• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAM dan Kesejahteraan Sosial dan p

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAM dan Kesejahteraan Sosial dan p"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya keberadaan hak asasi manusia merupakan sesuatu yang pastinya dimiliki oleh setiap manusia di seluruh dunia. Hak ini melekat dalam diri dan tidak bias ditambah serta dikurangi, bahkan dirampas. Dengan adanya hak ini manusia mendapatkan kebebasan hidup dengan melihat dan mempertimbangkan hak manusia lain. Keberadaan HAM tak lepas dari kontrol nilai, budaya, dan peraturan di masyarakat. Pada dasarnya memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara mutlak tanpa memperhatikan hak orang lain. Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak, kita tidak memperhatikan hak orang lain, maka yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan adanya batasan ini keteraturan antara hak yang satu dengan yang lain tidak saling berbenturan.

Walaupun hak ini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, namun eksistensi HAM di dunia tidak semata-mata muncul begitu saja. Keberadaannya tidak lepas karena adanya keinginan masyarakat di zaman Yunani kuno untuk memperjuangkan hak-hak yang terlanggar. Hingga muncullah Magna Charta Libertatum pada tahun 1215, Habeas Corpus pada tahun 1679, Bill of Right pada tahun 1689, yang kemudian sangat berpengaruh bagi munculnya United State Constitution di Amerika pada tahun 1789 dan muncul Declaration of the Rights of Man and Citizen di Prancis.

(2)

sampai pada akhirnya Liga Bangsa-Bangsa tahun 1926 mengkodifikasikan The League of Nations Conventions to Suppress the Slave Trade and Slavery (Konvensi Liga Bangsa-Bangsa untuk Menghapus Perbudakan dan Perdagangan Budak). Keprihatinan terhadap HAM juga muncul dengan dibentuknya International Labour Organization (Organisasi Buruh Internasional) pada 1919 serta International Committee of the Red Cross (Komite Palang Merah Internasional) pada saat Konferensi Internasional di Jenewa tahun 1863.

Rentang sejarah HAM kemudian ditandai dengan terbentuknya Komisi HAM PBB pada 16 Februari 1946. Komisi ini mengajukan usulan kepada Dewan Umum PBB tentang pentingnya suatu Deklarasi Universal HAM, Konvensi tentang kebebasan sipil, status perempuan, kebebasan informasi, perlindungan warga minoritas dan pencegahan diskriminasi. Sebagai hasilnya, pada 1948, lahirlah Universal Declaration of Human Rights (UDHR) yang merupakan tonggak paling penting bagi pengakuan dan perlindungan HAM internasional. UDHR diyakini mampu memberikan definisi paling sahih mengenai kewajiban menghormati HAM bagi sebuah negara yang ingin bergabung dengan PBB. Adanya kemunculan berbagai kebijakan ini dapat kita lihat bahwa konsep tentang HAM sangatlah diperlukan, dimiliki, dipenuhi, dan , diperhatikan satu sama lain.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi Hak Asasi Manusia dan Kesejahteraan Sosial di Indonesia?

2. Mengapa Hak Asasi Manusia dan Kesejahteraan Sosial penting dan apakah kaitan diantara keduanya?

1.3. Tujuan

(3)

2. Memberikan pemahaman mengenai pentingnya Hak Asasi Manusia dan Kesejahteraan Sosial serta keterkaitan keduanya melalui proses studi kasus

1.4. Manfaat

1. Manfaat bagi penulis

a. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi penulis dan pembaca tentang kondisi Hak Asasi Manusia dan Kesejahteraan Sosial di Indonesia

2. Manfaat secara akademis

a. Diharapkan makalah ini dapat menambah khasanah Ilmu Kesejahteraan Sosial di bidang Hak Asasi Manusia dan Kesejahteraan Sosial.

BAB II

(4)

2.1 Definisi HAM

Secara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia lahir tanggal 10 – 12 – 1948. ketika PBB memproklamirkan Deklarasi Universal Hak – hak Asasi Manusia, yang didalamnya memuat 30 pasal dan sacara eksplisit menerangkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah sesuatu yang melekat pada manusia sejak lahir yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun. Dimasukkannya hak asasi manusia ke dalam pasal 1 Piagam PBB, organisasi multinegara ini menginginkan masyarakat Internasional dan negara-negara akan pengertian Hak Asasi Manusia, bahwa pemahaman akan pengertian tentang HAM merupakan suatu landasan yang dapat memecahkan masalah-masalh di bidang ekonomi, sosial dan budaya (Sarjana, 2004).

Pada dasarnya HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

Sedangkan pengertian HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

(5)

perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat universal. John Locke menyatakan macam-macam Hak Asasi Manusia yang pokok adalah:

 Hak hidup (the rights to life);

 Hak kemerdekaan (the rights of liberty);  Hak milik (the rights to property).

Thomas Hobbes menyatakan bahwa satu-satunya Hak Asasi Manusia adalah hak hidup. Prof. Darji Darmodiharjo, S. H, menyatakan Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak Asasi itu menjadi dasar dari hak dan kewajiban-kewajiban lain (Ilmu, 2012).

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948 berisi 30 pasal memuat macam-macam HAM sebagai berikut:

 Hak atas kewarganegaraan (Pasal 15).

 Hak untuk menikah dan membentuk keluarga (Pasal 16).  Hak atas kekayaan (Pasal 17).

 Hak kebebasan berkeyakinan agama (Pasal 18).

 Hak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat (Pasal 19).

 Hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat (Pasal 20).  Hak ikut serta dalam pemerintahan (Pasal 21).

 Hak atas jaminan sosial (Pasal 22 dan Pasal 25).  Hak atas bidang pekerjaan (Pasal 23 dan Pasal 24).  Hak atas bidang pendidikan (Pasal 26).

Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa manusia memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan harkat dan cita-citanya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Slamet Marta Wardaya yang menyatakan bahwa hak asasi manusia yang dipahami sebagai natural rights merupakan suatu kebutuhan dari realitas sosial yang bersifat universal (Ilmu, 2012).

2.2 Tiga Generasi HAM

(6)

nilai universal ini dikukuhkan dalam intrumen internasional, termasuk perjanjian internasional di bidang HAM (Ilmu, 2012).

Terdapat 3 generasi HAM (dalam Ilmu, 2012), yakni :

- Generasi 1: hak sipil politik  hak personal yang harus dimiliki seorang manusia. seperti hak memilih agama, bebas diskriminasi, perlindungan hukum.

- Generasi 2: hak ekonomi, sosial, budaya  hak-hak individu atau kelompok untuk menerima pelayanan sosial guna merealisasi seluruh potensi mereka sebagai manusia, seperti hak mendapatkan pendidikan, kesehatan, perumahan, serta jaminan sosial.

- Generasi 3: hak kolektif  hak-hak bukan individu (berarti hak bersama) seperti hak memperoleh lingkungan yang sehat dan udara yang bersih.

Di Indonesia Hak Asasi Manusia bersumber dan bermuara pada pancasila, dimana hal ini berarti Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa. Bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila (Ilmu, 2012).

2.3 Instrumen HAM Republik Indonesia

Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak terpisah dari manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

(7)

 Undang – Undang Dasar 1945

 Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia  Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan 10 macam hak dan kebebasan manusia sebagai berikut : 1. hak untuk hidup (pasal 9),

2. hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 10), 3. hak mengembangkan diri (pasal 11 s.d. 16),

4. hak memperoleh keadilan (pasal 17 s.d. 20), 5. hak atas kebebasan pribadi (pasal 21 s.d. 27), 6. hak atas rasa aman (pasal 28 s.d. 35),

7. hak atas kesejahteraan (pasal 36 s.d. 42),

8. hak turut serta dalam pemerintahan (pasal 43 s.d. 44), 9. hak wanita (pasal 45 s.d. 51), dan

10. hak anak (pasal 52 s.d. 66).

Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu dapat dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut :

 Hak – hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik.

 Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan ( rights of legal equality).

 Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak untukmengembangkan kebudayaan.

 Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan peradilan.

(8)

HAM penting karena mereka melindungi hak kita untuk hidup dengan harga diri, yang meliputi hak untuk hidup, hak atas kebebasan dan keamanan. Hidup dengan harga diri berarti bahwa kita harus memiliki sesuatu seperti tempat yang layak untuk tinggal dan makanan yang cukup. Ini berarti bahwa kita harus dapat berpartisipasi dalam masyarakat, untuk menerima pendidikan, bekerja, dan mempraktekkan agama kita, berbicara dalam bahasa kita sendiri, dan hidup dengan damai. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-wenangan. HAM mengembangkan saling menghargai antara manusia. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar. Misalnya, kita memiliki hak untuk hidup bebas dari segala bentuk diskriminasi, tapi di saat yang sama, kita memiliki tanggung jawab untuk tidak mendiskriminasi orang lain (Ilmu, 2012).

2.5 Apa itu Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat (Suharto, 2009:1).

Penjelasan diatas mengandung pengertian bahwa masalah kesejahteraan sosial tidak bisa ditangani oleh sepihak dan tanpa teroganisir secara jelas kondisi sosial yang dialami masyarakat. Perubahan sosial yang secara dinamis menyebabkan penanganan masalah sosial ini harus direncanakan dengan matang dan berkesinambungan. Karena masalah sosial akan selalu ada dan muncul selama pemerintahan masih berjalan dan kehidupan manusia masih ada.

Sejalan dengan itu menurut Adi (2003: 41) kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan yang dirumuskan pada Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial yaitu:

(9)

lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.

Rumusan di atas menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan dimana digambarkan secara ideal adalah suatu tatanan (tata kehidupan) yang meliputi kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak menempatkan satu aspek lebih penting dari lainnya, tetapi lebih mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. Titik keseimbangan adalah keseimbangan antara aspek jasmaniah dan rohaniah, ataupun keseimbangan antara aspek material dan spiritual.

2.6 Keterkaitan antara HAM & Kesejahteraan Sosial

HAM pada dasarnya ada untuk melindungi hak kita sebagai manusia untuk hidup dengan harga diri, dengan kebebasan dan keamanan. Hidup dengan harga diri berarti bahwa kita harus memiliki sesuatu seperti tempat yang layak untuk tinggal dan makanan yang cukup. Ini berarti bahwa kita harus dapat berpartisipasi dalam masyarakat, untuk menerima pendidikan, bekerja, dan mempraktekkan agama kita, berbicara dalam bahasa kita sendiri, dan hidup dengan damai. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-wenangan.

Sedangkan Kesejahteraan Sosial sebagai suatu keadaan yang dirumuskan pada Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial mengandung makna bahwa Kesejahteraan Sosial merupakan terpenuhinya kebutuhan materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.

(10)

sebagai tool dalam melihat titik keseimbangan dan upaya memanusiakan manusia. Keduanya merupakan tolak ukur dalam memotret seberapa jauh seorang manusia dapat hidup dengan selayaknya atau tidak. Keduanya merupakan cita-cita yang luhur.

2.7 Implementasi HAM dan Kesejahteraan Sosial

Salah satu deklarasi HAM yaitu Deklarasi Wina. Deklarasi Wina yang disepakati oleh 171 negara anggota PBB yang isinya merupakan hasil kompromi HAM negara-negara maju Barat dan negara-negara berkembang. Deklarasi ini merupakan titik balik dari puncak ketegangan perbedaan pandangan, apakah HAM itu universal atau particular. Deklarasi mencapai kesepakatan bahwa nilai-nilai HAM yang telah dideklarasikan saling bergantung dan berhubungan. Yang menjadi catatan dalam Deklarasi Wina adalah bahwa upaya implementasi HAM bersifat relative. Tergantung kondisi dan prasyarat budaya, serta perbedaan sejarah dan agama masing-masing masyarakat. (Monib & Bahrawi : 2011)

Ada perbedaan perspektif dalam konsepsi tentang HAM, terutama dalam kaitannya dengan negara-negara Dunia Ketiga. Akar kontroversi penerapan HAM di negara-negara Dunia Ketiga bermula dari perbedaan persepsi mengenai watak HAM sebagai ekspresi budaya. Ada dua narasi besar, universalisme dan partikularisme (relativism cultural), yang karena perbedaan fundamental dalam konsepnya mengakibatkan perbedaan pemahaman atas (1) karakter HAM (apakah internasional atau murni domestik), (2) pentingnya individu sebagai lawan hak masyarakat, (3) penetuan waktu dan penahapan implementasi HAM dan penegakannya (Latif, 2005).

(11)

masyarakat tertentu. Karena setiap masyarakat memiliki kondisi sejarahnya tersendiri, hanya aspek-aspek HAM tertentu yang dapat diterapkan pada masyarakat tertentu dan akan berbeda dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lain. Kaum universalis cenderung menekankan HAM individu dibandingkan dengan kewajiban-kewajiban individu pada kelompok yang lebih besar. (Latif, 2005)

Implementasi HAM di Indonesia (Siregar, 2012) antara lain sebagai berikut : 1. HAM di Indonesia dibatasi oleh Aturan Perundangan-undangan. Bangsa

Indonesia mempunyai jati diri yang khas Indonesia, karena itu HAM-nya juga bersifat spesifik. Misalnya soal kebebasan/ kemerdekaan. Kebebasan yang ada di Amerika/ Eropa tidak sama dengan yang ada di Indonesia. HAM di Indonesia tetap dibatasi oleh Aturan Perundang-undangan serta dikontrol oleh nilai agama dan budaya.

2. Universalitas versus relatifisme budaya. Pertentangan antara prinsip universalitas dengan nilai relativisme budaya seringkali sulit dielakkan. Sedangkan kontekstual HAM di Indonesia (Siregar, 2012) antara lain :

1. HAM terdiri dari 10 hak asasi dan 4 kewajiban dasar 2. HAM sesuai dengan agama dan budaya

3. HAM dibatasi oleh aturan perundang-undangan 4. HAM menjadi Program Nasional

(12)

BAB III STUDI KASUS

3.1 Kasus

MINGGU, 17 JANUARI 2010 | 12:09 WIB

Ibu Bunuh Anak Diduga karena Tekanan Ekonomi

TEMPO Interaktif, Jakarta - Komisi Nasional Perlindungan Anak menduga perbuatan Manda, 25 tahun, ibu yang membunuh anak kandungnya dipengaruhi oleh faktor tekanan ekonomi.

(13)

warga Sawah Besar, Jakarta Pusat, tega membekap anak kandungnya sendiri hingga tewas. Pada polisi pelaku mengaku melakukan hal tersebut karena kesal pada anaknya yang rewel. Ia lalu membekap anaknya yang sedang dalam kondisi telentang, dengan bantal dan menekannya. Manda, yang mengetahui anaknya lemas, kemudian membangunkan anaknya dengan menepuk-nepuk pipinya. Namun sia-sia, Anisa telah tewas. Saat ini Manda telah menjadi tahanan di Polres Jakarta Pusat. Polisi masih menyelidiki motif sebenarnya dari perbuatan tersebut.

Menurut Arist, anak-anak sangat rentan menjadi obyek kekerasan orang tua maupun orang dewasa yang dekat dengan mereka. Berdasarkan data kasus yang masuk ke Komnas Anak, sepanjang 2009 terdapat 1.998 kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua maupun orang dekat anak tersebut.

"Baik oleh ayah maupun ibu kandung, ayah atau ibu angkat, kakek atau nenek, saudara, atau keluarga dekat anak tersebut," kata Arist. Dari kasus kekerasan tersebut 18 diantaranya mengakibatkan kematian. Sedangkan pemicu terjadinya kekerasan sebagian besar adalah faktor tekanan ekonomi. Tekanan ekonomi yang menyebabkan orang tua tidak lagi menganggap perilaku anak yang rewel, nangis, atau banyak menuntut sebagai sebuah perbuatan yang wajar.

Meskipun tekanan ekonomi diduga menjadi salah satu penyebabnya, pembunuhan tersebut tetap tidak bisa dibenarkan. "Apapun motifnya, ini tetap tindak kriminal pembunuhan, pelaku dan orang yang terkait bertanggung jawab atas peristiwa tersebut harus mendapat hukuman, kalau keberatan memelihara anak kan bisa dititipkan ke panti, biar dipelihara negara," kata Arist.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2010/01/17/064219571/Ibu-Bunuh-Anak-Diduga-karena-Tekanan-Ekonomi diunduh tanggal 23 November 2013 pukul 20.07

3.2 Analisa

(14)

Kasus yang diangkat dalam makalah ini yaitu kasus tentang pembunuhan terhadap anak sendiri. Dalam kasus tersebut diceritakan bahwa seorang ibu yang sedang memiliki masalah ekonomi tega membunuh anaknya sendiri karena tidak tahan dengan tangisan si anak yang menurut ibunya menambah beban pikiran si ibu.

Jika ditinjau dari konsep teori mengenai Hak Asasi Manusia, jelas sekali bahwa ibu tersebut telah melanggar Hak Asasi Manusia. Pelaku pembunuhan yang merupakan ibunya sendiri telah mengambil hak hidup si anak dengan membunuhnya. HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Sedangkan pada pasal 11 UU No. 39 Tahun 1999 dikatakan bahwa “Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak”. Dalam kasus ini, si ibu melakukan tindakan pembunuhan pada anaknya karena tekanan ekonomi dimana ia tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Tekanan ini menyebabkan mental si ibu tidak berkembang dalam menyelesaikan masalahnya dan akhirnya berbuat tindakan pembunuhan yang berakhir dengan pelanggaran HAM berupa hak untuk hidup bagi anaknya.

(15)

karena dalam pasal diatas. Anak yang mengalami tindakan tersebut sudah dilindungi hukum, sehingga setiap pelanggaran hukum akan dijatuhi hukuman sesuai dengan berat atau tidaknya hukuman tersebut.

Selain itu jika melihat dari pengertian HAM menurut John Locke yang terbagi yaitu Hak hidup (the rights to life); Hak kemerdekaan (the rights of liberty); Hak milik (the rights to property) serta menurut Thomas Hobbes menyatakan bahwa satu-satunya Hak Asasi Manusia adalah hak hidup, sang ibu telah mengambil hak anaknya untuk hidup. Kasus pembunuhan anak tersebut merupakan bentuk pelanggaran HAM berat karena anak tersebut telah kehilangan hidupnya. Anak tersebut tidak dihargai eksistensinya di dunia. Hal ini juga terkait dengan UUD 1945 Pasal 28A tentang HAM yang berbunyi “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”

Instrumen HAM Republik Indonesia

Jika melihat instrument HAM di Indonesia, berbagai instrumen,yakni Undang – Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Dalam salah satu instrumen HAM di Indonesia yaitu Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, disebutkan tentang 10 macam hak dan kebebasan manusia antara lain :

1. hak untuk hidup (pasal 9),

2. hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 10),

3. hak mengembangkan diri (pasal 11 s.d. 16), 4. hak memperoleh keadilan (pasal 17 s.d. 20), 5. hak atas kebebasan pribadi (pasal 21 s.d. 27), 6. hak atas rasa aman (pasal 28 s.d. 35),

7. hak atas kesejahteraan (pasal 36 s.d. 42),

(16)

10. hak anak (pasal 52 s.d. 66).

Dari kesepuluh macam hak dan kebebasan menurut Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, maka jika melihat dari kasus tersebut, maka diatur pada hak wanita dan hak anak. Di dalam hak anak diantaranya pada pasal 53 ayat (1) serta pasal 58 ayat (1) dan (2).

3.2.2. Analisis mengenai Kasus Pembunuhan Anak oleh Ibunya dengan Konsep Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial menurut Adi (2003: 41) sebagai suatu keadaan yang dirumuskan pada Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial yaitu:

(17)

Disamping itu, pada kasus pembunuhan anak diatas, terlihat adanya pelanggaran terhadap UU no. 4 tahun 1979 tentang anak kesejahteraan anak bahwa kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Pada kasus diatas, tercermin bahwa anak yang menjadi korban tersebut tidak mendapatkan jaminan pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar karena tidak mendapatkan penghidupan yang layak. Anak sebagai golongan yang rentan terhadap tindak kekerasan tidak memiliki kekuatan untuk melawan segala bentuk tindakan yang mengancam dirinya.

3.2.3. Keterkaitan antara HAM & Kesejahteraan Sosial

Apabila melihat HAM dan Kesejahteraan Sosial secara konseptual keduanya sama-sama merupakan gambaran suatu kondisi yang ideal. Keduanya sebagai tool dalam melihat titik keseimbangan dan upaya memanusiakan manusia. Keduanya merupakan tolak ukur dalam memotret seberapa jauh seorang manusia dapat hidup dengan selayaknya atau tidak. Keduanya merupakan cita-cita yang luhur (Saraswati, 2006). Jika melihat dalam kasus ini, HAM dan Kesejahteraan sosial dapat menjadi alat bantu dalam melihat titik keseimbangan antara ibu dan anaknya. Jika melihat dari sudut pandang anak, anak tersebut telah diambil haknya, baik itu hak untuk hidup, hak untuk dibesarkan, dsb. Karena pengambilan hak anak tersebut secara paksa oleh ibunya, maka si ibu dapat ditetapkan sebagai pelanggar HAM dan si anak sebagai individu yang direbut hak asasinya. Namun jika melihat dari sudut pandang ibunya, si ibu mengalami kondisi yang kurang sejahtera karena dia mendapatkan tekanan ekonomi yang mengakibatkan mental dan perasaannya tidak stabil sehingga ketika si anak menambah beban pikiran ibunya, si ibu sudah tidak dapat berpikir dengan akal sehat.

(18)

Implementasi HAM dan Kesejahteraan Sosial

Salah satu deklarasi HAM yaitu Deklarasi Wina. Dalam Deklarasi Wina adalah bahwa upaya implementasi HAM bersifat relatif. Tergantung kondisi dan prasyarat budaya, serta perbedaan sejarah dan agama masing-masing masyarakat (Monib & Bahrawi : 2011). Ada perbedaan perspektif dalam konsepsi tentang HAM, yaitu universalisme dan partikularisme (relativism cultural), yang karena perbedaan fundamental dalam konsepnya mengakibatkan perbedaan pemahaman atas (1) karakter HAM (apakah internasional atau murni domestik), (2) pentingnya individu sebagai lawan hak masyarakat, (3) penetuan waktu dan penahapan implementasi HAM dan penegakannya (Latif, 2005). Pada satu sisi, kaum universalis menegaskan bahwa HAM adalah hak semua orang. Pada sisi lain, kaum partikularis (kultural relativis) memersepsi bahwa norma-norma HAM tidak muncul dari ruang hampa melainkan dibentuk oleh seperangkat pengalaman masyarakat tertentu. Karena setiap masyarakat memiliki kondisi sejarahnya tersendiri, hanya aspek-aspek HAM tertentu yang dapat diterapkan pada masyarakat tertentu dan akan berbeda dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lain. (Latif, 2005). Dalam kasus ini, konsep yang dilihat dari konsep universalisme. Universalisme digunakan karena masing-masing individu yang terlibat dalam kasus ini –anak dan ibu –sama-sama dilihat haknya. Dalam konsep universalisme, tiap orang memiliki HAM tanpa memandang status.

(19)

banyak kerugian sehingga ia kehilangan nyawa dan juga ibunya telah melakukan pelanggaran hukum formal.

3. Universalitas versus relatifisme budaya. Pertentangan antara prinsip universalitas dengan nilai relativisme budaya seringkali sulit dielakkan. Dalam kasus pelanggaran HAM ini, masing-masing dapat dikaji dengan kedua konsep yaitu universalisme dan relativisme budaya. Dalam universalisme, setiap orang dianggap memiliki HAM sehingga mereka dapat memperjuangkan haknya masing-masing. Jika dilihat dari relativisme budaya, di kota-kota besar ini masalah tekanan ekonomi telah menjamur dimana-mana. Dalam masyarakat yang majemuk ini, kasus pembunuhan terhadap anaknya karena tekanan ekonomi hanya dianggap sebagai kasus pelanggaran ringan, bahkan dianggap biasa, sehingga hukuman yang diberikan pun tidak berat. Padahal bila kasus ini terjadi di kota yang menjunjung tinggi nilai bahwa pembunuhan adalah hal yang paling kejam dan bisa dibalas dengan hukuman mati.

3.3 Solusi

1. Perlunya menegakkan aturan hukum yang dibuat untuk memberikan perlindungan hak asasi anak, dan memberikan hukuman bagi siapa saja yang melanggar. Karena setiap anak harus mendapatkan perlindungan hukum dalam rangka menciptakan suasana yang memungkinkan anak untuk dapat berkembang secara baik dan normal.

2. Menjaga kesejahteraan rakyat dengan cara mencegah kesengsaraan rakyat sehingga rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.

3. Perlu adanya control dan pengawasan dari masyarakat (sosial control) terhadap upaya-upaya menegakkan hak asasi manusia yang dilakukan oleh pemerintah.

(20)

melaksanakan hak asasi yang dimiliki dengan penuh tanggung jawab dan memahami bahwa selain memiliki hak asasi, setiap orang juga memiliki kewajiban yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.

3.4 Peranan Pekerja Sosial

 Peran sebagai perantara (broker)

Peran sebagai perantara yaitu menghubungkan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan masyarakat. Dalam hal ini pekerja sosial dapat menghubungkan korban pelanggaran HAM dengan lembaga pelayanan masyarakat sepert KOMNAS HAM.

 Pendidik (educator)

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan benar serta mudah diterima oleh individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran perubahan. Dalam hal ini pekerja sosial dapat mensosialisasikan mengenai penanaman HAM kepada masyarakat.

 Perencana sosial (social planner)

(21)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hak Asasi Manusia lahir tanggal 10 – 12 – 1948. ketika PBB memproklamirkan Deklarasi Universal Hak – hak Asasi Manusia, yang didalamnya memuat 30 pasal dan sacara eksplisit menerangkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah sesuatu yang melekat pada manusia sejak lahir yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun. Pemahaman akan pengertian tentang HAM merupakan suatu landasan yang dapat memecahkan masalah-masalah di bidang ekonomi, sosial dan budaya (Sarjana, 2004). Pengertian HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhlukTuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948 berisi 30 pasal memuat macam-macam HAM sebagai berikut:

 Hak atas kewarganegaraan (Pasal 15).

 Hak untuk menikah dan membentuk keluarga (Pasal 16).  Hak atas kekayaan (Pasal 17).

(22)

 Hak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat (Pasal 19).

 Hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat (Pasal 20).  Hak ikut serta dalam pemerintahan (Pasal 21).

 Hak atas jaminan sosial (Pasal 22 dan Pasal 25).  Hak atas bidang pekerjaan (Pasal 23 dan Pasal 24).  Hak atas bidang pendidikan (Pasal 26).

Di Indonesia Hak Asasi Manusia bersumber dan bermuara pada pancasila, dimana hal ini berarti Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa. Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik Indonesia,yakni:

 Undang – Undang Dasar 1945

 Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia  Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Masalah kesejahteraan sosial tidak bisa ditangani oleh sepihak dan tanpa teroganisir secara jelas kondisi sosial yang dialami masyarakat. Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan dimana digambarkan secara ideal adalah suatu tatanan (tata kehidupan) yang meliputi kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak menempatkan satu aspek lebih penting dari lainnya, tetapi lebih mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-wenangan. Secara konseptual HAM dan kesejahteraan sosial sama-sama sebagai tool dalam melihat titik keseimbangan dan upaya memanusiakan manusia dan tolak ukur dalam memotret seberapa jauh seorang manusia dapat hidup dengan selayaknya atau tidak. Keduanya merupakan cita-cita yang luhur.

(23)

Kasus yang diangkat dalam makalah ini yaitu kasus tentang pembunuhan terhadap anak sendiri. Dalam kasus tersebut diceritakan bahwa seorang ibu yang sedang memiliki masalah ekonomi tega membunuh anaknya sendiri karena tidak tahan dengan tangisan si anak yang menurut ibunya menambah beban pikiran si ibu. Jika ditinjau dari konsep teori mengenai Hak Asasi Manusia, ibu tersebut telah melanggar Hak Asasi Manusia karena telah mengambil hak hidup si anak dengan membunuhnya. Hak yang diambil diantaranya hak untuk hidup. Kasus pembunuhan anak tersebut merupakan bentuk pelanggaran HAM berat karena anak tersebut telah kehilangan hidupnya. Anak tersebut tidak dihargai eksistensinya di dunia. Hal ini juga terkait dengan UUD 1945 Pasal 28A tentang HAM yang berbunyi “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”.

4.2 Saran

Untuk jalannya penerapan HAM kedepan, dapat dilakukan beberapa hal seperti berikut :

1. Harus ada penegakkan hukum dan pemeberian sanksi yang tegas kepada pelanggar HAM.

2. Pemenuhan kebutuhan dasar agar dapat mewujudkan kesejahteraan sosial. 3. Adanya pengawasan dan monitoring yang dilakukan, tidak hanya oleh

lembaga HAM tertentu, tapi juga masyarakat terhadap pelaksanaan dan implementasi HAM untuk mengurangi adanya pelanggaran HAM.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adi, Isbandi Rukminto. (2005). Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Pengantar pada Pengertian dan beberapa Pokok Bahasan. Jakarta: FISIP UI Press.

Ilmu, G. (2012, Mei 21). Gudang Ilmu: PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAM. Retrieved November 30, 2013.

Latif, Yudi. 2005. Negara Paripurna : Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Moni, Mohammad; Bahrawi, Islah. 2011. Islam dan Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Nurcholis Madjid. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Rosman Siregar. 2012. Sejarah, Konsep dan Instrumen HAM Internasional serta Implementasinya dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Sulawesi Utara : Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Utara.

Saraswati. Hak Asasi Manusia. 2006. Jakarta: UI Press – FIB.

Sarjana, D. (2004). Kewarganegaraan. Surakarta: Mefi Caraka.

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Bandung: Rafika Aditama

(25)

http://equitas.org/wp-content/uploads/2011/12/modul-2-hal-1-38.pdf diunduh pada 24 November 2013 pukul 19.45

http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/uploaded_files/pdf/government_regulati on/normal/UU_4_1979.pdf diunduh tanggal 23 November 2013 pukul 18.00

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/dasar-pelanggaran-hak-asasi-manusiadan-solusi-dalam-penanggulangannya/ diunduh tanggal 23 November 2013 pukul 21.16

http://wawachayoo.blogspot.com/2012/07/pengertian-fungsi-dan-peran-pekerja.html diunduh tanggal 23 November 2013 pukul 20.53

http://www.tempo.co/read/news/2010/01/17/064219571/Ibu-Bunuh-Anak-Diduga-karena-Tekanan-Ekonomi diunduh tanggal 23 November 2013 pukul 20.07

Sumber Undang-Undang :

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948

Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

(26)

Lampiran Kasus :

MINGGU, 17 JANUARI 2010 | 12:09 WIB

Ibu Bunuh Anak Diduga karena Tekanan Ekonomi

TEMPO Interaktif, Jakarta - Komisi Nasional Perlindungan Anak menduga perbuatan Manda, 25 tahun, ibu yang membunuh anak kandungnya dipengaruhi oleh faktor tekanan ekonomi.

"Tampaknya faktor kemiskinan berpengaruh, daerah Sawah Besar memang salah satu kantong kemiskinan di DKI," ujar Sekretaris Jenderal Komnas Anak, Arist Merdeka Sirait saat dihubungi Tempo, Ahad (17/1). Jumat malam lalu Manda, warga Sawah Besar, Jakarta Pusat, tega membekap anak kandungnya sendiri hingga tewas. Pada polisi pelaku mengaku melakukan hal tersebut karena kesal pada anaknya yang rewel. Ia lalu membekap anaknya yang sedang dalam kondisi telentang, dengan bantal dan menekannya. Manda, yang mengetahui anaknya lemas, kemudian membangunkan anaknya dengan menepuk-nepuk pipinya. Namun sia-sia, Anisa telah tewas. Saat ini Manda telah menjadi tahanan di Polres Jakarta Pusat. Polisi masih menyelidiki motif sebenarnya dari perbuatan tersebut.

Menurut Arist, anak-anak sangat rentan menjadi obyek kekerasan orang tua maupun orang dewasa yang dekat dengan mereka. Berdasarkan data kasus yang masuk ke Komnas Anak, sepanjang 2009 terdapat 1.998 kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua maupun orang dekat anak tersebut.

(27)

Meskipun tekanan ekonomi diduga menjadi salah satu penyebabnya, pembunuhan tersebut tetap tidak bisa dibenarkan. "Apapun motifnya, ini tetap tindak kriminal pembunuhan, pelaku dan orang yang terkait bertanggung jawab atas peristiwa tersebut harus mendapat hukuman, kalau keberatan memelihara anak kan bisa dititipkan ke panti, biar dipelihara negara," kata Arist.

Referensi

Dokumen terkait

berbasis web. Penggunaan sistem E-Voting mempermudah mahasiswa dalam proses pemilihan karena tidak perlu datang ke kampus, di sisi lain menghemat biaya pelaksanaan

Oleh karena itu pendapatan yang diterima oleh Wajib Pajak berupa penghasilan bunga dan jasa giro harus dilakukan koreksi fiskal negatif karena tidak dapat dijadikan sebagai

Economic Value Added (EVA), sebagai alternatif dari ROI adalah sebuah pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang dapat dengan mudah diintegrasikan dalam aktivitas

25.. adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran namun

Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif yaitu metode yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menguji hubungan sebab

Hasil penelitian Kuntoro, dkk (2007) diperoleh dalam penelitian tentang Pengaruh Pemberian Jus Buah Belimbing dan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan

Studi pustaka adalah melakukan riset dari berbagai bentuk pustaka seperti buku, jurnal, surat kabar. Dalam proses studi pustaka ini penulis mempngumpulkan beberapa fenomena