• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN DASAR TINDAKAN PREVENTIF TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN DASAR TINDAKAN PREVENTIF TANAH"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua Environment, Research and Development Agency

Samosir Regency Government of North Sumatera Province INDONESIA

MANAJEMEN DASAR TINDAKAN PREVENTIF TANAH LONGSOR

Berikut merupakan kutipan ilmiah yang disusun dan dirangkum Penulis sebagai referensi di dalam mendukung kegiatan kerja. Semoga Bermanfaat.

Manajemen Dasar Tindakan Preventif Tanah Longsor, dimulai dengan : 1. Potensi bahaya dari sisi morfologi, tanah, dan batu.

Diukur bagaimana kekuatan tanah menahan, dan bila meluncur atau longsor akan sejauh mana.

2. potensi bahaya dari sisi morfologi, tanah, dan batu.

Diukur bagaimana kekuatan tanah menahan, dan bila meluncur atau longsor akan sejauh mana.

3. Bila ada rekahan, supaya segera menutupnya agar air tidak masuk bidang gelincir. Masuknya air ke bidang luncur lebih dalam akan berbahaya.

4. Diharapkan kawasan tebing dibuat terasering.

5. Meneliti, antara lain pemetaan tanah, mengukur derajat kemiringan, mengambil sampel tanah dan batuan.

6. Kebijakan atas kondisi tanah.

(2)

8. Perlu dilakukan usaha konservasi tanah dan air pada lokasi kejadian longsor tingkat kerawanan tinggi yang berada areal tepi jalan yang memiliki tebing yang curam dengan membuat saluran air yang tahan bocor, bronjong penahan yang kuat, atau dengan pembuatan teras.

9. Retakan dan rekahan yang terjadi akibat gerakan tanah perlu segera ditutupi lagi oleh tanah agar air hujan tidak terlalu cepat menyerap dan menjenuhi tanah kembali sehingga resiko terjadinya longsor dapat dikurangi.

10.Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam mitigasi pencegahan longsor perlu terus dibina dan ditingkatkan.

11.Rencana pemerintah untuk merelokasi penduduk yang bertempat tinggal pada kawasan rawan longsor perlu segera direalisasikan untuk mencegah timbulnya korban jiwa pada bencana yang akan datang.

12.Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai jenis tanaman atau tutupan vegetasi yang cocok pada daerah kawasan rawan longsor serta efektifitasnya dalam mencegah terjadinya longsor.

13.Aktivitas penambangan batu gunung pada lokasi-lokasi rawan longsor harus dikurangi atau bahkan dihentikan karena akan mengganggu kemantapan lereng dan mengurangi daya tahan lereng terhadap terjadinya gerakan tanah.

Pemahaman tentang Tanah Longsor

(3)

Penyebab longsor dapat karena aktivitas manusia maupun terjadi secara alami. Meskipun demikian, aktivitas manusia disinyalir sebagai penyebab longsor terbesar yang terjadi di Indonesia.

Pada lokasi tersebut, terdapat tebing tinggi dengan kelerengan sangat curam. Namun, penutup lahannya bukan hutan. Hal ini tentu saja disebabkan oleh alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian atau pemukiman. Oleh karena itu, meskipun faktor alam penyebab longsor dominan berada disana, yakni kelerengan yang curam, namun, tidak dapat dipungkiri bahwa penjarahan hutan oleh manusia menjadi pemicu terjadinya longsor tersebut.

Untuk meminimalkan terjadinya tanah longsor di Indonesia, maka perlu dilaksanakan tindakan pencegahan (mitigasi). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi dampak tanah longsor, seperti menanam pohon di tempat-tempat yang berpotensi terjadi longsor agar akar tanaman dapat mengikat tanah, atau membuat tembok penahan pada tebing-tebing yang memiliki kelerengan curam hingga sangat curam, dan lain sebagainya. Untuk mendukung tindakan tersebut, perlu disusun perundangan dan panitia pengawas. Karena tanpa panitia pengawas, perundangan yang telah disusun akan menjadi sia-sia.

Pengawasan dan usaha pencegahan tanah longsor dapat dilakukan dengan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor. Hal ini karena masyarakat merupakan penyebab sekaligus korban dalam bencana tanah longsor. Sebagai penyebab, masyarakat berperan dalam turut meluasnya alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian meskipun di daerah-daerah berlereng curam karena desakan ekonomi yang menjadi salah satu pemicu terjadinya tanah longsor. Sebagai korban, karena masyarakat yang merasakan dampak secara langsung akibat bencana tanah longsor baik berupa kerugian materi, psikologis, hingga korban jiwa. Oleh karena itu, masyarakat harus disiapkan untuk pencegahan dan penanganan bencana tanah longsor

Tujuan penulisan ini untuk mengkaji penyebab longsor.

(4)

Studi peristiwa longsor

Studi didasarkan pada peristiwa longsor yang terjadi. Peristiwa longsor ini terjadi setelah hujan deras yang mengguyur lokasi tersebut selama beberapa hari.

Identifikasi Jenis Longsor

Terdapat berbagai macam jenis longsor (Vulcanological Survey of Indonesia, 2010), yaitu: Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung, terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama, longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.

Aliran bahan rombakan terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter, seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi.

(5)

Longsoran rotasi, yaitu bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. Hal ini dikarenakan longsoran terjadi di tebing yang memiliki kelerengan curam sebagai bidang gelincir dan runtuhnya massa tanah membentuk cekungan yang cukup dalam. Namun, tidak dapat dikatakan runtuhan batu karena tidak ada indikasi massa tanah yang jatuh langsung tanpa melewati bidang gelincirnya. Artinya, massa tanah tidak tercampur antara bagian atas dan bawah, melainkan bagian atas tetap berada di atas bagian bawah meskipun letaknya berpindah di bawah tebing.

Identifikasi Penyebab Longsor

Pada prinsipnya, longsor terjadi karena gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah, sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh kelerengan, air, dan berat jenis tanah batuan (Vulcanological Survey of Indonesia, 2010). Adapun faktor-faktor penyebab tanah longsor adalah alam dan manusia. Faktor alam yang menyebabkan longsor antara lain:

Perubahan pola hujan, ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada musim penghujan seiring meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan muncul pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah mengembang kembali dengan cepat. Pada awal musim hujan, kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan, longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.

Komposisi mineralogi dan bentuk struktural yang dapat memperlemah kekuatan batuan atau lapisan kedap air

(6)

Sistem hidrologi, sistem hidrologi yang menyebabkan longsor terkait dengan muka air tanah dan drainase internal.

Gempa bumi dan letusan gunung berapi, peristiwa tersebut menyebabkan getaran pada tanah yang dapat menyebabkan rekahan.

Faktor Manusi yang Menyebabkan Longsor

Faktor manusia yang menyebabkan longsor antara lain:

Hilangnya penutupan vegetasi, vegetasi di atas tanah berfungsi untuk mencengkeram dan menjangkar tanah. hilangnya vegetasi menyebabkan tidak ada yang mengikat tanah, akibatnya bila gaya pendorong meningkat, maka mudah terjadi longsor.

Perubahan kemiringan lereng, hal tersebut menyebabkan lereng menjadi lebih terjal sehingga daya pendorong lebih tinggi.

Arus aliran sungai yang cepat

Pembangunan jalan dan bangunan pada lokasi rawan longsor, hal tersebut menyebabkan gaya pendorong meningkat akibatnya mudah terjadi longsor.

Penambangan bahan galian C, hal tersebut menyenankan perubahan lereng, bahkan menjadi cekungan-cekungan ke dalam lereng sehingga gaya pendorong meningkat.

(7)

Faktor alam

Perubahan curah hujan

Longsor terjadi pada musim penghujan. Longsor didahului oleh hujan lebat yang terjadi selama beberapa hari. Sehingga, bisa dipastikan bahwa curah hujan merupakan faktor utama yang memicu terjadinya longsor di lokasi tersebut.

Kemiringan lereng yang tajam

Bahwa kelerengan tebing yang sangat curam, mendekati 90o, hal tersebut merupakan salah satu pemicu longsor karena lereng merupakan salah gaya pendorong longsor.

Faktor manusia Penutupan vegetasi

Penggunaan lahan pada lokasi longsor bukan hutan alami, misalnya di dekat tebing terdapat rumpun bambu dan pohon kelapa. Penutupan vegetasi semacam itu tidak cukup kuat untuk menahan tanah karena sistem perakarannya tidak sama dengan pohon yang memiliki sistem perakaran tunggang dan dalam. Bambu dan kelapa tidak memiliki daya jangkar akar sekuat hutan alami, sehingga bila gaya pendorong meningkat, sementara penahan tidak mampu mengikat tanah maka dapat terjadi longsor.

Perubahan kemiringan lereng

(8)

Rekomendasi solusi secara teknis

Solusi penanganan longsor secara umum bertujuan untuk mencegah air agar tidak terkonsentrasi di atas bidang luncur, mengikat massa tanah agar tidak mudah hancur, dan merembeskan air ke lapisan tanah yang lebih dalam dari lapisan kedap (bidang luncur). Dalam merekomendasikan penanganan longsor perlu memperhatikan proses-proses penyebab longsor agar penganan dapat tapat sasaran. Dalam menanggulangi longsor yang terjadi di lokasi studi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara vegetatif dan mekanik.

Berikut adalah cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi longsor (Balai penelitian dan pengembangan pertanian, 2007):

Cara vegetatif

Cara vegetatif dapat dilakukan dengan menanam pohon, semak, dan rumput sehingga menghasilkan kanopi multistrata. Pohon sebagai kanopi strata pertama, semak sebagai kanopi strata kedua, dan rumput strata ketiga. Fungsi menanam pohon, semak, dan rumput, antara lain: Media intersepsi hujan

Seresahnya melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan secara langsung

Menyalurkan air ke sekitar perakaran dan merembeskannya ke lapisan yang lebih dalam serta melepasnya secara perlahan-lahan.

Mengikat massa tanah

Menghasilkan eksudat akar sebagai pemantap agregat

(9)

Secara mekanis

Karena lokasi studi adalah di tebing curam yang berada di tepi jalan, maka penanganan tanah longsor secara mekanis dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu membuat trap-trap terasering dan bangunan penguat tebing.

Membuat trap-trap terasering

Trap-trap terasering ini memiliki fungsi menahan longsoran tanah pada tebing atau lahan yang curam, memperkuat bidang berteras, serta melengkapi dan memperkuat cara vegetatif. Bangunan ini dibuat dengan cara membentuk teras-teras dan memperkuat tampingannya dengan semen atau batu yang disusun, untuk mengalirkan air maka dibuat saluran drainase dengan membuat lubang-lubang dengan pipa, serta pada bidang olah ditanami pohon untuk memperkuat dan membantu meresapkan air ke lapisan tanah yang lebih dalam.

Membuat bangunan penguat tebing

Bangunan ini berfungsi untuk menahan longsoran tanah pada tebing yang sangat curam yang tidak mampu dikendalikan dengan cara vegetatif. Adapun pembuatan dan pemeliharaan bangunan ini adalah:

Tebing diperkuat dengan teras-teras

Diperkuat dengan semen atau batu yang disusun rapat

Jika dibuat dari semen maka diberikan lubang-lubang dengan pipa paralon untuk mengalirkan kelebihan air

Pada bagian atas dinding tebing ditanami pepohonan untuk memperkuat dan membantu meresapkan air ke lapisan tanah yang lebih dalam.

Mitigasi tanah longsor

(10)

Zona kerentanan gerakan tanah tinggi

Gerakan tanah besar hingga sangat kecil telah sering terjadi dan akan sering terjadi Zona kerentanan gerakan tanah menengah

Gerakan tanah besar hingga kecil dapat terjadi terutama di daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing pemotong jalan, dan pada lereng yang mengalani gangguan.

Zona kerentanan gerakan tanah sedang

Gerakan tanah jarang terjadi kecuali pada daerah yang lerengnya mengalami gangguan Zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah

Tidak ditemukan gejala gerakan tanah lama maupun baru kecuali pada daerah sekitar tebing sungai

Faktor terjadinya gerakan tanah dapat disebabkan oleh alam dan manusia. Oleh karena itu, perlu tindakan pencegahan atau mitigasi agar dapat mencegah terjadinya bencana tanah longsor yang menyebabkan berbagai macam kerugian.

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik secara fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi ancaman bahaya (UU No. 24 Th. 2007). Adapun tahapan mitigasi bencana tanah longsor menurut Vocanological Survey of Indonesia (2010) adalah sebagai berikut:

Pemetaan

Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah untuk masukan kepada masyarakat dan pemerintah sebagai dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana longsor.

Penyelidikan

(11)

Pemeriksaan

Melakukan penyelidikan saat dan sesudah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya

Pemantauan

Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis, agar diketahui tingkat bahayanya.

Sosialisasi

Memberikan pemahaman kepada pemerintah dan masyarakat tentang bencana tanah longsor dan akibat yang ditimbulkan.

Rancangan pengaturan kelembagaan

(12)

Agar peraturan perundangan dapat dijalankan sebagaimana mestinya dan mitigasi bencana tanah longsor secara umum dapat berjalan dengan baik, diperlukan kelembagaan yang mewadahi peran dan kerjasama multipihak. Hubungan multipihak dalam kelembagaan mitigasi bencana dapat digambarkan sebagai berikut.

Hubungan antar pihak dalam mitigasi bencana tanah longsor, dapat dijelaskan bahwa semua pihak memiliki kepentingan dalam melakukan mitigasi bencana tanah longsor baik yang berkepentingan secara langsung maupun yang tidak langsung. Kepentingan masing-masing pihak antara lain:

Matriks kepentingan multipihak

Ditinjau dari matriks di atas, masing-masing pihak memiliki kepentingan terhadap mitigasi bencana tanah longsor meskipun kepentingannya berbeda. Bila masing-masing pihak memiliki kesadaran akan kebutuhannya sendiri, maka dalam menjalankan perannya untuk melakukan mitigasi dapat dilakukan kerjasama yang saling menguntungkan dengan tujuan mencegah terjadinya bencana tanah longsor. Adapun peran yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak antara lain:

Pemerintah

Merencanakan kegiatan mitigasi bencana tanah longsor bersama masyarakat dan LSM Membuat peraturan perundangan terkait dengan mitigasi bencana

Membentuk panitia khusus mitigasi bencana tanah longsor

Memberikan bantuan dana yang dibutuhkan untuk mitigasi bencana longsor Melakukan evaluasi kegiatan mitigasi

Masyarakat

Merencanakan kegiatan mitigasi bencana tanah longsor bersama pemerintah dan LSM Menjalankan dan mengawasi kegiatan mitigasi bencana

(13)

LSM

Merencanakan kegiatan mitigasi bencana tanah longsor bersama pemerintah dan masyarakat Menjadi fasilitator antara pemerintah dan masyarakat

Mendampingi masyarakat dalam melakukan kegiatan mitigasi Melakukan evaluasi kegiatan mitigasi

Pihak luar

Mendukung kegiatan mitigasi bencana tanah longsor

Memberikan bantuan dana yang dibutuhkan dalam kegiatan mitigasi

Setelah mengetahui peran masing-masing, kegiatan mitigasi bencana tanah longsor dapat dilakukan dengan efektif. Adapun kegiatan mitigasi yang dapat diusahakan secara vegetatif dapat dibuat dengan menanam pohon. Karena pohon dapat berfungsi untuk intersepsi hujan, seresah melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan secara langsung, menyalurkan air ke daerah perakaran dan merembeskannya ke lapisan yang lebih dalam serta melepasnya secara perlahan-lahan. Pemilihan tanaman harus diperhatikan kemampuan adaptasi dengan lingkungan setempat, relatif cepat tumbuh, serta memiliki perakaran yang dalam dan rapat.

Selain menanam pohon mitigasi bencana longsor atau konservasi tanah vegetatif juga dapat dilakukan dengan menanam semak. Semak berfungsi untuk intersepsi air hujan strata/ lapisan kedua setelah pohon sehingga energi pukulan air hujan semakin kecil. Untuk intersepsi strata/ lapisan ketiga dapat ditanam rumput. Selain intersepsi hujan, rumput juga berfungsi dengan menghasilkan eksudat akar sebagai perekat agregat tanah.

(14)

Saluran drainase yang dapat dibuat antara lain saluran pengelak yang berfungsi untuk mencegah masuknya aliran permukaan dari daerah di atasnya ke daerah di bawahnya yang rawan longsor, mengalirkan kelebihan air ke saluran pembuangan, serta memperpendek lereng sehingga mengurangi erosi. Selain saluran pengelak terdapat saluran teras yang berfungsi menampung air yang mengalir dari teras dan memberi kesempatan air untuk masuk ke dalam tanah. Ada pula saluran pembuangan air yang berfungsi untuk menampung dan membuang air dari saluran pengelak dan saluran teras ke sungai atau tempat penampungan lainnya tanpa menyebabkan erosi. Selain itu, ada pula bangunan terjunan yang berfungsi mengurangi kecepatan aliran air sehingga tidak merusak dan memperpendek panjang lereng untuk memperkecil erosi dan longsor.

Untuk mitigasi mekanik lainnya dapat dibuat bangunan penahan longsor, antara lain bronjong dan bangunan penguat tebing. Bronjong dapat dibuat dari bambu maupun batu yang berfungsi untuk penahan material longsor. Sedangkan bangunan penguat tebing dibuat dengan tujuan menahan longsoran tanah pada tebing yang sangat curam.

Bangunan terakhir untuk mitigasi secara mekanik adalah dam pengendali. Dam pengendali dapat dibuat secara permanen dan disusun dari batuan lepas. Dam pengendali merupakan cara terkhir dalam konservasi secara mekanik karena bangunan ini membutuhkan biaya yang mahal.

Selain bangunan-bangunan tersebut, mitigasi bencana tanah longsor juga dapat dilakukan dengan berbagai cara yang lain seperti memasang alat pendeteksi. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan pemetaan daerah-daerah rawan longsor agar masyarakat dapat waspada terhadap bahaya yang dapat timbul sewaktu-waktu akibat tanah longsor.

Strategi penumbuhan partisipasi masyarakat

Tanpa partisipasi masyarakat, kelembagaan mitigasi bencana tanah longsor tidak dapat berjalan secara optimal. Akibatnya, kegiatan mitigasi tanah longsor pun tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, peran masyarakat sangat penting dalam kegiatan ini. Namun, terkadang sulit untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi agar dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat. Adapun stratetegi tersebut berupa:

(15)

Mengajak masyarakat dalam merumuskan masalah dan cara penyelesaiannya Mengajak masyarakat memilih alternatif pemecahan masalah

Bersama-sama dengan masyarakat menjalankan kegiatan sesuai dengan pilihan yang telah ditentukan bersama.

Dengan demikian masyarakat akan merasa program tersebut adalah milik mereka sehingga akan turut menjaga dan berpartisipasi aktif dalam melakukan mitigasi bencana longsor.

Contoh mitigasi bencana tanah longsor yang berbasis partisipasi masyarakat dilakukan dengan memasang alat sistem peringatan dini gerakan tanah. Alat ini menggabungkan beberapa alat, yaitu extensometer, alat penakar curah hujan, dan sirine. Tujuan utama dipasangnya alat tersebut adalah untuk memantau adanya pergerakan tanah hingga batas kondisi kritis sirine berbunyi. Saat sirine (I) berbunyi berartii hujan kritis terjadi. Sirine (I) dibuat untuk mengkondisikan masyarakat agar siaga. Sirine (II) berbunyi bila air hujan telah meresap ke dalam tanah dan mengakibatkan retakan tanah melebar hingga mencapai batas kritis yang ditentukan alat, yaitu 5 cm. Saat sirine (II) berbunyi, maka masyarakat yang sudah siaga harus segera meninggalkan rumah. Dengan sistem peringatan dini maka diharapkan lokasi rawan telah bebas dari hunian saat longsor terjadi (Parlindungan, 2008).

Adapun partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini adalah dengann memberikan public education, yaitu dengan mengadakan sosialidasi dan pelatihan tentang bencana alam, berbaikan jalan dan lingkungan yang berfungsi sebagai jalur evakuasi, gladi evakuasi, pembuatan peta rawan bencana, pemasangan alat sistem pperingatan dini yang murah dan sederhana, serta relokasi. Pemasangan alat dilakukan dengan melibatkan masyarakat sehingga akan timbul kepedulian dan rasa memiliki.

Lokasi studi memiliki jenis longsoran rotasi yang disebabkan oleh perubahan pola hujan, kelerengan yang tajam, dan vegetasi. Untuk menangani longsor secara vegetasi dilakukan dengan menanam pohon, semak, dan rumput. Sedangkan secara mekanis dilakukan pembuatan trap-trap terasering dan bangunan penguat tebing.

(16)

kepentingan sehingga diharapkan mereka dapat menjalankan perannya masing-masing untuk mitigasi bencana tanah longsor. Agar mitiasi dapat berjalan optimal, maka dialakukan dengan partisipasi masyarakat. Kegiatan mitigasi berupa pemetaan, penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi.

Risiko Tinggi pada Lokasi Rawan Longsor

Seluruh kejadian longsor memiliki tipe longsor berupa nendatan dengan bentuk penampang longsor rotasional (melengkung) menyerupai tapal kuda. Faktor utama penyebab tingkat kerawanan longsor tinggi yang terdapat pada setiap kasus longsor di lokasi tersebut adalah karakter kemiringan lereng curam hingga sangat curam dimana 7 kasus (87,5 %) terjadi pada lokasi dengan tingkat kemiringan lereng sangat curam (43-74%) dan 1 kasus (12,5 %) pada kemiringan lereng curam (31 %) dengan kondisi perbukitan bergunung. Tingginya tingkat kemiringan lereng pada daerah kejadian longsor dipicu pula oleh adanya pembangunan infrastruktur jalan dan pemukiman (rumah) yang dibangun dengan cara memapas (memotong) lereng. Terdapat 6 kasus longsor yang terjadi pada daerah dekat jalan yang dibangun dengan cara memapas (memotong) lereng, sedangkan 2 kasus lainnya terjadinya pada daerah dengan infrastruktur berupa pemukiman. Selain itu, tingginya tingkat kemiringan lereng juga dikarenakan adanya penambangan batu gunung.

Selain itu hampir di setiap lokasi kejadian longsor tidak terdapat bangunan konservasi yang dapat melindungi lereng dari terjadinya peristiwa longsor. pernah mengalami peristiwa longsor, hal ini menyebabkan daerah-daerah tersebut menjadi lebih rentan terhadap terjadinya longsor. Kerawanan terjadinya kejadian longsor juga disebabkan ketebalan tanah pada daerah tersebut yang relatif tebal berkisar antara 7-40 m. Ini akan memberikan dampak sangat berbahaya yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta lebih besar akibat luasnya daerah kejadian longsor. Hal ini dikarenakan makin tebalnya tanah pada tingkat kelerengan curam sampai sangat curam tanpa penutupan vegetasi yang memadai yang dapat menghujam batuan induk sebagai bidang gelincir ditambah dengan jenis batuan yang relatif peka terhadap terjadinya longsor akan menyebabkan longsor mudah terjadi dengan material longsoran berupa tanah dan batuan yang lebih luas.

(17)

bersifat andesit, basalt, atau breksi, serta dengan kemiringan yang curam, maka akan menjadikan daerah tersebut rawan longsor.

Tanah bertekstur pasir berperan dalam meningkatkan infiltrasi tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, massa tanah akan menjadi lebih berat. Berdasarkan tumpangsusun peta sebaran geologi dan peta wilayah administratif yang dapat diduga menunjukkan bahwa daerah penelitian juga terletak pada satuan endapan tanah permukaan yang mempunyai daya dukung rendah dan sangat tidak stabil. Jika di atas endapan tanah permukaan tersebut terdapat bangunan atau penggunaan lahan lainnya yang tidak sesuai dengan daya dukung tanahnya maka akan dapat memicu terjadinya gerakan tanah. Gerakan tanah ini dapat berupa longsoran, retakan, dan pergeseran tanah yang terindikasi pada dinding bangunan yang retak maupun amblesan pada lahan atau badan jalan. Kejadian retakan maupun pergerakan yang signifikan ini mempengaruhi terjadinya longsoran. Apalagi jika retakan-retakan hasil pergerakan tanah tersebut tidak segera ditutupi dengan tanah kembali akan beresiko menyebabkan air masuk ke dalam tanah dan membuat tanah cepat jenuh air sehingga massa tanah menjadi lebih berat dan memicu terjadinya longsor. Selain itu, tanah hasil pelapukan batuan merupakan salah satu parameter yang menentukan terjadinya longsor. Batuan dan tanah pelapukan di daerah penelitian tersusun dari breksi vulkanik, tufa breksi, dan lava serta adanya sisipan batupasir serta lempung hitam yang bagian permukaannya telah mengalami pelapukan berupa lempung pasiran-lempung lanauan yang cukup tebal. Jenis tanah yang bersifat lempung, lanau, pasir, merupakan jenis tanah yang mudah meloloskan air. Sifat tersebut menjadikan tanah bertambah berat bobotnya jika tertimpa hujan. Apabila tanah tersebut berada di atas batuan kedap air pada kemiringan tertentu maka air yang masuk akan tertahan dan tanah pada kemiringan tertentu akan berpotensi menggelincir menjadi longsor.

Faktor Pemicu Terjadinya Longsor Geologi/Batuan Induk

(18)

Menurut Wilopo dan Agus (2005), batuan formasi andesit dan breksi merupakan faktor pemicu terjadinya longsor karena sifatnya yang kedap air. Sehingga batuan yang bersifat andesit dan breksi tersebut dapat dijadikan sebagai bidang gelincir untuk terjadinya longsor. Dalam keadaan jenuh air pada musim hujan, ditambah dengan tekstur tanah lempung pasiran maka pada daerah yang memiliki batuan induk bersifat andesit menjadi rawan longsor.

Lereng-lereng di lokasi kejadian longsor pada permukaannya juga tertutup tanah lempung pasiran hasil pelapukan lapisan batu andesit dan breksi andesit. Adapun sifat tanah lempung pasiran ini bersifat plastis dalam kondisi basah atau dapat mengembang. Namun, dalam kondisi kering lapisan tanah ini menjadi pecah-pecah. Oleh karena itu, ketika musim hujan tiba, air hujan cenderung mengalir melalui lereng-lereng curam. Namun, selama melalui lereng ini air hujan ini tak dapat meresap lebih dalam karena terhalang oleh batuan andesit. Akibatnya, air hujan akan terakumulasi di sekitar lereng dan akan terus mendorong lapisan tanah lempung yang ada di atasnya hingga terjadilah peristiwa longsor.

(19)

Umumnya kasus longsor dengan patahan akibat gerakan tanah ini berkarakteristik longsor berupa amblesan (subsidence). Adapun terjadinya amblesan pada kejadian longsor tersebut telah membentuk suatu gawir dengan tanah turun sedalam 0,5-4 m. Amblesan atau nendatan ini dapat terjadi akibat adanya konsolidasi, yaitu penurunan permukaan tanah sehubungan dengan proses pemadatan atau perubahan volume suatu lapisan tanah. Penurunan lapisan tanah ini biasa terjadi secara alami dalam waktu yang lama (lambat). Akan tetapi, proses ini dapat berjalan lebih cepat bila terjadi pembebanan yang melebihi faktor daya dukung tanahnya. Akibat beban di atasnya, lapisan tanah ini akan termampatkan dan permukaan tanah di atasnya akan menurun. terjadinya dengan karakteristik amblesan atau penurunan tanah ini selain dipicu adanya gerakan tanah juga dikarenakan padatnya pemukiman di sekitar lokasi kejadian longsor yang membebani lereng juga pembebanan lereng dapat pula disebabkan adanya tegakan pohon yang berbatang besar dan tinggi dengan kerapatan tinggi yang membebani lereng.

Menurut Sutikno (2000), struktur geologi yang berpotensi mendorong terjadinya longsor adalah kontak antarbatuan dasar dengan pelapukan batuan, adanya retakan, patahan, rekahan, sesar, dan perlapisan batuan yang terlampau miring. Berdasarkan interpretasi Peta Geologi dapat menggambarkan bahwa suatu daerah penelitian terletak pada wilayah patahan dan sesar (fault) terutama pada kawasan gunung serta memiliki struktur geologi berupa antiklin dan sinklin yang terdapat pada formasi batuan setempat. Selain itu, adanya lapisan batupasir tufaan dan batu lempung dari formasi setempat yang kedap air menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah di daerah penelitian, karena lapisan batuan tersebut berperan sebagai bidang lincir gerakan tanah.

Jenis Tanaman yang dapat dimanfaatkan

Miracle grass, begitulah para peneliti menamakannya. Tumbuhan yang memiliki nama latin Vetiver zizanioides ini tumbuh secara alami di tempat-tempat berpayau di utara India, Bangladesh, Burma (Myanmar), dan di banyak tempat di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Selain itu, tumbuhan ini terdapat di negara-negara Amerika Selatan, seperti Argentina, Haiti, dan Brasil.

(20)
(21)
(22)

akan ditampung di dalam akarnya. Hanya, untuk memperkuat fungsinya sebagai pelindung dan juga untuk menjaga keindahannya, perlu dilakukan pemotongan daun secara berkala untuk mempertebal susunan akarnya.Ada banyak alasan yang menyebabkan vetiver lebih efektif sebagai tanaman konservasi, di antaranya pagar vetiver dapat menyaring longsoran. Selain itu, vetiver juga mengurangi beban yang diterima tanah saat mengalami tumbukan dengan hujan. Pada saat hujan turun, air yang jatuh akan disaring terlebih dahulu oleh daun-daun vetiver. Dengan ketinggian maksimal 2 m, air yang diterima tanah tidak begitu keras sehingga mengurangi kemungkinan tanah tergerus oleh air tersebut. Kalaupun ada sebagian yang tergerus, tanah yang terbawa air itu akan terhalang oleh rumpun vetiver yang lebat dan rapat.Sementara itu, Sembiring mengatakan selain dapat digunakan sebagai konservasi vegetatif, vetiver juga memiliki manfaat lainnya yaitu sebagai bahan dasar industri kerajinan. Pelepah vetiver dapat digunakan sebagai bahan pembuat kerajinan seperti kerajinan kipas dan kertas seni serta media untuk pertumbuhan jamur. Selain itu pun, akar vetiver yang wangi juga memiliki nilai jual yang cukup tinggi, ujarnya.Bahkan, Sembiring menambahkan vetiver pun memiliki kemampuan untuk mengolah polutan dan pencemaran air, misalnya limbah dari pabrik, lindi atau air dari pembuangan sampah, maupun air dari bisnis pencucian mobil yang banyak mengandung zat-zat kimia. Namun untuk pengolahan pencemaran air ini, penanaman vetiver harus di atur sedemikian ruspa sehingga akar-akarnya dapat menyerap zat-zat beracun tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan tabel VIII dapat diketahui bahwa baik responden laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki komitmen yang tinggi terhadap rumah sakit, walaupun nilai

Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa citra hasil temu kembali dengan menggunakan SVM lebih baik Hal ini dikarenakan sistem mempunyai model klasifikasi untuk memprediksi baik

2 untuk melacak performa produk atau layanan mereka untuk pasar dan untuk menjadi lebih kompetitif yang disebabkan oleh fakta bahwa perusahaan akan memiliki informasi yang

a. Prinsip ilmiah, hal ini berdasarkan dalam pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah memberikan evaluasi kepada guru berdasarkan masalah-masalah yang

Pembelajaran Berbasis … (Siti Wahidah, 173:186) 177 Secara umum hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dan aktivitas mahasiswa,

Dengan demikian, pembelajaran drama, baik pembelajaran teks drama mau- pun pembelajaran pentas drama, mengarahkan siswa untuk “dapat memetik nilai- nilai yang dapat ditawarkan

Berdasarkan hasil pemeriksaan diagnosis yang kami temukan bahwa untuk kasus 1 kadar Hb nya adalah 6,8 gr/dL, sedangkan untuk kasus 2 kadar Hb nya lebih rendah yaitu 5,8 gr/dL,