biasanya akan menurunkan pasokan ASI
Kortikosteroid √
Gunakan hanya untuk waktu yang singkat dan dengan
dosis yang rendah
Krotamiton 10 % √
Digunakan untuk skabies. Aman dan efektif untuk wanita
yang menyusui
Desipramin
(Norpramin) √
Tidak ada obat yang terdeteksi di dalam urin bayi.
Pilihan antidepresan untuk wanita manyusui
Diazepam (Valium) √ Gunakan obat pengganti, risiko akumulasi Dikloksasilin
(Dynapem) √ Resisten – penisilin, antistafilokokus Digoksin (lanoxin) √ Obat antiaritmia. Paparan terhadap bayi
kemungkinan tidak bermakna
Efedrin √
Komponen yang biasa digunakan dalam campuran obat
batuk dan obat demam yang dijual bebas
Ergonovin √
Menekan produksi ASI. Masa postpartum singkat dapat
menjadi aman
Ergotamin √
Digunakan untuk migren. Menekan suplai ASI. Dapat
menyebabkan muntah, diare, konvulsi
Eritromisin √ Tidak boleh diberikan pada usia kurang dari 1 bulan jika
berisiko ikterik
Etosuksimid (zarontin) √
Antikonvulsan. Masuk dengan bebas ke dalam ASI.
Pertimbangkan penggunaan obat pengganti
Fentanil (Sublimaze) √ Terdapat dalam ASI dengan jumlah kecil. Tidak dapat
dideteksi setelah 10 jam
Flukonazol (Diflucan) √ Digunakan untuk mengobati kandidiasis. Aman digunakan untuk anak-anak
Fluoksetin (Prozac) √ Dapat menyebabkan gejala kolik
Furosemid (Lasix) √ Antibiotik aminoglikosida. Dapat diberikan pada bayi Gentamisin
Haloperidol (Haldol) √ Obat penenang
Heparin √ Tidak diekskresi ke dalam ASI
Ibuprofen (Motrin) √ Biasanya digunakan untuk nyeri postpartum.Perpindahan minimal Imipramin (Tofranil) √ Antidepresan
Vaksin influenza √
Vaksinasi maternal dianggap tidak menyebabkan risiko
terhadap bai yang disusui
Insulin √
Tidak diekskresikan ke dalam ASI dengan berat molekul
yang besar
Yodium √
Mudah diabsorpsi dan terkonsentrasi dalam ASI; dapat
menyebabkan supresi tiroid; dosis 15 % dapat masuk ke
dalam ASI dalam 3 hari
Zat besi √
Suplemen tidak mengubah kadar zat besi pada ASI dalam
jumlah besar
Isoniazid (INH) √
Antituberkular. Sampai saai ini tidak dilaporkan adanya
efek merugikan pada bayi. Mungkin baik untuk memantau tanda-tanda keracunan pada bayi
Ketokonazol (Nizoral) √ Digunakan untuk mengobati kanddiasis yang berat
Levonogestrel
(NORPLANT) √
Kontrasepsi yang efektif. Efek pada suplai ASI tidak
meyakinkan
Lindan (Kwell) √
Secara klinis jumlahnya tidak bermakna (30 g/ml) dalam
ASI. Membutuhkan informasi lebih
Litium (Eskalith) √
Pantau kadar serum bayi. Pilih obat alternatif jika
mungkin
Asam mandelik √
Terdeteksi di dalam urin semua bayi yang diteliti.
Efeknya belum diketahui
Magnesium sulfat √ Dapat menghambat masuknya ASI Medroksiprogesteron
(Depo-Provera) √
Didapat pada ASI dalam jumlah yang tidak bermakna.
Meperidin (Demerol) √
Dapat menyebabkan depresi neurobehavioral pada
neonatus. Anjurkan untuk digunakan pada periode awal
postpartum
Mesoridazin (Serentil) √ Fenotiazin digunakan sebagai antipsikotik Metaproterenol
(Alupent) √ Digunakan untuk asma bronkhial Metformin
(Glucophage) √ Antidiabetik baru. Efeknya belum diuji
Metenamin
(Mandelamin) √
Antiinfeksi urinarius. Tidak ada efek merugikan yang
dilaporkan
Metadon (Dolophine) √
Digunakan untuk mengobati adiksi heroin. Kadarnya
minimal dalam ASI
Metimazol (Tapazol) √ Untuk hipertiroid. Rasio S.P lebih tinggi dariPropiltiourasil Metildopa (Aldomet) √ Antihipertensi
Metoklopramid
(Reglan) √
Digunakan untuk meningkatkan ASI; dosis 10 mg 3 x
sehari
Metoprolol (Lopressor) √
Mengacu pada tindakan menghambat, pantau bayi jika
digunakan dalam jangka lama
Morfin √
Aman untuk digunakan dalam jangka waktu pendek
untuk mengendalikan nyeri. Bayi akan lebih waspada dan
orientasinya lebih baik daripada jika ibu menerima meperidin
Nadolol (Corgard) √
Hindari jika bayi masih muda dan/atau dibutuhkan dosis
yang tinggi
Nalbufin (Nubain) √ Analgesik non narkotik. Aman dalam dosis tunggal
Naproksen √
Masuk ke dalam ASI dengan jumlah kecil (0,26% dari
dosis maternal. Rasio M/P kira-kira 0,10)
Nifedipin √
Dosis rendah digunakan untuk engobati vasospasme
puting; dosis maternal <5 % yang ditransfer ke bayi
Nortriptilin (Pametor) √ Tidak terdeteksi di dalam serum bayi Nistatin (Mycostatin) √ Aman digunakan untuk kandidiasis
Ofloksasin (Floxin) √ Antibiotik fluorquinolone yang mirip dengansiprofloksasin
Oksasilin (Prostaphlin) √ Antistafilokokus Oksikodon (Percocet,
Percodan) √ Aman untuk digunakan dalam waktu singkat
Paroksetin (Paxii) √ Antidepresan; <1% dosis harian yan ditransfer ke bayi yang mendapatkan ASI
Panisilin (Pen G, Pen
V) √
Diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi rendah.
Dapat terjadi modifikasi flora usus besar dan kemungkinan repons alergenik
Fenazopiridin
(Pyridium) √
Digunakan untuk mengendalikan gangguan kejang.
Kadar dalam ASI <5% dosis terapeutik untuk bayi
Podofilin √
Digunakan untuk terapi kulit genital, jangan digunakan
selama menyusui
Propoksifen (Darvon) √ Aman bila digunakan dalam dosis tunggal Propanolol (Inderal) √ Pemaparan dalam waktu lama memerlukan pemantauan
Propitiourasil √
Untuk mengobati hipertiroidisme, pantu fungsi tiroid
bayi jika digunakan untuk waktu lama.
Piretrins √
Digunakan untuk mengobati pedikulosis. Penyerapan
topikal buruk. Kecil kemungkinan terjadi toksisitas; lebih
disukai daripada Lindane 1 %
Quinidine √ Obat antiaritmia
Ranitidin (Zantac) √
Bayi memperoleh obat ini dalam jumlah sangat kecil
melalui ASI
Rifampin (Rimactane) √ Antituberkular. Tidak dilaporkan adanya efek merugikan
Sertralin (Zoloft) √ Antidepresan. Tidak ditemukan dalam serum bayi
Sotalol (Betapace) √
Masuk ke dalam ASI dalam jumlah relatif banyak
meskipun tidak dilaporkan adanya efek yang merugikan.
Pantau efek samping pada bayi
lebih dari dua minggu
Pencahar berbentuk
laksatif √ Efek lokal
Sulindak (Clinoril) √ Non-steroidal, anti-inflamasi
Sulfonamid √ Hindari selama bulan pertama kehidupan.Mengganti bilirubin.
Terbutalin (Brethaire) √
Dosis untuk bayi adalah 0,2 % dari dosis maternal.
Gejala dari rangsangan beta-adrenergik tidak ditemukan
dalam penelitian terhadap bayi.
Terkonazol (Terazol) √
Digunakan untuk candidiasis. Berbentuk krim vagina dan
supositoria.
Terfenadin (seldane) √
Antihistamin. Jumlah yang ditentukanuntuk dikonsumsi
oleh neonatus setelah ibu diberikan dosis yang dianjurkan cenderung tidak berakibat pada kadar plasma
yang menghasilkan efek tidak baik.
Teofillin (Tho-Dur,Slo-Phyllin) √
Kurang dari 0,1 % muncul didalam ASI, kadang-kadang
dapat mengakibatkan iritabilitas pada bayi baru lahir.
Tioridazin (Mellari) √ Fenotiazin digunakan sebagai anti-psikotik. Tiroid dan tiroksin
(synthoroid) √ Dapat meningkatkan volume ASI bila ibu hipotiroid. Tranilsipromin
(parnate) √ Inhibitor MAO digunakan sebagai anti-depresan Verapamil (Isoptin) √ Tidak ada obat yang ditemukan dalam plasma bayi. Ket. Kategori :
A : Relatif Aman C : Tidak diketahui
B : Membutuhkan Perhatian D : Kontraindikasi
E.
Obat Antimikroba dan Kemungkinan Efek Buruknya
Obat Penggunaan
Efek buruk pada janin
Trimester pertama
Trimester kedua &
ketiga
Komentar
Penisilin
(benzilpenisilin & fenoksimetil penisilin Penisilin kerja lama
Kemungkina
n aman Alergi : kemungkinan mensensitisas i janin
Semua bentuk β-laktam yang biasa dipakai
Kemungkina
n aman Alergi ; kemungkinan mensensitisas i janin
Hanya ada sedikit informasi tetapi tidak ada yang mengesankan peningkatan toksisitas Ampisilin
Prodrug ampisilin : Talampisilin,
Sedikit informasi yang ada. Masuk akal untuk menghindari formulasi prodrug dan
menggunakan ampisilin induk Amoksisilin Kemungkina
n aman Alergi ; kemungkinan mensensitisas i janin
Sedikit informasi yang ada. Masuk akal untuk menghindari formulasi prodrug dan
menggunakan ampisilin induk Amoksisilin dan asam
Klavulanat(Augmentin
Hanya ada sedikit informasi. Paling baik
dihindari sampai ada laporan yang lebih
Hanya ada sedikit informasi. Disediakan untuk terapi infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri
n aman Alergi ; kemungkinan mensensitisas i janin
Kemungkinan mensensitisasi janin
Sefalosporin oral : Sefaleksin, sefaklior, sefradin
Kemungkina
n aman Alergi ; kemungkinan mensensitisas i janin
Hanya ada sedikit informasi khususnya untuk obat yang baru diperkenalkan (sefiksim, sefpodoksim)
Sefalosporin injeksi Kemungkina
n aman Alergi ; kemungkinan mensensitisas i janin
Informasi sedikit. Agen ini mungkin aman dan
mungkin
yang cukup masuk akal untuk mengibati infeksi berat. Obat yang mengandung rantai samping N-metiltiotetrazol hendaknya dihindari atas dasar pemikiran teoritis
– yakni, gangguan pada metabolisme vitamin K
(sefamandol di Inggris) Sulfonamid :
Semua bentuk Kemungkinan aman Pada trimester
Resiko lebih besar untuk obat yang lebig erat terikat pada protein, misalnya sulfafurazol, daripada sulfametoksazol Trimetroprim Kemungkina
n aman Risiko teoretis teratogenik dari antagonis asam folat. Risiko anemia megaloblastik dapat diegah degan asan folinat Ko-trimoksasol
(trimetoprim dan sulfametoksasol)
Kemungkina n aman (tetapi lihat pada
sulfonamid di atas)
Kernikterus Banyak sekali pengalaman tentang keamanannya dalam trimester pertama Tetrasiklin : semua
Bentuk Hindari Perubahan warna dan displasia
Streptomisin Hindari Otoksisitas Sedikit alasan untuk menggunakannya. Pilihan
yang lebih baik dapat dibuat pada tuberkulosis dan sepsis yang serius
Gentamisin,
tobramisin, netilmisin,
Hati – hati Ada kesan risiko teoritis
amikasin ototoksisitas pengujian yang teratur Spektinomisin Kemungkina
n aman Alergi ; kemungkinan mensensitisas i janin
Disediakan untuk terapo ginire kalau ada masalah resistensi atau alergi penisilin Asam fusidat Kemungkina
n aman Kuinolon : asam
Nalidiksat Hati – hati Banyak pengalaman mengesankan keamanannya. Deposisi dalam tulang yang sedang bertumbuh pada binatang tertentu dan di dalam gigi pada anak kecil. Mengganggu DNA bakteri; risiko bersifat teoritis pada manusia
Obat ynag baru-baru ini dikembangkan : Siprofloksasi norfloksasin,
enoksasin, ofloksasin, pefloksasin
Hindari Tidak ada
pengalaman pada kehamilan – lihat asam nalidiksat
Nitrofurantion Kemungkina n aman
Risiko teoritis hemolisis pada defisiensi glukosa-6-fosfat
dehidrogenase. Penggunaan profilaksis Vankommisin,
Teikoplanin
manusia.
Disediakan untuk terapi sepsis stafilokokus berat
Hindari Kolitis
pseudomembranos a pada ibu. Hindari kecuali kalau tidak tersedia obat lain yang cocok Metronidazol Hati – hati Risiko
teoretis teratogenesis
Tidak ada bukti tentang teratogenisitas pada
manusia. Keuntungan mungkin lebih besar dari pada risiko pada sepsis anaerobik yang serius Kloramfeniko Hindari Sindrom bayi
kelabu
kelabu Bukti yang sedikit tentang efek janin pada kehamilan awal. Ingat akan kemungkinan diskrasia darah pada ibu. Biasanya pilihan yang lebih aman dapat dibuat
Obat antituberkulosis : Rifampisin
pascanatal Hindari pada ibu yang menderita penyakit hati. Teratogenisitas dosis tinggi pada binatang. Keuntungan mungkin lebih besar daripada risiko.
Hendaknya diberikan vitamin K pada ibu dan neonatus
Amati ikterus pada ibu
digunakan Hanya ada sedikit informasi
Obat antifungi : Amfoterisin
Informasi sedikit; keamanan belum pasti
Informasi sedikit; keamanan tidak terjamin Diabsorpsi dari penggunaan topikal vagina Obat antimalaria :
klorokuin terjamin dalam dosis rendah, kecuali untuk laporan yang jarang tentang gangguan pendengaran pada anak-anak
Teratogenisitas dilaporkan pada tikus, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan pada manusia.
Mamloprim dan fansidar telah dikaitkan dengan Kematian Obat antiparasit :
Piperazin
Obat antivirus : Amantadin
Hanya edikit bukti
tentang teratogenisi
F.
Infeksi Umum pada Kehamilan dan terapi yang di Anjurkan
Kondisi Terapi pilihan pertama Terapi pilihan kedua Terapi pilihan ketiga Bakteri uri
asemtomatok atau sistitis biasa
Ampisil ,amoksisilin , (kalau isolat
sensitive)atau sefaliksin peroral
Nitrofurantoin, sulfonamid,
atau trietroprim (atau kotrimoksasol)
Pada bekteriiria asimptomatik, terapi hendaknya
berkangsung selama 7 – 10 hari. Sistitis akut sederhana mungkin mamberi respons terhadap dosis tunggal atau pemberian jangka pendek
Pielonefritis akut Sefuroksim, ampisilin intravena
(bila isolat sensitif)
Gentamisin intravena
Faringitis Benzilpenisilin intravena (kalau
isolat ensitif), prokain penisilin
intramuskular, atau fenoksimetil
penisilin per oral
Eritromisin basa Catatan : 70 – 80 % kasus faringitis disebabkan oleh virus
Bronkitis Ampisilin per oral atau
amoksisilin
Eritromisin
Pneumonia lobaris Benzilpenisilin Eritromisin Kalau bukan pneumokokus, mungkin diperlukan perubahan terapi
Penyakit
legionnaires Eritromisin plus rifampisin
endokarditis kelompok kerja Terapi endokarditis :
Terapi endokarditis : Streptokokus Stafilokokus
Benzilpenisilin + gentamisin
Flukloksasilin + asam fusidat
Vankomisin
Gonore Benzilpenisilin
intramuskular Sefuroksi atau spektinomisin Spektinomisin
kalau pasien alergi terhadap
β-Infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis
Eritromisin per or
Eritromisin per oral hendaknya diberikanselama 7 – 10 hari
:
Profilaksis untuk operasi abdomen : Lambung atau empedu
Appendikektomi atau kolon
1 dosis sefazolin 1 – 3 dosis amoksisilin dan asam
klavulanat (Augmentin)
1 dosis ko-trimosasol 1 – 3 dosis gentamisin plus
metronidazol
Tuberkulosis Rifampisin + isoniazid +
etambutol
Rifampisin dan isoniazid hendaknya diberikan selama 9 bulan dan
ethambutol selama 3 bulan. Tambahan piridoksin hendaknya diberikan dengan isoniazid
Klorokuin Lihat teks
Sepsis serius yang tak
terdiagnosis
Gentamisin intravena plus
penisilin antipseudomonas intravena, mungkin ditambah
dengan metronidazol
Sefalosporin spektrum luas
intravena (seperti sefuroksim atau seftazidim)
Untuk menegakkan patogen penyabab ada
kemungkinan untuk menghilangkan gentamisin kalau organisme rentan terhadap
penisilin
antipseudomonas dan pasien telah memperlihatkan respons yang memuaskan
Jenis Terapi Obat Dosis Indikasi SampingEfek Keterangan Analgetik Aspirin Aspirin dosis
rendah selama hamil bisa untuk
Aspirin dengan bebas disalurkan melintasi plasenta dan diekskresikan oleh bayi baru lahir
dengan kecepatan yang lebih lambat daripada orang dewasa karenajalur ekskresi masih belum
matang Bayi dari seorang wanita yang mendapat dosis
terapi aspirin secara teratur di sepanjang kehamilan memerlukan waktu 5 hari untuk
membuang obat tersebut
Aspirin dosis rendah tidak terlihat mempunyai efek buruk apapun pada perkembangan sistem
kardiovaskular janin
Parasetamol Efek
Dianjurkan sebagai
analgetik ringan pilihan
Mual dan
muntah Antihistamin Meklozin dan siklizin sudah luas digunakan dan
tampaknya aman tetapi mingkin ada suatu hubungan yang renggang antara meklozin dan cacat mata bawaan Prometazin mungkin
Kombinasi metoklopramid dan omeprazol telah
diteliti dalam hal efek pencegahan aspirasi
lambung dalam anestesi obstetri Omeprazol oral dengan dan volumenya sebelum
Antasida Antasida
aluminium
Antasida yang tak dapat diserap seperti
n
sembelit boleh digunakan, meskipun Antasida aman kalau diminum pada trimester kedua atau ketiga.
Antagonis reseptor – H2 telah dengan berhasil digunakan sebelum pemberian anestesi umum untuk seksio sesarea untuk mengurangi keasaman lambung dan mencegah aspirsi asam lambung ke paru-paru Simetidin dan ranitidin diekskresikan ke dalam
ASI, tetapi tidak ada data yang mengesankan adanya efek berbahaya begi bayi
Sukralfat Sukralfat sudah
tidak banyak lagi digunakan pada
H. Daftar Indeks Keamanan Obat pada Kehamilan dan Petunjuk
Penggunaan Obat
No Generik Cara
Pemberian KAT No Generik Cara Pemberian KAT 1 Abacavir Oral C 39 Amiodipine Oral C
2 Abciximab Parenteral C 40 Amonium
klorida Oral B 3 Acarbose Oral B 41 Amobarbital Oral
Parenteral
D D
4 Acabutolol Oral
Parenteral CC 42 Amoxapine Oral C
5 Acetazolami
de Oral C 43 Amoxicillin B
6 Acetohexami
de Oral C 44 Amphoterisi ParenteralTopikal B B
7 Acethylcholi ne
chlorida
Opthalmik C 45 Ampicilin Oral B
8 Acetylsystein
e Inhalasi B 46 Amprenavir Oral C 9 Aceclovir Oral
Parenteral Opthalmik Topikal
B B B C
47 Amrinone Parenteral C
10 Acitretin Oral B 48 Anagnelide Oral C
11 Acrivastine Oral B 49 Anastrozole Oral C
13 Adenosine Parenteral C 51 Anti Inhibitor Coagulant Complex
Parenteral C
14 Albendazole Oral C 52 Anti
thrombin III Parenteral C 15 Albumin Parenteral C 53 Apraclonidin
e
Opthalmik C
16 Alclomethas
one Topikal C 54 Aprotinin Parenteral B 17 Aldesleukin Parenteral C 55 Ascorbic
acid A
18 Alendronic acid
Oral C 56 Asparaginas e
Parenteral C
19 Alfentanil Parenteral C 57 Aspartame B & C
20 Algluserase Parenteral C 58 Aspirin Oral C & .... ... 21 Allopurinol Oral C 59 Astemizole Oral C 22 Alosetron
Hydroklorida
Oral B 60 Atazanavir Oral B
23 Alprazolam Oral D 61 Atenolol Oral D
24 Alprostadil Parenteral
Urethal XC 62 Atomoxetine Oral C
25 Alteplase Parenteral C 63 Atorvastatin Oral X
26 Altretamine Oral D 64 Atovaqucine Oral C
27 Almunium
Hidroksida Oral C 65 Atracuriumbesilate Perenteral C
28 Amentadine Oral C 66 Atropine Ophtalmic Oral Parenteral
C C C
29 Amcinodine Topikal C 67 Auraline Oral C
30 Amfepramon e
- B 68 Azatadine Oral B
31 Amifostine Parenteral C 69 Azathioprine Oral
Parenteral DD
32 Amikasin Parenteral D 70 Azelaic Acid Topikal B 33 Amilorid Oral B, D 71 Authromicyn Oral
Parenteral
B B
34 Aminocaproi
35 Aminoglutet
hiamide Oral D 73 Bacampilin Oral B 36 Aminophylli
ne OralParenteral Rectal
C C C
74 Bacitrasin Oral Prenteral Topikal
C C C
37 Amiodarone Oral
Parenteral DD 75 Baclofen OralParenteral CC
38 Amitripthylin Oral C 76 Basiliximab Parenteral B
77 Beclomethas
on InhalasiNasal CC 125 Ca Acorbate C
78 Belladona C 126 Ca
Carbonate C
79 Benazepril Oral C & D
127 Ca Clorida Parenteral C
80 Bendroflume
thiazole Oral C 128 Ca Citrate C 81 Benzathine
benzylpenicil in
Oral C 129 Ca Folinate Oral
Parenteral CC
82 Benzatropin mesilate
83 Benzocaine C 131 Ca
Gluconate Parenteral C 84 Benzoyl
peroxida
Topikal C 132 Ca Lactate C
85 Benzylpenici
lin Parenteral B 133 Ca Phosphate C 86 Betamethaso
ne OralParenteral Topikal
87 Betaxolol Ophthalmik
Oral CC & D
135 Camphora C
88 Bethanechol klorida
Oral Parenteral
C C
136 Candesartan Oral C & D
89 Bicaketamide Oral X 137 Capecitabine Oral D
90 Bimatropost Ophthalmik C 138 Captopril Oral C & D 91 Biperiden Oral Parenteral C
92 Bisacodyl Oral
Rectal BB 140 Carbamazepine Oral D
93 Bismuth salisylate
C 141 Carbasone D
94 Bisoprolol Oral C 142 Carbenicillin Oral B
95 Bleomycin Parenteral C &
D 143 Carbidopa Oral C 96 Bortezomb Parenteral D 144 Carbimazole Oral D 97 Bosentan Oral X 145 Carbinoxami
ne Oral C
98 Bretylium
tosilate Parenteral C 146 Carboplatin Parenteral D 99 Brimonidin Ophthalmik B 147 Carboprost Oral C 100 Brinzolamide Ophthalmik C 148 Carisoprodol Parenteral C
101 Bromocriptin
e Oral C 149 Carmustine Oral D
102 Bromophenir amine
Oral C 150 Carnitin Oral Parenteral
B B
103 Baclizine Oral C 151 Carfeolol Oral C & D 104 Budesonide Inhalasi
Nasal Oral Rectal
B B C C
152 Carvadiol Oral C& D
105 Bumetanide Oral
Parenteral CC 153 CasantharoL C
106 Buphenine C 154 Cascara C
107 Buplavacaine Cefaclor Oral B
Parenteral C 155 Caspofungin Parenteral C
108 Buprenorphi
ne Parenteral C 156 Cefaclor Oral B 109 Bupropion
hydroklorida Oral B 157 Cefadroxyl Oral B. 110 Buspiron Oral B 158 Cefalexin Oral B 111 Busulfan
Butalbital
Oral D 159 Cefalotin B
112 Butalbital Oral C &
D 160 Cefamandole Parenteral B 113 Butaconazole Vaginal C 161 Cefapiri - - B
114 Butorphanol
tartrate NasalParenteral C & D C & D
115 Butriptylin D 163 Cefazolin Parenteral B
116 Butropium
bromide C 164 Cefdinir Ora B
117 Cabergolin Oral B 165 Cefditoren Oral B 118 Caffein B 166 Cefapim Parenteral B
119 Calcifedol C &
D 167 Cefixime Oral B 120 Calcipotriol
C
C 168 Ce fmeta zole
B
121 Calciton in Nasal
Parenteral CC 169 Cefonicid B
122 Calcitriol Oral Parenteral
C & D C & D
170 Cefoperazon e
Parenteral B
123 Calcium B 171 Ceforadine B
124 Ca Asetat Parenteral C 172 Cefota xime Parenteral B
173 Cefotelan
disodium Parenteral B 215 Cinnarizine Oral C
174 Cefoxitin Parenteral B 216
Ciprofloxaci n Ophthalmik C
Parenteral B 216 Ciprofloxaci
n Ophthalmik C
175 Cefpodoxime Oral B 217 Cisapride Oral C
176 Ceprozil Oral B 218 Cisatracuriu m
Parenteral B
177 Cefradin Oral B 219 Cisplatin Parenteral D 178 Ceftazidime Parenteral B 220 Citalopram Oral D
179 Ceftibutan Oral B 221 Clatribine Parenteral D
180 Ceftizoxime Parenteral B 222 Clarithromys
in OralParenteral C
181 Ceftriaxone Parenteral B 223 Clavulanic acid
- B
182 Cefuroxime Oral
Parenteral B 224 Clemastine Oral B
183 Celecoxib Oral C & D
225 Clidinium bromida
- C
184 Celiprolol - B &
D 226 Clindamysin OralParenteral Topical
Vaginal
185 Cerivastatin
Sodium Oral C 227 Clobetasol Topikal C 186 Cetirizine Oral B 228 Clofazimine Oral C 187 Cheno
Deoxycholic acid
- C 229 Clofibrate Oral C
188 Chlorahidrat - C 230 Clomifene X
189 Chlorambucil Oral D 231 Clomipramin
e Oral C
C 232 Clanazepam Oral Parenteral
D D
191 Chlorcyclizin e
C 233 Clonidine Epidural Oral
xide OralParenteral D 234 Clopidogrel Oral B 193 Chloehexidin
e Mouth /throat
Mouth /throat Inhalasi Peridental
B
C 235 Clorazepat Oral D
194 Chlormethine D 236 Clotrimazole Topical
Vagina B
195 Chloroquin Oral
Parenteral C 237 Cloxacilin Oral B
196 Chlorothiazid
Parenteral C & D
198 Chlopenamin e
Oral B 240 Codein Oral Parenteral
ne OralParenteral C 241 Colchicine OralParenteral DD
200 Chlopropami de
201 Chloprothixe
ne - C 243 Colestipol Oral B
202 Chlotalidone Oral B & D
244 Colestyrami ne
Oral B
203 Chlortetrasikl in
Ophthalmik
Ophthalmik D 245 Colistiethate
sodium C
2o4 Chlorzoxazo
ne Oral C 246 Corticotrophin Parenteral C 205 Cholin
magnesium trisalysilate
- C &
D 247 Cortisone OralParenteral C & D C & D
206 Cholin Theophilinat e
- C 248 Coumarine Oral X
207 207 Chorionic gonadotropin e
Parenteral X 249 Crotamiton Topical C
208 Ciclacillin - B 250 Cyanocobala
min C
209 Ciclopirox Topical B 251 Cyclandelate C
210 Cidafovir Parenteral C 252 Cyclizine B
211 Cilostatin Parenteral C 253 Cyclobe
nzaprin Oral B 212 Zilazapril Oral D 254 Cyclophenth
iazide
C & D 213 Cilostazol Oral C 255 Cyclopentola
te Ophthalmik C 256 Cyclophosph
amida OralParenteral DD 301 Diltiazem OralParenteral C
257 Cycloserine Oral C 302 Efalizumab Parental C
258 Cyclosporin Oral
Parenteral CC 303 Efavirenz Oral C
259 Cyproheptadi
ne Oral B 304 Emedastine Oral V 260 Cytarabine Parenteral D 305 Enalapril Oral C &
D 261 Dacarbazine Parenteral C 306 Enflurane Inhalasi B
262 Dactinomyci
263 Dalteparin
sodium Parenteral B 308 Enoxacin - C 264 Danaparoid
sodium Parenteral B 309 Enoxaparin Parental B 265 Danazol Oral X 310 Entacapon Oral C
266 Dantrolene Oral Parenteral C 311 Ephedrin C
267 Daptomycin Parenteral B 312 Epineprine Nasal Ophthalmic Parenteral
C
268 Dapsone Oral C 313 Epirubicin Parenteral D
269 Daurorubicin Parenteral D 314 Epoetin Parenteral C 270 Deferoxamin
e Parenteral C 315 Epprostenol Parenteral BB
271 Delavirdine Oral C 316 Eftifibatide Parenteral B 272 Demeclicycli
ne
Oral D 317 Ergocalsifero l
Oral Parenteral
273 Deserpidine C 318 Ergotamine Buccal Oral Rektal
X
274 Desflurane Inhalasi B 319 Ertapenam Parenteral B
275 Desipramine Oral C 320 Erythromyci
n OralParenteral B
276 Deslanoside C 321 Erythropolrti
n Parenteral C 277 Desmopresin Nasal
Oral Parenteral
B B B
322 Escilatopram Oral C
278 Desogrestel - X 323 Esmolol Parenteral C 279 Desonide C 324 Esomeprazol
e
Oral B
280 Desoximetas one C 325 Estazolam Oral
C 325 Estazolam Oral X
271 Delavirdine Oral C 316 Eftifibatide Parenteral B
272 Demeclicycli ne
Oral D 317 Ergocalsifero l
Oral Parenteral
A & D
273 Deserpidine C 318 Ergotamine Buccal Oral Rektal
274 Desflurane Inhalasi B 319 Ertapenam Parenteral 275 Desipramine Oral C 320 Erythromyci
n OralParenteral B
276 Deslanoside C 321 Erythropolrti Parenteral C 277 Desmopresin Nasal
Oral Parenteral
B B B
322 Escilatopram Oral C
278 Desogrestel - X 323 Esmolol Parenteral C
279 Desonide C 324
Esomeprazol e Oral B
C 324 Esomeprazol e
Oral B
280 Desoximetas
one C 325 Estazolam Oral X
281 Dexamethaso
ne OpthalmikOral Parenteral
326 Estradiol
Mouth/troat OralTransdermal Vaginal
X
282 Dexbropheni
ramine Oral C 327 Estriol succinate - X
283 Dexchlorphe
niramine Oral B 328 Estrone Parenteral X 284 Dexflunflura
min Oral C 329 Estropipate OralVagina X 285 Dexmedetom
idine Parenteral C 330 Etacrynic acid - B 286 Dextran Parenteral C 331
Etanercept Parenteral B
287 Dextrometho rphan
Oral C 332 Ethambutol Oral B
288 Diazepam Oral Parenteral Rectal
D 333 Ethinyl
estradiol Oral X
289 Diazoxide Oral Parenteral
Oral Parenteral
290 Dibenzepine - D 335 Ethoheptazin
e - C
291 Dichlorphena mide
- C 336 Ethosuximid e
292 Diclofenac Ophthamic
337 Etidronate Oral
Parenteral B
293 Dicloxacillin Oral B 338 Etodolac Oral C & D
294 Didanosine
Oral
B 339 Etomidate Parenteral C
295 Dienestrol - X 340 Etoposide Parenteral D 296 Diethylstilbe
strol - X 341 Etretinate - X
297 Diflunisal Oral C &
D 342 Exemestane Oral D 298 Digitoxin Oral C 343 Ezetimide Oral C 299 Digaxin Oral C 344 Factor IX Parenteral C 300 Dihydrotachy
sterol - C 345 Factor VIII Parenteral C 346 Factor XIII Parenteral C 393 Gabapentin Oral C 347 Famcoclovir Oral B 394 Gadopentetic
acid
C
348 Famotidine Oral B 395 Galantamine Oral B 349 Felodipine Oral C 396 Gamma
globulin Parenteral C 350 Fenfluramine Oral C 397 Ganciclovir
Intraokular OralParenteral C
351 Fenofibrate Oral C 398 Ganirex Parenteral X 352 Penoprofen - B &
D 399 Gatifloxacin OpthalmikOral Parenteral
C
353 Fenoterol - B 400 Gefitinib Oral D
354 Fentanyl Buccal Parenteral Transdermal
C & D
401 Gemcitabine Parenteral D
355 Fexofenadine Oral C 402 Gemfibrozil Oral C
356 Filgrastim Parenteral C 403 Getamicin Ophthalmik Otic Parenteral Topikal
C
357 Finasteride Oral X 404 Hydrochlotia
zide - C & D
358 Flavoxate Oral B 405 Hydrocodon
e - C & D
Parenteral
360 Floxuridine Parenteral D 407
Hydroflumet hiazide
Parenteral D 407 Hydroflumet hiazide
361 Fluconazole Oral Parenteral
C 408 Hydromorph on
Parenteral C
362 Flucortolone Topikal C 409
Hydroxocoba lamine - A & C
Topikal C 409 Hydroxocob
alamine - A & C
363 Flucytosine Oral C 410 Hydroxyclor
oquin Oral C
364 Fludarabine Phospate
Parenteral D 411 Hydroxypro gesterone caproate
Parenteral D
365 Fludrocortiso ne
Oral C 412 Hydroxy Oral D
366 Flumazenil Parentera C 413 Hydroxyzine Oral C 367 Flunisolide Inhalasi, Nasal C 414
Hyaocin
Oral,
Parenteral C
368 Flunitrazepa
m - D 415 C - C
369 Fluocinolone Topikal C 416 Ibuprofen Oral B & D 370 Fluocinonide Topikal C 417 Idarubicin Parenteral D
371 Fluocortolon
e Topikal C 418 Idoxuridine Ophthalmik C 372 Fluoromethol
one Ophthaimik C 419 Ifosfamide Parenteral D 373 Fluorourasil Parenteral
Topikal X 420 Imiglucerase parenteral C