• Tidak ada hasil yang ditemukan

Promkes pada Lansia dengan Metode Demons

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Promkes pada Lansia dengan Metode Demons"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu.

Pembangunan kesehatan di Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan angka fertilitas serta menghasilkan perbaikan gizi masyarakat. Dampak positif dari pembangunan kesehatan adalah meningkatnya angka harapan hidup yang terlihat dari meningkatnya jumlah populasi penduduk usia lanjut atau lansia. Umur harapan hidup Indonesia pada tahun 2000-2005 yaitu 67, 8 tahun dan meningkat menjadi 73,6 tahun pada periode tahun 2020–2025 (Statistik Indonesia, 2007). Proyeksi Biro Pusat Statistik di tahun 2010, jumlah usia lanjut mencapai 19 juta (8,5%) dari jumlah seluruh penduduk sedangkan tahun 2025 mencapai 14,4% (Depkes RI, 2010). Jumlah yang demikian besar ini sebenarnya tidak menjadi permasalahan jika diikuti dengan kondisi lansia yang sehat. Sedangkan kebanyakan lansia mengalami berbagai macam penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke, jantung.(Depkes RI, 2010)

(2)

Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas, kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik. Secara biologis lansia mengalami kemunduran dalam proses pertumbuhan organ. Secara mental lansia mengalami kemunduran perkembangan mental seperti penurunan daya ingat, kecerdasan dan kemampuan berpikir. Secara sosial ekonomi lansia mengalami kemunduran sumber pendapatan dari hasil kerja karena tidak mampu melaksanakan pekerjaan seperti ketika masih usia muda (Depkes RI, 2007).

Peran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk membantu lansia. Disamping keluarga, pemerintah juga perlu memberikan intervensi untuk membantu lansia tetap mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima. Pemerintah dalam pembinaan kesehatan usia lanjut perlu tetap melibatkan berbagai sektor baik Depkes, Depsos, organisasi profesi ataupun lembaga swadaya masyarakat serta lintas program terkait (Depkes RI, 2007) yang secara teknis dilaksanakan melalui pembinaan ketenagaan, berupa peningkatan kemampuan teknis dan manajemen bagi para pengelola dan pelaksana termasuk kader kesehatan. Hal ini menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut melalui kegiatan yang di adakan di posyandu lansia diantaranya pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk., 2002).

(3)

maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan. Metode demonstrasi ini diharapkan dapat memberikan solusi yang efektif dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan terhadap lansia yang secara fungsional kemampuan nya menurun.

1.2. Rumusan Masalah

1) Bgaimana konsep promosi kesehatan?

2) Bagaimana model promosi kesehatan dengan demonstrasi pada lansia? 3) Bagaimana menyusun perencanaan promosi kesehatan?

1.3. Tujuan Umum

Untuk menjelaskan dan mengetahui promosi kesehatan dengan metode demonstrasi pada lansia.

1.4. Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep promosi kesehatan. 2) Mahasiswa mengetahui dan memahami promosi kesehatan pada lansia

dengan metode demonstrasi.

3) Mahasiswa mengetahui dan memahami dalam menyusun perencanaan promosi kesehatan.

1.4 Manfaat

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Promosi Kesehatan

1.1 Definisi Promosi kesehatan

Promosi kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan(di Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan). Hal ini esensial, karena masing-masing program tersebut mempunyai aspek perilaku masyrakat yang perlu dikondisikan dengan promosi kesehatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku.

Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.( Depkes RI, 2006).

(5)

Strategi tersebut harus dilaksanakan secara lengkap dan berkesinambungan dalam mengubah perilaku baru masyarakat menjadi lebih baik yang diperlukan oleh program kesehatan. Lingkup promosi kesehatan mencakup diantaranya sebagai berikut :

a. Strategi promosi kesehatan yaitu advokasi, bina suasana, dan gerakan (pemberdayaan) masyarakat.

b. Tatanan kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat bekerja, tempat-tempat umum, dan sarana kesehatan.

c. Prioritas perilaku yang akan dikembangkan berdasarkan program kesehatan yang dilaksanakan, maka kegiatan dilakukan untuk mengembangkan aspek perilaku sehat tertentu, misalnya yang berkaitan dengan kesehatan KIA, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup, Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan situasi di masing-masing tatanan.

Secara definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat (health promotion ) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and Clark, mengatakan ada empat tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yakni : a. Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan)

b. Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)

c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)

d. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya kecacatan) e. Rehabilitation (pemulihan)

(6)

pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat menerima atau membeli (dalam arti menerima perilaku kesehatan) dan akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.

1.2 Tujuan Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan harus mempunyai tujuan yang jelas. Yang dimaksud tujuan dalam konteks ini adalah apa yang diinginkan oleh promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain. Tujuan umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang Kesehatan No.23/1992, maupun WHO, yakni meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun social. Promosi kesehatan di semua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, baik kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat.

1.3 Sasaran Promosi Kesehatan

Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Agar promosi kesehatan dapat lebih tepat sasaran, maka sasaran tersebut perlu dikenali secara lebih khusus, rinci, dan jelas melalui pengelompokan sasaran promosi kesehatan meliputi sasaran utama (primer), sasaran antara (sekunder), dan sasaran penunjang (tersier).

(7)

terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

Sasaran sekunder adalah mereka yang dapat mempengaruhi sasaran primer. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat disekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan social (social support).

Sasaran tersier adalah mereka yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau penyandang dana. Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran primer tersier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

1.4 Strategi Promosi Kesehatan

Untuk mencapai tujuan promosi kesehatan, maka perlu dilakukan strategi dalam pelaksanaan promosi kesehatan yang bekerja sama dengan tenaga kesehatan dan sektor terkait. Strategi tersebut adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2006)

1. Advokasi

(8)

dilakukan antara lain pendekatan perorangan melalui lobi, dialog, negoisasi, debat, petisi, mobilisasi, seminar, dan lain lain.

2. Bina suasana

Yaitu penciptaan situasi yang kondusif untuk memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat tercipta dan berkembang jika lingkungan mendukung hal ini. Dalam hal ini, lingkungan mencakup lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik.

3. Gerakan pembedayaan masyarakat

Yaitu gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat mengenali dan memelihara masalah kesehatan sendiri serta untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya. Tujuan yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

1.5 Jenis Metode Promosi Kesehatan

Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.

1. Berdasarkan Teknik Komunikasi a. Metode penyuluhan langsung.

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengansasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.

b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapansecara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya denganperantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melaluipertunjukan film, dsb 2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai

(9)

Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsungdengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungantelepon, dan lain-lain

b. Pendekatan kelompok

Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran.Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain :Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain

c. Pendekatan masal

Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepadasasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan iniadalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film,

1.6 Pemilihan Metode Promosi Kesehatan

Notoatmodjo (1989) menyatakan bahwa agar tercapai hasil belajar (perubahan perilaku) dengan efektif dan efisien, maka pemilihan metode pendidikan perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pemilihan metode hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan. 2. Pemilihan metode tergantung kepada kemampuan guru atau

pendidiknya.

3. Pemilihan metode harus mempertimbangkan kemampuan dari sasaran belajar (pihak yang belajar).

4. Pemilihan metode tergantung pada besarnya kelompok sasaran.

5. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan waktu pemberian atau penyampaian pesan. Pemilihan metode hendaknya mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang tersedia

1.7 Pendekatan Promosi Kesehatan

(10)

tujuan dan nilai-nilai yang diantu. Menurut Ewles dan Simnett (1994), terdapat kerangka lima pendekatan yang menunjukkan nilai-nilai yang melekat pada masing-masing pendekatan tersebut. Pendekatan tersebut meliputi :

1) Pendekatan medic

Tujuan pendekatan medik adalah membebaskan dari penyakit dan kecacatan yang didefinisikan secara medik, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan intervensi kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin dengan menggunakan metode persuasif atau paternalistik (misal, memberi tahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan KB, dan pria umur pertengahan untuk melakukan skrining tekanan darah). Pendekatan ini memberikan arti penting terhadap tindakan pencegahan medik, dan merupakan tanggung jawab profesi kedokteran membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.

2) Pendekatan perubahan perilaku

Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Pendekatan perubahan perilaku bertujuan mengubah sikap dan perilaku indvidual masyarakat sehingga mengadopsi gaya hidup sehat. Orang-orang yang menggunakan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup sehat merupakan hal paling baik bagi klien, dan akan melihatnya sebagai tanggungjawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang guna mengadopsi gaya hidup sehat yang mereka anjurkan. Contoh penggunaan pendekatan perubahan perilaku antara lain mengajari orang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum alkohol, mendorong orang melakukan kegiatan olahraga, memelihara kesehatan gigi, dan mengonsumsi makanan yang baik.

(11)

Pendekatan pendidikan lebih dikenal sebagai pendidikan kesehatan yang bertujuan memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku kesehatan, dan membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Pendekatan ini menyajikan informasi mengenai kesehatan, dan membantu individu menggali nilai dan sikap dan membuat keputusan mereka sendiri. Program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankan upaya membantu murid mempelajari keterampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuan saja. Orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi proses pendidikan, menghargai hak individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal paling baik bagi klien mereka.

4) Pendekatan berpusat pada klien

Tujuan pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai kepentingan dan nilai mereka. Promotor berperan sebagai fasilitator, membantu individu mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan supaya memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien menjadi sentra tujuan ini. Klien dihargai sebagai individu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, kemampuan berkontribusi, dan memiliki hak absolut untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.

5) Perubahan sosial

(12)

perubahan-perubahan pada lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi dalam upaya membautnya lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Pendekatan ini pada prinsipnya mengubah masyarakat, bukan perilaku seiap individu. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, memiliki komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan sehari-hari individual yang tinggal di tempat itu.

1.8 Media dan Alat Peraga Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan masyarakat dapat diberikan kepada sasaran baik secara langsung maupun melalui media tertentu. Dalam situasi di mana pendidik (sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran, media pendidikan sangat diperlukan. Media promosi kesehatan adalah saluran komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media yang dapata dipergunakan adalah sebagai berikut (Efendi & Makhfudli, 2009) :

- Media elektronik : radio, televisi, internet, telepon, handphone, teleconference

- Media cetak : majalah koran, selebaran (leaflet dan flyer), booklet, papan besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph, bulletin board - Media lain : surat

Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya pendukung. Contohnya, di daerah terpencil yang hanya dapat dicapai dengan pesawat terbang khusus dan pendidikan kesehatan yang diinginkan adalah yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dipilih adalah flyer atau media elektronik jika sumber dayanya memungkinkan.

(13)

partisipan dalam proses promosi kesehatan. Media poster dapat dianggap sebagai alat peraga berupa gambar, demikian juga dengan billboard dan sebagainya. Berikut adalah media dan alat peraga yang dapat dipergunakan dalam promosi kesehatan :

1. Leaflet dan pamflet

Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu maslaah khsusu untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri atas 200-400 kata dan kadang-kadang berseling dengan gambar. Leaflet berukuran 20 x 30 cm, dan biasanya disajikan dalam bentuk terlipat. Biasanya leaflet diberikan setelah sasaran selesai kuliah atau ceramah agar dapat dipergunakan sebagai pengingat pesan atau dapat juga diberikan sewaktu ceramah untuk memperkuat pesan yang sedang disampaikan.

2. Booklet

Media ini berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau keduanya. Sasaran booklet adalah masayarakat yang dapat membaca 3. Flyer

Selebaran berbentuk seperti leaflet, tetapi tidak terlipat. Biasanya disebarkan melalui udara (pesawat udara)

4. Billboard

Berbentuk papan besar berukuran 2 x 2 m yang berisi tulisan dan/atau gambar yang ditempatkan di pinggir jalan besar yang dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai jalan. Tulisan dalam billboard harus cukup besar agar dapat dibaca oleh pengendara yang berkecepatan tinggi tanpa mengganggu konsentrasinya dalam berkendara. Billboard juga dapat berupa gambar besar yang ditempelkan pada kendaraan umum sehingga dapat meraih lebih banyak sasaran.

5. Poster

(14)

hendaknya menarik. Kata-kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata dan hurufnya dapat dibaca oleh orang yang lewat dari jarak 6 meter.Tujuan poster adalah untuk mengingatkan kembali dan mengarahkan pembaca ke arah tindakan tertentu atau sebagai bahan diskusi kelompok.

6. Flannelgraph

Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang di belakangnya diberi kertas amril (ampelas). Guntingan gambar tersebut kemudian ditempekan pada papan berlapis kain flanel atau kain berbulu yang lain. Keuntungan menggunakan flannelgraph adalah peserta dapat mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata yang diinginkannya untuk ditempelkan di tempat yang ia inginkan. Dengan cara ini, para peserta menunjukkan gagasannya sendiri tentang masalah yang sedang didiskusikan. Flannelgraph yang telah dipergunakan dalam suatu pendidikan juga dapat dipergunakan kembali untuk pendidikan kesehatan dengan topik yang berbeda.

7. Bulletin board

Berupa papan berukuran 90 x 120 cm yang biasanya dipasang di dinding fasilitas umum (puskesmas, rumah sakit, balai desa, dan kantor kecamatan). Pada papan ini ditempelkan gambar-gambar, leaflet, poster, atau media massa lain yang mengandung informasi penting yang secara berkala diganti dengan topik-topik lain.

8. Lembar balik

(15)

Lembar balik digunakan untuk pertemuan kelompok dengan jumlah maksimal peserta 30 orang. Flip book biasa dipergunakan untuk pendidikan individu atau kelompok yang lebih kecil (kurang dari 5 orang).

9. Flashcard

Merupakan sejumlah kartu bergambar berukuran 25 x 30 cm. Gambar-gambarnya dapat dibuat dengan tangan atau dicetak dari foto dan diberi nomor urut. Keterangan tentang gambar tercantum di belakang setiap kartu. Flashcard dipergunakan untuk sasaran berjumlah kurang dari 30 orang. Apabila pendidik kesehatan ingin membuat sendiri media yang akan dipergunakannya, maka langkah-langkah berikut ini perlu diterapkan :

- Membuat konsep pesan yang berisi materi pendidikan kesehatan - Melakukan pretest terhadap konsep pesan

- Memperbaiki konsep pesan.

Setelah tehnik, media, serta alat peraga pendidikan siap, maka dilaksanakan pelatihan bagi pendidik kesehatan (health educator) yang akan bertugas dalam pendidikan kesehatan. Pelatihan dimulai dengan melalui rekrutmen tenaga. Setelah itu, diteruskan dengan penjelasan mengenai tujuan, sasaran, dan metode yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan. Tenaga pendidik juga dibekali dengan pengetahuan struktur dan proses kelompok serta keterampilan dalam menangani problem kelompok. Bekal ini berguna untuk menghadapi masalah masalah yang sering kali timbul dari dalam atau dari luar kelompok sasaran penyuluhan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Metode promosi kesehatan pada tiap tahap perkembangan (Efendi & Makhfudli, 2009) :

Pra sekolah Bahasa sederhana, permainan, musik dan demonstrasi Usia sekolah Bahasa beragam dengan tingkat kemampuan dan

(16)

diskusi, demonstrasi, dan role play

Dewasa Kuliah klasikal, diskusi, demonstrasi dan role play yang menekankan pada tingkat emosional

2. Metode Demonstrasi

2.1 Definisi Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan cara penyajian suatu pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara menjalankan suatu tindakan, adegan, atau memperlihatkan bagaimana menggunakan suatu prosedur. Sasaran pendidikan kesehatan dapat mencoba sendiri prosedur yang telah diperlihatkan oleh komunikator. Contohnya yaitu menyajikan larutan oralit langkah demi langkah (Efendy & Makhfudli, 2009).

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun menggunakan media yang relevan dengan pokok bahasan atau dengan materi yang sedang disajikan. Metode ini sangat efektif diterapkan pada materi yang membutuhkan banyak praktek untuk menunjukkan suatu proses atau kegiatan, biasanya digabungkan dengan metode dan tanya (Sumartini, 2014).

Metode demonstrasi memperlihatkan dan memperagakan sesuatu secara nyata yang disertai dengan penjelasan verbal. Pemberian pendidikan kesehatan melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan pengetahuan, memperbaiki sikap, dan kemampuan tindakan menjadi lebih baik dan efektif. Metode demonstrasi dapat membuat tingkat partisipasi belajar dari responden menjadi lebih tinggi ( Magfiroh, 2012).

(17)

demonstrasi berlangsung, demonstrator dan klien/peserta harus menggunakan jenis peralatan yang sama. Demonstrator memperagakan dengan baik bagaimana cara melakukan sesuatu dengan benar sesuai prosedur, dan memberikan kesempatan untuk berlatih secara mandiri kepada klien/peserta (Allender, et al., 2010).

2.2 Tujuan Metode Demonstrasi

Tujuan metode demonstrasi yaitu untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannnya, harapan yang membentuk sesuatu, membangun suatu cara lain, serta untuk mengetahui dan melihat kebenaran sesuatu langkah (Efendy & Makhfudli, 2009), atau untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu (Syah, 2000).

Menurut Rochman (2007) mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode demonstrasi adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadiny sesuatu seperti :

1. Mengajarkan klien/peserta tentang suatu tindakan, proses atau prosedur keterampilan fisik dan motorik.

2. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan klien/peserta secara bersama-sama.

3. Mengkonkritkan informasi yang disajikan pada klien/peserta.

(18)

2.3 Manfaat Metode Demonstrasi

Menurut Simamora (2009), manfaat metode demonstrasi : 1. Perhatian peserta atau responden dapat lebih terpusatkan.

2. Proses pendidikan kesehatan dapat lebih terarah pada materi yang sedang diberikan atau dipelajari.

3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat pada peserta atau responden.

2.4 Prinsip Metode Demonstrasi

Menurut Sumartini (2014), beberapa prinsip metode demonstrasi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan hubungan yang baik dengan peserta/klien serta menarik perhatian sehingga ada keinginan dan kemauan dari klien/peserta untuk menyaksikan apa yang didemonstrasikan.

2. Memberikan penjelasan yang baik untuk peserta/klien sehingga dapat memahami suatu prosedur yang sebelumnya belum dipahami.

3. Menetapkan inti pokok atau garis besar langkah-langkah yang dilakukan pada saat demonstrasi agar peserta/klien dapat benar-benar memahami.

4. Menyiapkan alat yang sesuai dan dapat diamati dengan jelas oleh klien/ peserta.

5. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok bahasan atau topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui klien/peserta sambil memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya.

2.5 Pedoman Metode Demonstrasi a. Persiapan

1) Identifikasi bacaan atau kegiatan yang perlu dilakukan peserta didik sebelum demonstrasi.

(19)

3) Latihan sebelum melakukan demonstrasi agar teampil dalam menampilkan prosedur.

4) Ukur waktu yang diperlukan termasuk persiapan, dmeonstrasi, diskusi setelah demonstrasi, demonstrasi ulang oleh peserta didik, dan menerapkan kembali alat-alat yang digunakan.

b. Sebelum demonstrasi

1) Siapkan materi dan alat sebelum peserta didik tiba dan uji coba tiap alat (cek kesiapan alat).

2) Alat penerapan alat danmateri agar dapat dilihat peserta didik. 3) Jelaskan tujuan demonstrasi dan jelaskan gambaran prosedur. 4) Jelaskan tiap materi dan alat.

5) Diskusikan prinsip penting dalam demonstrasi.

6) Identifikasi hal-hal penting yang perlu diobservasi selama demonstrasi.

7) Cek apakah semua peserta didik dapat melihat demonstrasi. c. Pelaksanaan demonstrasi

1) Demonstrasikan tiap langkah prosedur secara teratur agar dapat diikuti.

2) Uraikan prosedur sambil memberikan demonstrasi dan tekankan butir-butir penting.

3) Hindari hal detail yang tidak penting.

4) Tekankan cara melaksanakan prosedur, bukan cara yang tidak perlu dilakukan.

5) Pantau tiap langkah demonstrasi. d. Setelah demonstrasi

1) Ulangi demonstrasi atau tiap langkah jika peserta didik perlu melakukan observasi lanjutan di klinik (redemonstrasi).

2) Diskusikan prosedur segera setelah demonstrasi dan mengulang hal-hal yang penting.

(20)

5) Evaluasi hasil demonstrasi dan identifikasi area yang perlu dimodfikasi.

Menurut Agus Suprijono (2009:130) adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah :

1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai setelah proses demonstrasi berakhir

2. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam demonstrasi 3. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilakukan

4. Menjelaskan topik yang akan didemonstrasikan

5. Melakukan demonstrasi yang akan dilihat dan ditirukan 6. Penguatan melalui diskusi, tanya jawab, dan latihan 7. Kesimpulan dari demonstrasi yang telah dilakukan

Hal-hal yang harus diperhatikan selama demonstrasi berlansung adalah : 1. Keterangan-keterangan dapat didengar jelas

2. Jika ada alat, alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik dan mudah dijangkau

3. Disarankan untuk membuat catatan-catatan seperlunya

(21)

2.6 Proses Pembimbingan pada Metode Demonstrasi

a. Menyiapkan pengaturan tempat yang memungkinkan demonstrasi dapat dilihat dengan jelas oleh peserta didik.

b. Menjelaskan tujuan demonstrasi.

c. Mejelaskan serta menunjukkan bahan dan alat yang digunakan. d. Mendiskusikan prinsip penting dalam demonstrasi.

e. Mengidenstifikasi hal-hal yang perlu diobservasi selama demonstrasi berlangsung.

f. Mendemosntrasikan setiap prosedur dan menekankan pada bagian yang penting.

g. Memantau setiap langkah demonstrasi.

h. Menginstruksikan untuk melakuakn redomenstrasi.

i. Member kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi dirimaupun kelompok tentang lamanya waktu demonstrasi dankesulitan yang dihadapi.

j. Memberikanumpan balik dna reinforcement.

k. Mengevaluasi proses dan mengidentifikasi kemugkinan modifikasi.

2.7Kelebihan Metode Demonstrasi

Menurut Agus Suprijono (2009), kelebihan metode demonstrasi adalah : 1. Menarik dan menahan perhatian

2. Mengahdirkan subjek dengan cara mudah dipahami

3. Menyajikan hal-hal yang meragukan apakah dapat atau tidak dapat dikerjakan

4. Lebih objektif dan nyata

5. Menunjukkan pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contoh 6. Mempercepat penyerapan langsung dari sumbernya

7. Dapat membantu mengembangkan kepemimpinan lokal 8. Dapat memberikan bukti praktik yang dianjurkan 9. Dapat melihat sebelum melakukannya sendiri

(22)

a. Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas danlebih konkret, dengan demikian dapat menghindari terlalu banyaknya penggunaan bahasa verbal.

b. Peserta didik diharapkan lebih mudah memahami apa yang dipelajari. c. Proses pengajaran akan lebih menarik.

d. Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

e. Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.

f. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.

g. Kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya

2.8 Kekurangan Metode Demonstrasi

Menurut Agus Suprijono (2009), kelemahan metode demonstrasi adalah : 1. Keterampilan yang memadai diperlukan untuk melaksanakan

demonstrasi yang baik

2. Demonstrasi terbatas hanya untuk pengajaran tertentu 3. Memerlukan waktu yang banyak dan agak mahal 4. Memerlukan banyak persiapan awal

5. Dapat dipengaruhi oleh kondisi tertentu

6. Dapat mengurangi kepercayaan jika tidak berhasil sempurna

3. Konsep Lansia

3.1 Pengertian Lansia

Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurllock, 1999).

(23)

Negara – negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur lansia adalah 65 tahun dengan pertimbangan bahwa usia tersebut orang aakan pensiun. Tapi akhir-akhir ini telah dicapai konsensus yang ditetapkan oleh Badan Kesehatann Dunia (WHO) bahwa batasan umur lansia adalah 60 tahun.

3.3 Perubahan Pada Lansia Pada Semua Sistem dan Implikasi Klinik 3.5.1 Perubahan pada Sistem Sensoris

Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.

3.5.2 Perubahan pada Sistem Integumen

(24)

penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit. Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% perdekade.

3.5.3 Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal

Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormonlain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikro- arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat benturan ringan maupun spontan.

3.5.4 Perubahan pada Sistem Neurologis

(25)

3.5.5 Perubahan pada Sistem Kardiovaskular

Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai denganpenurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darahyangteroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200 x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit.

3.5.6 Perubahan pada Sistem Pulmonal

Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar 0,2 liter/dekade.

3.5.7 Perubahan pada Sistem Endokrin

Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheicthyrotoxicosis”.

3.5.8 Perubahan pada Sistem Renal

(26)

mempengaruhi kerja nefron dan akhirnya mempebgaruhi fungsi pengaturan, ekskresi, dan matabolik

sistem renal.

3.5.9 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan.

3.5.10 Perubahan pada Sistem Reproduksi 1)Pria

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria akibat proses menua :

a. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. b. Atrofi asini prostat otot dengan area fokus

hiperplasia. Hiperplasia noduler benigna terdapat pada 75% pria > 90 tahun.

2)Wanita

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita akibat proses menua:

a. Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi jaringan payudara dan genital.

b. Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah penurunan massa tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur, peningkatan kecepatan aterosklerosis.

4 Senam Lansia

4.1 Pengertian Senam Lansia

(27)

suatubentuk latihan fisik yang dikemas secara sistimatis yang tersusundalam suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesegarantubuh. Memberikan pengaruh baik (positif ) terhadap kemampuanfisik seseorang, apabila dilakukan secara baik dan benar. Hasilsurvey pembuatan norma kesegaran jasmani pada usia lanjut yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1992-1993menemukan bahwa sekitar 90% usia lanjut memiliki tingkatkesegaran jasmani yang rendah, terutama pada komponen daya tahankardio- respiratori dan kekuatan otot. Hal tersebut dapat dicegahdengan melakukan latihan fisik yang baik dan benar. Manfaat latihanfisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya promotif, preventif,kuratif, dan rehabilitatif. Manfaat tersebut ditinjau secara fisiologis,psikologis dan sosial (Nugroho, 2008).

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkanyang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agartetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantungbekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur danterarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan denganmaksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).

4.2 Fisiologi Senam Lansia

(28)

jantung yang meningkat mempengaruhi peningkatan regangan pada ventrikel kiri jantung sehingga curah jantung meningkat sampai mencapai 4-5 kali dibandingkan curah jantung saat istirahat (Latief, 2002).

Respons kimiawi menghasilkan penurunan pH dan kadar PO2, terakumulasinya asam laktat, adenosin dan K+ oleh metabolisme selama otot aktif berkontraksi (Ronny, 2009). Akumulasi zat metabolik ini menyebabkan pembuluh darah mengalami dilatasi yang akan menurunkan tekanan arteri, namun berlangsung sementara karena adanya respon arterial baroreseptor dengan meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup sehingga tekanan darah meningkat (Latief, 2002).

Tekanan darah yang meningkat akan meningkatkan stimulus impuls pada pusat baroresptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju pusat pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron sensorik yang akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan NE (norepinephrin dan epinephrin), dan 31 saraf parasimpatis yang akan melepaskan lebih banyak ACH yang mempengaruhi SA node yang akan menurunkan tekanan darah (Guyton, 2001).

4.3 Manfaat Senam Lansia

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.

(29)

senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,pikiran tetap segar.

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu10istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang.

Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinovalsehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).

Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolic yang di kalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzimfosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim untukproses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006).

(30)

menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.

Manfaat senam lansia secara khusus :

1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia

2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi)

3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.

4. Sebagai Rehabilitas

Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan.

5. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. 6. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa

berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

4.4 Prinsip Senam Lansia

(31)

b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.

c. Memberi kontak psikologis dengan sesama, sehingga tidak merasa tersaing.

d. Mencegah terjadinya cedera.

e. Mengurangi / menghambat proses penuaan. f. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah) g. Bersifat progresif (bertahap meningkat)

h. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan i. Lama latihan berlangsung 15-60 menit

j. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5kali

Ketentuan- ketentuan senam :

Dosis latihan senam adalah; Lama latihan minimum ; 30 - 40 menit (termasuk pemanasan dan pendinginan).

1. Pada awal senam lakukan dahulu pemanasan, peregangan, kemudian latihan inti dan pada akhir latihan lakukan pendinginan dan peregangan lagi.

2. Sebelum senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk menggantikan keringat yang hilang. Selalu diingat untuk minum air sebelum , selama dan sesudah berlatih.

3. Makan sebagian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar tidak mengganggu pencernaan. Kalau latihan pada pagi hari tidak perlu makan sebelumnya.

4. Senam diawasi oleh para pelatih, agar tidak terjadi cedera.

5. Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan dan gerakan tidak boleh menyentak dan memilir ( memutar ) terutama untuk tulang belakang.

6. Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis, jangan memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti training spak lengkap dan tebal.

(32)

tumit.

8. Waktu senam sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari, bila latihan diluar gedung.

9. Tempat senam sebaiknya berupa lapangan atau taman.

10. Landasan tempat senam sebaiknya tidak terlalu keras dan dianjurkan berlatih diatas tanah atau rumput dan bukan diatas lantai ubin atau semen yang keras, hal ini untuk mengurangi cedera kaki dan tungkai (Menpora, 2008).

4.5 Hal – hal yang Harus Diperhatikan Demi Keselamatan Lansia

a. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih selama senam meliputi; Ketahanan kardio pulmonal, kelentukan, kekuatan otot, komposisi tubuh, keseimbangan, kelincahan gerak.

b. Selalu memperhatikan keselamatan/menghindari cedera.

c. Senam dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat,sesuai dengan kemampuan.

d. Senam dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit demi sedikit.

e. Hindari kompetensi dalam bentuk apapun.

f. Perhatikan kontraindikasi senam dan sebaiknya dikonsultasikan ke dokter terlatih dahulu. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani diperlukan untuk penjaringan kesehatan dan merupakan tahap persiapan senam.

4.6 Gerakan Senam Lansia

Latihan senam yang dilakukan dalam tiga segmen a. Pemanasan (warming up)

(33)

agar dapat turut serta dalam proses metabolisme yang meningkat (Menpora, 2008).

b. Latihan inti

Tergantung pada komponen/faktor yang dilatih maka bentuk latihan tergantung pada faktor fisik yang paling buruk. Gerakan senam dilakukan berurutan seperti contoh dalam buku ini dapat diiringi dengan musik yang disesuaikan dengan gerakan. Untuk usia lanjut biasanya dilatih :

1. Daya tahan (endurance)

2. Kardio–pulmonal dengan latihan latihan yang bersifat aerobik 3. Fleksibilitas dengan peregangan

4. Kekuatan otot dengan latihan beban

5. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan, latihan aerobik, kombinasi dengan latihan beban kekuatan.

c. Pendinginan (cooling down)

(34)

BAB III

PERENCANAAN DAN EVALUASI 3.1 Masalah

Menurut Maryam dkk (2008), gangguan fisik yang sering terjadi pada lansia diantaranya adalah arthritis (46%), hipertensi (38%), gangguan pendengaran (28%) , kelainan Jantung (28%), sinusitis kronis (18%), penurunan visus (14%), dan gangguan pada tulang (13%). Prioritas Masalah

Menurut Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan fisik pada lansia yang dapat menjadi suatu kondisi lansia terserang penyakit, seperti perubahan kardiovaskuler yaitu menurunnya elastisitas pembuluh darah, perubahan pada respirasi yaitu menurunnya kekuatan otot-otot pernafasan, serta perubahan pada pendengaran dan perubahan pada penglihatan. Terdapat beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia antara lain hipertensi, diabetes mellitus, jatung koroner, stroke, katarak, dan lain sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Margiyati (2010) menunjukkan bahwa senam yang dilakukan oleh lansia dapat memberi pengaruh pada penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Penelitian oleh Sukartini (2010) tentang manfaat senam terhadap kebugaran lansia juga menunjukkan bahwa senam dapat mempengaruhi tidak hanya stabilitas nadi, namun juga stabilitas tekanan darah sistolik dan diastolik, pernafasan dan kadar immunoglobulin. Diharapkan promosi kesehatan senam lansia dengan metode demonstrasi ini dapat mencegah keberlanjutan atau komplikasi penyakit pada lansia.

3.2 Komponen Promkes a) Tujuan

1. Meningkatkan pemahaman lansia mengenai senam lansia

2. Meningkatkan pemahaman lansia mengenai prinsip senam lansia 3. Meningkatkan pemahaman lansia mengenai manfaat senam lansia 4. Melatih lansia melakukan gerakan senam lansia

5. Menjadikan lansia mampu mengaplikasikan senam lansia secara mandiri dengan tepat

(35)

Sekunder : keluarga lansia

Tersier : ketua posyandu lansia c) Isi

1. Pengertian senam lansia

2. Tujuan dan manfaat senam lansia 3. Prinsip senam lansia

4. Gerakan senam lansia d) Metode

Sasaran primer : video

Sasaran sekunder : penyuluhan dan pemberian leaflet Sasaran tersier : penyuluhan dan pemberian leaflet e) Media

1. LCD 2. Leptop 3. Power point 4. Video

5. Kursi audience 6. Mic

f) Rencana Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada sasaran primer yakni lansia di balai desa sesudah demonstrasi. Yang melakukan evaluasi adalah mahasiswa berkolaborasi dengan kader. Selain itu, evaluasi pada sasaran sekunder dan tersier yakni keluarga dan ketua posyandu lansia dilakukan dengan metode pretest dan posttest. Saat di rumah, keluarga juga berperan untuk mengevaluasi lansia dengan cara menandai lembar observasi yang telah diberikan oleh penyuluh.

g) Jadwal Pelaksanaan

(36)

MATERI SENAM LANSIA 1. Pengertian Senam Lansia

Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur danterarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan denganmaksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).

2. Manfaat Senam Lansia

1) Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia

2) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi) 3) Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap

bertambahnya tuntutan, misalya sakit. 4) Sebagai Rehabilitas

Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan.

5) Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.

(37)

3. Prinsip Senam Lansia

Program senam mempunyai prinsip antara lain : a. Membantu tubuh agar tetap bergerak/ berfungsi. b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.

c. Memberi kontak psikologis dengan sesama, sehingga tidak merasa tersaing. d. Mencegah terjadinya cedera.

e. Mengurangi / menghambat proses penuaan. f. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah) g. Bersifat progresif (bertahap meningkat)

h. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan i. Lama latihan berlangsung 15-60 menit

j. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5kali

Ketentuan- ketentuan senam :

Dosis latihan senam adalah; Lama latihan minimum ; 30 - 40 menit (termasuk pemanasan dan pendinginan).

1) Pada awal senam lakukan dahulu pemanasan, peregangan, kemudian latihan inti dan pada akhir latihan lakukan pendinginan dan peregangan lagi.

2) Sebelum senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk menggantikan keringat yang hilang. Selalu diingat untuk minum air sebelum , selama dan sesudah berlatih. 3) Makan sebagian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar tidak mengganggu

pencernaan. Kalau latihan pada pagi hari tidak perlu makan sebelumnya. 4) Senam diawasi oleh para pelatih, agar tidak terjadi cedera.

5) Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan dan gerakan tidak boleh menyentak dan memilir ( memutar ) terutama untuk tulang belakang.

6) Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis, jangan memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti training spak lengkap dan tebal.

7) Jenis sepatu yang dianjurkan adalah sepatu lari atau sepatu untuk berjalan kaki yang mempunyai sol/ bantalan yang tebal pada daerah tumit.

(38)

9) Tempat senam sebaiknya berupa lapangan atau taman.

10) Landasan tempat senam sebaiknya tidak terlalu keras dan dianjurkan berlatih diatas tanah atau rumput dan bukan diatas lantai ubin atau semen yang keras, hal ini untuk mengurangi cedera kaki dan tungkai (Menpora, 2008).

(39)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukandari, oleh dan untuk masyarakat sesuai denagn faktor budaya setempa. Tujuan dari promosi kesehatan ini adalah tujuan pendidikan, tujuan saran, dan tujuan perilaku. Sasaran dari promosi kesehatan adalah sasaran primer, sekunder dan tersier. Stretegi dalam promosi kesehatan adalah advokasi, bina usaha, dan gerakan pemberdayaan masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan medic, pendekata perilaku, pendekatan edukasional, perubahan pada klien, pendekatan social. Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurllock, 1999). Batasan umur lansia adalah 60 tahun berdasarkan WHO. Promosi kesehatan pada lansia dengan metode demonstrasi diberikan agar lansia mudah memahami apa yang disampaikan penyuluh serhubungan dengan penurunan fungsi organnya.

4.2 Saran

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Allender J.A, Cherie Rector, Kristine D. Warner. 2010. Community Health Nursing : Promoting & Protecting the Public Health, 7th edition. Lippincott : Philadelphia

Darmojo, B. 2006. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Lanjut Usia, Edisi 3, Jakarta: Bala Penerbit FKUI

Dilman, Vladimir et. al.Theories OfAging. http://www.antiaging-systems.com/ARTICLE-613/ theories-of-aging.htm. Diaskes pada tanggal 10 November2015

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Latif, N, 2002. Sosialisasikan Senam Lansia, Available from : http://www.epsikologi.com , (Cited 2013 Mar 16)

Maghfiroh S.D., Ninuk D.K, Kristiawati. 2012. Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi dan Ceramah Meningkatkan Kemampuan Latihan Batuk Efektif pada Anak Usia Sekolah

Menpora. 2008. Senam Lanjut Usia. Jakarta, Kementrian Pendidikan dan Olahraga.

Miller, Carol A. 1999. Nursing Careof Older Adults: Theory and Practice. Philadepia: Lippincott

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho . 2008 Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3, Jakarta: EGC

Simamora, Roymond. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Sumartini, Yosephine. 2014. Pencapaian Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Demonstrasi. Volume 7 Nomor 1.

Syah, M. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

(41)

Jakarta: EGC

Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Gerakan Senam Lansia

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mialidiawa-6616-3-babii.pdf http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud91514203818final%20thesis%20isi%20bu

Referensi

Dokumen terkait

Kanca Solo Slamet Riyadi dalam menyelesaikan kredit ritel dan komersial bermasalah pada tahun 2016.. Objek yang diambil dalam penelitian ini adalah

Hasil penelitian tentang Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Problem Posing Matematika Studi Multi Kasus pada Siswa Kelas IV SD Islam Surya Buana Malang dan SD Islam

informasi yang menjelaskan gaya permainan dari sebuah Game, dan sampai dengan sekarang ini sudah banyak kombinasi antara genre Game itu sendiri untuk melabeli sebuah Game..

menunjukkan bahwa 18 orang dari total responden yang bertempat tinggal di sekitar PLTD Siantan Hilir pada radius kurang dari 100 meter mengalami gangguan dalam kemampuan

De store bankene har imidlertid ikke i større grad enn små og mellomstore banker oppgitt at de vil øke sine utlån til husholdninger.. Oppsummering

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak kulit buah naga ( Hylocereus lemairei ( Hook). Britton & Rose) mampu menghambat pertumbuhan

Viabilitas Inokulan Azospirillum dalam Bahan Pembawa Arang Batok dan Zeolit steril Menggunakan Iradiasi Sinar Gamma Co-60, MBE dan Autoklaf yang disimpan pada Suhu

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengkaji cara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengomunikasikan gagasan alternatifnya kepada anggota kelompok mayoritas