• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Rekomendasi Pemilihan Benih Varietas Unggul Padi Menggunakan Metode Fuzzy Analitycal Hierarchy Process – Simple Additive Weighting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Rekomendasi Pemilihan Benih Varietas Unggul Padi Menggunakan Metode Fuzzy Analitycal Hierarchy Process – Simple Additive Weighting"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

8748

Sistem Rekomendasi Pemilihan Benih Varietas Unggul Padi Menggunakan

Metode

Fuzzy Analitycal Hierarchy Process

Simple Additive Weighting

Agung Dwi Budiarto1, Edy Santoso2, Muhammad Aminul Akbar3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1adbudiarto@student.ub.ac.id, 2edy144@ub.ac.id, 3muhammad.aminul@ub.ac.id

Abstrak

Terus meningkatnya jumlah penduduk Indonesia tiap tahun berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan pangan secara nasional. Peningkatan kebutuhan ini tidak diimbangi dengan peningkatan hasil produksi pertanian dalam negeri, sehingga pemerintah senantiasa melakukan impor guna memenuhi kebutuhan pangan. Maka dibutuhkan upaya peningkatan hasil produksi, terutama padi yang dianggap sebagai bahan pangan utama mayoritas masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan menggiatkan penanaman benih varietas unggul padi. Namun, banyaknya kriteria yang dipertimbangkan membuat petani kesulitan dalam menentukan pilihannya. Dilihat dari masalah yang muncul, terdapat sejumlah metode yang dapat diimplementasikan untuk menyelesaikan permasalahan petani dalam pengambilan keputusan, yaitu dengan adanya sistem rekomendasi yang mampu menyelesaikan permasalahan multikriteria menggunakan metode Fuzzy Analitycal Hierarchy Process (Fuzzy AHP) untuk menghitung bobot kriteria dan metode Simple Additive Weighting (SAW) untuk mengukur perangkingan alternatif. Pengujian fungsional sistem menghasilkan nilai sebesar 100%, yang berarti sistem berfungsi baik sesuai dengan rancangan kebutuhan. Sementara pada pengujian korelasi dengan metode Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi tiap varietas, yaitu varietas INPARI 0,999, INPAGO 1,000, INPARA 1,000, dan HIPA 0,981. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode Fuzzy AHP - SAW dapat digunakan untuk merekomendasi pemilihan benih varietas unggul padi, karena memiliki hubungan positif yang mendekati sempurna dengan data rangking pakar.

Kata kunci: sistem pendukung keputusan, benih, varietas, padi, Fuzzy AHP, SAW, korelasi Spearman

Abstract

The continuously increasing number of Indonesian population each year is directly proportional to the increase in national food needs. The increase in this demand is not matched by an increase in agricultural production in the country, so the government is constantly imports to meet their food needs. It takes effort to increase production, especially rice which is considered as a major food ingredient majority of the public. One of the solutions is by activating seeding rice varieties. However, the number of criteria considered making farmers had difficulty in determining their choice. Judging from the problems that arise, there are a number of methods that can be implemented to solve the problems of farmers in decision-making, namely the presence of a recommendation system that is capable of solving the problems of multiple criteria using Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy AHP) to calculate the weight of the criteria and Simple Additive Weighting (SAW) method to measure the alternatives rank. Functional testing system generates a value of 100%, which means that the system is functioning properly in accordance with the design requirements. While the correlation testing using Spearman method produce the rank-order correlation coeficient of each variety, which coeficient of the INPARI varieties is 0,999, INPAGO is 1,000, INPARA is 1,000, and HIPA is 0,981. So, it can be concluded that the Fuzzy AHP-SAW methods on this system can be used for recommending selection of seed varieties of rice, because it has a positive relationship that approach perfectly with the expert’s rank data.

(2)

1. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki tingkat populasi mencapai 257 juta jiwa atau sekitar 3,44% dari keseluruhan penduduk dunia (UNFPA, 2017). Menurut Bappenas (2013), jumlah ini akan terus bertambah hingga berjumlah 305,6 juta pada 2035. Kenaikan cukup signifikan tersebut tentu akan berdampak pula pada peningkatan kebutuhan pangan nasional.

Ada banyak komoditas pangan yang tersedia di Indonesia. Namun, padi dianggap paling penting oleh masyarakat, dikarenakan muncul anggapan bahwa nasi merupakan makanan pokok paling utama (Rahabistara, 2014).

Dari data Badan Pusat Statistik pada tahun 2007, luas area pertanian yang ditanami padi mencapai 15.788.000 hektar. Area lahan tersebut ditanami sejumlah varietas padi yang dibagi menurut ekosistemnya, yaitu ekosistem sawah irigasi, ekosistem lahan kering, ekosistem rawa, dan padi hibrida.

Dalam usaha untuk mewujudkan swasembada pangan guna meningkatkan kesejahteraan petani padi, perlu dilakukan digalakkan program penanaman benih varietas unggul yang diharapkan mampu meningkatkan produktivitas hasil panen,. Namun, terdapat sejumlah faktor dan kriteria pendukung, yang sering menjadi permasalahan bagi para petani, sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan pemilihan benih.

Seiring meningkatnya kebutuhan manusia terhadap berbagai informasi untuk membantu penyelesaian masalah yang diimbangi oleh kemajuan iptek, para ahli bidang komputer mencoba mengembangkan suatu sistem terkomputerisasi yang diharapkan mampu meminimalisir resiko pengambilan keputusan yang akan ditimbulkan di kemudian hari.

Salah satu metode dalam pengembangan suatu sistem pendukung keputusan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) (Kusrini, 2007). Akan tetapi, metode AHP mempunyai kekurangan dalam menyelesaikan permasalahan yang tidak pasti, misalnya pada data kualitatif. Sehingga, menurut Pinandito, dkk (2015), metode AHP akan menghasilkan rekomendasi dan akurasi yang lebih baik dalam penentuan bobot kriteria alternatif apabila dipadukan dengan konsep fuzzy. Tetapi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa metode tersebut juga menghasilkan solusi yang kurang akurat jika

data kriteria telah memiliki nilai bobot dan data perbandingan berjumlah kurang dari 2 kriteria, sehingga perlu dikombinasikan dengan metode pendukung keputusan lain seperti Simple Additive Weighting (Fahmi, 2016).

Metode SAW memiliki konsep berupa penjumlahan bobot setiap alternatif pada semua atribut kriteria (Hutagalung, 2016). Berdasarkan uraian tersebut, penulis bermaksud untuk mengembangkan suatu sistem yang dapat memberikan rekomendasi dalam pemilihan benih varietas unggul padi (VUP) menggunakan kombinasi metode Fuzzy AHP dan SAW dalam penelitian ini.

2. VARIETAS UNGGUL PADI

Menurut UU RI nomor 29 tahun 2000, varietas merupakan sekumpulan tumbuhan dari suatu jenis yang ditandai oleh ekspresi karakteristik, seperti bentuk, pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji atau kombinasi genotipe yang membedakan dari jenisyang serupa.

Berikut adalah pengelompokan VUP oleh BBPADI Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

a. Inhibrida Padi Gogo (INPAGO), ditanam pada ekosistem lahan kering.

b. Inhibrida Padi Rawa (INPARA), ditanam pada ekosistem lahan yang sering tergenangi atau terendam air.

c. Inhibrida Padi Sawah Irigasi (INPARI), ditanam pada ekosistem lahan sawah. d. Hibrida Padi (HIPA), turunan pertama dari

persilangan dua varietas padi yang berbeda untuk meningkatkan hasil produksi.

3. METODE FUZZY ANALITYCAL

HIERARCHY PROCESS

Metode Fuzzy AHP dikenalkan oleh Chang (1996) sebagai perbaikan dari metode AHP yang ditemukan Saaty (1993), dengan pemberian unsur bilangan fuzzy pada matriks perbandingan berpasangan antar kriteria.

Langkah-langkah metode F-AHP adalah sebagai berikut (Yuanto, 2017):

1. Mengubah konsep permasalahan menjadi bentuk hierarki.

2. Menyusun matriks perbandingan berpasangan antar kriteria.

3. Melakukan normalisasi matriks perbandingan berpasangan menggunakan Persamaan (1).

𝑛𝑜𝑟𝑚𝑖,𝑗 = 𝑚𝑎𝑡𝑟𝑖𝑘𝑠∑ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚𝑖,𝑗

(3)

Dengan,

i : baris ke-1,2,3,…..,m j : kolom ke-1,2,3,…..,n

4. Menghitung nilai bobot prioritas (eigenvector) kriteria dengan Persamaan (2). nKriteria : jumlah kriteria

5. Mengukur nilai konsistensi (𝝀max) untuk mengetahui tingkat konsistensi data yang digunakan, dengan Persamaan (3)

𝜆𝑚𝑎𝑥= 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 (∑ (𝑛𝑜𝑟𝑚𝑖,𝑗×𝑒𝑣𝑛)

𝑛 𝐾𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 𝑖=1

𝑒𝑣𝑛 ) (3)

6. Menghitung nilai Consistency Index (CI), dengan Persamaan (4).

CI = (λmax−n)

(n−1) (4)

Keterangan: n : jumlah kriteria

7. Menentukan nilai Ratio Index (RI) sesuai dengan jumlah kriteria yang dipertimbangkan. Berikut daftar nilai RI ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Nilai Ratio Index

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 IR 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1 1.41 1.45 1.49 8. Menghitung nilai Consistency Ratio (CR)

dengan Persamaan (5).

𝐶𝑅 =

𝐶𝐼𝑅𝐼 (5)

9. Pengecekan konsistensi matriks perbandingan berpasangan.

Jika nilai CR < 0.1 maka Consistency Ratio dinyatakan benar atau konsisten. Sebaliknya jika tidak, maka penilaian matriks perbandingan berpasangan perlu diperbaiki.

10. Fuzzyfikasi nilai matriks perbandingan berpasangan dengan skala Triangular Fuzzy Number

(TFN).

11. Menghitung nilai sintesis fuzzy (Si) matriks dengan menggunakan Persamaan (6).

𝑆𝑖 = ∑𝑚 𝑀𝑖𝑗 12. Menghitung nilai vektor (V)

a. Jika nilai M2 ≥ M1, dengan 𝑀𝑛=

(𝑙𝑛, 𝑚𝑛, 𝑢𝑛), maka nilai vektor dapat dihitung menggunakan Persamaan (7).

𝑉 (𝑀2≥ 𝑀1) =

𝑠𝑢𝑝 [𝑚𝑖𝑛 (𝜇𝑀1(𝑥), 𝑚𝑖𝑛(𝜇𝑀2(𝑦)))] (7)

Sup pada persamaan di atas adalah batas terkecil dari hasil minimal vektor yang dapat dihitung dengan Persamaan (8).

𝑉(𝑀2≥ 𝑀1)={

µ : kosntanta untuk mencari matriks m : defuzzyfikasi

b. Mencari konveks nilai fuzzy yang lebih besar dari Mn,, sehinggan nilai vektor dapat didefinisikan melalui Persamaan (9) dan Persamaan (10).

𝑉 (𝑀 ≥ 𝑀1, 𝑀2, … , 𝑀𝑘) = 𝑉(𝑀 ≥ 𝑀1)(9)

𝑉(𝑀 ≥ 𝑀2) 𝑑𝑎𝑛 𝑉 (𝑀 ≥ 𝑀𝑘) = 𝑚𝑖𝑛 𝑉(𝑀 ≥ 𝑀𝑖)(10)

13. Menghitung nilai ordinat defuzzyfikasi (d’) menggunakan Persamaan (11).

𝑑′(𝐴

𝑖) = 𝑚𝑖𝑛 𝑉(𝑆𝑖≥ 𝑆𝑘) (11)

Keterangan:

Ai : 1,2,...,n jumlah aternatif

14. Melakukan normalisasi nilai bobot vektor fuzzy (W) menggunakan Persamaan (12).

𝑊 = (𝑑(𝐴1), 𝑑(𝐴2), . . . , 𝑑(𝐴𝑛))𝑇 (12)

4. METODE SIMPLE ADDITIVE

WEIGHTING

Konsep kerja metode SAW adalah penjumlahan bobot setiap alternatif pada semua atribut kriteria yang dimiliki. Berikut tahapan pengambilan keputusan menggunakan metode SAW (Kusrini, 2007):

1. Menentukan kriteria yang

dipertimbangkan.

2. Memberikan nilai tiap data alternatif. 3. Mendefinisikan nilai bobot tiap kriteria. 4. Membuat matriks keputusan berdasarkan

(4)

Dimana,

Rij : normalisasi matriks keputusan

baris ke-i, kolom ke-j xij : nilai matriks baris ke-i,

kolom ke-j

Maxj : nilai maksimum kolom j

Minj : nilai minimum kolom j

benefit : nilai terbesar adalah yang terbaik

cost : nilai terkecil adalah yang terbaik

5. Mencari nilai preferensi (Vi) tiap alternatif

menggunakan Persamaan (14), dengan nilai terbesar sebagai alternatif (Ai) terbaik yang

direkomendasikan.

𝑉𝑖= ∑𝑛𝑗=1𝑊𝑗𝑅𝑖𝑗 (14)

5. UJI KORELASI SPEARMAN

Menurut Zar (2005), korelasi Spearman merupakan salah satu jenis korelasi yang dapat mengukur tingkat kedekatan atau hubungan antara dua atau lebih himpunan atau variabel yang berskala rangking (data ordinal). Perhitungan untuk mendapatkan nilai korelasi Spearman dengan jumlah data kurang dari 30, dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (15).

𝜌 = 1 − 6 ∑ 𝑑𝑖2

𝑛 (𝑛2−1) (15)

Keterangan:

ρ : koefisien korelasi Spearman

di : selisih rangking data ke-i dari x himpunan n : jumlah sampel data

Sedangkan untuk jumlah data lebih dari 30 dapat dihitung dengan mencari nilai z hitung terlebih dahulu menggunakan Persamaan (16).

𝑧 = 𝜌 √𝑛 − 1 (16)

Dari hasil koefisien di atas dapat dilakukan intepretasi nilai koefisien yang menunjukkan hubungan antar himpunan atau variabel, yang dibuat oleh D. A. de Vaus. Tabel interpretasi koefisien korelasi versi de Vaus ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi

Koefisien Kekuatan Hubungan

0,00 Tidak ada hubungan 0,01 – 0,09 Hubungan kurang berarti 0,10 – 0,29 Hubungan lemah

0,30 – 0,49 Hubungan moderat / sedang 0,50 – 0,69 Hubungan kuat

0,70 – 0,89 Hubungan sangat kuat

> 0,90 Hubungan mendekati sempurna

6. METODOLOGI

Adapun tahapan kerja pada penelitian ini ditampilkan lewat Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Tahapan Penelitian

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh dari pengumpulan data pada buku deskripsi VUP 2017 yang dipublikasikan oleh BBPADI dan mendapat validasi data dari pakar, Dr. Ir. Herman Subagio, MS., selaku peneliti utama bidang kebijakan inovasi dan sosial ekonomi pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur. Data yang digunakan berjumlah 87 data, terdiri atas 11 data varietas INPAGO, 9 data varietas INPARA, 48 data varietas INPARI, dan 19 data varietas HIPA, yang dihimpun dalam bentuk dataset.

Dari hasil wawancara dengan pakar pembenihan padi, didapatkan daftar kriteria sebagai parameter dalam pemilihan benih varietas unggul padi, yaitu:

− Umur tanam − Kerontokan − Kerebahan − Tekstur nasi − Rata-rata hasil − Potensi hasil

− Ketahanan terhadap hama − Ketahanan terhadap penyakit

Berdasarkan tahapan penelitian yang sudah dipaparkan, maka dibangun sebuah sistem rekomendasi pemilihan benih VUP menggunakan metode F-AHP - SAW. Diagram alir sistem ditunjukkan dalam Gambar 2.

Kesimpulan dan Saran Pengujian dan Analisis Hasil

Implementasi Sistem Analisis dan Perancangan

Sistem Pengumpulan Data

(5)

Mulai

Hitung nilai Fuzzy Syntetic Extent (Si)

Hitung nilai vektor dan ordinat defuzzifikasi

Normalisasi bobot kriteria

Hitung nilai Preferensi (Vi)

Perangkingan data alternatif, dari nilai Vi tertinggi ke terendah

Rekomendasi benih VUP

Selesai

A

A

Gambar 2. Diagram Alir Sistem

7. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian sistem rekomendasi yang dibangun terdiri dari 2 jenis pengujian, yaitu:

7.1. Pengujian Fungsional

Pengujian fungsional dilakukan untuk mengatahui tingkat kesesuaian sistem dengan rancangan daftar kebutuhan. Pengujian fungsional yang diterapkan merupakan blackbox testing, dengan cara menguji satu per satu 20 daftar kebutuhan terhadap sistem rekomendasi yang dibangun, dan hasilnya memperlihatkan bahwa sistem memiliki tingkat fungsionalitas sebagai berikut.

𝐹𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = ∑ 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑓𝑡𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛∑ 𝑑𝑎𝑓𝑡𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥 100 %

=2020 𝑥 100 %

= 100 %

7.2. Pengujian Korelasi

Pengujian akurasi dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan perangkingan

alternatif dari rekomendasi yang dihasilkan oleh sistem dengan data pakar yang telah didapatkan pada proses pengumpulan data. Pengujian ini dilakukan sebanyak 4 kali, dengan contoh hasil pengujian pada varietas HIPA seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengujian Korelasi Varietas HIPA

Data Benih

(6)

= 1 − 9 (96 .02−1)

= 1

. Data hasil pengujian korelasi sistem secara lengkap ditunjukkan data pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Hasil Pengujian Korelasi

No. Varietas didapat, data varietas INPARI memiliki jumlah data > 30, maka perlu dilakukan perhitungan lanjutan untuk mencari nilai Z sebagai berikut:

𝑧 = 𝜌 √𝑛 − 1 = 0,999 √48 − 1 = 0,999 . 6,856 = 6,850 Diasumsikan bahwa:

H0 : Rangking sistem dan pakar tidak memiliki hubungan.

H1 : Rangking sistem dan pakar memiliki hubungan.

Diketahui bahwa pada tahap ini dipilih nilai batas kritis (α) = 0,05 dengan uji 2 sisi ( two-tailed), berdasarkan data pada tabel Z, diperoleh batas kiri kurva -1,96 dan batas kanan +1,96, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif antara data rekomendasi sistem dengan data pakar, sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Kurva Normal Uji Korelasi INPARI

Dengan data uji sebanyak 87 data dan hasil uji korelasi sistem pada masing-masing varietas

menunjukkan nilai koefisien korelasi > 0,9, maka hal ini menunjukkan bahwa sistem yang dibangun berfungsi baik sesuai rancangan dan dapat digunakan sebagai sistem rekomendasi pemilihan benih varietas unggul padi, karena tingkat korelasi rangking keputusan yang dihasilkan dengan data rangking pakar memiliki hubungan positif yang mendekati sempurna.

6. KESIMPULAN

Berdasarkan tahapan yang dilakukan selama penelitian, maka diperoleh kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Sistem rekomendasi pemilihan benih VUP mengggunakan metode Fuzzy AHP - SAW yang dibangun telah sesuai dengan rancangan daftar kebutuhan yang dirumuskan dan hasil implementasi sistem dapat digunakan untuk membuat perangkingan benih varietas unggul padi. Dimana kombinasi metode F-AHP dan SAW akan menghasilkan tingkat korelasi yang semakin baik (kuat) apabila menggunakan jumlah kriteria yang semakin banyak pula (lebih kompleks).

2. Hasil pengujian sistem rekomendasi pemilihan benih VUP menggunakan metode Fuzzy AHP - SAWadalah sebagai berikut:

a. Hasil pengujian fungsional menunjukkan bahwa sistem berjalan baik sesuai dengan daftar kebutuhan yang dirancang, dengan prosentase validasi sistem mencapai 100%.

b. Hasil pengujian korelasi dengan uji Spearman, menunjukkan nilai koefisien korelasi > 0,9 (hubungan positif yang mendekati sempurna), dengan rincian nilai koefisien korelasi varietas INPARI sebesar 0,999, INPAGO sebesar 1,000, INPARA sebesar 1,000, dan HIPA sebesar 0,981.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas, 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Badan Pusat Statistik.

BPS, 2017. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi di Indonesia, 2013 – 2017.Badan Pusat Statistik.

(7)

Keputusan Penentuan Topik Skripsi (Studi Kasus : Prodi Sistem Informasi Universitas Jember). S1. Universitas Jember.

Hutagalung, F., 2016. Perbandingan Metode Simple Additive Weighting (SAW) dan PROMETHEE dalam Pemilihan Kualitas Padi (Studi Kasus : BPPT Medan Krio Kecamatan Sunggal).S1. Universitas Sumatera Utara.

Kusrini, 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pinandito, Aryo., Ananta, M.T., Brata, K.C., & Fanani, L., 2015. Alternatives Weighting in Analytic Hierarchy Process of Mobile Culinary Recommendation System Using Fuzzy. ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, 10(19), pp. 8791-8798.

Rahabistara, A. S., 2014. “Induksi Kalus Padi (Oryza Sativa L.) Varietas Ir64, Mentik Wangi Dan Rojolele Melalui Kultur In

Vitro”. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Saaty, T. L., 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Edisi Terjemah. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

UNFPA, 2017. State of World Population 2017, New York: United Nation Population Fund.

Yuanto, G. D. S., 2017. Penerapan Metode Fuzzy Analitycal Hierarchy Process - Weighted Product (FAHP-WP) dalam Penentuan Varietas Padi. S1. Universitas Brawijaya.

Gambar

Tabel 1. Daftar Nilai Ratio Index
Tabel 2 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi
Gambar 2. Diagram Alir Sistem
Tabel 4. Data Hasil Pengujian Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada pemeriksaan kadar MDA pada otak tikus didapatkan hasil peningkatan kadar MDA pada kelompok hari ke-21 yaitu

Ella Komariah, S.Pd selaku Guru Prakarya dan Kewirausahaan pada kelas XI bahwa Pertama, Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bandung menggunakan kurikulum 2006 untuk

Ulkus kornea atau keratitis ulseratif merupakan proses dimana kornea mengalami proses inflamasi dan terjadi diskontinuitas epitel kornea. 1,9,10 Gejala ulkus kornea secara umum

Hasil pengamatan terhadap umur panen setelah dilakukan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara ethrel dengan pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang

Primary ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total aset

KD : 3.15,4.15,Menunjukan karya dan aktifitas seni dengan menggunakan berbagai media Indicator : Membuat gambar dengan teknik kolase dengan memakai berbagai media (daun kelor)

Bahwa pemberlakukan pembuktian dalam perkara tindak pidana korupsi, dimana Penuntut Umum harus membuktikan apa yang didakawakan kepada terdakwa, sedangkan terdakwa

Demikian juga, ada mahasiswa yang menganggap bahwa apa yang telah dilakukannya adalah sebuah cerminan kasih kepada Allah, sementara yang lain beranggapan bahwa kasih