• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah un (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah un (1)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DAN DAERAH

UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DAERAH

2015

SUGENG BUDIHARSONO

BOGOR

(2)

1 1. Pendahuluan

Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah (Local and Regional Economic

Development) yang pendekatannya berfokus kepada pemanfaatan dan optimalisasi

sumberdaya dan kompetensi daerah dalam menggerakkan perekonomian daerah untuk

mengatasi persoalan kemiskinan, pengangguran dan menciptakan pembangunan

berkelanjutan menemukan momentumnya di tengah arus ekonomi global. Strategi

pengembangan ekonomi daerah yang tepat diharapkan mampu menemukenali dan

menggali potensi ekonomi produktif yang berdaya saing (knowledge based economy)

sekaligus berbasis sumber daya daerah (local resources based economy).

Pengembangan ekonomi daerah yang ada saat ini masih berbasis ideologi

ekonomi tradisional. Pengembangan ekonomi daerah yang baik, seyogyanya

mengadopsi pengembangan ekonomi lokal, yaitu: pendekatannya kewilayahan,

pendekatan dari bawah, membangun kemitraan dan memanfaatkan potensi lokal.

Pada Tabel 1 disajikan perbedaan antara Pengembangan Ekonomi Lokal dan Ekonomi

Tradisional (Rodriguez-Pose, 2002).

Tabel 1. Pengembangan Ekonomi Lokal dan Ekonomi Tradisional

Pengembangan Ekonomi Lokal juga berbeda dengan pemberdayaan masyarakat

(3)

2

Ekonomi Lokal dengan pemberdayaan masyarakat disajikan pada Tabel 2

(Rodriguez-Pose, 2002)..

Tabel 2. Perbedaan antara Pengembangan Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat

2. Mengapa PELD Penting bagi Nasional dan Daerah

Secara nasional PELD penting, hal ini dikarenakan ada beberapa alasan utama,

antara lain adalah:

 Perekonomian daerah adalah bagian integral dari perekonomian nasional, sehingga apabila kinerja perekonomian daerah bagik maka secara agregat,

kinerja perekonomian nasional pun akan baik juga.

 Sesuai dengan kerangka Kebijakan Desentralisasi & Otonomi daerah, bahwa PELD adalah urusan pilihan daerah

 Wilayah Indonesia luas dengan kondisi dan potensi unggulan daerah yang beragam, oleh karena itu:

o potensi ekonomi lokal akan lebih efektif dan efisien jika dikelola oleh

Daerah.

o Keberagaman dapat menciptakan “mozaik” yang indah bila dikelola dg

(4)

3

 PEL merupakan kebutuhan/strategi nasional dlm rangka meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing daerah maupun nasional.

 PEL menggunakan pendekatan kewilayahan & bottom-up  dpt menjadi koreksi atas pendekatan sektoral.

 Mayoritas pelaku usahanya adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Jumlah UMKM pada tahun 2012 adalah 56,5 juta atau 99,9% jumlah usaha dan

sebagian besar berbasis sumber daya lokal. Sehingga PEL dapat mengatasi

masalah ketenagakerjaan & kemiskinan, serta meningkatkan ketahanan

ekonomi nasional.

Bagi daerah PELD sangat penting karena:

 Peningkatan kesempatan berusaha. Pengembangan ekonomi lokal dan daerah yang berbasis kepada komoditi unggulan lokal maka akan meningkatkan

kesempatan berusaha bagi masyarakat lokal maupun investor.

 Penyerapan tenaga kerja. Pembangunan ekonomi lokal dan daerah akan memberikan upah yang lebih baik, manfaat, dan peluang untuk maju bagi para

pekerja.

 Retensi Bisnis. Bisnis merasa dihargai oleh masyarakat dan, pada gilirannya, lebih masyarakat akan cenderung untuk tinggal di daerah tersebut, dan akan

memberikan memberikan kontribusi bagi perekonomian daerah tersebut.

 Diversifikasi Ekonomi. Basis ekonomi yang beragam akan membantu memperluas pengembangan ekonomi lokal dan mengurangi kerentanan

masyarakat untuk satu bidang usaha.

 Swasembada. Basis ekonomi yang lebih kuat berarti pelayanan publik tidak terlalu bergantung kepada pengaruh antar pemerintah dan aliansi, yang dapat

berubah kebijakannya pada setiap pemilihan kepala daerah.

 Peningkatan Basis Pajak dari Dunia Usaha dan Masyarakat. Peningkatan kesempatan berusaha dan bekerja akan meningkatakn pendapatan masyarakat

dan dunia usaha yang disebabkan oleh pembangunan ekonomi, peningkatan

dan pemeliharaan infrastruktur lokal, seperti jalan, energy, pendidikan dan

kesehatan.

(5)

4 kesejahteraan ekonomi bagi seluruh masyarakat, termasuk standar kualitas

hidup masyarakat.

 Pengakuan Produk Lokal. Pembangunan ekonomi lokal yang sukses sering terjadi ketika barang yang diproduksi secara lokal dikonsumsi di pasar lokal,

nasional maupun internasional.

 Peningkatan Daya Saing. Pengembangan ekonomi lokal dengan fokus pengembangan komoditi unggulan daerah dalam bentuk klaster dapat

meningkatkan daya saing daerah dalam rangka menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015.

3. PELD dan Daya Saing Daerah

Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi,

politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain–lain. Dewasa ini,

perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai

bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu

globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentunya

membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia.

Salah satu bentuk nyata dari globalisasi ekonomi adalah pasar bebas. Dalam

kaitannya dengan hal Indonesia telah menandatangani beberapa pasar bebas, antara

lain adalah CAFTA (China ASEAN Free Trade Assosiation) atau ACFTA (

ASEAN-China Free Trade Agreement), AIFTA (ASEAN India Free Trade Assosiation) dan AEC

(ASEAN Economic Community). Pada akhir tahun 2015, dimulainya Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA). MEA adalah bentuk integrasi ekonomi regional yang

direncanakan mulai berlaku pada tahun 2015 bagi negara-negara ASEAN. Dengan

pencapaian tersebut, maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi

dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran

modal yang lebih bebas. Konsekuensinya kita bersaing dengan produk barang dan jasa

dari negara-negara ASEAN di negara kita sendiri maupun di pasar negara-negara

ASEAN lainnya dan semua ini kata kuncinya adalah DAYA SAING (competitiveness).

Definisi daya saing adalah Competitiveness as the set of institutions, policies, and

factors that determine the level of productivity of a country (Schwab and Porter, 2007).

Pendefinisian daya saing tergantung dimana lokasi daya saing tersebut didefinisikan,

(6)

5 konsep daya saing tersebut, muncul konsep daya saing daerah, yang mendapatkan

perhatian yang besar pada beberapa tahun terakhir, hal ini disebabkan karena daerah

merupakan kunci dalam organisasi dan tata kelola pertumbuhan ekonomi dan

penciptaan kesejahteraan. Menurut Meyer-Stamer (2003), daya saing daerah

didefinisikan sebagai kemampuan suatu wilayah untuk meningkatkan pendapatan

yang tinggi dan penghidupan masyarakat yang ada dalam wilayah tersebut pada

standar kehidupan yang tinggi. Sedangkan Huggins (2003) menyatakan bahwa daya

saing daerah yang sejati hanya terjadi ketika pertumbuhan berkelanjutan dicapai pada

tingkat tenaga kerja yang meningkatkan standar kehidupan.

Indonesia diperkirakan belum mampu memaksimalkan pasar Negara-negara

tetangganya karena permasalahan daya saing produk ekspor dalam negeri (tidak hanya

dalam sektor barang namun juga jasa) terutama pada aspek supply-driven terkait dengan

permasalahan produksi di dalam negeri. Pada Tabel 3 disajikan peringkat daya saing

dan kemudahan berusaha (doing business) di negara-negara ASEAN. Dari segi daya

saing, Indonesia masih jauh di bawah Thailand, Malaysia apalagi Singapura.

Demikian juga dengan kemudahan berusaha, hanya sedikit di atas Kamboja dan jauh

sekali berada di bawah negara-negara Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan

Indonesia. Namun demikian, dari segi investasi, Indonesia berada pada peringkat

ketiga di bawah Singapura, walaupun Thailand dan Malaysia, mulai menyusul. Pada

Tabel 4 disajikan Foreign Direct Investment Inflow di Negara-negara ASEAN 2010-2013.

Tabel 3. Peringkat Daya Saing dan Kemudahan Berusaha di Negara-negara ASEAN 2014

No Negara Daya Saing*) Kemudahan Berusaha **)

(7)

6 Tabel 4. Foreign Direct Investment Inflow di Negara-negara ASEAN 2010-2013

No Negara FDI Inflow (Juta US Dollar)

Sumber: UNCTAD. 2014. World Investment Report 2014

Kondisi daya saing dan inovasi Indonesia yang masih belum baik tentunya

merupakan cerminan dari kondisi pengembangan ekonomi lokal dan daerahnya

(PELD). Hal ini tercermin dari program-program yang dikembangkan oleh

kementerian/lembaga dan pemerintah daerah masih baru bertumpu kepada

pengembangan sumber daya alam dan belum berdasarkan kreatifitas dan inovasi serta

hanya berpendekatan supply-side strategy yang tidak dibarengi dengan demand-side

strategy. Selain itu pelaksanaan program-program oleh kementerian/lembaga dan

pemerintah daerah serta stakeholder lainnya (donor, dunia usaha dan LSM) juga masih

belum berjalan secara terpadu sehingga belum dapat mendorong daya saing baik daya

saing produk maupun daya saing daerah.Padahal PELD sesungguhnya merupakan

strategi pengembangan kapasitas dan potensi daerah berbasis pengetahuan dan sumber

daya lokal dengan memperhatikan aspek pasar.

Daya saing nasional secara agregat ditentukan oleh daya saing daerah. Oleh

karena itu pertumbuhan ekonomi nasional tidak lepas dari kinerja perekonomian

daerah. Sehingga kinerja perekonomian daerah dapat diukur dalam konteks daya saing

daerah. Menurut Lengyel (2007) bahwa faktor-faktor yang menentukan daya saing

daerah daya saing daerah ada dua, yaitu faktor langsung dan tidak langsung.

Faktor-faktor pembangunan merupakan Faktor-faktor langsung dan jangka pendek yang dapat

mempengaruhi output ekonomi (PDRB), produktivitas tenaga kerja maupun laju

penduduk yang bekerja. Sedangkan pengaruh tidak langsung yang mempengaruhi

daya saing daerah dan dalam jangka panjang antara lain adalah factor sosial, ekonomi,

lingkungan dan proses budaya. Pada Gambar 1 disajikan model piramida daya saing

(8)

7 Gambar 1. Modifikasi Model Piramida Daya Saing Daerah Imre Lengyel

Daya saing daerah atau daya saing negara berdasarkan input untuk

pembangunan ekonominya, menurut Porter, dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: (1)

Factor driven, (2) efficiency driven dan (3) innovation driven. Pada Gambar 2.

disajikan tahapan pembangunan suatu negara/daerah berdasarkan keunggulan

kompetitifnya. Menurut Lengyel, berdasarkan hal penggolongan di atas, daerah dibagi

menjadi tiga, yaitu: (1) Neofordist region (factor-driven phase), (2) knowledge transfer

region (investment-driven phase), dan (3) Knowledge creation region (innovation-driven

phase). Keunggulan yang sejati hanya pada knowledge creation region, karena benar-benar

mengandalkan inovasi. Inovasi adalah pelaksanaan dari suatu kreatifitas. Pengembangan

industri yang berbasis kreatifitas disebut sebagai industri kreatif. PELD

(9)

8 Gambar 2. Tahapan Pembangunan Daerah Menurut Tingkat daya Saingnya

Strategi mikro untuk dapat meningkatkan daya saing daerah adalah melalui

pendekatan klaster usaha. Menurut Porter (2000), peta ekonomi dunia saat ini

didominasi oleh klaster. Sebuah klaster memungkinkan setiap perusahaan yang ada di

dalamnya untuk mendapatkan keuntungan seolah-olah memiliki skala yang lebih

besar atau seolah-olah itu telah bergabung dengan perusahaan lain tanpa

mengorbankan fleksibilitas. Beberapa manfaat adanya klaster bagi perusahaan secara

ekonomi adalah sebagai berikut: (1) Klaster meningkatkan produktivitas perusahaan.

Persaingan modern tergantung pada produktivitas, bukan pada akses ke input atau

skala usaha individu. Produktivitas terletak pada bagaimana perusahaan bersaing,

bukan bersaing hanya pada bidang tertentu; (2) Klaster mendorong dan memacu

inovasi, yang menyokong pertumbuhan produktivitas. Pada Gambar 3 disajikan

hubungan antara produktivitas dan inovasi; dan (3) Klaster dapat merangsang

(10)

9 Gambar 3. Hubungan antara Inovasi dan Daya Saing

Pada masa kini, perusahaan-perusahaan tidak lagi menghadalkan inovasinya

dikerjakan oleh perusahaan sendiri, namun bergantung kepada lembaga perguruan

tinggi dan lembaga-lembaga penelitian. Selain itu dukungan dari pemerintah sangat

diperlukan agar dapat menstabilkan hubungan antara dunia usaha dan lembaga

perguruan tinggi/lembaga penelitian. Oleh karena itu, agar dunia usaha percaya dan

dapat mengimplementasikan hasil penelitian dari perguruan tinggi/lembaga riset,

seyogyanya penelitiannya merupakan penelitian terapan. Pada Gambar 4 disajikan

hubungan antara pemerintah, dunia usaha dan perguruan tinggi/lembaga penelitian

dalam menghasilkan inovasi. Hubungan ketiga lembaga tersebut disebut juga dengan

(11)

10 Gambar 4. Hubungan antara Pemerintah, Dunia Usaha dan Perguruan

Tinggi/Lembaga Penelitian dalam menghasilkan Inovasi

4. Membangun Region Brand

Globalisasi menyebabkan produk barang dan jasa tertentu yang ditawarkan oleh

suatu wilayah relatif sama dalam desain, kualitas, harga dsb dengan barang dan jasa

tertentu yang ditawarkan oleh daerah lainnya baik dalam suatu negara maupun dari

negara lainnya. Oleh karena itu perlu sesuatu yang unik dan berbeda untuk

meningkatkan daya saing (competitive advantage) dari barang dan jasa yang

diproduksi/ditawarkan dari suatu daerah. Salah satu cara agar produk barang dan jasa

dari suatu berbeda dengan daerah lainnya adalah melalui nation/region branding.

Definisi Nation/Region Branding adalah pembentukan citra (secara internal dan

eksternal) untuk negara atau daerah atau beberapa daerah berdasarkan nilai-nilai dan

persepsi yang positif dan relevan. Menurut Anholt (2005) ada 6 faktor yang

mempengaruhi nation branding, yaitu: ekspor, pariwisata, tata kelola, investasi dan

(12)

11 dengan istilah Heksagonal Nation Brand. Secara skematis pada Gambar 5 disajikan

Heksagonal Nation Branding dari Simon Anholt.

Pariwisata merupakan salah satu aspek yang sangat membantu dalam

memasarkan merk nasional (national brand) di dunia, karena pariwisata merupakan

salah satu perwujudan visual yang nyata dari suatu negara dan dapat menggambarkan

citra suatu negara. Pengelolaan pariwisata yang baik akan akan berdampak terhadap

kinerja lain dari suatu negara, misalnya para investor akan menginvestasikan modalnya

pada suatu negara karena tertarik dengan pengelolaan pariwisatanya. Pada banyak

negara berkembang, seringkali produk yang dijualnya tidak mempunyai merk. Oleh

karena itu ekspor dengan brand sangat potensial dalam membentuk pencitraan negara

secara berkelanjutan. Unsur tata kelola ini khususnya menyangkut kecerdasan politik

menjadi elemen tersulit untuk dikontrol. Tetapi elemen ini mempunyai dampak yang

kuat terhadap kelima elemen hexagon lainnya. Unsur manusia ini menyangkut seluruh

komponen penduduk (tidak hanya diplomat, artis, dan politikus) yang dapat menjadi

duta negara dengan membawa segala keunikan dan kebaikan negaranya baik di dalam

negeri maupun saat di luar negeri.

Banyak kasus menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat di abad ini terjadi

karena beberapa wilayah menjadi magnet bakat, investasi dan kegiatan bisnis. Brand

wilayah yang tepat dan kuat dapat menciptakan preferensi positif dan

menempatkannya pada daftar wilayah yang patut diperhatikan. Budaya dan warisan

seringkali dikenal dengan baik tetapi tidak dapat disalurkan secara efisien menjadi nilai

Nation

(13)

12 tambah yang bernilai jual. Elemen ini menawarkan dimensi ketiga yang mencitrakan

kekayaan, martabat, kepercayaan, dan respek dari negara lain serta kualitas hidup bagi

yang tinggal di dalamnya.

Berbeda dengan Anholt, Mihalache dan Vukman (2005) mengganti unsur Tata

Kelola dengan Kebijakan Dalam dan Luar Negeri. Saya setuju dimasukkan unsur

kebijakan luar negeri, karena suatu negara yang berdaulat harus mempunyai kebijakan

luar negeri yang bebas dan aktif serta independen, tidak membebek pada suatu negara

besar. Suatu negara yang terlalu condong kepada negara besar, malah dianggap

sebagai negara yang lemah. Namun saya tidak setuju bahwa adanya unsur kebijakan

luar negeri ini mengganti unsur Tata Kelola, karena unsur tata kelola sangat penting

dalam membuat suasana yang baik, khususnya dalam hal pelayanan perizinan,

penyediaan sarana dan prasarana dasar dan pelayanan publik lainnya. Amine dan

Chao mencoba menkombinasikan antara Anholt dan Mihalache dan Vukman, namun

menghilangkan unsur sumber daya manusia dan tata kelola, sehingga hanya ada unsur

pariwisata, ekspor, kebijakan luar negeri, dan budaya. Karena hanya lima unsur maka

disebut dengan Pentagonal Nation Branding.

Menurut pendapat saya, ide menambahkan unsur kebijakan luar negeri itu

bagus, namun tidak menghilangkan unsur tata kelola. Selain itu, menurut pendapat

saya, masih ada hal yang sangat penting lainnya, malah belum dimasukkan ke dalam

unsur yang mempengaruhi nation branding, yaitu unsur kepempimpinan. Berdasarkan

pengalaman, negara-negara yang memiliki pemimpin dengan kepemimpinan yang kuat

mampu membentuk nation brandingnya dengan baik. Contoh yang paling bagus

adalah Deng Xiao Ping yang mampu membawa negara Cina dari Negara Tirai Bambu

yang dipandang sebelah mata, menjadi negara super power. Demikian juga dengan

Perdana Menteri Manmohan Singh, mampu menjadikan negara India menjadi negara

yang maju dan disegani di dunia. Di lingkungan negara-negara ASEAN, Mahathir

Muhammad mampu menjadikan negara Malaysia menjadi negara industri maju dan

modern. Untuk pemimpin daerah di Indonesia yang dapat membawa daerahnya

menjadi daerah yang maju antara lain adalah Fadel Muhammada dari Provinsi

Gorontalo, Hugua dari Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Untung dari

Sragen, Jawa Tengah dan I Gde Winasa dari Jembrana, Bali. Jadi menurut pendapat

saya, yang mempengaruhi nation branding itu ada delapan, yaitu: kepemimpinan,

(14)

13 dan manusia. Karena ada delapan unsur dan satu sama lain saling berkaitan maka

disebut dengan Oktagonal Merk Negara (Nation Brand Octagon). Secara skematis pada

Gambar 6 disajikan Oktagonal Merk Negara (Budiharsono, 2010).

Unsur-unsur pembentuk merk daerah berbeda dengan merk nasional, yaitu

hanya 6 unsur. Daerah tidak mempunyai kebijakan luar negeri, demikian juga unsur

pariwisata merupakan bagian yang diekspor, karena dapat merupakan produk

unggulan dari daerah tersebut. Karena hanya ada enam unsur maka disebut dengan

Heksagonal Merk Daerah (Region Brand Hexagon). Secara skematis pada Gambar 7

disajikan Heksagonal Merk Daerah (Budiharsono, 2010).

MERK

DAERAH

Ekspor

Tata Kelola

Investasi Budaya dan Warisan

Manusia

Kepemimpinan

Gambar 7. Heksagonal Merk Daerah Ekspor

Tata Kelola

Investasi Budaya dan Warisan

Manusia

Kepemimpina n

Gambar 6. Oktagonal Merk Negara

Kebijakan Luar Negeri Pariwisata

(15)

14 5. Tahapan Pengembangan Ekonomi Lokal

Tahapan pengembangan ekonomi lokal dan daerah terdiri dari 5 tahap, yaitu:

1. Pembentukan dan Penguatan Forum Stakeholder PELD

2. Kajian komoditi unggulan dan kawasan

3. Penyusunan rencana dan anggaran.

4. Pelaksanaan PELD melalui klaster dan region branding

5. Monitoring dan Evaluasi.

Secara skematik tahapan pengembangan kawasan Minapolitan disajikan pada Gambar

8.

Gambar 8. Tahapan PELD

Proses PELD adalah proses multistakeholder, oleh karena itu hal pertama yang

harus dilakukan adalah membangun komitmen dari seluruh stakeholder yang terlibat,

(16)

15 Komitmen yang kuat dari kepala daerah dalam proses PELD, yang diimplementasikan

terutama dengan adanya program/kegiatan serta anggarannya setiap tahunnya dalam

rentang waktu yang lama. Selain komitmen, juga diperlukan kepemimpinan yang

kuat (strong leadership) dari kepala daerah. Dengan dibangunnya komitemen tersebut,

nantinya akan terjalin kepercayaan (trust) diantara stakeholder yang terlibat.

Selanjutnya keterlibatan pemerintahan daerah (ekskutif dan legislative), dunia usaha

dan organisasi masyarakat madani (akademisi, LSM dll) dapat dikukuhkan dalam

suatu organisasi kemitraan yang disebut Forum Stakeholder PELD. Pembelajaran

yang baik dari forum stakeholder PELD tersebut dapat dilihat dari forum stakeholder

PELD yang sudah ada di aras kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang disebut

FEDEP (Forum for Economic Development and Employment Promotion).

4.1. Pembentukan dan Penguatan Forum Stakeholder di aras Kabupaten/Kota

Berdasarkan pengalaman pembentukan forum stakeholder PELD di daerah,

maka ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:

 Identifikasi stakeholder kunci yang terlibat dalam dilakukan dengan menggunakan analisis stakeholder sehingga akan diperoleh stakeholder

kunci yang akan terlibat dalam Forum Stakeholder, kegiatan ini biasanya

diinisiasi oleh Bappeda dengan melibatkan stakeholder lainnya. Hal yang

paling penting agar forum ini dapat berjalan dengan baik adalah adanya local

champion, yaitu stakeholder yang dapat menggerakan dan memotivasi forum

tersebut untuk dapat berjalan dengan baik.

 Setelah diketahui stakeholder kunci yang terlibat dan local champion, Bappeda setempat menginisiasi pembentukan Forum Stakeholder.

 Perlu pendampingan dalam proses pembentukan maupun penguatan Forum Stakeholder.

 Organisasi ini tidak harus dipimpin oleh birokrat tapi bisa juga dari dunia usaha, karena kalau yang memimpin birokrat, maka akan terjadi ewuh

pakewuh dengan kepala daerah. Seyogyanya sebagian besar anggota (lebih

dari 50 %) anggotanya berasal dari dunia usaha (pelaku usaha yang terlibat

langsung, asosiasi bisnis dan perbankan), sisanya baru dari pemerintahan

daerah, akademisi, LSM tokoh masyarakat, media masa dan pegiat seni

(17)

16 Fungsi forum stakeholder PELD di aras kabupaten/kota ini sangat penting, hal

ini dikarenakan forum tersebut berfungsi sebagai berikut:

Memberikan rekomendasi kepada kepala daerah atau daerah mengenai:  Penguatan UMKM

 Penguatan klaster usaha

 Penguatan dunia usaha agar memiliki jejaring bisnis dengan mitra lainnya baik di aras nasional maupun internasional

 Optimalisasi layanan public dari pemerintah daerah kepada pelaku usaha  Meningkatkan usaha untuk mencipkatakan iklim bisnis yang kondusif.  Meningkatkan kinerja sektor public

 Mempromosikan dan meningkan pemasaran produk-produk unggulan dari daerah tersebut.

Meningkatkan kemitraan dan kerjasama antar stakeholder yang terlibat dalam

PELD baik dari dunia usaha, pemerintah, akademisi dan yang lainnya.

Meningkatkan kinerja sistem yang ada melalui pendidikan dan pelatihan

(peningkatan kapasitas)

Melaksanakan monitoring dan evaluasi program-program PELD.

Pembiayaan untuk pelaksanaan forum PELD tersebut, berdasarkan pengalaman

dari Provinsi Jawa Tengah berasal dari Pemda dengan besaran dari Rp 50 juta sampai

100 juta/tahun. Pembiayaan merupakan insentif untuk pelaksanaan rapat-rapat dan

dikelola oleh PEMDA (swa kelola).

4.2. Penentuan Komoditi Unggulan

Tahap ini meliputi kegiatan pengumpulan data dan informasi dan analisis data.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan secara partisipatif baik di tingkat

masyarakat maupun di tingkat birokrasi dan dunia usaha. Analisis data meliputi

analisis rantai nilai (value chain analysis) dan analisis pengembangan wilayah serta

analisis RALED. Untuk menentukan komoditi unggulan dapat digunakan Analisis

Location Quotient (LQ) atau Revealed Comparative Advantage (RCA). Sedangkan untuk

mengetahui kondisi komoditi unggulan dari hulu ke hilir menggunakan Analisis Value

Chain (VCA). Setelah diketahui komoditi unggulan (bisa 1 sampai 3 komoditi unggulan

prioritas), kemudian dilakukan rembug dari forum stakeholder yang sudah dibentuk,

(18)

17 komoditi unggulan ini sangat sulit, karena merasa bahwa daerah mampu mempunyai

banyak komoditi unggulan. Namun sebaiknya dalam menentukan komoditi unggulan

memperhartikan beberapa aspek berikut:

Analisis RALED digunakan untuk menentukan status PELD pada suatu daerah

dan atribut pengungkit (leverage attribute) yang nantinya dijadikan untuk menyusun

Rencana Induk (Master Plan). Sedankan Analisis Pengembangan Wilayah,

khususnya dari segi keruangan dapat menggunakan analisis Sosiogram, Skalogram

dan Sistem Informasi Geografi (SIG)

Mempertimbangkan potensi sumber daya yang ada, yaitu: sumber daya alam,

sumber dalam manusia dan strategisitas lokasi daerah.

Berorientasi kepada permintaan jangka pendek dan jangka panjang. Bukan

hanya untuk pasar lokal, regional, tetapi juga untuk pasar internasional.

Komoditi unggulan yang dipilih harus diintegrasikan dengan sektor lainnya.

Pengembangan komoditi unggulan jangan hanya satu komoditi saja (single

commodity development), namun harus diintegrasikan dengan sektor lainnya

misalnya pariwisata.

4.3. Penyusunan Rencana dan Anggaran

Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan rencana PEL (Klaster) industri kreatif

dan pengintegrasian rencana tersebut ke dalam dokumen perencanaan dan

penganggaran daerah. Dasar penyusunan rencana dan anggaran berdasarkan hasil

analisis VCA, Analisis RALED dan analisis pengembangan wilayah. Rencana yang

akan disusun meliputi: (1) Rencana Induk PELD di aras kabupaten/kota, (2) Rencana

Bisnis dan (3) Rencana Aksi, berdasarkan hasil analisis tersebut dan telah

memperhatikan RTRW Kabupaten serta RPJMD dan Renstra SKPD. Penyusunan

rencana dilakukan secara partisipatif. Hal yang paling penting dalam penyusunan

rencana induk ini adalah bahwa rencana induk (sebaiknya dilegalkan dalam bentuk

Perbup/Perwali, dan sangat baik dalam bentuk Perda) nantinya dijadikan pedoman

dalam penyusunan rencana dan anggaran oleh seluruh SKPD, sehingga rencana induk

ini sebaiknya dapat dintegrasikan dengan dokumen perencanaan dan anggaran daerah

(RPJPD, RPJMD, RENSTRADA dan APBD). Khusus untuk penyusunan rencana

anggaran dalam rencana induk PELD di aras kabupaten/kota ini seyogyanya

(19)

18 dijelaskan tentang program dan kegiatan, volume dan lokasi kegiatan, biaya/anggaran

kegiatan dan penanggungjawab kegiatan, baik dari pemerintah daerah, pemerintah

provinsi, kementerian/lembaga, donor maupun masyarakat madani. Program financial

matrix inilah yang akan dijual kepada stakeholder tersebut. Dalam penyusunan

program financial matriks harus mengundang seluruh stakeholder kunci tersebut, dan

yang diundang adalah orang yang mempunyai otoritas dalam alokasi anggaran

organisasi yang diwakilinya. Dalam program financial matrix yang dimuat bukan hanya

sekadar rencana dan anggarannya tetapi sudah merupakan komitmen dari organisasi

tersebut.

Setiap kegiatan dibuat TOR singkat, dan kemudian dipromosikan kepada

organisasi/lembaga yang tercantum dalam program financial matrix. Diperlukan peran

aktif dari seluruh organisasi pemerintahan yang ada untuk ‘menjemput bola’ kepada

organisasi-organisasi tersebut. Kepada SKPD yang memperoleh dana dari stakeholder

pemberi dana, diberikan insentif seperti di Pemerintah Provinsi Gorontalo.

4.4. Pelaksanaan PELD

Pelaksanaan PELD pada prinsipnya selain memperkuat forum PELD juga

membangun klaster bisnis yang dilakukan oleh seluruh stakeholder kunci, baik oleh

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, donor agency maupun organisasi

masyarakat madani (akademisi, dll). Klaster merupakan konsentrasi geografis

perusahaan dan institusi yang saling berhubungan pada sektor tertentu (A cluster is a

geographically proximate group of interconnected companies and association institution in

particular field, linked by communalities and complementarities, Porter, 1998). Klaster

diharapkan dapat menghilangkan kendala-kendala dan inefisiensi untuk meningkatkan

produktivitas. Koordinasi pelaksanaan sebaiknya dilakukan oleh Forum Stakeholder

atau pengelola klaster agar terjadi keterpaduan dan keharmonisan dalam pelaksanaan

pengembangan kawasan tersebut.

Globalisasi menyebabkan produk-produk yang dihasilkan oleh daerah-daerah lain

dalam suatu negara maupun dari negara-negara lain satu sama lainnya mempunyai

kemiripan dengan harga yang hampir sama. Oleh karena itu agar produk suatu daerah

memiliki keunikan biasanya dibangun suatu citra bahwa daerah yang memproduksi

(20)

19 barang dan jasa yang dihasilkan. Proses tersebut salah satunya dengan cara pemberian

merek daerah (region branding), jadi bukan hanya produk saja yang memiliki merek.

Tahapan pengembangan klaster dan region branding adalah sebagai berikut:

Tahapan pengembangan Klaster:

 Sosialisasi klaster, mulai dari batasan klaster, kelembagaan klaster hingga strategi pengembangan klaster. Hal ini diperlukan agar terjadi kesepahaman

mengenai klaster diantara pelaku usaha, instansi pembina klaster dan

lembaga-lembaga penunjang kegiatan klaster sehingga baik usulan jenis

produk unggulan/sentra dan program pembinaan dapat tepat sasaran

 Mengidentifikasi berbagai produk unggulan daerah/sentra yang akan berpotensi untuk dikembangkan melalui pendekatan klaster

 Melakukan survey ke lapangan untuk kepentingan validasi dan pengumpulan data yang berhubungan kriteria produk unggulan yang dapat dikembangkan

melalui pendekatan klaster; seperti prospek pasar, jumlah pengusaha,

ketersediaan bahan baku, keterkaitan dengan usaha lain

 Evaluasi secara obyektif untuk menentukan kelayakan produk unggulan daerah/sentra yang diusulkan berdasarkan hasil survey

 Menetapkan produk unggulan daerah/sentra yang dapat dikembangkan berbasis klaster.

 Membentuk manajemen klaster, dengan terlebih dahulu mencari local champion yang merupakan penggerak klaster.

 Menyusun AD/ART klaster oleh manajemen klaster  Menyusun rencana bisnis oleh manajemen klaster  Pelaksanaan dan pembinaan klaster

 Pengembangan klaster dapat dilkukan dengan dengan cara jejaring klaster seperti di Klaster Borobudur Jawa Tengah. Pada Gambar 9 disajikan

(21)

20 Gambar 9. Jejaring Klaster Pengembangan Klaster Wisata Borobudur

Tahapan Region Branding

Ada 7 tahapan dalam membangun region branding pada suatu daerah, sebagai

berikut:

 Mengkaji citra kiwari

o Pemerintah memulai proses pembangunan region branding dengan

mengkaji tentang citra bangsa/wilayah saat ini dalam rangka

memperkuat persepsi positif negara/wilayah tersebut dan menyarong

persepsi negatif.

o Sebagai contoh Indonesia perlu memperkuat citra sebagai negara yang

kaya akan sumber daya alam, sangat indah dan eksotis, tenaga kerja

yang melimpah dan murah, sambil menyaring persepsi negatif sebagai

negara sarang teroris, pemalas, negara babu, dlsb.

o Simon Anholt mengusulkan bahwa citra negara/wilayah didasarkan

kepada bagaimana negara/wilayah tersebut dikenal selama ini, siapa

(22)

21  Membentuk kelompok kerja

o Proses membangun region branding merupakan kemitraan antara

publik-swasta dan melibatkan seluruh stakeholder kunci, dengan pemain utama

adalah pemerintah. Stakeholder lain seperti media, pendidik, atlet,

budayawan diajak dalam kelompok kerja ini.

o Hal yang paling utama dalam proses membangun branding ini

melibatkan kepala daerah dan anggota legislatif.

o Proses membangun region branding adalah proses inklusif bukan eksklusif,

tapi kelompok kerja ini harus efektif dan efisien.  Mengidentifikasi daya saing wilayah

Daya saing wilayah dapat diidentifikasi dari hal-hal berikut:

o Natural Endowement: sumber daya alam, lokasi wilayah, sejarah wilayah,

obyek wisata, mentalitas manusianya (pekerja keras, bervisi ke depan,

masyarakat yang santun dan sopan, damai dlsb)

o Aquired Endowment: barang publik, kualitas infrastrukur, tingkat melek

huruf, ketrampilan masyarakat, penguasaan bahasa asing, hukum,

kesehatan, pendidikan, perbankan dlsb.

o Mitigasi Resiko: posisi di tingkat internasional, risiko politik, perjanjian

internasional yang menguntungkan, sejarah kredit dan asuransi yang

tersedia untuk investor dan eksportir.

o Kondisi ekonomi: tingkat pertumbuhan ekonomi , kebijakan ekonomi ,

stabilitas moneter, akses terhadap kredit dan peluang pasar

internasional.

 Mengidentifikasi kelompok sasaran

Menidentikasi kelompok sasaran dari region branding adalah salat satu hal

yang penting. Anholt menyatakan bahwa mengidentifikasi kelompok sasaran

harus sejajar dengan tujuan dari region branding seperti: mitra dagang, pasar

ekspor, sekutu politik , mitra budaya , mahasiswa dan pelaku bisnis. Namun,

penting juga diperhatikan bahwa kelompok sasaran lokal (target internal)

dimasukkan dalam upaya region, karena mereka kemudian akan menjadi

brand ambassador wilayah tersebut, misalnya dalam interaksi mereka dengan

(23)

22  Menentukan pesan utama dan identitas daerah

Suatu bangsa/wilayah tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang di

dunia dan dengan demikian harus mengembangkan pesan khusus yang

ditargetkan pada kelompok sasaran tertentu atau disebut juga dengan pesan

inti. Pesan inti harus jelas, konsisten dan kredibel juga harus sejalan dengan

identitas nasional/wilayah dan harus bermuatan ajakan yang unik dan

berkaitan dengan keunggulan kompetitif bangsa atau wilayah tersebut. Pesan

inti juga harus sejalan dengan aspirasi masyarakat setempat.

Setiap nation/region branding harus memiliki pesan yang jelas dan identitas

yang berbeda. Identitas bangsa/wilayah merupakan sesuatu hal yang

dirasakan oleh kelompok sasaran tentang bangsa/wilayah tersebut. Suatu

negara/wilayah dapat menggunakan sejarah, budaya, pengembangan

teknologinya atau tonggak penting lainnya untuk mengukir identitas unik

untuk dirinya sendiri. Contoh: Mesir dengan Piramidanya, Jepang dengan

mobil kompak dan produk elektroniknya, Jawa Tengah/Yogyakarta dengan

Borobudurnya dlsb. Namun, negara dapat memiliki banyak identitas dan ini

menimbulkan tantangan besar nation branding karena fakta bahwa banyak

identitas dapat menciptakan kebingungan dalam kelompok sasaran,

misalnya, Amerika Serikat mempromosikan identitas dari demokrasi yang

stabil yang mempromosikan perdamaian dan harmoni tapi juga ingin

diidentifikasi sebagai negara adidaya dalam hal kecakapan ekonomi dan

militer.

 Mengkaji kesiapan

Region branding adalah proses yang mahal dan memakan waktu dan

memerlukan visi daerah yang strategis dan perencanaan jangka panjang

rinci. Program region branding pada umumnya memakan waktu antara lima

sampai dengan dua puluh tahun atau sampai berhasil. Hal ini juga penting

bagi otoritas region branding untuk memastikan buy-in dari semua sektor

ekonomi dan masyarakat umum di daerah tersebut dalam rangka untuk

menggalang dukungan yang maksimal. Otoritas region branding harus

memastikan bahwa sumber daya yang memadai harus disediekan untuk

(24)

23  Mengukur kemajuan

Sama seperti proses apapun, setelah mulai menerapkan program region

branding, sangat penting untuk memantau proses untuk memastikan bahwa

semuanya berjalan sesuai rencana. Karena kompleksitas dan faktor-faktor

lingkungan yang selalu berubah, mungkin perlu untuk mengambil tindakan

korektif dalam bentuk penyesuaian program dan anggaran. Monev region

branding misalnya dengan menggunakan Octagonal Branding untuk nation

branding ataupun Hexagonal Branding untuk region branding.

Keuntungan Region Branding

Region branding ini bermanfaat untuk badan promosi daerah, kelompok sasaran

dan masyarakat dari daerah tersebut. Secara rinci manfaat region branding

tersebut sebagai berikut:

Manfaat bagi Badan Promosi Daerah

o Memberikan fokus strategis yang lebih besar berdasarkan memenuhi

kebutuhan , keinginan dan keinginan khalayak kunci .

o Memupuk pendekatan terpadu dan koperasi untuk membangun reputasi

kota dan menciptakan iklim usaha yang makmur dalam kota .

o Menyediakan kerangka kerja pengambilan keputusan untuk membangun

sebuah identitas yang konsisten yang kuat untuk kota di pasar utama dan

menghindari pesan bertentangan dan berubah dan gambar .

o Hasil dalam pengembalian yang lebih tinggi atas investasi ( ROI ) dari

investasi pemasaran .

o Menangkap kekuatan dan kepribadian tempat dalam cara yang

memungkinkan semua pemangku kepentingan untuk menggunakan pesan

yang konsisten dan menarik yang serupa.

o Menyediakan payung pemersatu untuk menciptakan produk dan

pengembangan peluang bisnis kabupaten/kota.  Manfaat untuk Kelompok Sasaran

o Memberikan ketenangan pikiran dengan meningkatkan kepercayaan dan

mengurangi ketidakpastian dalam perencanaan mereka.

(25)

24

o Mencerminkan sesuatu yang baik kepada pelanggan yang berkaitan

dengan wilayah tersebut.

o Menyentuh kebutuhan dan keinginan mereka .

o Memberikan nilai tambah dan manfaat yang dirasakan.

Manfaat Bagi Masyarakat

o Menciptakan fokus pemersatu untuk membantu semua masyarakat, dunia

usaha, dan organisasi nir-laba yang bergantung pada reputasi dan citra

wilayah untuk semua atau bagian dari mata pencaharian mereka.

o Menghasilkan peningkatan penghormatan dan pengakuan dikaitkan

dengan wilayah yang bersangkutan sebagai warga dan pengusaha.

o Mengoreksi hal-hal yang tidak akurat atau persepsi yang tidak seimbang. o Meningkatkan pendapatan stakeholder, margin keuntungan, dan pajak. o Meningkatkan kemampuan untuk menarik, merekrut, dan

mempertahankan orang-orang berbakat.

o Meningkatkan kebanggaan warga.

o Memperluas ukuran " kue pembangunan " bagi stakeholder setempat

untuk mendapatkan bagian yang lebih besar

Monitoring dan Evaluasi

 Monitoring dan evaluasi (Monev) dilakukan secara berkala. Monitoring dilakukan sekurang-kurangnya 3 bulan sekali, sedangkan evaluasi

dilakukan pada akhir tahun.

 Monev dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan stakeholder kunci.  Tindak lanjut dari monev amat penting sebagai bagian perbaikan

pelaksanaan pada masa mendatang.

5. Rencana Aksi Pelaksanaan PELD Selama 5 Tahun

Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah seyogyanya dilaksanakan secara

rinci sejak perencanaannya. Secara rinci rencana aksi pelaksanaan PELD secara

umum selama 5 tahun bagi suatu daerah disajikan pada Tabel 5. Namun, akan lebih

baik pelaksanaan PELD tersebut disesuaikan dengan kondisi sumber daya alam,

(26)

Tabel 5. Rencana Aksi Pelaksanaan PELD

No Kegiatan Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

1. Pembentukan dan Penguatan Stakeholder

a. Identifikasi stakeholder kunci dan local champion

√ √

b. Rapat-rapat/FGD untuk pembentukan forum stakeholder

c. Pembentukan forum stakeholder PELD yang ditetapkan oleh peraturan kepala daerah

d. Penyusunan AD/ART dan rencana kerja selama masa kepengurusan

e. Pelaksanaan rencana aksi dan peran forum

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2. Penentuan Komoditi Unggulan

a. Analisis LQ/RCA √ √

b. Penentuan komoditi unggulan secara partisipatif dan penetapan oleh SK kepala daerah/PERDA

√ √

c. Analisis Rantai Nilai √ √ √

(27)

26

a. Penyusunan Rencana Induk √ √ b. Penyusunan Rencana Bisnis √ √ c. Penyusunan Rencana Aksi √ √ d. Penyusunan Program Financial

Matrix

√ √

e. Penetapan rencana induk berdasarkan SK Kepala Daerah/PERDA

√ √

4. Membangun Klaster

a. Sosialisasi klaster kepada stakeholder terkait

√ √

b. Mengidentifikasi berbagai

produk unggulan klaster √ √

c. Melakukan survey ke lapangan

untuk kepentingan validasi √ √

d. Evaluasi secara obyektif untuk menentukan kelayakan produk unggulan

√ √

e. Menetapkan produk unggulan klaster

f. Membentuk manajemen klaster √ √

g. Menyusun AD/ART klaster √ √

h. Menyusun rencana bisnis √ √

(28)

27 Tabel 5. Lanjutan

No Kegiatan Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

5. Pengembangan Region Branding

a. Mengkaji citra kiwari √ √

b. Membentuk POKJA √ √

c. Identifikasi daya saing √ √

d. Identitifikasi kelompok sasaran √ √

e. Menentukan pesan inti √ √

f. Mengkaji kesiapan √ √

g. Mengukur kemajuan √

h. Peluncuran dan Pemeliharaan

region branding

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5. Monitoring dan Evaluasi PELD

a. Monitoring √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

b. Evaluasi √ √ √ √ √

6. Fasilitasi PELD oleh TA

a. Tenaga Ahli PELD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

b. Pendamping PELD untuk PEMDA dan klaster

(29)

28 Tabel 5. Lanjutan

No Kegiatan Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

7. Pelatihan dan Studi Banding

a. Pelatihan Dasar PELD √

c. Pelatihan VCA dan RALED √ d. Pelatihan Penyusunan Master

Plan

e. Pelatihan Pengembangan Klaster dan Region Branding

f. Pelatihan tentang OVOP/OTOP/Klaster

g. Studi banding ke daerah yang PELD-nya sudah maju seperti di Provinsi Jawa Tengah

h. Studi Banding ke negara-negara tetangga yang pengembangan klaster/OTOP sudah baik misalnya Thailand

i. Pelatihan kerjasama antar daerah dalam bentuk regional management/regional marketing

(30)

Daftar Rujukan

Anholt, Simon. 2005. Three interlinking concepts: Intellectual Property, Nation Branding and Economic Development. WIPO International Seminar on Intellectual Property and Development, Geneva, May 2-3, 2005.

Budiharsono, S. 2010. Pengembangan Ekonomi Lokal Wilayah Cirebon, The Hidden Paradise B ehind The Mask. Makalah Workshop and Action Pembangunan Ekonomi Kota Cirebon Berwawasan Lingkungan pada tanggal 1 Februari 2010 di Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon.

Farinha, L., Ferreira, J. J. (2013). Triangulation of the Triple Helix: A Conceptual

Framework, Triple Helix White Paper.

http://www.triplehelixassociation.org/working-papers/triangulationof-the-triple-helix-a-conceptual-framework-wp-1-2013 7 March 2013

Ketels, C. H. M. and O. Memedovic. 2008. From Clusters to Cluster-based Development. Int. J. Technological Learning, Innovation and Development, Vol. 1, No. 3, 2008, p: 375-392.

Leydesdorff, L. (2011). The Triple Helix, Quadruple Helix, …, and an N-Tuple of Helices: Explanatory Models for Analyzing the Knowledge-Based Economy? Journal of the Knowledge Economy. Doi: 10.1007/s13132-011-0049-4

Lengyel I. 2004: The Pyramid Model: Enhancing Regional Competitiveness in Hungary.

Acta Oeconomica, 54 (3) pp. 323-342.

Porter, M. E. 2000. Location, Competition, and Economic Development: Local Clusters in a Global Economy. Economic Development Quarterly, Vol. 14 No. 1, February 2000, p: 15-34.

Gambar

Tabel 1.  Pengembangan Ekonomi Lokal dan Ekonomi Tradisional
Tabel 2.  Perbedaan antara Pengembangan Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan
Tabel 3.  Peringkat Daya Saing  dan Kemudahan Berusaha di Negara-negara ASEAN 2014
Tabel 4.  Foreign Direct Investment Inflow  di Negara-negara ASEAN 2010-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gunakan bahan yang tidak mudah terbakar seperti vermikulit, pasir atau tanah untuk menyerap produk ini dan.. tempatkan dalam kontainer untuk

Setelah data primer atau data utama pada riset dilakukan, sebagai sarana pendukungnya adalah data bersifat sekunder atau yang kedua, maksudnya adalah bahwa selain data utama,

Isi dari clinical pathway ini didasarkan pada bukti-bukti dasar manajemen praktik terbaik dari stroke, yang telah dibuat berdasarkan pedoman untuk stroke akut,

pada penelitian ini dengan model SCSB adalah ; (1) karena studi ini digunakan untuk obyek penelitian yang lebih spesifik (wisata alam) maka digunakan variabel kualitas layanan

[r]

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh motivassi dan sikap terhadap keputusan memilih dan untuk mengetahui pengaruh minat dalam memoderasi hubungan antara

oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya//Pendidikan tidak dapat

Permasalahan keempat yang teridentifikasi pada obyek penelitian terkait dimensi dan jarak furnishing seperti terlihat pada gambar 7#4 adalah mirip dengan kondisi pada