• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Kepemimpinan Demokratis DALAM. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Kepemimpinan Demokratis DALAM. docx"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN (SEKOLAH)

1. Latar Belakang

Semua gaya kepemimpinan yang ada dapat diterapkan oleh siapa saja pada saat ia menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi. Sehingga sebuah organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang pemimpin yang mampu membawa organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama, utamanya dalam organisasi pendidikan. Dan dalam membawa organisasi ke arah yang baik, maka terdapat masalah yang dihadapi, seperti halnya perbedaan pendapat. Dalam hal menyatukan pendapat tersebut dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat menyatukan setiap pendapat agar tidak terjadi hal-hal yang akan merusak organisasi.

Oleh karena itu, bagi saya gaya kepemimpinan demokratislah yang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah dalam hal menyatukan pendapat dari setiap bawahan secara musyawarah. Dan tipe kepemimpinan ini dapat diaktualisasikan oleh mahasiswa dalam berorganisasi.

2. Pembahasan

2.1 Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang artinya orang yang melakukan pengaruh terhadap bawahan. Jadi tanpa adanya seorang pemimpin maka suatu kepemimpinan tidak akan terjadi. Dalam mendefinisikan arti kepemimpinan terdapat beberapa pendapat berbeda yang dikeluarkan oleh masing-masing ahli.

(2)

“leadership is defined broadly as influence processes affecting the interpretation of events for followers, the choice of objectives for the group or organization of work activities to accomplish the objectives, the motivation of followers to achieve the objectives, the maintenance of coorperative relationships and teamwork, and the enlistment of support and coorporation from people outside the group or organization.”

Artinya, bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi para anggota yang menekankan pada tujuan dan sasaran organisasi melalui kegiatan pemberian motivasi, pemeliharaan hubungan kerja sama dengan anggota, dan pemberian dukungan baik terhadap kelompok-kelompok dari luar maupun di dalam organisasi.

Kemudian George Terry (dalam Sagala 2000:144) mendefinisikan kepemimpinan adalah “hubungan antara seorang pemimpin dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai keinginan pemimpin.”

Sementara itu rumusan kepemimpinan oleh Akademi Militer West Point (dalam Sagala 2000:145) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencapai tujuan organisasi. Stephen Robbins (dalam Wahab 2006:82) juga menerangkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendapat ini memandang bahwa semua anggota kelompok/organisasi merupakan satu kesatuan yang utuh dimana dapat melakukan pekerjaan guna pencapaian tujuan organisasi.

Kepemimpinan pula merupakan suatu proses penggunaan kekuasaan atau wewenang yang dimiliki dalam menggerakkan sistem social guna mencapai tujuan social.

(3)

- Menurut Stogdill (dalam Wahab 2006:132), “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan”.

- Menurut Siagian (dalam Wahab 2006:132), “Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua sumber-sumber, plat yang tersedia bagi suatu organisasi”.

- Menurut Dubin (dalam Wahab 2006:133), “Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan”.

- Menurut Fiedler (dalam Wahab 2006:133), “Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan pengorganisasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok”.

Menurut Wahab (2006:133) kesimpulan dari pengertian kepemimpinan adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integritas di dalam situasi pendidikan. Sedangkan kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk mengerakkan pelaksana pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain (bawahan) agar mau bekerja sama ataupun taat terhadap segala perintah yang dikeluarkan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan dalam suatu kepemimpinan mencakup pemberian dorongan, motivasi, dan pengarahan terhadap bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sepenuh hati. Sehingga komponen-komponen yang ada dalam suatu kepemimpinan, yakni :

- Perilaku (aktivitas) pemimpin; - Hubungan kekuasan dengan anggota; - Interaksi;

(4)

Menurut Sagala (2000:145) dalam bukunya Administrasi Pendidikan Kontemporer menjelaskan bahwa suatu organisasi pendidikan dinyatakan berhasil ataupun gagal apabila gaya kepemimpinan yang diterapkan tidak mampu mempengaruhi setiap bawahan.

Dalam hal menjadi pemimpin yang dapat menjalankan tugas-tuganya dan peranannya sebagai pemimpin yang baik, maka seorang pemimpin pendidikan haru mampu memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya:

- Rendah hati dan sederhana; - Bersifat suka menolong;

- Sabar dan memiliki kestabilan emosi; - Percaya kepada diri sendiri;

- Jujur, adil, dan dapat dipercaya; serta - Memiliki keahlian dalam jabatan.

Akan tetapi seorang pemimpin pendidikan juga harus memiliki keterampilan-keterampilan dalam menunjang peranannya sebagai pemimpin dalam suatu organisasi pendidikan. Menurut Wahab (2006:138) terdapat beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan, yakni:

- Keterampilan dalam memimpin

Artinya seorang pemimpin dalam suatu organisasi kependidikan harus menguasai cara-cara kepemimpinan yang diterapkan, terutama kepemimpinan demokratik. Agar ia dapat bertindak sesuai dengan tata cara memimpin yang baik. Misalnya keterampilan dalam hal menyusun rencana bersama, mengajak seluruh anggota organisasi untuk dapat berpartisipasi, menetapkan setiap keputusan secara musyawarah untuk mufakat, dan sebagainya. Dan utuk memperoleh keterampilan tersebut perlu adanya suatu pengalaman, dan harus banyak berkomunikasi dengan seluruh anggota organisasi.

(5)

Artinya kemapuan dalam menjalin hubungan manusiawi dengan seluruh anggota organisasi. Baik itu hubungan formal yang berkaitan dengan tugas atupun pekerjaan, maupun hubungan informal yang lebih kepada sifat kekeluargaan. Dalam hal menjalankan keterampilan ini dibutuhkan sikap saling menghargai kepada sesama, baik itu bawahan kepada atasan, maupun atasan kepada bawahan.

- Keterampilan dalam proses kelompok

Artinya bagaiman cara seorang pemimpin dalam meningkatkan partisipasi seluruh anggota organisasi dengan semaksimal mungkin sehingga potensi yang dimiliki oleh para anggota organisasi dapat diefektifkan secara maksimal pula. Seorang pemimpin harus dapat menjadi penengah maupun moderator, bukan hanya sebagai hakim yang berpihak.

- Keterampilan dalam administrasi

Artinya mencakup segala keahlian dan kemampuan yang dimiliki secara efektif dan efisien. Misalnya kegiatan seleksi dalam hal menyeleksi orang yang paling tepat dengan tugas dan pekerjaannya, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, maupun bimbingan dan pengembangan serta kesejahteraan.

- Keterampilan dalam menilai

(6)

sesudah kegiatan berlangsung. Sehingga akan diketahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kesalahan.

Pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat memberikan efek yang baik terhadap bawahan, dimana anggotanya dapat merasakan bahwa kebutuhan mereka telah terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, kesehatan, sandang, pangan, maupun kebutuhan lainnya.

Kepemimpinan yang efektif dapat memeberikan dasar dan menempatkan tujuan pada posisi terpenting untuk merubah norma-norma dalam program pembelajaran, meningkatkan produktivitas, dan mengembangkan pendekatan-pendekatan yang kreatif untuk mencapai hasil yang maksimal dari program organisasi pendidikan tersebut.

Kepemimpinan pula menentukan keberhasilan dari suatu organisasi. Karena jika kepemimpinan yang diterapkan tidak dapat mengefektifkan organisasi maka tujuan organisasi tidak akan tercapai dengan baik. Setiap pemimpin harus dapat mempunyai gambaran pribadi terhadap apa yang akan dilakukan di dalam organisasi.

Menurut Wahab dalam bukunya Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan (2006:128) menerangkan ada empat kerangka dalam organisasi, yaitu :

1) Kerangka structural, yakni suatu struktur aturan dan hubungan formal dalam organisasi.

2) Kerangka sumber daya manusia, yakni keterampilan dan keterbatasan manusia dalam mengerjakan suatu pekerjaan serta memiliki kebutuhan amsing masing yang harus dipenuhi.

(7)

4) Kerangka simbolik, yakni menempatkan organisasi sebagai tempat penyelenggaraan bersama ataupun suatu drama yang digerakkan oleh hal-hal yang ritual, dimana terjadi pengaturan terhadap perilaku seseorang, sehingga apabila terjadi kesalahan maka dapat dilakukan perbaikan melalui symbol, mitos, maupun magis.

Menurut Wahab dalam bukunya Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan pendidikan terdapat fungsi utama seorang pemimpin pendidikan, antara lain:

1) Seorang pemimpin harus mampu menciptakan suasana kekeluargaan serta kerja sama.

2) Dapat membantu dalam hal menetapkan dan merealisasikan tujuan organisasi. 3) Dapat membantu organisasi dalam menganalisis situasi untuk kemudian

ditetapkan prosedur mana yang efektif untuk digunakan.

4) Bertanggung jawab atas segala kebijakan yang secara bersama-sama ditetapkan serta memberikan kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari sebuah pengalaman.

5) Seorang pemimpin dapat bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.

Disisi lain gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang kepala sekolah merupakan salah satu factor penentu terciptanya suasana yang kondusif dan harmonis di lingkungan sekolah. Dalam konteks kepemimpinan, gaya dimaknai sebagai proses hubungan antara pemimpin dan bawahannya yang menampilakan watak, ssifat0sifat khas, keterampilan, kecenderungan dan perhatian terhadap individu melaui interaksi.

Dalam kepemimpinan pula terdapat beberapa gaya ataupun tipe yang dapat diterapkan oleh setiap pemimpin, diantaranya gaya otoriter, gaya transformasional, kharismatik dan demokratis.

(8)

dilakukan tindakan pengambilan keputusan bersama antara pemimpin dengan seluruh anggota organisasi guna pencapaian tujuan organisasi.

Dengan kata lain seorang pemimpin selalu memberikan kesempatan terhadap semua anggota dalam mengeluarkan pendapatnya masing-masing guna mencari jalan keluar terhapap permasalahan yang dihadapi. Dapat dikatakan pula bahwa sebuah organisasi akan dapat berhasil atau gagal tergantung pada kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin organisasi tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996 (dalam Sagala 2000:163) mengemukakan demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang memiliki persamaan hak dan kewajiban sebagai satu kesatuan yang utuh. Segala kebijaksanaan yang ditentukan oleh pemimpin dilakukan secara musyawarah.

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pemimpin yang demokratis mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan masukan dari seluruh anggota organisasi. Akan tetapi dalam setiap pengambilan keputusan pemimpin harus dapat mengacu pada tujuan organisasi dengan mengoptimalkan segala potensi sumber daya yang tersedia.

Sama halnya menurut Wahab (2006:135), pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai dictator, melainkan sebagai pemimpin yang selalu berada di tengah-tengah anggota organisasi. Artinya pemimpin yang demokratis selau bersikap merakyat dengan seluruh anggota organisasi.

(9)

Setiap tindakan yang dilakukan selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan bersama dengan mempertimbangkan dan memperhatikan kemampuan setiap anggota organisasi. Setiap masuka ataupun kritikkan dari para anggota organisasi selalu dijadikan umpan balik dan bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan kebijakan guna mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian pemimpin yang demokratis dapat dikatrakan memberikan kepercayaan penuh kepada bawahannya bahwa mereka mempunya kemampuan dalam melaksanakan setiap tugas ataupun pekerjaan yang diberikan.

Seorang pemimpin yang demokratis dapat menghargai segala potensi yang dimiliki oleh anggotanya dan mau mendengarkan dan memanfaatkan segala partisipasi anggota organisasi dengan sebaik mungkin guna pencapaian tujuan organisasi.

Terdapat empat hal yang perlu diperhatikan oleh para pengikut atau anggota suatu kelompok dalam kepemimpinan yang demokratik, yaitu:

-

Merupakan pendukung dari pemimpin;

-

Bertanggung jawab atas setiap tindakannya dalam organisasi;

-

Mengakui cara-cara atau mekanisme kepemimpinan dalam organisasi tersebut;

- Bekerjasama dengan pemimpin.

(10)

2.2 Teori-teori kepemimpinan

Ada beberapa teori yang menyangkut kepemimpinan (dalam Wahab 2006:84), yakni teori Great Man dan Big Bang, teori sifat atau kepribadian, serta teori perilaku . a) Teori Great Man dan Teori Big Bang

Dalam teori Great Man berasumsi bahwa kepemimpinan itu bukanlah merupakan ciptaan melainkan bawaan atau bakat dari lahir. Dimana kekuasaan dan wewenag berada pada seseorang berdasarkan keturunan atau pewarisan untuk menempati posisi sebagai seorang pemimpin. Sedangkan teori Big Bang cenderung menolak teori Great Man, karena teori ini bersumsi bahwa seseorang pemimpin merupakan hasil ciptaan yang dapat membuat ia menjadi seorang pemimpin. Artinya pengintegrasian antara situasi dan anggota kelompok sebagai jalan yang dapat mengantarkan seseorang menjadi pemimpin.

b) Teori Sifat atau kepribadian

(11)

juga berpendapat (dalam Wahab 2006:85) terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengefektifkan organisasi, yakni:

- Kelancaran berbicara, artinya seorang pemimpin harus tegas dan berani dalam berkomunikasi dengan para anggota baik di dalam lingkungan organisasi maupun di luar organisasi. Serta mengetahui tata cara dalam berkomunikasi dengan baik

- Kemampuan memecahkan masalah, artinya seorang pemimpin dalam hal memecahkan masalah di dalam organisasi harus bisa lebih berinisiatif, dan melakukan musyawarah dengan para anggota guna penyelesaian masalahs serta dapat mendahulukan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadinya.

- Pandangan ke dalam masalah kelompok, artinya seorang pemimpin harus mampu membaca setiap maslah yang ada di dalam organisasi dan dengan cepat dan tepat segera mengambil tindakan yang benar guna penyelesaian masalah tersebut.

- Keluwesan, artinya pemimpin yang baik itu mampu menciptakan keharmonisan seperti pemberia motivasi dan semangat terhadap bawahan sehingga segala pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat dan cepat.

- Kecerdasan, artinya seorang pemimpin harus mampu memiliki intelekual yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan segala permasalahan yang ada di dalam organisasi.

- Kesediaan menerima tanggung jawab, artinya apapun yang terjadi dalam organisasi seorang pemimpin harus dapat bertanggung jawab terhadap segala kebijakan yang dikeluarkan dan dapat menerima tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.

(12)

terbuka dalam menerima segala perubahan yang terjadi dalam lingkuknga organisasi.

- Kesadaran akan diri sendiri dan lingkungannya. Artinya seorang pemimpin yang sadar akan kemampuan diri yang ia miliki dalam menghadapi berbagai bentuk perubahan lingkungan.

c) Teori perilaku

Teori ini berasumsi kepemimpinan dalam mengefektifkan organisasi, tergantung pada perilaku atau gaya bertindak seorang pemimpin. Dengan kata lain, bahwa majunya organisasi tergantung pada perilaku seorang pemimpin dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya di dalam organisasi. Perilaku atau gaya seorang pemimpin dapat dilihat pada cara ia melakukan pengambilan keputusan, cara memberikan tugas, cara ia memberikan dorongan motivasi, serta cara dalam mengendalikan dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi, dan lain sebagainya. Menurut Likert (dalam Wahab 2006:90) berpendapat bahwa “dalam mengefektifkan organisasi dapat dicapai dengan gaya konsultatif dan parsipatif. Artinya perilaku seorang pemimpin yang dapat memberikan keluasan kepada bawahan untuk ikut berpartisipasi dalam mencapai tujuan organisasi. Gaya konsultatif yang dimaksud adalah dimana seorang pemimpin dapat berkonsultasi dengan bawahannya tentang masalah yang dihadapi, serta gaya partisipatif artinya bahwa seorang pemimpin dapat mengiktusertakan anggota organisasi dalam berbagai kegiatan organisasi namun harus juga mengetahui batas-batas partisipasi yang dapat dilakukan oleh anggota organisasi. Sehingga pemimpin tidak akan kehilangan peranan dan kewibawaannya sebagai pemimpin serta anggota organisasi yang tetap bertanggung jawab atas pekerjaan yang menjadi tugas pokoknya.

(13)

bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia memiliki kelebihan seperti, kelebihan dalam menggunakan pikiran, kelebihan yang berkaitan dengan budi pekertinya, dan kelebihan badaniah dalam hal kesehatan misalnya. Teori sifat hampir sama denga teori kelebihan, artinya kelebihan dalam hal sifat-sifat seperti mampu bersifat adil, percaya diri, dan lain sebagainya. Sementara teori keturunan sama dengan teori Big Bang. Sedangkan teori kharismatik berasumsi bahwa seorang pemimpin mempunyai sebuah charisma yang sangat besar. Dan untuk teori bakat berasumsi bahwa seorang pemimpin mempunyai bakat kepemimpinan yang harus dikembangkan.

2.3 Ciri-ciri kepemimpinan demokratis

Seorang pemimpin yang demokratis harus mampu menyelesaikan setiap masalah dengan cara musyawarah dengan seluruh anggota organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa ciri-ciri dari seorang pemimpin yang demokratis, diantaranya:

- Terbuka, artinya bersedia mendengarkan segala keluhan maupun masukan dari seluruh anggota organisasi.

- Musyawarah, artinya segala pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin berdasarkan musyawarah secara mufakat dengan seluruh anggota. - Tenggang rasa, artinya pemimpin dapat menerima segala masukan baik saran

maupun kritikan dari anggotanya dengan mengembangkan sikap tenggang rasa guna menciptakan keharmonisan dalam organisasi.

- Sabar, artinya bersikap lapang dada dalam menerima segala pendapat ataupun masukan dari anggota organisasi, dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi setiap permasalahan organisasi.

- Adil, artinya segala keputusan yang ditetapkan tidak bersifat memihak berdasarkan seluruh aspirasi anggota organisasi tanpa membeda-bedakannya. - Bijaksana, artinya dapat memahami dan mengerti segala pendapat anggota

organisasi secara bijaksana.

(14)

- Memberikan kesempatan kepada bawahan dalam mengembangkan karirnya untuk mencapai hasil yang diinginkan.

- Dapat membimbing anggota organisasi tanpa bersifat mengguruinya, - Menghargai setiap anggota organisasi.

- Percaya, artinya seorang pemimpin yang demokratis dapat memberikan kepercayaan terhadap bawahannya dengan upaya pendelegasian tugas dan wewenang guna peningkatan kerja.

Sama halnya menurut Wursanto (2002:203), kepemimpinan demokratis mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

1) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi 2) Bersifat terbuka

3) Bawahan diberi kesempatan untuk memberikan saran ataupun ide-ide baru guna pencapaian tujuan organisasi.

4) Dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan musyawarah untk mufakat, daripada keputusan yang bersifat sepihak. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak berhasil maka cara yang ditempuh dengan jalan lain yang sesuai dengan demokratis, misalnya voting.

5) Menghargai potensi setiat individu.

6) Berlangsung dengan mantap, yang dapat dilihat dari unit-unit organisasi yang berjalan lancer sesuai dengan fungsi masing-masing, pendelegasian kepada bawahan, bawahan merasa senang dan tentram, semangat kerja yang tinggi, baik ada pimpinan maupunn tidak ada pimpinan.

7) Pimpinan sering turun ke bawah melakukan pembinaan dan penyuluhan, yang sekaligus melakukan pengamatan terhadap hasil yang telah dicapai, serta kelemahan-kelemahan qatau kekurangan dan kesulitan uyang dicapai para bawahan.

(15)

- Kemampuan memperlakukan organisasi sebagai suatu totalitas dengan menempatkan semua satuan organisasi pada peranan dan tugas fungsi yang tepat tanpa melupakan peranan satuan kerja tertentu tergantung pada sasaran yang akan dicapai oleh suatu organisasi pada kurun waktu tertentu.

- Mempunyai persepsi mengenai organisasi yang dipimpinnya.

- Menggunakan pendekata-pendekatan dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya.

- Menempatkan kepentingan organisasi sebagai kepentingan yang sangat bermakna dibanding kepentingan pribadinya sendiri.

- Mengakui dan menjunjung tinggi harkat dan martabat para bawahannya sebagai makhluk social, politik, ekonomi, dan sebagai individu yang memiliki jati dir yang khas.

- Memberikan kesempatan kepada seluruh anggota organisasi untuk dapat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, terutama menyangkut tugas dan fungsi anggota organisasi.

- Terbuka terhadap ide, pandangan, maupun kritikan dari orang lain termasuk para anggota organisasi.

- Memiliki keteladanan yang dapat menjadikannya seorang pemimpin yang patut menjadi panutan bagi para anggota organisasi.

- Bersifat rasional dan objektif dalam menghadapi segala permasalahn yang terjadi dalam organisasi, terutama dalam menilai perilaku dan prestasi kerja oleh seluruh anggota organisasi.

- Selalu menumbuhkan suasana kerja yang kondusif dan harmonis bagi inovasi dan kreativitas anggota organisasi.

2.4 Kelebihan dan kekurangan kepemipinan demokratis

(16)

keputusan penting, dengan berharap mendapatkan hasil dari strategi kesepakatan, bisa memunculkan resiko terhadap organisasi.

Bentuk kekurangan dari kepemimpinan demokratis dapat dilihat pada saat seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang seluas-luasnya kepada para stafnya, maka mereka memiliki banyak sekali pendapat yang berbeda, sehingga pemimpin sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui kesepakatan forum yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau perdebatan antara anggota forum dengan sehingga proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak serta sulitnya pencapaian kesepakatan. 2.5 Penerapan kepemimpinan demokratis dalam organisasi pendidikan (sekolah)

Kepemimpinan dapat berfungsi sebagai tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin sekola dalam upaya menggerakan para staf agar mau melaksanakan segala sesuatu untuk mewujudkan program kerja yang telah ditetapkan bersama.

Keberhasilan sebuah sekolah tergantung dari kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam hal melaksanakan tugas dan fungsi pokoknya sebagai seorang pemimpin.

Kepemimpinan yang demokratis sangat memberikan dampak yang baik dalam organisasi pendidikan. Dalam hal penentuan kebijakan dan keputusan terpenting adalah memperhatikan segala kebutuhan organisasi, untuk itu seorang pemimpin harus mampu menampung segala aspirasi yang berkembang yang didukung dengan data-data yang akurat. Sehingga dalam pengambilan keputusan dilakukan secara transparan yang mengacu pada tujuan organisasi pendidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri.

Secara konseptual, kepemimpinan demokratis memiliki tiga fungsi utama, yaitu (1) pembagian tanggung jawab di antara anggota masyarakat/kelompok; (2) memberdayakan anggota kelompok; (3) membantu masyarakat dalam merumuskan kebutuhan dan kebijakan.

(17)

Pemimpin yang demokratis selalu mendorong partisipasi anggota dalam setiap kegiatan kelompok dalam menentukan tujuan kelompok. Seorang pemimpin cenderung untuk membagi tanggung jawab daripada memusatkan tanggung jawab pada seseorang atau pada dirinya sendiri. Kehidupan masyarakat yang demokratis ditandai dengan pendistribusian tanggung jawab. Oleh karena itu, esensi dari kepemimpinan yang demokratis adalah mendorong dan membuka kesempatan kepada semua personil untuk melahirkan inisiatif sesuai dengan cara-cara yang diinginkan untuk tercapainya tujuan organisasi.

2) Pemberdayaan Anggota

Dalam melibatkan seluruh anggota organisasi pada perumusan kebikanan merupakan salah satu ciri dari kepemimpinan yang demokratis. Namun untuk itu, anggota-anggotanya memerlukan kemampuan dan ketrampilan dalam berbagai bidang misalnya kemampuan bicara, berpikir, berorganisasi. Untuk memperoleh kapasitas tersebut biasanya dilakukan dengan menetapkan standar kemampuan yang tinggi terhadap setiap anggota dan mengembangkan kematangan emosional dan kemampuan pemikiran moral.

3)

Mekanisme Musyawarah

(18)

pihak yang ada dalam organisasi pendidikan tersebut memiliki tanggung jawab dalam memajukan organisasi.

Dalam hal penerapan kepemimpinan demokratik, seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus mampu menghubungkan tujuan sekolah dan memaksimalkan kreativitasnya. Karena dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan sekolah.

Menurut DEPDIKNAS (dalam Sagala 2000:163) menegaskan bahwa seorang pemimpin organisasi pendidikan harus dalam hal penetapan kebijakan perlu dilaksanakan dengan demokratis, dengan :

- Melibatkan semua pihak baik guru maupun orang tua siswa, sehingga dengan keterlibatan ini para guru dan orang ua siswa akan merasa mempunyai andil terhadap maju mundurnya sekolah.

- Membentuk tim-tim khusus pada tingkat sekolah yang kemudian diberi wewenang untuk mengambil keputusan dalam hal yang berkaitan dengan tugasnya guna mengatasi berbagai kesulitan yang dianggap spesifik seperti halnya kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya.

- Menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang dapat membantu pencapaian tujuan sekolah.

Segala aktivitas di sebuah organisasi pendidikan dalam mengelompokkan, menyusun dan mengatur berbagai macam pekerjaan dibutuhkan sikap demokratis guna mencapai tujuan organisasi. Aktivitas itu dilakukan secara tertib dan teratur dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini yang menjadi pusat perhatian bukan hanya moral pemimpin (kepala sekolah) namun pengabdiannya dan ketersediaannya dalam bekerja keras.

(19)

tanpa pengendalian, pengarahan, serta kerja sama dengan kepala sekolah. Dengan kata lain factor partisipasi sangat berpengaruh dalam pencapaian kesuksesan sekolah, semakin banyak partisipasi semua pihak dalam setiap kegiatan sekolah semakin dinamis pula kondisi sekolah. Seorang guru dalam melaksanakan proses pengajaran ataupun menjalankan tugasnya harus mampu berinteraksi dengan kepala sekolah guna pemberian arahan atas segala kebijakan yang telah ditetapkan.

Menurut Goleman (dalam Arfan & Masaong 2011:188) gaya kepemimpinan ini sangat baik jika kepala sekolah menginginkan persetujuan, membangun rasa hormat, dan membangun komitmen. Dengan meluangkan waktu yang ada seorang kepala sekolah dapat mendengarkan segala pendapat ataupun masukan dari semua pihak untuk mencapai tujuan sekolah, maka akan meningkatkan moral kepala sekolah dan dampaknya menghasilkan suasana yang kondusif di lingkungan sekolah.

Seorang pemimpin seperti ini akan menciptakan perasaan semua pihak bahwa ia sebagai pemimpin dapat mendengarkan dengan sepenuh hati segala bentuk kepedulian semua pihak. Kunci pemimpin yang demokratis adalah sebagai komunikator terbaik, artinya mampu menjadi pendengar dan mendengar segala kepedulian. Seorang pemimpin yang demokratis pula dapat sebagai kolaborator yang sejati, artinya dapat bekerja bukan hanya sebagai pemimpin yang hanya memosisikan sebagai atasan, namun dapat bekerja sebagai anggota kelompok. Selain itu, pemimpin seperti ini dapat menegtahui bagaimana cara meredakan permasalahan yang terjadi dalam sekolah dan menciptakan suasana yang harmonis diantara semua pihak. Agar tercipta suatu umpan balik yang bermanfaat, seorang kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpina demokratis ini harus dapat bersifat terbuka terhadap segala sesuatu baik itu buruk maupun tidak.

(20)

bawahannya untuk dapat mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Bahkan seorang kepala sekolah yang demokratik tidak akan ditakuti oleh para stafnya dan tidak akan takut membiarkan para bawahannya berpendapat meskipun ada kemungkinan bahwa pendapatnya salah.

Dengan sepenuh hati ia mendengarkan segala pendapat, saran, dan bahkan kritikan dari orang lain. Dan jika bawahannya melakukan kesalahan, seorang kepala sekolah yang demokratik tidak akan memarahi atau bahkan menghukumnya, tapi Ia berusaha meluruskannya sedemikian rupa sehingga bawahan tersebut belajar dari kesalahannya itu. Sehingga bawahannya akan menjadi orang yang akan bertanggung jawab. Kemudian yang dapat dapat diterapkan lagi yakni pemebrian penghargaan dapat dilakukan oleh seorang kepala sekolah yang demokratik kepada stafnyayang berprestasi, maupun kepada siswanya yang berprestasi tinggi. Penghargaan itu dapat akan dapat menjadi nilai tambah dalam penerapan kepemimpinan ini dalam hal menunjukkan bahwa kerja yang ditunjukkan oleh staf bisa lebih tinggi dari kemampuannya sendiri.

Penerapan kepemimpinan yang demokratis dengan membuka kerjasama dan partisipasi berbagai stakeholder di lingkungannya, yaitu orang tua, instansi terkait, dan alumni dalam penyelenggaraan pendidikan. Dapat dilihat pada setiap kerja sama yang dilakukan dengan orang tua siswa, seperti donatur dalam menunjang kegiatan dan sarana sekolah. Kerjasama dengan instansi terkait antara lain : kerjasama dengan sekolah-sekolah sekitar, baik negeri dan swasta, dan lain sebagainya.

(21)

Nilai-nilai kemanusiaan yang akan membedakan pemimpin yang demokratik dari tipe-tipe pemimpin lainnya. Dengan demikian seorang pemimpin pendidikan yang demokratik memperlakukan organisasi sebagai wahana untuk mencapai tujuan sekolah bersama. Pendekatan yang manusiawi bukanlah merupakan kelemahan, melainkan sebagai salah satu sumber kekuatan pemimpin pendidikan yang demokratis. Karena dengan sikap yang demikian maka seorang kepala sekolah dapat mencapai tujuan sekolah dengan baik.

Peranan seorang pemimpin pendidikan yang demokratis oleh nilai-nilai yang dianut dalam peningkatan usahanya menjadi pemimpin yang efektif. Pemimpin yang demokratis selalu memperlakukan seluruh anggota organisasinya dengan cara-cara yang manusiawi. Singkatnya, seorang pemimpin pendidikan yang demokratik itu selalu melihat bahwa dalam setiap perbedaan-perbedaan yang merupakan kenyataan hidup yang wajar dimiliki oleh setiap anggota organisasi, sehingga harus terjamin kebersamaan di setiap komponen organisasi atau sekolah.

3. Penutup 3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain (bawahan) agar mau bekerja sama ataupun taat terhadap segala perintah yang dikeluarkan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan dalam suatu kepemimpinan mencakup pemberian dorongan, motivasi, dan pengarahan terhadap bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sepenuh hati. Sedangkan kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk mengerakkan pelaksana pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

(22)

keterampilan dalam memimpin, keterampilan dalam hubungan manusiawi, keterampilan dalam proses kelompok, keterampilan dalam administrasi, dan keterampilan dalam menilai

Kepemimpinan demokratis merupakan kepemimpinan yang selalu mengutamakan mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Selalu bekerja sama dengan bawahannya, dan memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk peningkatan kerja sehingga tercipta keharmonisan di dalam organisasi tersebut. Seorang pemimpin yang demokratik selau bersikap merakyat dengan seluruh anggota organisasi.

Namun, kepemimpinan demokratik memiliki kelemahan dalam hal pengambilan keputusan, karena terdapat kesulitan dalam menetapkan kebijakan yang disebabkan banyaknya pendapat dan masukan sehingga akan dapat memungkinkan kesulitan dalam proses penetapan kebijakan ataupun pengambilan keputusan.

Dalam hal penerapan kepemimpinan demokratis dapat dilakukan oleh seorang kepala sekolah sebagai pemimipin organisasi sekolah. Dimana dalam setiap kebijakan yang ditetapkan harus dapat dimusyawarakan dengan pihak-pihak yang terkait, baik itu para guru dan tata usaha, maupun orang tua siswa. Sehingga dapat tercipta suasana yang kondusif dan harmonis diantara semua pihak. Untuk menjadi pemimpin yang demokratis harus dapat mengoptimalkan segala bentuk kecerdasan yang dimilikinya, baik kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, maupun yang terpenting kecerdasan emosional.

Seorang pemimpin organisasi sekolah dalam hal ini adalah kepala sekolah dapat mendelegasikan keuasaan dan wewenangnya kepada para tenaga kerja, seperti kepada wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang mengatur segala permasalahan mengenai siswa maupu kepada wakil kepala sekolah kurikulum yang mengatur semua yang berhubungan dengan proses kegiatan belajar mengajar.

(23)

lingkungan sekolah, baik itu lingkungan internal dan eksternal, seperti siswa, guru, tata usaha, maupun orang tua siswa.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Arfan & Masaong, A.K. 2011. Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence. Penerbit Alfabeta : Bandung

Siagian, S. Edisi kedua, 1991. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Rineka Cipta: Jakarta

Wahab, A.A. 2006. Anatomi Organisasi Dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

untuk Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, semoga laporan ini.. dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi

Listwise deletion based on all variables in the procedure.. Listwise deletion based on all variables in

MASJID NURUL BAYAN MASJID BAITURRAHIM MASJID NURUL HIKMAH MASJID AL- HILAL.

Telah diselidiki pengaruh annealing terhadap sifat listrik untuk mempelajari kestabilan termal, pengaruh lapisan interface, dan reaksi oksidasi pada AlGaN yang ditumbuhkan

Penelitian dengan judul pengaruh model pembelajaran Kreatif-Produktif terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X pada pembelajaran biologi di SMA Negeri 2

Pembaruan dalam hukum Islam di Indonesia ini tidak hanya dalam bidang peribadatan/keagamaan ( diyâni ) melalui fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga hukum Islam masing-masing

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan. © Didi Sukyadi 2004

Terapi humor yaitu stimulasi dalam bentuk video yang berhubungan dengan hal humor/lucu yang diberikan pada mahasiswa semester empat PSIK FK UH yang