MODERASI PENGENDALIAN INTERNAL PADA
HUBUNGAN PENGARUH KEADILAN ORGANISASIONAL
TERHADAP TINGKAT KECURANGAN (FRAUD)
(Studi Pada Kantor Sekretariat Daerah Kota Semarang)Rendy Christofel. S
Prof. DR. H. Muchamad Syafruddin, MSi. Akt Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Abstract
Loss from insincerity of accountancy is lowering of management accountability and makes the stockholders to increase expense of monitoring to management. In general insincerity of accountancy relates to corruption. In corruption of inveterate action is done between it is manipulation of record-keeping, omission of dakument and mark-up. The thing is state's finance disservice or economics a state, and this action is form of accountancy insincerity. By specifying and applies internal operation well and correct at one particular company hence the company will become easier in reaching a purpose and minimization of risk can. Wilkinson cs (1996) lays open that " if an internal operation had been specified hence all operations, physical resource, and data will be monitored and below(under control, purpose of will be reached, risk becomes small, and information yielded to more with quality".
Based on result of data analysis concluded that Interaksi Keadilan Organisasi with Sistem Pengendalian Internal) has influence meaning to Fraud (Level Of Insincerity) employee. Besides also variable Lingkungan Etis, Training of Risk management and Aktivitas Audit Internal influential positive to Sistem Pengendalian Internal.
Keyword : Organization Justice, internal operation system, Fraud ( Level Of Insincerity), Area Of Ethical, Management Training
A. Pendahuluan
Kerugian dari kecurangan akuntansi adalah menurunnya
akuntabilitas manajemen dan membuat para pemegang saham meningkatkan
biaya monitoring terhadap manajemen. Pada umumnya kecurangan
akuntansi berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi tindakan yang lazim
dakument dan mark-up. Hal tersebut merupakan tindakan yang merugikan
keuangan negara atau perekonomian suatu negara, dan tindakan ini
merupakan bentuk kecurangan akuntansi.
Kecurangan dapat terjadi dikarenakan adanya motivasi di dalam diri
mereka: Albrecht et at (1984) menerangkan bahwa kecurangan dapat terjadi
ketika adanya perangasang untuk melakukan kecurangan, rasionalisasi
membenarkan perilaku curang tersebut dan adanya peluang untuk
melakukan kecurangan. Penelitian ini dilakukan dengan menggali persepsi
manajer dan karyawan bagian keuangan pada perusahaan ritel, untuk
mengetahui kecenderungannya kecurangan akuntansi dan faktor - faktor
yang mempengaruhinya: Faktor - faktor ini terdiri pengendalian internal dan
kesesuaian kopensasi. Dengan adanya suatu pengendalian internal yang baik
dan juga dapat di implementasikan pada semua organisasi serta dirancang
untuk menyediakan jaminan memadai mengenai prestasi dari sasaran kinerja
dalam mengefektivitas dan mengefisiensikan operasional, maka dalam
laporan keuangan dapat memenuhi ketentuan hukum yang bisa diterapkan
dan diregulasi.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh sistem pengendalian internal pada
hubungan antara keadilan organisasi dengan tingkat kecurangan ?
2. Untuk menganalisis pengaruh lingkungan etis terhadap system
pengaendalian internal
3. Untuk menganalisis pengaruh pelatihan manajemen resiko terhadap
4. Untuk menganalisis pengaruh aktivitas audit internal terhadap system
pengaendalian internal
C. Tinjauan Pustaka
1. Fraud (Tingkat Kecurangan)
Merurut hukum dimana dimaksud dalam pasa1 278 KUHP, pasal
268 KUHPer pengertian fraud merupakan penipuan yang dibuat untuk
mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain. Dalam
hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau pelanggaran yang dengan
sengaja menipu orang lain dengan maksud untuk merugikan mereka,
biasanya untuk memiliki suatu harta benda atau jasa ataupun keuntungan
dengan cara tidak adil atau curang. Kecurangan dapat lahir terhadap barang
atau benda.
Dalam hukum pidana secara umum disebut dengan "pencurian
dengan penipuan","pencurian dengan tipu daya atau muslihat","pencurian
dengan penggelapan dan penipuan" atau hal serupa lainnya. Ada pula yang
mendefinisikan fraud sebagai suatu tindak kesengajaan utuk menggunakan
sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta
untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih sederhana
fraud adalah penipuan yang disengaja. Hal ini termasuk berbohong, menipu,
menggelapkan dan mencuri. Yang dimaksud penggelapan disini adalah
merubah asset/kekayaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya secara
tidak wajar untuk kepentingan dirinya.
Menurut Kamus Hukum, mengartikan Fraud (Ing) = Fraude (Bld)
sebagai kecurangan = Frauderen/verduisteren (Bld) : menggelapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 KUHP, Pasal 268 KUHPer.
Sedangkan dalam Wikipedia (en.wikipedia.org), memberikan definisi
Kecurangan merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain. Dalam hukum pidana,
kecurangan adalah kejahatan atau pelanggaran yang dengan sengaja menipu
orang lain dengan maksud untuk merugikan mereka, biasanya untuk
memiliki sesuatu/harta benda atau jasa ataupun keuntungan dengan cara
tidak adil/curang. Kecurangan dapat mahir melalui pemalsuan terhadap
barang atau benda. Dalam hukum pidana secara umum disebut dengan
“pencurian dengan penipuan”, “pencurian dengan tipu daya/muslihat”,
“pencurian dengan penggelapan dan penipuan” atau hal serupa lainnya.
2. Keadilan Organisasional
Secara umum keadilan digambarkan sebagai situasi sosial ketika
norma-norma tentang hak dan kelayakan dipenuhi (Lind & Tyler,
1988). Nilai dasar keadilan adalah martabat manusia sehingga prinsip
dasar keadilan adalah penghargaan atas martabat dan hak-hak yang melekat
padanya (Keraf, 1996). Pemahaman tentang makna keadilan sering lebih
menekankan pada distribusi yang adil dibandingkan dengan prosedur
dan interaksi yang adil, yang selanjutnya kemudian disebut sebagai
keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional.
Deustch (1985) & Tornblom (1992) mendefinisikan Keadilan
organisasi menjadi 3 tipe, yaitu keadilan distributif, keadilan prosedural
dan keadilan interaksional. Pertama, keadilan distributif adalah keadilan
yang diterima seseorang sebagai hasil dari keputusan alokasi, misalnya
yaitu standar gaji. Laventhal (1976) dan Thibault & Walker (1975)
mendefinisikan keadilan prosedural sebagai keadilan yang dipersepsikan
terhadap suatu alokasi, misalnya bagaimana suatu proses penentuan gaji
itu ditempuh, adil atau tidak. Sedangkan tipe yang ketiga yaitu
keadilan interaksional, Biacs (1987) dan Bies & Moag (1986)
keputusan (decision maker) terhadap bawahan atau karyawan (Cropanzano
et all, 2000).
3. Sistem Pengendalian Internal
Committee of sponsoring organization (COSO) pada tahun 1992
mendefinisikan sistem pengendalian internal sebagai proses yang didesain
untuk menghasilkan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan
dalam kategori sebagai berikut:
a. Efektivitas dan efisiensi operasi
b. Keandalan dalam laporan keuangan.
c. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA)
mendefenisikan sistem pengendalian internal mencakup susunan
organisasi dan semua metode beserta kebijakan/ peraturan yang
terkoordinasi dalam perusahaan, dengan tujuan untuk melindungi:
a. Harta kekayaan perusahaan
b. Memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi
c. Meningkatkan efisiensi operasi usaha
d. Mendorong ke arah ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan
D. Hipotesis
Secara umum keadilan digambarkan sebagai situasi sosial ketika
norma-norma tentang hak dan kelayakan dipenuhi (Lind & Tyler,
1988). Nilai dasar keadilan adalah martabat manusia sehingga prinsip
dasar keadilan adalah penghargaan atas martabat dan hak-hak yang melekat
padanya (Keraf, 1996). Pemahaman tentang makna keadilan sering lebih
menekankan pada distribusi yang adil dibandingkan dengan prosedur
dan interaksi yang adil, yang selanjutnya kemudian disebut sebagai
Niehoif and Moorman, 1953 dalam persepsi keadilann organisasi,
yang intensif yang menghasilkan prosedural dan kebijakan distribusi dalam
tempat kerja sebagai strategi untuk memperkecil kecurangan karyawan
dengan memastikan evaluasi kinerja karyawan dan proses yang bersifat adil
dan membuat program perubahan agar dapat menghasilkan karyawan yang
lebih baik melalui peningkatan pengendelaian internal.
PPA - STAN (1995) menyebutkan bahwa di dalam organisasi bisnis,
salah satu fungsi dasar manajemen adalah menjalankan fungsi pengendalian
yang akan menjamin tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan hasil
pengendalian manajemen digunakan auditor internal, sedangkan
pengendalian internal digunakan auditor eksternal dalam kaitannya dengan
audit umum atau financial. Berdasarkan pendapat di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut :
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA)
mendefenisikan sistem pengendalian internal mencakup susunan organisasi
dan semua metode beserta kebijakan/ peraturan yang terkoordinasi dalam
perusahaan, dengan tujuan untuk melindungi harta kekayaan perusahaan,
Memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan
efisiensi operasi usaha dan mendorong ke arah ditaatinya kebijakan yang
telah ditetapkan
Kirsty Rae dan Nava Subramaniam (2004) yang meneliti tentang
kualitas prosedur pengendalian internal sebagai variabel moderating pada
pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan karyawan. Pada
penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas pengendalian internal dapat
menekan terjadinya kecurangan karyawan. Hasil lainnya menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara pelatihan manajemen resiko, aktivitas audit
internal dan etika organisasi dengan kualitas audit internal. Berdasarkan
H1. Adanya interaksi Sistem pengendalian internal dan Keadilan
organisasi berpengaruh terhadap tingkat kecurangan (Fraud)
Kirsty Rae dan Nava Subramaniam (2004) yang meneliti tentang
kualitas prosedur pengendalian internal sebagai variabel moderating pada
pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan karyawan. Pada
penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas pengendalian internal dapat
dipengaruhi oleh lingkungan etis perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas,
maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H2. Lingkungan etis perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas
Sistem pengendalian internal
Kirsty Rae dan Nava Subramaniam (2004) yang meneliti tentang
kualitas prosedur pengendalian internal sebagai variabel moderating pada
pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan karyawan. Pada
penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas pengendalian internal dapat
dipengaruhi oleh pelatihan manajemen resiko. Berdasarkan pendapat di atas,
maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H3. Pelatihan manajemen resiko berpengaruh positif terhadap kualitas
Sistem pengendalian internal
Kirsty Rae dan Nava Subramaniam (2004) yang meneliti tentang
kualitas prosedur pengendalian internal sebagai variabel moderating pada
pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan karyawan. Pada
penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas pengendalian internal dapat
dipengaruhi oleh aktivitas audit internal. Berdasarkan pendapat di atas,
maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H4. aktivitas audit internal berpengaruh positif terhadap kualitas Sistem
E. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai negeri di Sekretariat
Daerah Kota Semarang. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini
sebanyak 167 orang. Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 63
orang.
2. Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan dua jenis
analisis regresi. Untuk pengujian hipotesis pertama digunakan uji
regresi linier sederhana. Sedangkan pada pengujian kedua digunakan uji
MRA (Moderating Regression Analysis), yang modelnya sebagai
berikut :
Y1 = a1 + β1x1 + β2x2 + β3x1X2
X2 = a2 + β1x3 + β2x4 + β3 x5 Dimana :
Y1 = Tingkat kecurangan (Fraud)
X1 = Keadilan organisasi
X2 = Sistem Pengendalian Internal
X3 = Lingkungan etis organisasi
X4 = Pelatihan manajemen resiko
X5 = Aktivitas audit internal
X1X2 = Interaksi Keadilan Organisasi dan Sistem pengendalian
internal
a = intersep
F. Analisis Data Dan Pembahasan
1. Analisis Regresi Interaksi (Pengujian Hipotesis I)
Pada pengujian hipoetesis I yang berbunyi interaksi Sistem
pengendalian internal dan Keadilan organisasi berpengaruh terhadap tingkat
kecurangan (Fraud) dilakukan dengan menggunakan uji regresi interaksi.
Adapun hasil pengujian regresi interaksi pada model I adalah sebagai
berikut :
Tabel 1
Hasil Pengujian Regresi Model I
Coefficients a
Persamaan regresi yang terbentuk adalah :
F = - 1,518 KO – 1,584 SPI + 2,377 KO_SPI
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel bebas yang
paling berpengaruh adalah variabel Sistem Pengendalian Internai
dengan koefisien 1,584. Kemudian diikuti oleh variabel yang lain
yaitu variabel Keadilan Organisasi dengan koefisien 1,518. Dari
persamaan tersebut dapat terlihat bahwa variabel bebas (Keadilan
Organisasi dan Sistem Pengendalian Internal) berpengaruh negatif
terhadap Fraud (Tingkat Kecurangan) Karyawan. Hal ini berarti
semakin tingginya Keadilan Organisasi dan Sistem Pengendalian
Internal dapat mengakibatkan rendahnya Fraud (Tingkat Kecurangan)
Karyawan
Pengujian koefisien regresi bertujuan untuk menguji hipotesis
pengaruh variabel-variabel independen (Interkasi Keadilan Organisasi
dengan Sistem Pengendalian Internal) terhadap Fraud (Tingkat
Kecurangan) karyawan. Kriteria yang digunakan adalah :
Ho : Tidak ada Interkasi Keadilan Organisasi dengan Sistem
Pengendalian Internal terhadap Fraud (Tingkat
Kecurangan) karyawan.
Ha : Ada pengaruh Interkasi Keadilan Organisasi dengan
Sistem Pengendalian Internal terhadap Fraud (Tingkat
Kecurangan) karyawan.
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.7 didapat nilai t hitung
variabel Interkasi Keadilan Organisasi dengan Sistem
Pengendalian Internal sebesar 2,386 dengan probabilitas
signifikansi mendekati nol (P value = 0,020), Dengan demikian Ho
ditolak, artinya bahwa variabel independent (Interaksi Keadilan
Organisasi dengan Sistem Pengendalian Internal) mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap Fraud (Tingkat Kecurangan)
karyawan. Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama pada penelitian
ini diterima. Hal ini berarti hipotesis pertama diterima.
Hasil penelitian ini menandakan bahwa dengan Sistem
pengendalian internal dapat menekan timulnya kecurangan yang
terjadi dikarenakan adanya motivasi di dalam diri pegawai.
Albrecht et at (1984) menerangkan bahwa kecurangan dapat terjadi
ketika adanya perangasang untuk melakukan kecurangan,
rasionalisasi membenarkan perilaku curang tersebut dan adanya
peluang untuk melakukan kecurangan. Dengan adanya suatu
pengendalian internal yang baik dan juga dapat di implementasikan
pada semua organisasi serta dirancang untuk menyediakan jaminan
memadai mengenai prestasi dari sasaran kinerja dalam
mengefektivitas dan mengefisiensikan operasional, maka dalam
laporan keuangan dapat memenuhi ketentuan hukum yang bisa
2. Analisa Regresi Linier Berganda (Pengujian Hipotesis 2 – 4)
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi
linier berganda. Analisis ini digunakan unutk mengetahui besarnya
pengaruh variabel-variabel bebas (independent) yaitu Lingkungan Etis,
Pelatihan Manajemen Resiko dan aktivitas audit internal terhadap variabel
terikat (dependent) yaitu Sistem Pengendalian Internal. Besarnya pengaruh
variabel independen dengan variabel dependen (Sistem Pengendalian
Internal) secara bersama-sama dapat dihitung melalui suatu persamaan
regresi berganda.
Berdasarkan perhitungan melalui komputer dengan menggunakan
program SPSS (Release 11) diperoleh hasil regresi sebagai berikut :
Tabel 2
Hasil Pengujian Regresi Model II
Coefficientsa
Sumber : Data primer yang diolah
Persamaan regresi yang terbentuk adalah :
SPI = 0,279 L_E + 0,438 MR+ 0,601 AI
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel bebas yang
paling berpengaruh adalah variabel Aktivitas Audit Internal dengan
koefisien 0,601. Kemudian diikuti oleh variabel yang lain yaitu
Sedangkan variabel yang berpengaruh paling rendah yaitu variabel
Lingkungan Etis dengan nilai koefisien 0,279. Dari persamaan
tersebut dapat terlihat bahwa keseluruhan variabel bebas (Lingkungan
Etis, Pelatihan Manajemen Resiko dan Aktivitas Audit Internal)
berpengaruh positif terhadap Sistem Pengendalian Internal.
1) Koefisien Determinasi (R2)
Hasil perhitungan nilai koefisien determinasi dapat dilihat
pada tabel berkut ini :
Tabel 3
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Model II
Model Summaryb
Berdasarkan hasil perhitungan estimasi regresi, diperoleh
nilai Koefisien Determinasi yang disesuaikan (adjusted R²) adalah
0,592 artinya 59,2 persen variasi dari semua variabel bebas
Lingkungan Etis, Pelatihan Manajemen Resiko dan Aktivitas Audit
Internal dapat menerangkan variabel tak bebas (Sistem
Pengendalian Internal), sedangkan sisanya sebesar 40,8 persen
diterangkan oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian
2) Uji t (t-test)
Uji t (t-test) ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
secara parsial (individu) variabel-variabel independen Lingkungan
Etis, Pelatihan Manajemen Resiko dan Aktivitas Audit Internal
terhadap variabel dependen (Sistem Pengendalian Internal) atau
menguji signifikansi konstanta dan variabel dependen.
a. Tes Hipotesis Pengaruh Lingkungan Etis terhadap Sistem
Pengendalian Internal
Dikemukakan hipotesis :
Ho : Tidak ada pengaruh Lingkungan Etis terhadap Sistem
Pengendalian Internal.
Ha : Ada pengaruh Lingkungan Etis terhadap Sistem
Pengendalian Internal.
Dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung sebesar
3,184 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002. Apabila
dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,002 berarti kurang dari
0,05 dengan demikian Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh
variabel Lingkungan Etis terhadap Sistem Pengendalian
Internal. Hal ini berarti bahwa hipotesis kedua pada penelitian
ini diterima.
Adanya pengaruh lingkungan etis terhadap sistem
pengendalian internal menandakan bahwa lingkungan etis pada
situasi kerja dapat menjadi suatu pengendalian pada diri
pegawai untuk melakukan kecurangan-kecurangan yang dapat
merugikan instansi. Lingkungan etis yang positif membantu
menekan timbulnya suatu motivasi pada diri pegawai dalam
melakukan suatu kecurangan pada organisasi.
b. Tes Hipotesis Pengaruh Pelatihan Manajemen Resiko terhadap
Sistem Pengendalian Internal
Ho : Tidak ada pengaruh Pelatihan Manajemen Resiko
terhadap Sistem Pengendalian Internal.
Ha : Ada pengaruh Pelatihan Manajemen Resiko terhadap
Sistem Pengendalian Internal.
Dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung sebesar
4,927 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Apabila
dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,000 berarti kurang dari
0,05 dengan demikian Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh
variabel Pelatihan Manajemen Resiko terhadap Sistem
Pengendalian Internal. Hal ini berarti bahwa hipotesis ketiga
pada penelitian ini diterima.
Bagi pegawai yang telah mengikuti pelatihan
manajemen resiko maka akan menambah wawasan tentang
resiko tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pegawai.
Selain itu juga dengan adanya pelatihan manajemen resiko
pada karyawan dapat menambah pengetahuan pada karyawan
segala tindakan kecurangan yang melanggar aturan organisasi
sehingga dapat menekan terjadinya kecurangan pada
organisasi.
c. Tes Hipotesis Pengaruh Aktivitas Audit Internal terhadap
Sistem Pengendalian Internal
Dikemukakan hipotesis :
Ho : Tidak ada pengaruh Aktivitas Audit Internal terhadap
Sistem Pengendalian Internal.
Ha : Ada pengaruh Aktivitas Audit Internal terhadap
Sistem Pengendalian Internal.
Dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung sebesar
6,700 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Apabila
dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,000 berarti kurang dari
0,05 dengan demikian Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh
Internal. Hal ini berarti bahwa hipotesis kelima pada penelitian
ini diterima.
Aktivitas Audit Internal yang kontinyu dan dilakukan
secara konsisten dapat menekan munculnya motivasi pada
pegawai untuk melakukan tindakan kecurangan pada
organisasi. Aktivitas Audit Internal yang baik dan transparan
dapat menjadi suatu aktivitas pengawasan meliputi kebijakan
dan prosedur yang menunjang arahan dari manajemen untuk
diikuti. Kebijakan dan prosedur tersebut memungkinkan
diambilnya tindakan dengan mempertimbangkan risiko yang
terdapat pada seluruh jenjang dan fungsi dalam organisasi.
Didalamnya termasuk berbagai jenis otorisasi dan verifikasi,
rekonsiliasi, evaluasi kinerja dan pengaman harta serta
pemisahan tugas.
G. Kesimpulan
1. Hipotesis pertama dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengujian nilai t hitung variabel Interaksi Keadilan Organisasi dengan
Sistem Pengendalian Internal sebesar 2,386 dengan probabilitas
signifikansi mendekati nol (P value = 0,020). Hal ini Interaksi Keadilan
Organisasi dengan Sistem Pengendalian Internal) mempunyai pengaruh
yang berarti terhadap Fraud (Tingkat Kecurangan) karyawan
2. Hipotesis kedua dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian
nilai t hitung sebesar 3,184 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002.
Hal ini berarti bahwa ada pengaruh variabel Lingkungan Etis terhadap
Sistem Pengendalian Internal.
3. Hipotesis ketiga dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian
nilai t hitung sebesar 4,927 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Hal ini berarti bahwa ada pengaruh variabel Pelatihan Manajemen
4. Hipotesis keempat dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengujian nilai t hitung sebesar 6,700 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh variabel Aktivitas
Audit Internal terhadap Sistem Pengendalian Internal.
H. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini mengalami keterbatasan yang dapat menghambat
hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Adapaun
keterbatasan tersebut adalah :
1. Jumlah sampel yang relatif kecil yaitu 63 orang dan hanya pegawai di
satu instansi saja
2. Selain jumlah instansi yang sulit didapatkan, peneliti juga mengalami
kesulitan dalam memperoleh data tentang fraud pada instansi sehingga
fenomena dilapangan kurang dapat diglobalisasi.
I. Saran
Setelah mengkaji hasil penelitian ini maka implikasi manajerial yang
dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengurangi terjadinya fraud padapegawai sebaiknya pimpinan
memberikan keadilan secara organisasi terhadap pegawainya. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan segala keputusan kepada bawahan
secara adil, memberikan perintah yang jelas dan dapat diterima oleh
semua bawahan serta memberikan keputusan tentang tugas yang adil
terhadap semua bawahan.
2. Instansi dapat meningkatkan kualitas Sistem pengendalian internal
dengan melakukan aktivitas audit secara transparasi dan kontinyu,
meningkatkan kualitas lingkungan etis organisasi serta meningkatkan
kemampuan pegawai dalam mengelola manajemen resiko dalam
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadjayadi, Cahyana (2004), Konsep Pengamanan dan Perlindungan
Infrastruktur Berbasis teknologi Informasi, Kementrian Komunikasi
dan Informasi, Information System Security Control and Audit Conference 2004.
Albrecht W.Steve and Albrecht Chad O, 2002 . “ Fraud Examination Thomson
South- Western. ACFE “ Fraud Examiners Manual , Third Edition
2000
Allan, N.J., & Meyer,J.P. (1990). The measurement and antecedents of affective, continguance and normative commitment to the organization. Journal of occupational psychology, 63, 1-18.
Alvin A.Arens, Randal J.Elder & Mark S.Beasley, 2003 “Auditing and Assurance
Services an Integrated Approach“ International Edition.
Chandra, Akhilesh & Calderon, Thomas G (Fall 2003), “Toward a Biometric Security Layer in Accounting Systems”, Journal of Information
Systems, page 51-70.
Deutsch, M. (1975). Equity, Equality and Need : What Determines Which Values Will be Used as the Basis of Distributive Justice ? Journal of
Applied Psychology Issues, 31, 134-150.
Dipboye, R., & de Pontbriand, R. (1981). Correlates of Employee Reactivity to Performance Appraisal and Appraisal System. Journal of Applied
Psychology, 66, 248-251.
Donovan, M. A., Drasgrow, F. & Munson, L. J. (1998). The Perception of Fair Interpersonal Treatment Scale : Development and Validation of a Measure of Interpersonal Treatment in the Workplace. Journal of
Applied Psychology, 83 (5), 683-692.
Fisher, R. & Smith, Peter B. (2002). Justice, values, work attitude : Makalah dipresentasikan pada Kongres the International Association for Cross-Cultural Psychology, Yogyakarta.
Hasan Safuddien, Membangun GCG pada Perusahaan, dari Bubble Company
menuju Sustainable Company, bahan Konvensi Nasional Akuntan IV
tahun 2000
Keraf, A. S. (1996). Pasar Bebas, Keadilan, dan Peran Pemerintah. Kanisius, Yogyakarta.
Kotler, Philip. (1996). Marketing Manajemen : Analysis. Planning,
Implementation and Controlling (Seventh edition). Engelwood Cliffs.
New Jersey : Prentice Hall inc.
Luthans, Fred. (1995). Organizational Behavior (7th edition). Singapore : Mc Graw Hill. International Edition
Manning, George A, 1999 Financial Investigation and Forensic Accounting, CRC Press Boca Raton New York Washington, D.C The National Committee on Coprporate Governance (Maret 2000)
Romney, Marshall B and Steinbart, Paul John (2003), Accounting Information
Systems, Ninth Edition, Prentice Hall.
Ross, Steven J (2003), “Who Needs Information Security”, Information System
Control Journal, Vol 6, page 9-10
Schwartz, S. H., Billsky, W. (1987). Toward a Universal Psycological Structure of Human Values. Journal of Personality and Social
Psychology, 53, 550-562.
Steers, Robert. Efektivitas Organisasi (Seri Manajemen 47). (Alih Bahasa : Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen. (1997). Erlangga, Jakarta.
Tim Prisma. (1994). Laporan Khusus : Pasang Naik Gelombang Pemogokan dan
Politik Perburuhan. Prisma, 23 (4), 48-73.
Tongia, Rahul and Jain, Kanika (2003), “Investing in Security-Do Not Rely on FUD, Information System Control Journal, Vol 6, page 27-28
Walgito, B. (1994). Psikologi Sosial : Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi Offset.
Wallhoff, John (2003), “Enforce Security with a Fingerprint Biometric Solution”,
Information System Control Journal, Vol 4, page 39-43.
Warren, Carl, S., Reeve, James, M. dan Fess, Philip, E. (2005), Accounting, 21th
edition, Thomson Learning.
Weber, Ron (1999), Information Systems Control and Audit, Prentice Hall.