• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM MENINGKATK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM MENINGKATK"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU

Kurrotul Aini1

ABSTRACT

A change of educational paradigm to learning paradigm has consequently linked to a change in the management of learning process. This change process implies that it necessitates an academic qualification, quality of academic competency, and professional competency of the learning process manager, In this case, the manager is the teacher herself. A teacher is a professional educator whose main task is to educate, to teach, to guide, to direct, to train, to assess and to evaluate pupils within the formal education of early schooling children, primary education, and secondary education. A professional educator must possess academic qualification and competencies as he/she acts as an agent of learning. The academic qualification meant here deals with the minimum educational level required of the teacher, while competencies which are attached to the teacher teaching at primary and secondary educational levels encompass : pedagogical competency, personal competency, professional competency, and social competency which are learnt in Professional Teacher Education, taken after S1 or Diploma 4 degree has been gained. Within the legal reference of the national education system, for those having S1 degree in education (S.Pd.) taken concurrently in a Professional Teacher Education are expected to have academic and professional competencies which in turn will provide them with greater chance to become professional teachers.

Key words : profesioal education, teacher profesionalism

ABSTRAK

Perubahan paradigma pendidikan menjadi paradigma pembelajaran berkonskuensi logis terhadap perubahan dalam pengelolaan proses pembelajaran. Proses perubahan ini berimplikasi pada tuntutan kualifikasi akademik, kualitas kompetensi akademik, dan kompetensi profesional pengelola proses pembelajaran tersebut. Dalam hal ini, pengelola proses pembelajaran adalah pendidik (guru). Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenang pendidikan usia dini, dasar, dan menengah meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, yang diperoleh pada Program Pendidikan Profesi Guru (PPG), setelah yang bersangkutan memiliki kualifikasi akademik setingkat sarjana (S1) atau diploma empat (D4). Sesuai dengan kerangka acuan aspek legal sistem nasional pendidikan, mereka yang memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) pendidikan (S.Pd) yang mengikuti Pendidikan Profesi Guru dengan model bersamaan (concurrent),

(2)

diharapkan dapat memiliki kompetensi akademik dan kompetensi profesional, yang berpeluang besar untuk dapat melahirkan guru-guru yang profesional.

Kata Kunci : pendidikan profesi, profesionalisme guru PENDAHULUAN

Dalam pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujutnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia, berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut, telah ditetapkan serangkaian prinsip yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan.

Salah satu prinsip tersebut adalah bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.

Paradigma pembelajaran memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan berdasarkan paradigma tersebut, diperlukan acuan dasar pendidikan yang meliputi acuan filosofis maupun acuan normatif baik yang bersifat kultural maupun lingkungan strategis.

(3)

Profesi Guru (PPG) bisa diikuti oleh semua kandidat yang telah menyelesaikan program sarjana. Pada pasal 10 UU. No 14 Thn 2005 tentang Guru dan Dosen juga menyebutkan bahwa kompetensi profesional guru diperoleh melalui pendidikan profesi. Hal di atas berimplikasi cukup serius bagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang selama ini menyelenggarakan pendidikan guru dengan model bersamaan (concurrent).

Apakah nantinya pengangugrahan ijazah akta mengajar pada lulusan sarjana (S1) bidang pendidikan bisa menggantikan sertifikat/ijazah pendidikan profesi yang dalam undang-undang semestinya diselenggarakan setelah program sarjana, ataukah setelah seseorang menyelesaikan sarjana (S1) pendidikan (S.Pd), menempuh lagi pendidikan profesi guru yang nantinya berujung dengan pemberian sertifikat/ijazah profesi. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana penghargaan (kredit) terhadap bidang-bidang yang menyangkut profesi guru yang telah dimiliki oleh seorang lulusan sarjana pendidikan ? Berbagai pertanyaan lain muncul dalam kaitan dengan hal tersebut. Untuk ikut mengkontribusi solusi terhadap masalah tersebut, diajukan beberapa pemikiran berikut ini.

Jadi adapun rumusan masalah pada artikel ini adalah: 1) Bagaimana profesi guru secara umum ? 2) Bagaimana profesionalisme guru?, tujuan penelitian dari artikel ini adalah 1) untuk mengetahui profesi guru secara umum dan, 2) untuk mengetahui profesionalisme guru.

METODE

Metode yang digunakan dalam penulisan ini ialah menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik library research (studi kepustakaan). Library research merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan car mencari data atau informasi dari berbagai media cetak seperti buku,majalah,surat kabar,dan sebagainya.

PEMBAHASAN

1. Definisi Pendidikan

(4)

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik. Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam berpikir.

Secara Etimologi atau asal-usul, kata pendidikan dalam bahasa inggris disebut dengan education, dalam bahasa latin pendidikan disebut dengan educatum yang tersusun dari dua kata yaitu E dan Duco dimana kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit banyak, sedangkan Duco berarti erkembangan atau sedang berkembang. Jadi, Secara Etimologi pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, pendidikanadalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

2. Definisi Profesi

Secara tekstual, perkataan profesi itu ternyata mengandung berbagai makna dan pengertian. Pertama profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepeercayaan ( too profess means to trust ), bahkan suatu keyakinan (to belief in ) atas suatau kebenaran ( ajaran agama ) atau kredibilitas sseorang. Kedua, profesi itu dapat menunjukkan suatu pekerjaan atau nurursan tertentu ( a particular bussiness. Webter’s New World Dictionary menunjukkan lebih lanjut bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang menurut pendidikan tinggi ( kepada pengembannya ) dalam liberal arts atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mentala dan bukan pekerjaan manual., seperti mengajar, keinsinyuran, mengarang, dan sebagainya.2

Profesi itu pada hakikatnya merupakan suatu pekerjaan tertentu nyang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya.

a. Istilah –Istilah yang berkaitan dengan Profesi

(5)

Diskusi tentang profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan. Yatiu, profesi, profesional, profesionalisme, profesionalisasi, da profesionalitas. Sanusi menjelasakn kelima konsep tersebut sebagai berikut.

1) Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Artinya, tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Misalnya untuk mengoperasi seseorang yang mempunyai penyakit kanker, dibutuhkan seorang dokter spesialis bedah yang memiliki kemampuan yang diperoleh dari pendidikan khusus untuk itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yangdilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu (pendidikan/latihan prajabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi (in-service training).

2) Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi, misalnya, “Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah profesional dikontraskan dengan “nonprofesional” atau “amatiran”. Dalam kegiatan sehari-hari seorang profesional melakukan pekerjaan sesuai dengan ilmu yang telah dimilikinya, jadi tidak asal tahu saja.

3) Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu

profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

(6)

seorang guru akan selalu memberikan pelayanan yang baik kepada murid-muridnya.3

5) Profesionalisasi, menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan profesional (profesional development), baik dilakukan melalui pendidikan/latihan “prajabatan” maupun latihan dalam jabatan (inservice training). Oleh karena itu, profesionalisasi merupakan proses yang sepanjang hayat (life long) dan tidak pernah berakhir (never ending), selama seseorang telah menyatakan dirinya sebagai warga suatu profesi.

3. Definisi Guru

Menurut Menpa No. 26/Menpa/1989, pasal 1 ayayt: 1: Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang di beri tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.4 Guru adalah bagian dari pendidik profesional memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

a. Prinsip- Prinsip Profesi Guru

Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional. Profesi guru dan dosen merupakan bidang pkeerjaan yang dilaksanakan berdasarkan perinsip khusus. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen di sebutkan bahwa perinsip-perinsip profesi guru adalah sebagai berikut : 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanna, ketakwaan, dan akahlak mulia.

3. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.

3Saud, 7.

(7)

5. Meliiki tanggung jawab atats pelaksanaan tugas dan keprofesionalan.

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya. 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan. 8. Memperoleh jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

profesionalnya.

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Dalam bukunya Sudirman meneyebutkan bahwa sehubungan dengan bebebrapa fungsi yang dimiliki gurru maka terdapat beberapa aspek utama yang merupakan kecakapan serta pengetahuan dasar bagi guru yaitu :

1. Guru harus dapat memahami dan mennempatkan kedewasaannya.5 2. Guru harus mengenal diri siwanya.

3. Guru haru memiliki kecakapan memberikan bimbingan.

4. Guru harus memiliki dasar pengetahuan yang kuas btentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap pembangunan.

5. Guru harus memiliki penegtahuan yang bulat dan baru mengenai ilmu yang diajarkan. Dalam mengemban tugasnya sebagai profesi, guru harus memiliki kemampuan dasar atau dasar keilmuan. Dengan mengetahui hal tersebut guru akan dapat menjalankan dengan baik sesuai dengan aturan-aturan dalam profesi guru. Artinya guru dapat menjalankan tugasnya berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Adapun dasar keilmuan yang dimiliki adalah sebagai berikut:

10. Memahami Prinsip-prinsip dan Mentafsirkan Hasil-hasil Penelitian Pendidikan Guna Keperluan Pengajaran, yaitu mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam penelitian pendidikan, mempelajari teknik dan prosedur penelitian pendidikan,

(8)

terutama sebagai konsumen hasil penelitian pendidikan, dan menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran.6

4. Pendidikan Profesi Guru

Konversi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Singaraja menjadi Universitas Pendidikan Ganesha menjadikan seluruh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Negeri di Indonesia memangku mandat ganda (wider mandate), yaitu bertugas untuk mendidik tenaga kependidikan yang kompeten diberbagai jenjang (SD,SMP,dan SMA/SMK) di samping bertugas pula untuk menghasilkan tenaga terampil dan ahli dalam berbagai bidang di luar tenaga kependidikan.

Bila diacu UU No 20/2003, PP No 19/2005, dan UU No 14/2005 ditekankan bahwa standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman dalam penentuan kelulusan. Dalam PP No.19/2005 pasal 25 (4) dinyatakan bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan, sedangkan pada pasal 27 (2) dinyatakan bahwa standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi. Ketentuan di atas menyiratkan besarnya otonomi masing-masing perguruan tinggi, yang sudah pasti secara logis akan bermuara pada mutu yang dihasilkan.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, yang dalam kaitan dengan pendidikan dasar dan menengah adalah sarjana (S1) atau diploma empat (D4).

6Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

(9)

Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan usia dini meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (PP 19/2005 ps 28 ayat 3). Inilah yang mendasari terbukanya peluang pendidikan guru model konsekutif karena, setelah seseorang memiliki kualifikasi akademik tertentu, dan bila yang bersangkutan ingin mengabdikan dirinya sebagai pendidik, yang bersangkutan bisa melakukan dengan menambah kemampuannya dengan menguasai/memiliki kompetensi keguruan, yang diformat dalam Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Bila demikian persoalannya bagaimana eksistensi program pendidikan tenaga kependidikan yang menghasilkan sarjana (S1) pendidikan (S.Pd) yang selama ini menempuh pendidikan guru dengan model bersamaan (concurrent)? Bila divisualisasikan persoalan tersebut akan tergambarkan sebagai berikut.

5. Profesionalisme Guru

Pengalaman yang didapatkan oleh kalangan Pendidikan Tinggi di tahun 1980an, melalui program rintisan pengadaan guru MIPA setingkat D3, yang dikelola oleh beberapa

S3 S3

S2 S2

S1 S1

SMA/SMK

?

(10)

perguruan tinggi pembina (istilah saat itu), yang menghasilkan kualitas lulusan (output) yang biasa-biasa saja” (tidak berada di atas kualitas lulusan yang dikelola oleh LPTK), dapat digunakan dasar yang kuat untuk menduga bahwa perancangan pendidikan guru model konsekutif tidak akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kualitas calon guru yang dihasilkan, dan dengan berbagai alasan yang mendasari, khususnya familiaritas keguruannya yang dapat dibina sejak awal tanpa mengesampingkan penguasaan bidang keilmuannya, maka sangat mendasar program pendidikan guru model bersamaan/terintegrasi dipertahankan/konsisten dilaksanakan sebagai program pendidikan guru di LPTK. Diagram tahapan pelaksanaan model tersebut diusulkan untuk dikaji seperti digambarkan pada diagram di atas.

Kajian mengenai aspek legal program sangat perlu dicermati karena hal itu akan berhubungan langsung dengan keabsahan output suatu program. Diagram yang diajukan memberi peluang lulusan sarjana (S1) pendidikan mendapatkan ijazah sarjana dan penambahan program pendidikan profesi maksimal selama dua semester yang berujung dengan pemberian sertifikat profesi, memenuhi aspek legal lulusan untuk melamar menjadi pendidik (guru).

(11)

Berbicara secara umum, kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, sikap, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melakukan tugas ke-profesionalannya, sedangkan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Ketentuan Umum UU No 14 Thn 2005). Ketentuan di atas secara eksplisit menyiratkan bahwa profesi guru terkait dengan konteks layanan ahli dalam bidang keguruan-kependidikan karena terapan layanan ahli kependidikan itu selalu berlandaskan penguasaan akademik yang solid, Gane (1978) melukiskannya sebagai ” seni yang terapannya berbasiskan sains”. Secara sederhana dapat dilukiskan, dalam suatu proses interaksi dalam pembelajaran, seorang guru profesional minimal harus mempertanyakan pada dirinya, apa yang akan dia lakukan dalam proses interaksi tersebut, bagaimana dia melakukannya, dan kenapa demikian dia melakukannya.

Ini berarti, dalam pelaksanaan layanannya, seorang pengampu layanan ahli, harus peduli dengan sisi Why (menyangkut tujuan pendidikan), sisi How (menyangkut prosedur), dan sisi When (menyangkut konteks). Interaksi dalam pembelajaran bersifat transaksi situasional, yang pada dasarnya merupakan suatu perjumpaan budaya antara pendidik dan peserta didik, yang memang telah dipelajari dan dibawanya secara alamiah dilingkungannya masing-masing. Oleh karena itu, guru yang mengelola proses pembelajaran harus mengerahkan penguasaan akademiknya yang utuh (yang bukan hanya sebatas penguasaan keilmuan bidang studi/disciplinary content saja), tetapi harus mengutamakan tercapainya kemaslahatan peserta didik yang memiliki karakteristik tertentu, dan menguasai dengan cermat berbagai pendekatan dalam pengambilan keputusan dalam situasional pembelajaran.

(12)

maupun pedagogical content, menguasai pendekatan pembelajaran yang mendidik dan memandirikan baik menyangkut perancangan, maupun implementasinya, serta mengembangkan kemampuan profesional secara berkelanjutan. Penguasaan dimensi-dimensi konsep akademik yang berhubungan dengan layanan ahli keguruan-kependidikan tersebut serta pengalaman mengaplikasikan dalam profesinya sebagai guru, akan menimbulkan secara berkelanjutan nurturant effects pada kemampuan sosial dan kemampuan personal yang pada gilirannya akan berkontribusi pada kepribadian guru secara makro.

Oleh karena itulah, perancangan program pendidikan guru secara prioritas sebenarnya bertumpu pada penggarapan kemampuan akademik dan kemampuan profesional (yang seyogyanya harus diartikan sebagai kemampuan penerapan bidang akademik dalam kancah profesi yang menjadi garapan layanan ahli keguruan-kependidikan, bukan justru penguasaan disciplinary content yang seyogyanya tidak ditampilkan terpisah dari bidang garapan profesi). Dari proses pendidikan yang secara tekun dan konsisten mempedomani penggarapan kemampuan akademik dan profesional tersebut, disertai dengan cara-cara pengelolaan proses transpormasi itu yang dapat menimbulkan interaksi pembelajaran yang inspiratif, interaktif, menantang, menyenangkan, memotivasi (I2M3) dan memberikan teladan, akan terbentuk pengaruh pengiring (nurturant effects) pada kemampuan personal maupun kemampuan sosial, minimal yang terkait dengan kancah garapan layanan ahli keguruan-kependidikan.

(13)

dengan pola konsekutif. Bila hal terakhir itu memang benar terjadi, berarti lonceng kematian bagi eksistensi kelembagaan dan keilmuan LPTK yang belum lagi disikapi secara tidak proporsional dalam pengembangan programnya setelah menjalani fungsi perluasan mandat (wider mandate).

Hal ini perlu ditekankan supaya LPTK jangan mudah tergelincir secara tidak proporsional, dan bahkan meninggalkan tugas utamanya. Kompetensi akademik diajukan dengan prinsip penguasaan disciplinary content dan pedagogical content secara mengorkestra, yang dapat dijabarkan ke dalam subkompetensi (1) kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam, (2) penguasaan bidang studi yang menyangkut substansi dan epistimologi ke-ilmuan (disciplinary content), dan pengemasan bidang keilmuan tersebut menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks kurikuler mapun karakteristik peserta didik (dalam subkompetensi inilah peluang LPTK untuk mengkriet dan memvariasi programnya menjadi multi exit sehingga menjadi menarik dan sesuai kebutuhan lapangan), (3) kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, yang mampu memfasilitasi pembentukan kemampuan yang utuh yang mampu memadukan antara dimensi pengetahuan (factual, konsep, procedual, dan metakognitif) dengan dimensi proses (pengetahuan, pemahaman aplikasi, analisis/mengkaji, evaluasi dan mencipta) seperti yang dikemukakan Anderson & Krathwohl (2001), sehingga pembentukan sikap dan keterampilan kognitif, personal dan sosial maupun psikomotorik yang diperoleh melalui latihan menjadi terbentuk secara utuh, dan (4) kemampuan mengembangkan keterampilan profesional secara berkelanjutan.

(14)

kaitannya dengan pengelolaan pembelajaran (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan memonitoring proses pembelajaran ) dan keterampilan membina hubungan sosial dengan siswa, teman sejawat dan orang tua peserta didik. Dengan demikian, subkompetensi profesional ini meliputi (1) keterampilan menerapkan kompetensi akademik dalam proses pembelajaran dan (2) keterampilan berhubungan sosial dengan pihak terkait dalam rangka peningkatan dan efektivitas pembelajaran yang mendidik. Keterampilan (kompetensi) personal merupakan unsur kunci bagi guru profesional, sehingga menjadi unsur kunci pula dan termasuk dalam sub- kompetensi profesi guru karena, bila ditelusuri lebih jauh pembentukan kompetensi ini bukanlah merupakan dampak instruksional effects dari suatu pendidikan formal yang diikuti calon guru. Ia lebih banyak merupakan nurturant effects dari pencapaian kompetensi akademik dan kompetensi profesional, dan bahkan juga telah terbentuk dasar – dasarnya dari pendidikan sebelumnya, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Dengan demikian, kompetensi personal ini dapat dideskripsi dengan indikator beriman dan taqwa, berahlak mulya, arif demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur dan sportif, yang terjadinya bersenyawa pada saat proses pencapaian kompetensi akademik dan profesional. Dua standar kompetensi (kompetensi akademik dan kompetensi profesional) diusulkan menjadi landasan dasar kualifikasi akademik seorang sarjana (S1) pendidikan (S.Pd), dan masing-masing sub-kompetensi yang diuraikan di atas menjadi kompetensi dasar, yang nantinya dalam proses pengembangan lanjut digunakan sebagai dasar pengembangan materi sebagai muara dari pengalaman belajar yang harus didapatkan. Dengan penguasaan kualifikasi akademik seperti itu, di samping memenuhi aspek legal, model bersamaan (concurrent) dalam pendidikan guru dapat diselenggarakan secara konsisten, karena kontinuitas program tersebut merupakan landasan yang kokoh seseorang (S.Pd) untuk menjalani pendidikan profesi guru.

(15)

program pendidikan profesi guru setelah seseorang menguasai kualifikasi akademik tertentu yang dari semula dalam proses pembelajarannya sama sekali tidak pernah membumi dengan profesi keguruan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya ke depan pendidikan profesional guru (prajabatan) pola konsekutif yang dinamakan pendidikan profesi cenderung pasti dilakukan dan malah akan ditugaskan pada LPTK, karena hal tersebut telah teramanatkan dalam perundangan, dan hal ini harus dijadikan kesempatan yang sangat berharga bagi LPTK, karena akan mendapat pengalaman yang berharga untuk mencermati kedua model pendidikan profesi guru.

KESIMPULAN

Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Guru adalah bagian dari pendidik profesional memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pendidik sprofesional harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, yang dalam kaitan dengan pendidikan dasar dan menengah adalah sarjana (S1) atau diploma empat (D4).

DAFTAR PUSTAKA

Saud, Udin Syaifudin. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. 2017. Mustofa, Syaiful. Supervisi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2013.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

(1)   Penyambung  pipa  berulir  dari  besi  cor  meleabel  hitam  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  2  yang  berasal  dari  hasil  produksi  dalam  negeri 

memberikan gejala yang secara klinis hampir sama, walaupun angka insidensi kandidiasis oral akibat CT ini masih relatif kecil tetapi spesies ini dilaporkan mempunyai

Penelitian yang dilakukan menghasilkan suatu rancangan Sistem Manajemen Kinerja berbasis The Balanced Scorecard untuk diterapkan di seluruh Cabang PT Indomarco Adi Prima agar

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat.. Ujian Sarjana Bidang Ilmu

Berawal dari apa yang telah dilakukan oleh para ulama terdahulu yang mampu membentuk kepribadian yang berilmu, tangguh dan militant, maka

Saat ini perusahan Brands – Up di tunjuk oleh salah satu Taman wisata air sangkan park yang berada di wilayah kuningan Jawa Barat untuk membuat sebuah web sebagai media

[r]

Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan