• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMODELAN DAN MANAJEMEN MODEL - BAB IV PEMODELAN DAN MANAJEMEN MODEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV PEMODELAN DAN MANAJEMEN MODEL - BAB IV PEMODELAN DAN MANAJEMEN MODEL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Penunjang Keputusan Page 29

BAB IV

PEMODELAN DAN MANAJEMEN MODEL

A. Pemodelan dalam MSS.

Salah satu contoh DSS, yaitu dari Frazee Paint, Inc., memiliki 3 jenis model:

1. Model statistik (analisis regresi), digunakan untuk mencari relasi diantara variabel. Model ini merupakan preprogram dalam tool software pengembangan DSS.

2. Model finansial untuk pengembangan laporan pemasukan dan proyeksi data finansial untuk beberapa tahun. Model ini semi terstruktur dan ditulis dalam bahasa

khusus DSS yang disebutdengan IFPS.

3. Model optimasi yang dibuat menggunakan model management science yang disebut pendekatan Linear Programming dalam rangka menentukan pemilihan

media. Untuk menggunakan model ini, DSS perlu antarmuka untuk berhubungan

dengan software yang lain.

Pelbagai aspek dalam pemodelan diantaranya adalah:

# Identifikasi masalah dan analisis lingkungan.

# Identifikasi variabel.

# Perkiraan (forecasting).

# Model.

# Manajemen model.

Di bawah ini adalah tabel pelbagai jenis model:

Category Process and Objective Representative Techniques Optimization of problems Find the best solution from a relatively Decision tables, decision trees with few alternatives small number of alternatives

Optimization via algorithm Find the best solution from a large or Linear and other mathematical

an infinite number of alternatives using programming models, network models

a step-by-step improvement process

Optimization via analytical Find the best solution, in one step, Some inventory models

formula using a formula

Simulation Finding “good enough” solution, or the Several types of simulation best among those alternatives checked,

using experimentation

Heuristics Find “good enough” solution using rules Heuristic programming, expert systems

Other descriptive models Finding “what-if” using a formula Financial modelling, waiting lines

Predictive models Predict future for a given scenario Markov analysis, forecasting models

B. Model Statis dan Dinamis.

# Analisis statis. Model statis mengambil satu kejadian saja dalam suatu situasi. Selama kejadian tersebut semuanya terjadi dalam 1 interval, baik waktunya

sebentar atau lama.Diasumsikan adanya stabilitas disini.

# Analisis dinamis. Model dinamis digunakan untuk mengevaluasi skenario yang berubah tiap saat. Model ini tergantung pada waktu. Dapat menunjukkan tren dan pola

(2)

Sistem Penunjang Keputusan Page 30 C. Certainty, Uncertainty, dan Resiko.

# Model certainty (kepastian). Mudah untuk bekerja dengan model ini dan dapat menghasilkan solusi yang optimal.

# Uncertainty (ketidakpastian). Umumnya memang diusahakan sebisa mungkin menghindari uncertainty ini. Dibutuhkan informasi lebih banyak sehingga masalah

dapat diproses dengan resiko yang dapat dihitung.

# Risk (Resiko). Kebanyakan keputusan bisnis dibuat dibawah asumsi resiko tertentu.

D. Analisis Keputusan dari Sedikit Alternatif.

Pada situasi yang melibatkan sejumlah tertentu dan umumnya tak terlalu banyak alternatif

dimodelkan oleh pendekatan dimana alternatif-alternatif tadi didaftarkan dengan

perkiraan kontribusi potensialnya ke tujuan, dan kemungkinan merealisasikan

kontribusi itu, dalam suatutabel atau graf.

Ada 2 kasus: satu tujuan (single goal) dan banyak tujuan (multiple goals). Kondisi

untuk satu tujuan pendekatannya menggunakan tabel keputusan atau pohon keputusan.

Sedang yang banyak tujuan ada beberapa teknik.

E. Tabel Keputusan.

Terdapat suatu perusahaan investasi yang sedang mempertimbangkan investasi yang akan

dilakukan pada 3 alternatif ini: bonds, stocks, atau certificates of deposit (CDs).

Perusahaan ini hanya mempunyai 1 tujuan – memaksimalkan investasinya setelah 1

tahun kemudian. Jika ia mempunyai tujuan lain seperti keamanan atau

likuiditas, maka masalahnya akan diklasifikasikan ke analisis keputusan berkriteria

banyak (multiple criteria). Hasilnya tergantung pada status ekonomi berikut: solid

growth, stagnation, dan inflation.

Perkiraan hasil pertahun berikut didapat dari seorang ahli:

1. Jika terdapat pertumbuhan ekonomi yang mantab (solid growth), bonds akan

menghasilkan 12 persen; stocks, 15 persen; dan time deposits, 6.5 persen.

2. Jika stagnasi (stagnation) terjadi, bonds akan menghasilkan 6 persen; stocks, 3

persen; dan time deposits, 6.5 persen.

3. Jika inflasi (inflation) terjadi, bonds akan menghasilkan 3 persen; stocks akan

rugi 2 persen; dan time deposits menghasilkan 6.5 persen.

Alternative Solid Growth Stagnation Inflation

Bonds 12.0% 6.0% 3.0%

Stocks 15.0% 3.0% -2.0%

CDs 6.5% 6.5% 6.5%

Masalahnya adalah untuk memilih alternatif investasi terbaik. Sebagai catatan:

menginvestasikan 50 persen bonds dan 50 persen stocks adalah alternatif lain, dan

hal ini dapat ditambahkan sebagai alternatif keempat. Sehingga jelas, perusahaan

tersebut menghadapi pelbagai alternatif.

(3)

Sistem Penunjang Keputusan Page 31 ditulis di depan, terdapat decision variables (alternatif-alternatif yang ada),

uncontrollable variable (kondisiekonomi), dan result variables (hasil proyeksi;

bilagan yang ada dalam tabel). 2 kasus yang dapat ditemukan disini:

uncertainty dan resiko. Pada kasus uncertainty kita tak tahu probabilitas dari setiap

pernyataan yang terjadi. Dalam kasus resiko, diasumsikan kita tahu probabilitas

setiap pernyataan yang akan terjadi.

Mengatasi Uncertainty.

Reaksi intuitif setiap manajer adalah tak membuat keputusan dalam situasi

ketidakpastian sampai kesempatan yang ada secara ekonomi dapat digapai.

Namun demikian, jika tak ada informasi untuk mendapatkan kesempatan ini

(atau tak ada waktu lagi untuk mengumpulkan informasi yangberhubungan

dengannya), orang dapat menggunakan pelbagai pendekatan untuk

mengatasi ketidakpastian. Sebagai contoh, pendekatan optimistik akan melihat

keluaran terbaik yang mungkin dari setiap alternatif dan memilih yang terbaik dari

yang terbaik (stocks). Pendekatan pesimistik (konservatif) melihat keluaran

terjelek yang mungkin untuk setiap alternatif dan memilih yang terbaik

diantaranya (CDs).

Mengatasi Resiko.

Diasumsikan bahwa peluang dari solid growth diperkirakan 50 persen, stagnation

30 persen, dan inflation 20 persen. Pada kasus ini tabel keputusan ditulis

kembali dengan informasi tambahan ini.

Solid Growth Stagnation Inflation Expected

Alternative 0.50 0.30 0.20 Value

Bonds 12.0% 6.0% 3.0% 8.4%

(Maximum)

Stocks 15.0% 3.0% -2.0% 8.0%

CDs 6.5% 6.5% 6.5% 6.5%

Metode yang paling umum untuk menyelesaikan masalah analisis resiko ini adalah

dengan memilih alternatif dengan expected value yang terbesar. Expected value

dihitung dengan mengalikan hasil (keluaran) dengan probabilitas mereka

masing-masing dan menjumlahkannya. Sebagai contoh,untuk bonds kita

dapat: 12(0.5) + 6(0.3) + 3(0.2) = 8.4 (investasikan dalam bonds, dengan

penghasilan rata-rata 8.4 persen).

Pohon Keputusan

Alternatif penampilan tabel keputusan adalah pohon keputusan. Pohon

keputusan memiliki 2 keuntungan: pertama, menggambarkan secara grafis

hubungan dari masalah, dan kedua, dapat berhubungan dengan situasi yang lebih

kompleks dalam bentuk yang lebih kompak (misal masalah investasi dengan

(4)

Sistem Penunjang Keputusan Page 32 Metode mengatasi resiko yang lain.

Misalnya: simulasi, certainty factors, dan fuzzy logic

Multiple Goals.

Kasus sederhana dari masalah multiple goal ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Alternative Yield Safety Liquidity

Bonds 8.4% High High

Stocks 8.0% Low High

CDs 6.5% Very High High

3 tujuan yang ingin dicapai: yield (hasil), safety (keamanan), dan liquidity

(likuiditas). Perhatikan bahwa hal ini berada dalam asumsi certainty

(kepastian); yaitu, hanya satu nilai yang mungkin yang diproyeksikan untuk

setiap alternatif. (Jelas, dalam kasus yang lebih rumit, harus

dipertimbangkan juga uncertainty atau resiko). Juga perlu diperhatikan bahwa

beberapa nilai disitu bukanlah numerik tetapi bersifat kuantitatif (misal, Low,

High)

F. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process )

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh

Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi

faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty

(1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah

permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama

adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke

bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang

kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian

diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih

terstruktur dan sistematis.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan

metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai

pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

(5)

Sistem Penunjang Keputusan Page 33 4. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai

pada subkriteria yang paling dalam.

5. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

6. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

Kelebihan dan Kelemahan AHP

Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan

dalam system analisisnya.

Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :  Kesatuan (Unity)

AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model

yang fleksibel dan mudah dipahami.  Kompleksitas (Complexity)

AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan

pengintegrasian secara deduktif.

 Saling ketergantungan (Inter Dependence)

AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak

memerlukan hubungan linier.

 Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)

AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan

elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang

serupa.

 Pengukuran (Measurement)

AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan

prioritas.

 Konsistensi (Consistency)

AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk

menentukan prioritas.  Sintesis (Synthesis)

AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya

masing-masing alternatif

 Trade Off

AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang

mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.  Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)

AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil

penilaian yang berbeda.

 Pengulangan Proses (Process Repetition)

AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan

(6)

Sistem Penunjang Keputusan Page 34 Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:

 Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi

seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu

juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.

 Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk

Tahapan AHP

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi

dan Ali Ramdhani, 1998) :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara

jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi

yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah

lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap

berikutnya.

2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.

Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki

yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan

atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap

kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan

subkriteria (jika mungkin diperlukan).

3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang

menggambarkankontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap

tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.

Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka

konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua

perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara

keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks

mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi.

Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan

menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk

memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas

hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen

yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.

4. Melakukan Mendefinisikan perbandinga berpasangan sehingga diperoleh

jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah

banyaknya elemen yang dibandingkan.

Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai

9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu

elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil

(7)

Sistem Penunjang Keputusan Page 35 membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan

pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan

perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa

dilihat di bawah. Intensitas Kepentingan

1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar

3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman

dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya

5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan

penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya

7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen

yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.

9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen

yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin

menguatkan.

2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan,

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan

Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j ,

maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.

Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan

yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen

pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan

lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai

dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi

matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan

jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.

8. Memeriksa konsistensi hirarki.

Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi.

Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan

keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna,

rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.

Prinsip Dasar dan Aksioma AHP AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:

1. Dekomposisi

Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian

secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk

yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level

alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi

(8)

Sistem Penunjang Keputusan Page 36 atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya

mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa

dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki

perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan

level yang baru.

2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).

Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen

yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen.

Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan

berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.

3. Sintesa Prioritas

Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan

prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke

tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan

atau dikenal dengan priorita global yang kemudian digunakan untuk memboboti

prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.

AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :

 Aksioma Resiprokal

Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan

berpasangan antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C

sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang

dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika

A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A.

 Aksioma Homogenitas

Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu

jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai

kesalahan yang tinggi. Ketika hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-

elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan

inkonsistensi tinggi.  Aksioma Ketergantungan

Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada

elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip

komposisi hirarki.

Aplikasi PHP

Beberapa contoh aplikasi AHP adalah sebagai berikut:

1. Membuat suatu set alternatif;

2. Perencanaan

3. Menentukan prioritas;

4. Memilih kebijakan terbaik setelah menemukan satu set alternatif;

(9)

Sistem Penunjang Keputusan Page 37 6. Menentukan kebutuhan/persyaratan;

7. Memprediksi outcome;

8. Merancang sistem;

9. Mengukur performa;

10. Memastikan stabilitas sistem;

11. Optimasi;

Referensi

Dokumen terkait

Indeks kecerahan minyak goreng pada penggorengan bawang putih secara hampa memiliki pola siklik yang cen- derung linier dengan perbedaan secara statistik

0.83% pada waktu 1,5 jam atau setelah dilakukan 24 kali penggorengan kerupuk jalin dengan berat 60 kg pada suhu di atas 190 0 C, sedangkan asam lemak bebas

(2) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pengawasan terhadap Obat dan Makanan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk keperluan sebagaimana

Gambar 31 Desain antarmuka halaman admin untuk melakukan perbuahan pada data profil pengguna

Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai Menderita penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan hares dapat mencegah

Hasil penelitian ini menunjukkan waktu reaksi t hitung > t tabel (10,45>2,0273) : H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap waktu

Dari cara kerja dan overview yang didapat, iTalc sebagai perangkat lunak remote desktop diaanggap memenuhi kriteria tahapan penelitian yang selanjutnya dikembangkan

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian,