• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebebasan dan Tanggung Jawab. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebebasan dan Tanggung Jawab. doc"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : ALB IRAWAN DWI ATMAJA

NIM : 120510004

TINGKAT : II (Dua)

MATA KULIAH : Moral Fundamental I DOSEN : Antonius Moa, Lic. S. Th

PERGURUAN : Fakultas Filsafat UNIKA St. Thomas Sumatera Utara

KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB

“Aku mau bebas. Tidak ada yang mengatur. Semua suka-suka.” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa orang ingin bebas sebebas-bebasnya, tidak ada aturan, ingin bertindak sesuka hati. Kiranya banyak orang memiliki paham demikian mengenai kebebasan. Kebebasan: sesuka hati, tanpa aturan, semaunya saja, yang pada dasarnya tidak ada satu pun hal yang menghalangi segala kemauan atau kehendak yang ada dalam diri. Namun, bukan seperti itu makna dari sebuah kebebasan. Makna kebebasan pada dasarnya adalah bahwa manusia mampu menentukan dirinya sendiri apa yang mau dilakukan. Dengan kebebasan tersebut, manusia mampu memposisikan diri sesuai dengan eksistensi sebagai animanle ratioanale. Dengan kata lain, hanya manusia yang memiliki unsur kebebasan. Makhluk lain tidak ada.

Frans Magnis Suseno membedakan dua arti tentang kebebasan. Yang pertama adalah kebebasan eksistensial. Kebebasan eksistensial adalah kemampuan manusia untuk menentukan setiap tindakan. Namun tidak semua kegiatan yang dilakukan manusia adalah tindakan. Sebab, tindakan adalah kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar, mempunyai maksud dan tujuan.1 Tidak berdasarkan naluri. Berbeda dengan bianatang. Binatang melakukan kegiatan berdasarkan insting.

Dalam kebebasan, hal pertama-tama yang diinginkan adalah bahwa manusia dapat menentukan apa yang mau dilakukan secara fisik. Manusia ingin menggerakkan seluruh anggota badannya tanpa terkecuali. Namun pergerakkan anggota badannya memiliki batas-batas tertentu. Hal yang membatasi adalah kodratnya sebagai manusia. Selain itu perggerakan tubuh manusia dapat dikurangi atau dihilangkan oleh hukum-hukum alam. Dengan kata lain, ada yang mengekang kebebasan manusia yaitu paksaan. Tetapi, adanya paksaan menunjukkan bahwa kebebasan fisik bukan sekedar kemampuan jasmani saja, melainkan berakar dalam kehendak. Kebebasan jasmani bersumber pada kebebasan rohani. Kebebasan rohani adalah kemampuan untuk menentukan sendiri apa yang dipikirkan untuk menghendaki sesuatu, untuk bertindak secara terencana. Kebebasan rohani bersumber pada akal budi. Maka, antara

(2)

kebebasan rohani dan jasmani terdapat hubungan yang sangat erat. Dapat dikatakan bahwa tindakan adalah suatu kehendak yang menjelma dan menjadi nyata dan kehendak adalah permulaan tindakan. Maka, kebebasan adalah tanda dan ungkapan martabat manusia karena kebebasannya sebagai makhluk otonom yang menentukan diri sendiri yang dapat mengambil sikapna sendiri.2

Yang kedua adalah kebebasan sosial. Pada dasarnya kebebasan itu bersifat eksistensial karena menyatu dengan eksistensi sebagai manusia. Oleh karena eksistensial maka terkadang manusia tidak menyadarinya. Jika terjadi sebuah petaka yang menimpa manusia barulah manusia sadar akan kebebasan yang dimilikinya. Contoh: kita berenang di sungai. Lalu tenggelam. Pada saat itu barulah manusia sadar bahwa perlu bernafas. Maka, manusia menyadari kebebasannya apabila ada yang membatasinya. Itulah sebabnya mengapa kebebasan biasanya dihayati dalam hubungan dengan orang lain. Pembatasan kebebasan sosial tersebut bisa dirincikan demikian. Kebebasan jasmani dibatasi dengan paksaan, kebebasan rohani dapat dikurangi melalui tekanan dan pembatasan kebebasan sosial melalui larangan atau perintah.

Dalam buku Etika Moral, Virgina Held menjelaskan bahwa konsepsi kebebasan yang berasal dari filsuf Hobbes dan Locke dilukiskan sebagai kebebasan negatif. Kebebasan negatif adalah adalah kebebasan dari: dari campur tangan, paksaan, hambatan dan kungkkungan. Sebaliknya, kebebasan positif adalah bebas untuk melakukan berbagai hal. Artinya, bebas melakukan apa yang perlu dilakukan. Kelihatan seperti tetapi tidaklah demikian. Karena bebas melakukan apa yang diperlukan bisa disamakan dengan pendapat Magnis, yaitu kemampuan untuk menentukan diri sendiri.3

TANGGUNG JAWAB DAN KEBEBASAN

Bertanggung jawab berarti dapat menjawab jika ditanya mengenai tindakan yang dilakukan. Orang yang bertanggung jawab harus mampu memberi penjelasan tentang tindakannya. Jawaban harus terarah pada diri sendiri, orang lain dan Tuhan. Jika tidak, maka orang itu tidak bertanggung jawab.4 Tanggung jawab itu masuk dalam dua tempat. Dalam hubungan dengan kebebasan sosial bahwa kebebasan sosial secara mendasar terbatas dan perlu dibatasi oleh berbagai hal. Setiap pembatasan

2 Franz Magnis-Suseno, Etika…, hlm. 23-25.

(3)

harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban itu menyangkut baik alasan maupun caranya.5

Sedangkan kebebasan eksistensial sebagai kemampuan manusia untuk menentukan dirinya berkembang dan menjadi kuat, semakin orang bersedia untuk bertanggung jawab. Dan sebaliknya, semakin orang menolak untuk bertanggung jawab, semakin sempit dan lemah kepribadiannya dan semakin berkurang juga kebebasannya untuk menentukan dirinya sendiri.6

REFLEKSI

Pada dasarnya setiap orang ingin bebas. Namun makna kebebasan yang diinginkan tidak sesuai dengan esensi dari kebebasan itu. Orang ingin bebas artinya lepas bebas bermanuver tanpa ada apa pun yang menghalangi. Jika sudah seperti itu maka akan muncul kalimat, “Itulah kebebasan sejati.” Konsepsi seperti itulah yang banyak dipahami orang.

Penejalasan di atas, paling tidak memberikan suatu gambaran terhadap makna kebebasan yang sebenarnya sehingga dengan penjelasan tersebut tidak lagi menganut pengertian bahwa bebas = lepas bebas, sesuka hati. Kebebasan adalah kemampuan menentukan diri atau bebas untuk apa dan kebebasan dari apa. Bapa Suci Yohanes Paulus II dalam ensiklik Veritatis Splendor (Cahaya Kebenaran)7 mengatakan “Manusia bebas sejauh dia dapat memahami dan menerima perintah-perintah Allah dan dia memiliki suatu kebebasan yang sangat luas jangkauannya. Namun kebebasan itu memiliki batas.” Namun dalam kebebasan ada kebebasan ada juga pembatasan-pembatasan. Pembatasan ini ada karena setiap manusia memiliki hak atas kebebasan yang sama sehingga ada kontak.

Saya dulu juga memahami kebebasan seperti yang dimengerti banyak orang, saya bebas, tidak ada yang melarang. Ternyata itu adalah pengertian yang salah. Setelah belajar dan memahami tentang kebebasan yang sebenarnya, maka saya akan menghidupi arti kebebasan yang sejati. Kelihatan sulit dalam penterjemahannya karena saya tetap saja pada penegrtian bebas yang sesuka hati. Namun dalam perjalanan hidup, saya akan berusaha untuk menjadikannya habitus.

5 Franz Magnis-Suseno, Etika…, hlm. 46. 6 Franz Magnis-Suseno, Etika…, hlm. 46.

7 Ensiklik Yohanes Paulus II, Veritatis Suplendor (Cahaya Kebenaran), (Jakarta: Departemen

Referensi

Dokumen terkait

Maka dibutuhkan media pengenalan tanaman herbal untuk anak agar merak dapat mengenal

Sebagaimana yang dirumuskan Pasal 378 KUHP, secara yuridis, penipuan berarti perbuatan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

If the areas of AGE, DEHF and CIF are 2, 3 and 1, respectively, find the area of the grey region BGHI... Find the value

Setelah diterapkan sebuah aplikasi berbasis web ini, maka diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

f. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62 tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Batuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016, Bab IV

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya Laporan Kegiatan Pusat Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon Tahun 2019

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dengan menggunakan model Kurt Lewin. Tindakan yang dilakukan terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya memiliki 4

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan, kemudahan penggunaan dan pengalaman berpengaruh terhadap minat nasabah dalam menggunakan internet