• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PROFESIONALISME DALAM MENGUKUR TIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PROFESIONALISME DALAM MENGUKUR TIN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PROFESIONALISME DALAM MENGUKUR TINGKAT MATERIALITAS PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

Ayu Levia Tryana

A. LatarBelakang

Profesi Auditor dalam melakukan proses audit dan membuat laporan audit yang memenuhi standar auditing yang ditetapkan harus selalu menjunjung sikap profesionalisme. Profesionalisme Menurut Arens et al., (2008), profesionalisme merupakan tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggungjawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Untuk dapat meningkatkan sikap profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, hendaknya para akuntan publik memiliki pengetahuan audit yang memadai serta dilengkapi dengan pemahaman mengenai kode etik profesional. Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata–mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditannya

Dalam memberikan penilaian secara independen terhadap sebuah laporan keuangan perusahaan, auditor dituntut melakukan pekerjaannya seprofesional mungkin dengan menghindari terjadinya kesalahan dalam penilaian. Dalam perencanaan audit, akuntan public harus mempertimbangkan tingkat materialitas untuk pencapaian tujuan audit. Profesionalisme auditor dan tingkat materialitas adalah hal penting dalam pengauditan suatu laporan keuangan, karena kedua hal ini tercakup dalam Standar Auditing. Standar Umum dalam Standar Auditing berhubungan dengan kompetensi dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan profesinya, sedangkan materialitas berhubungan dengan Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Definisi dari materialitas adalah besarnya keseluruhan salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum (Jusup,Haryono 2014).

(2)

tidak material, (2) Jumlahnya material, tetapi tidak menganggu laporan keuangan secara keseluruhan. Tingkat materialitas ini terjadi jika salah saji di dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi keputusan pemakai, tetapi keseluruhan laporan keuangan tersebu ttersaji dengan benar sehingga tetap berguna, (3) Jumlahnya sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan diragukan.

Pertimbangan materialitas (materiality judgement) bukanlah pertimbangan yang dibuat tanpa dasar tertentu. Pertimbangan materialita smerupakan pertimbangan profesional yang dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan (SPAP 2001, SA Seksi312 : 10). Untuk itu perlu kita ketahui bagaimana peran profesionalisme mengukur tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan

B. PERAN PROFESIONALISME DAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

Konsep profesionalisme yang dikembangkanoleh Hall R. (dalam Alvina, 2011) adalah konsep profesionalisme untuk menguji profesionalisme para akuntan publik yang meliputi lima dimensi. Adapun lima dimensi konsep profesionalisme dan hubungannya dengan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan.

1. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi professional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan bukan sekadar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri secara total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi utama yang diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian kepuasan material.

(3)

audit, keinginan untuk tetap tinggal dan bekerja sebagai auditor apapun yang terjadi dan kepuasan batin yang didapat karena berprofesi sebagai auditor dan memiliki cita-cita sebagai auditor sejak dulu. Jika dilihat secara komprehensif, maka pengabdian kepada profesi seharusnya memiliki pengaruh terhadap tingkat kecermatan auditor dalam menilai batas materialitas. Ketika seorang auditor memliki pengabdian terhadap profesi semakin tinggi berarti semakin tergerak untuk lebih memahami secara detail mengenai batasan dari materialitas itu sendiri

2. Kewajiban sosial (social obligation), yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh professional karena adanya pekerjaan tersebut. Kewajiban sosial dalam pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan, sehingga apabila auditor memiliki kesadaran kewajiban sosial yang tinggi maka akan mengakibatkan auditor memiliki ketepatan dalam pertimbangan materialitas yang tinggi pula. Kewajiban sosial didefinisikan sebagai kesadaran akan pentingnya profesi auditor di tengah masyarakat dan manfaat yang akan didapat oleh masyarakat dengan adanya profesi auditor tersebut. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas dipengaruhi oleh kesadaran auditor terhadap kepercayaan publik yang diberikan padanya. Jika dikaji secara komprehensif juga bisa dinyatakan bahwa seharusnya ketika seorang auditor merasa memiliki kewajiban sosial yang tinggi maka seharusnya memiliki kecermatan yang tinggi pula yang identik dengan semakin tingginya tingkat materialitas yang dipahami oleh auditor.

3. Kemandirian (autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa seorang professional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang lain. Dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan, sehingga apabila auditor memiliki tingkat kemandirian yang tinggi maka akan mengakibatkan auditor memiliki ketepatan dalam pertimbangan materialitas yang tinggi pula. Kemandirian sikap mental yang dimiliki oleh auditor diterapkan dalam merencanakan, melaksanakan pemeriksaan dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Jika dikaji secara komprehensif juga bisa dinyatakan bahwa ketika seorang auditor semakin tidak mandiri berarti auditor tersebut mulai berat sebelah dalam memberikan penilaian atas hasil audit untuk kepentingan memberikan perlindungan pada pihak tertentu.

(4)

dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. Keyakinan terhadap profesi dalam pertimbangan tingkat materialitas dalam prosespengauditan laporan keuangan, sehingga apabila auditor memiliki tingkat keyakinan terhadap profesi yang tinggi maka akan mengakibatkan auditor memiliki ketepatan dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas yang tinggi pula. Keyakinan terhadap profesi merupakan bentuk kepercayaan auditor terhadap kompetensi profesi auditor, bahwa yang berhak untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan seprofesi yang memiliki kompetensi danpengetahuan di bidang ilmu dan pengetahuan mereka. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh komitmen auditor terhadap pekerjaannya dan kepercayaan auditor terhadap peraturan profesi.

5. Hubungan dengan sesame profesi (professional community affiliation), berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dankelompok- kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para professional membangun kesadaran profesinya. Sebagai profesional, auditor mempunyai kewajiban untuk memenuhi aturan perilaku yang spesifik, yang menggambarkan suatu sikap atau hal-hal yang ideal. Hubungan dengan profesi dalam pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Hubungan dengan sesama profesidibuktikan dengan menjadi anggota organisasi profesi, ikut berpartisipasi dan berinteraksi dengan sesama profesidalam setiap kegiatan yang diadakan oleh organisasi dan yang paling utama adalah perasaan memiliki organisasiprofesi dimana auditor bekerja. Ketepatan penentuan tingkat materialitas ditentukan oleh hubungan auditor dengansesama profesi. Jika dikaji secara obyektif, maka bisa dijelaskan bahwa ketika auditor tergabung dalam profesi maka seharusnya memiliki komitmen yang semakin tinggi terhadap tugas yang diembannya sehingga mempengaruhi terhadap tingkat kecermatan dalam menilai batasan materialitas.

(5)

Alvina,Novita.,2011, Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor Dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali), ejournal.undiksha.ac.id/

Arens, A.A., RJ. Elder, M.S. Beasley. (2005). Auditing and Assurance Services, an Inter- grated Approach, Prentice Hall, Pearson.

Christian, Yohannes., 2012, Peran Profesionalisme Auditor Dalam Mengukur Tingkat Materialitas Pada Pemeriksaan Laporan Keuangan, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 1, No. 3, Mei

Ikatan Akuntan Publik Indonesia, 2007, Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta: Salemba Empat

Jusuf, Haryono, 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN : Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

TN Tanjung Puting yang ditetapkan menjadi Situs Ramsar pada tahun 2013, menjadi representasi kawasan lahan basah paling penting di Kalimantan Tengah yang berfungsi sebagai

Waktu yang diperlukan pemain untuk memenangkan permainan pada masing-masing kesempatan akan dicatat ke dalam tabel pengujian level easy...

Penambahan natrium benzoat, membuat jus buah naga menghasilkan mutu yang lebih baik dibandingkan dengan penambahan gula pasir sehingga jus buah naga bisa disimpan dalam

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran pada siklus I rerata nilai kinerja guru 72 dan pada siklus II 83, rerata nilai kinerja siswa

The forth translator translates 7 sentences in the text the writer finds 0 sentence or 100% which belongs to non equivalence in translation. The fifth translator

d) Jenis kendaraan yang tidak disurvei adalah sepeda motor. Kendaraan sepeda motor dan takbermotor tidak dipertimbangkan sebagai data time headway dan kecepatan,

Kesimpulan penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar mata pelajaran dasar dan pengukuran listrik yaitu bahan dikembangkan dari kurikulum 2013 dan silabus mata

Pada akhirnya dengan penelitian ini penulis mendapat gambaran bahwa rencana investasi tersebut layak diterima oleh perusahaan, terbukti dengan menggunakan metode Payback periode