• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan praktikum fisiologi 1 kesanggupa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan praktikum fisiologi 1 kesanggupa"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1 UNSOED

Jl. Dr. Soeparno kampus Karangwangkal Purwokerto 53122 Telp. 0281-642840; Email: farmasi.unsoed.gmail.com

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI 1 :

KESANGGUPAN KARDIVASKULER DAN TEKANAN DARAH

MATA KULIAH :

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

Disusun oleh :

Curie Julia Kulzumia (G1F012054)

Reza Nur Iman (G1F012056)

Anita Kurnia (G1F012060)

Nisadiyah Faridatus Shahih (G1F012064)

Novita Cahya Puspitasari (G1F012078)

Nama asisten :

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

(2)

2 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Kesanggupan kardiovaskuler dan tekanan darah

B. Waktu, Tanggal Praktikum

Waktu : 15.00 – 16.50 WIB

Hari, Tanggal : Sabtu, 24 November 2012

C. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui cara-cara pengukuran tekanan darah arteri secara langsung pada manusia serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya;

2. Mengukur tekanan darah A.brachialis dengan cara auskultasi;

3. Menyebutkan nilai tekanan darah A.brachialis menurut metode lama dan metode baru American Heart Association (AHA);

4. Membandingkan tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring, duduk, dan berdiri;

5. Menjelaskan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah pada sikap

berbaring, duduk, dan berdiri;

6. Membandingkan tekanan darah A.brachialis pada berbagai kerja;

7. Mengetahui pengaruh pernafasan dan aliran balik vena terhadap tekanan darah;

(3)

3 D. Dasar Teori

A.Tekanan arteri pada manusia

1. Pengertian

Tekanan darah arteri seperti yang kita ketahui tekanan dalam tubuh manusia terbagi menjadi tekanan darah vena dan tekanan darah arteri. Tekanan darah arteri adalah tekanan yang terjadi pada pembuluh darah arteri dan merupakan proses utama dalam mengedarkan darah ke seluruh jaringan tubuh. Tekanan darah dalam tubuh manusia biasanya diukur berdasarkan dua ukuran. Itulah kenapa ketika mengukur tekanan darah kita akan mendapati dua angka seperti 90/80. Angka tersebut sebenarnya menunjukan 2 tekanan darah yang terjadi dalam pembuluh darah manusia. Angaka pertama dalm ukuran tekanan darah merupakan tekanan darah atas

atau tekanan sistolik (Redaksi, 2012).

Tekanan sistolik adalah tekanan darah arteri yang diakibatkan oleh aktivitas jantung ketika melakukan pemompaan darah. Sedangkan angka kedua pada ukuran tekanan darah menunjukan tekanan bawah atau tekanan distolik. Tekanan ini menunjukan tekanan pada jantung ketika jantung beristirahat diantara proses pemompaan darah (Redaksi, 2012).

2. Kelainan tekanan darah

(4)

4

rendah biasanya kurang dari 90/60 mmHg. Walaupaun sering diabaikan tapi tekana darah rendah juga bisa mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ vital dalam tubuh. Hal ini disebabkan tekanan darah arteri dan vena terlalu lemah untuk menyebarkan oksigen atau nutrisi ke seluruh jaringan organ tubuh. Sehingga organ tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk berfungsi secara normal (Redaksi, 2012).

3. Faktor - Faktor Tekanan Darah

1. Faktor Jenis Kelamin

Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap kerja sistem kardioaskuler. Dibandingkan dengan laki-laki dengan usia yang sama, wanita premenopause memiliki massa ventriel kiri jantung yang lebih kecil terhadap body mass ratio, yang mungkin mencerminkan afterload jantung yang lebih rendah pada wanita. Hal ini mungkin akibat dari tekanan darah arteri yang lebih rendah, kemampuan complince aorta yang lebih besar dan kemampuan peningkatan penginduksian mekanisme vasodilatasi (Anggita, 2012).

Perbedaan ini dianggap berhubungan dengan efek protektif estrogen dan mungkin dapat menjelaskan mengapa pada wanita premenopause

memiliki resiko lebih rendah menderita penyakit kardiovaskular. Tetapi, setelah menopause perbedaan jenis kelamin tidak akan berpengaruh pada kemungkinan terderitanya penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin disebabkan karena berkurangnya jumlah estrogen pada wanita yang sudah menopause (Anggita, 2012).

2. Faktor Gravitasi

(5)

5

Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung (Anggita, 2012).

a. Berbaring

Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit (Anggita, 2012).

Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai

(6)

6

jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut) (Ganong, 2002).

b. Berdiri

Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri (Ganong, 2002).

Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh ”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002).

Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam

(7)

7

di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002).

c. Duduk

Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002).

Pada beberapa individu terutama orang tua, perubahan posisi yang cepat misalnya dari berbaring ke berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi pusing atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat

jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak (Guyton dan Hall, 1997).

Saat terjatuh atau pingsan sebaiknya berada dalam posisi berbaring, yang mana merupakan posisi menguntungkan bagi jantung karena efek gravitasi berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir ke otak (Guyton dan Hall, 1997).

4. Hubungan tekanan darah dengan curah jantung

(8)

8

tersebut, maka akan mengakibatkan penurunan tekanan darah (Kusmiyati, 2009).

Di bawah ini adalah hubungan dalam diagram alur :

B. Kesanggupan kardiovaskuler

1. Kebugaran kardiovaskuler

(9)

9

oksigen dan karbondioksida yang terjadi diantara paru-paru, darah dan otot. Menurut Rusli Lutan (2002: 40), kebugaran kardiovaskuler adalah ukuran kemampuan jantung untuk memompa darah yang kaya oksigen ke bagian tubuh lainnya dan kemampuan untuk menyesuaikan serta memulihkan dari aktivitas jasmani. Daya tahan kardiovaskuler menurut Depdikbud (1997: 5) adalah kesanggupan sistem jantung, paru, dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat dipergunakan pada proses metabolisme tubuh. Menurut Djoko Pekik (2004: 27), daya tahan paru-jantung adalah kemampuan fungsional paru-jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu lama. Sedangkan menurut Mochamad Sajoto (1988: 44), kebugaran kardiovaskuler adalah keadaan di mana jantung seseorang mampu bekeja dengan mengatasi berat beban selama suatu kerja tertentu (Dwi Artya, 2011).

Kebugaran kardiovaskuler sangat penting untuk menunjang kerja otot dengan mengambil oksigen dan menyalurkannya keseluruh jaringan otot yang sedang aktif, sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme. Oleh karena itu kebugaran kardiovaskuler dianggap sebagai komponen kebugaran

jasmani yang paling pokok. Tujuan untuk meningkatkan kebugaran kardiovaskuler setiap individu berbeda-beda tergantung kebutuhan dan kondisi seseorang. Semakin berat tugas atau kerja fisik seseorang, semakin tinggi pula tingkat kebugaran kardiovaskuler yang harus dimiliki oleh orang tersebut (Dwi Artya, 2011).

2. Tes Harvard

(10)

10

karbon dioksida. Tentu saja pendekatan ilmiah ini berada di luar jangkauan bagi banyak orang dan tidak praktis. (Anonim, 2008).

Pelaksanaan :

Mula mula probandus berdiri didepan Bench / bangku dengan salah satu kaki berada di atas bangku. Saat ada aba-aba “Ya”/ Peluit, probandus melakukan gerakan naik turun bangku ( Lihat Gambar 1). Lakukan gerakan tersebut

selama 3-5 menit (menyesuaikan kebutuhan) dengan kecepatan 30 step / menit (gunakan metronome untuk mengukur kecepatan langkah) Pencatatan

dilakukan dalam tiga periode: 30 menit setelah istirahat pertama, 30 menit setelah istirahat kedua, 30 menit setelah istirahat ketiga.

Kelebihan dan kekurangan tes Harvard:

Kelebihan dari Tes Harvard :

1. Peralatannya sederhana;

2. Mudah untuk dilakukan;

(11)

11 Kekurangan dari Tes Harvard :

1. Tingkat stres tinggi;

2. Tidak dapat dilakukan untuk anak-anak;

3. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung (HR);

4. Hubungan Aktivitas Kerja dengan Perubahan Kardiovaskuler (Anonim, 2008).

Adaptasi fisiologi terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik (Kusmiyati, 2009).

Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan (Kusmiyati, 2009).

Adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja fisik tersebut (Kusmiyati, 2009).

Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar

darah ke jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara lain :

1) Frekuensi Denyut Jantung

(12)

12

sebagainya; tempat pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan pada apex jantung sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk (Kusmiyati, 2009).

Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai

hubungan erat dengan faktor usia (Kusmiyati, 2009). 2) Curah Jantung/Cardiac Output (CO)

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung,

(13)

13

Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5 liter (5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system peredaran darah akan dipompa oleh jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik) dapat meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit) (Kusmiyati, 2009).

3) Volume Sekuncup (Stroke Volume)

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari ventrikel kiri dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi 110-130ml/kontraksi scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-220ml/kontraksi (Kusmiyati, 2009).

4) Arus Darah

Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang

hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% uplai darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas (Kusmiyati, 2009).

(14)

14

persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah pada fase diastole. Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang (Kusmiyati, 2009).

5) Tekanan Darah

Dalam keadaan istirahat,, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan

maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan

intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun (Guyton, 2007).

E. Metode Pemeriksaan

(15)

15

dan sfigmomanometer. Bagian alat yang digunakan untuk diikatkan pada lengan berisi kantong karet yang dapat mengembang (Rhonda M. Jones, 2008).

Kantongnya terhubung ke manometer (Gambar 5-7). Karena manometer aeroid mudah hanyut, maka harus dikalibrasi paling sedikit sekali setahun dan harus ditinggalkan pada keadaan nol. Karena lingkar lengan berbeda-beda, maka juga tersedia berbagai macam ukuran pengikat lengan (misalnya untuk anak-anak, dewasa, dan orang dewasa yang besar). Untuk menentukan ukuran pengikat lengan ini bandingkan panjang kantong pengukur tekanan darah tadi dengan lingkar lengan pasien. Anda harus merasakan kantong di dalam pengikat lengan tadi. Untuk pengukuran yang paling akurat, panjang kantong harus paling sedikit 80% lingkar lengan (Gambar 5-8) (Rhonda M. Jones, 2008).

Gambar 5‐7 Pengikat lengan dan sfigmomanometer.

Pengukuran tekanan darah dianggap tak langsung, kaena tekanan dalam pembuluh darah secara tidak langsung diukur dengan melihat tekanan dalam pengikat lengan. Ketika udara dipompakan ke dalam pengikat lengan, tekanan

(16)

16

Gambar 5‐8 Penentuan ukuran pengkikat lengan untuk mengukur tekanan darah.

Panjang lengan harus paling sedikit 80% lingkar lengan.

Gambar 5‐9 Suara Korotkoff dan pengukuran tekanan darah. (Diadaptasi dari Jarvis C. Physical Examination and Health Assessment, 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders, 2000;192)

Aliran darah dalam arteri menghasilkan suara yang spesifik, yang disebut suara Korotkoff yang terjadi dalam 5 fase:

Fase I : lemah, jelas dan ketuk (tekanan sistolik)

Fase II: swooshing

Fase III: nyaring (crisp), lebih intensif (tapping)

Fase IV: muffling (pada dewasa hal ini menunjukkan keadaan hiperkinetik jika fase ini terus berlangsung selama pengikat lengan mengempis).

Fase V: hilangnya suara (pada dewasa, tekanan diastolik) (Rhonda M. Jones, 2008).

Suara-suara ini digunakan untuk mengidentifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik. Agar dapat mengukur dengan sangat akurat, ikuti langkah-langkah

berikut:

• Tanyakan kepada pasien apakah pasien merokok atau mengkonsumsi kafein dalam 30 menit sebelum pemeriksaan. Jika ya, catat informasi ini;

(17)

17

• Pengukuran dimulai paling sedikit setelah 5 menit beristirahat;

• Tentukan ukuran pengikat lengan yang sesuai untuk pasien (lihat Gambar 5-8);

• Palpasi arteri brakhial sepanjang lengan atas bagian dalam;

• Posisikan agar kantong yang ada pada pengikat lengan di tengah di atas arteri brakhial, kemudian ikat pengikat lengan tadi agar pas melingkari lengan, usahakan ujung tepi bawah pengikat lengan tersebut 1 inci di atas antekubital (Gambar 5-10) (Rhonda M. Jones, 2008).

Gambar 5‐10 Penempatan pengikat lengan dan

stetoskop yang tepat untuk mengukur tekanan darah.

• Posisikan manometer agar lurus terhadap pandangan mata;

• Instruksikan pada pasien untuk tidak berbicara selama pengukuran;

• Tentukan tingkat inflasi maksimum. (Sembari palpasi nadi radial, pompa pengikat lengan hingga ke titik di mana nadi tidak lagi terdengar, tambahkan 30 mmHg pada pembacaan ini);

• Dengan cepat kendurkan/biarkan udara keluar dari kantong lengan dan tunggu 30 detik sebelum memompanya kemabali;

• Sisipkan ujung stetoskop; cek agar mengarah ke depan pada tempatnya; • Tempatkan bel stetoskop tanpa menekan, tapi cukup erat hingga kedap

udara, di atas arteri brakhial (lihat Gambar 5-10). Lihat bahwa diafrgama

(18)

18

• Pompa dengan cepat pengikat lengan sampai maksimum (seperti yang telah ditentukan sebelumnya);

• Perlahan biarkan udara keluar (deflate/kempiskan pengikat lengan) dengan penurunan tekanan teratur sebesar 2-3 mmHg/detik;

• Catat pembacaan tekanan ketika pertama kali terdengan dua suara berturutan (Korotkoff Fase 1). Ini adalah tekanan darah sistolik;

• Catat pembacaan tekanan ketika suara terakhir terdengar (Korokoff Fase V). Ini adalah tekanan diastolik;

• Tetap dengarkan sampai 20 mmHg di bawah tekanan diastolik, kemudian dengan cepat kempeskan pengikat lengan;

• Catat tekanan darah pasien dengan angka genap beserta posisi pasien (misalnya, duduk, berdiri, berbaring), ukuran pengikat lengan, dan lengan yang diukur;

• Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi kembali pembacaan menggunakan lengan yang sama (Rhonda M. Jones, 2008).

Untuk hasil pengukuran yang paling akurat, 2 atau lebih pembacaan, tiap pembacaan terpisah 2 menit, dicari nilai rata-ratanya. Jika 2 pembacaan pertama berbeda lebih dari 5 mmHg harus dilakukan pembacaan ulang (pengukuran

tekanan darah diulang lagi) dan kemudian dirata-rata. Tekanan darah normal dewasa adalah sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg (Rhonda M. Jones, 2008).

(19)

19

mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau kurang dan harus diklasifikasikan lebih lanjut sesuai keparahannya (misalnya 170/82 berarti hipertensi sistolik stage 2). Rekomendasi tindaklanjut untuk pasien dengan berbagai stadium hipertensi dapat dilihat pada Tabel 5-6. Perubahan gaya hidup untuk mengatasi hipertensi dicantumkan pada Tabel 5-7 (Rhonda M. Jones, 2008).

Tabel 5‐5 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18 tahun

(JNC, 2003).

F. Alat Bahan

a. Spynomanometer

b. Stetoskop

c. Pengukur waktu

d. Bangku Harvard setinggi 19 inci untuk pria dan 17 inci untuk wanita (1 inci = 2,54 cm)

e. Metronom (frekuensi 2x ayunan per detik)

G. Cara Kerja

G.1 Mengukur tekanan darah dengan tensimeter Cara memasang manset yang benar.

1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehinga tidak terlilit manset 2. Tepi bawah manset berada pada 2-3 cm di atas fossa kubiti

3. Pipa karet jangan menutupi fossa kubiti

Kategori Tekanan Darah

Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diatolik (mmHg) Normal 120 (dan) 80

(20)

20 4. Manset diikat dengan cukup ketat

5. Stetoskop diafragma terletak tepat di atas denyut arteri brachialis (Guyton & Hall, 1997).

Mengukur tekanan darah dengan spygnomanometer :

1. Probandus mengambil berada pada posisi duduk, lengan bawah berpangku di atas paha, pergelangan supinasi

2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dengan auskultasi seperti percobaan A, tentukan tekanan sistolik dan diastolic

3. Turunkan tekanan manset sampai posisi nol Sambil meraba arteri radialis, naikkan tekanan manset sampai denyut arteri radialis tidak teraba. Tekanan terus dinaikkan sampai 30mmHg di atasnya

4. Tanpa mengubah letak jari, turunkan tekanan manset sampai denyut arteri radialis kembali teraba. Pada saat arteri radialis teraba, manometer Hg menunjukkan tekanan sistolik (Ganong, 2002).

G.2 Mengukur kesanggupan kardiovaskuler seseorang

1. Metronom diatur sehingga memberikan irama 120x/per meniy;

2. Probandus berdiri mengahadap bangku Harvard dengan sikap tenang. Metronom mulai dijalankan;

3. Probandus menempatkan salah satu kaki yang kanan ataupun yang kiri di atas bangku tepat pada detikan pertama metronom;

4. Pada detikan kedua, kaki lainnya dinaikkan ke atas bangku, sehingga probandus berdiri tegak di atas bangku;

5. Pada detikan ketiga, kaki yang pertama naik ke atas diturunkan;

6. Pada detikan keempat, kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula, sehingga probandus berdiri di depan bangku;

(21)

21 BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Data probandus :

Nama : Reza Nur Iman

Umur : 19 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Jenis kelamin : Laki-laki

Pemeriksa : Curie Julia Kulzumia

Hasil percobaan pertama adalah Tekanan Darah sebelum beraktivitas

Sistol = 110, dan diastol =70

Jadi, tekanan darahnya =110/70 mmHg

Hasil percobaan kedua adalah jumlah denyut nadi setelah melakukan aktivitas :

30 detik pertama 30 detik kedua 30 detik ketiga

48 48 48

B. Pembahasan

(22)

22

tidak melawan arah gravitasi sehingga tekanan darah darah yang didapat akan lebih rendah. Sebaliknya ketika probandus diposisikan duduk atau berdiri, tekanan darah yang didapat akan lebih tinggi karena tidak melawan gravitasi. Namun dipraktikum kali ini, probandus disuruh duduk dan tangan diposisikan dekat dengan jantung agar lebih mudah mendeteksi detak jantungnya. Diperoleh data 110/70 mm Hgo. 110 adalah menunjukkan sistole, yaitu detak jantung yang terdengar dari suara jantung 1 (lubb) ke suara jantung 2 (dubb). Suara jantung 1 adalah penutupan valvula bicuspidalis dan valvula tricuspidalis. Sedangkan suara jantung 2 adalah penutupan valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris pulmonal. Dan 70 adalah detak jantung yang terdengar dari suara jantung 2 ke suara jantung 1. Jika melihat tabel standar interpretasi tekanan darah JNC 7, hal ini menunjukkan hasil normal.

BP Classification SBP mm Hg o DBP mm Hg o Keterangan

Normal < 120 < 80 Dan

Prehypertensive 120-139 80-89 Atau

Stage 1

hypertension

140-159 90-99 Atau

Stage 2

hypertension

160 1 100 Atau

Percobaan kedua adalah Kesanggupan Kardiovaskuler dengan probandus yang memenuhi IMT. IMT adalah Indeks Massa Tubuh. Hal yang dilakukan pertama adalah metronom diatur sehingga memberikan irama 120/menit dalam 5menit. Kemudian probandus berdiri menghadap bangku harvard dengan sikap tenang,lalu metronom mulai dijalankan.Probandus menempatkan salah satu kaki(yang kanan ataupun yang kiri) di atas bangku tepat pada detikan pertama metronom.Kemudian pada detikan kedua,kaki lainnya dinaikkan keatas bangku

(23)

23

setelah itu,probandus disuruh duduk dan denyut nadinya dihitung selama 30”,sebanyak 3x pada1’-30’’,2’-2’30’’,dan dari 3’-3’30”.

Interpretasi hasil

Cara menghitung indeks kesanggupan badan serta penilainya dapat dilakukan dengan 2cara:

1.Cara Lambat

Rumus :

Indeks Interpretasi

<55 Kesanggupan kurang

55-64 Kesanggupan sedang

65-79 Kesanggupan cukup

80-89 Kesanggupan baik

>90 Kesanggupan amat baik

2.Cara Cepat

Rumus :

Indeks Interpretasi

<50 Kesanggupan kurang

50-80 Kesanggupan sedang

(24)

24 Nama : Reza Nur Iman

Umur : 19 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Jenis kelamin : Laki-laki

Pemeriksa : Curie Julia Kulzumia

1. Sebelum beraktifitas : TD = 110/70 mmHg

Nadi = 39 x/menit

2. Sesudah beraktifitas : TD = -

Nadi

F1 = 48x/menit

F2 = 48x/menit

F3 = 48x/menit

Indeks kesanggupan badan, yaitu:

Hasil yang didapat dari percobaan kedua adalah 1(30”48) , 2(30”48) , 3(30”48).

a) Cara Lambat

(25)

25 b) Cara Cepat

Interpretasi kesanggupan kardiovaskuler baik karena >80

Tekanan diastole relaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Ketetapan denyut nadi ini dapat dipengaruhi oleh gaya hidup sehat, makan teratur dan bergizi, seing berolah raga, dan tidak merokok. Semua faktor itu dapat mempengaruhi pada keseimbangan kesanggupan kardiovaskuler.

C. Aplikasi Klinis

1. Gagal Jantung

Patogenesis

Peningkatan beban dihasilkan oleh infark miokardium karena penurunan dalam otot jantung yang hidup seperti halnya pada berbagai macam proses

penyakit. Semua mengaktifkan berbagai gen jantung. Respon awal terhadap peningkatan beban jantung adalah hopertrofi miosit jantung, dengan sedikit

(26)

26

(1) disfungsi sistolik, yaitu kontraksi ventrikel melemah dan isi sekuncup berkurang ;

(2) disfungsi diastolik, yaitu elastisitas ventrikel berkurang, menghalangi pengisian jantung selama diastole (Ganong, 2002).

Disfungsi sistolik menyebabkan peningaktan volume akhir sistolik ventrikel, sehingga fraksi ejeksi sistolik fraksi darah di dalam ventrikel yang diejeksi selama sistolik turun 65% sampai 20% dari nilai normal (Ganong, 2002). Gagal jantung dapat melibatkan terutama ventrikel kanan (kor pulmonale) tetapi lebih sering melibatkan ventrikel kiri yang menjadi lebih besar dan lebih tebal. Selanjutnya penurunan curah jantung lebih relatif daripada absolute. Bila terjadi fistula besar arteriovena pada tirotoksikosis dan defisiensi tiamin, curah jantung mungkin meningkat dalam arti istilah absolute (Ganong, 2002).

Manifestasi

Manifestasi gagal jantung berkisar dari kematian tiba-tiba (misalnya pada fibrilasi ventrikel atau emboli udara), melalui syok kardiogenik, sampai gagal jantung kongestif bergantung pada derajat ketidakcukupan kecepatan

perkembangan yang terjadi. Tanda dan gejala utama gagal kongesti termasuk pembesaran jantung. Istilah “gagal depan” dan “gagal belakang” kadang -kadang dipergunakan untuk menunjukkan manofestasi yang ditimbulkan

(27)

27

Pengobatan gagal jantung kongestif ditujukan untuk memperbaiki kontraktilitas jantung, mengobati gejala, dan menurunkan beban terhadap jantung. Akhir-akhir ini pengobatan paling efektif yang dipergunakan secara umum adalah menghambat produksi angiostensin II dengan penghambat enzim pengubah angiostensin. Menghalangi efek angiostensin II pada AT1 reseptor dengan antagonis bukan peptide juga berguna. Pengobatan ini mengurangi kadar aldosteron dalam sirkulasi dan menurunkan tekanan darah. Efek aldosteron dapat lebih lanjut dikurangi dengan penggunaan penghalang reseptor aldosteron, dan hal itu telah memperlihatkan harapan besar dalam percobaan akhir-akhir ini. Pengurangan tonus vena dengan nitrat atau hidralazin meningkatkan kapasitas vena sehingga jumlah darh yang kembali ke jantung berkurang, mengurangu preload. Diuretic mengurangi cairan overload. Obat yang menghalangi reseptor telah memperlihatkan penurunan mortalitas dan morbiditas. Derivat digitalis, seperti digoksin secara klasik telah dipergunakan untuk mengobati gagal kongestif karena kemampuannya meningkatkan Ca2+ intraselular dank arena itu mengembangkan efek inotrofik

positif, tetapi obat itu sekarang digunakan dalam peran sekunder untuk mengobati disfungsi sistolik dan memperlambat frekuensi denyut ventrikel pada pasien dengan fibrilasi ventrikel (Ganong, 2002).

2. Hipertensi

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur (Ganong, 2002).

Diagnosis

(28)

28

mengempis kosong).Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi Hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah(Ganong,2002). Gejala

Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan (Ganong, 2002).

Penyebab

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : 1. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi

tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder (Ganong, 2002).

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial (Ganong, 2002).

Pengobatan

(29)

29

memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan

mengeluarkan garam lewat kulit).

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1. Pengobatan non obat (non farmakologis);

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis) (AphA, 2001).

MEKANISME TEKANAN DARAH

Syaraf simpatisdenyut jantung meningkatreseptor jantunglebih

kontraksicardiac outputtekanan darah

Obat yang berperan dalam jantung yaitu :

1. -blocker, berfungsi sebagai penghambat reseptor di jantung.

2. -channel blocker, berfungsi sebagai penghambat reseptor ion Ca di

miokardium (otot jantung).

Pembuluh darahreseptor pembuluh darahvasokontriksitotal resisten

perifer (PRT)

Obat yang berperan dalam pembuluh darah yaitu :

1. -blocker, berfungsi sebagai penghambat reseptor di pembuluh darah.

Pada ginjaltekanan darah turun--?aliran darah turunretensi ion Na dan airvolume darahcardiac output (CO)TD

Obat yang berperan dalam ginjal yaitu :

1. Diuretik, berfungsi sebagai penghambat retensi Na dan air supaya Na dan

(30)

30

Dalam ginjal juga menyebabkan darah hasil filtrasi ginjal turunenzim renninangiotensinogenangiotensin Iangiotensin IIvaskontriksi

Obat yang berperan dalam ginjal yaitu :

1. ACE inhibitor, berfungsi sebagai penghambat terbentuknya angiotensin I menjadi angiotensis II melalui enzim;

2. Anti angiotensin II, berfungsi sebagai penghambat angiotensin II melalui reseptor (Ganong, 2002).

3. Hipotensi

Hipotensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang turun dibawah angka normal, yaitu mencapai nilai rendah 90/60 mmHg. Telah dijelaskan pada artikel sebelumnya (Penyakit darah tinggi) bahwa nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Namun demikian, beberapa orang mungkin memiliki nilai tekanan darah (tensi) berkisar 110/90 mmHg atau bahkan 100/80 mmHg akan tetapi mereka tidak/belum atau jarang menampakkan beberapa keluhan berarti, sehingga hal itu dirasakan biasa saja dalam aktivitas kesehariannya (Ganong,2002).

Apabila kondisi itu terus berlanjut, didukung dengan beberapa faktor yang memungkinkan memicu menurunnya tekanan darah yang signifikan seperti keringat dan berkemih banyak namun kurang minum, kurang tidur atau kurang istirahat (lelah dengan aktivitas berlebihan) serta haid dengan perdarahan berlebihan (abnormal) maka tekanan darah akan mencapai ambang rendah (hipotensi)90/60mmHg(Ganong,2002).

Dalam kasus Hipotensi yang benar-benar diperlukan pemberian obat, biasanya ada beberapa jenis obat yang biasa dipakai seperti fludrocortisone, midodrine, pyridostigmine, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), caffeine dan erythropoietin (Ganong,2002).

4. Syok

(31)

31

Syok (renjatan) adalah suatu sindrom yang padanya masih banyak terdapat kontroversi dan kesimpangsiuran. Sebagiam kesulitan terletak pada penggunaaan istilah secara longgar oleh ahli ilmu faal dan dokter serta oleh orang awam. Misalnya syok listrik dan syok spinal tidak memiliki kaitan dengan keadaan yang ditimbulkan oleh pendarahan dan kelainan kardiovaskuler terkait. Syok dalam pengertian terbatas sebagai sebagai “syok sirkulasi” tetap merupakan kesatuan yang berbeda-beda tetapi memiliki gambaran umum tertentu. Namun, gambaran yang terdapat pada semua kesatuan adalah perfungsi jaringan yang tidak adekuat disertai curah jantung yang tidak adekuat baik secara relative maupun absolute. Curah jantung mungkin tidak adekuat karena jumlah cairan dalam system vaskuler tidak cukup untuk mengisinya (syok hipovolemik). Selain itu, curah jantung inadekuat secara relatif karena ukuran system vaskuler membesar akibat vasodilatasi walaupun volume darah normal (syok distributif, vasogenik, atau resistensi rendah) syok juga dapat disebabkan karena kerja pompa jantung yang tidak adekuat akibat sumbatan aliran darah di paru atau jantung (syok

obstruktif) (Ganong,2002).

5. Stroke

(32)

32

dan luar lapisan pada jaringan yang melindungi otak (subarachnoid hemorrhage). Stroke haemorrhagic , yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga terjadi perdarahan di otak. Haemorrhagic stroke umumnya terjadi karena tekanan darah yang terlalu tinggi. Hampir 70 persen kasus haemorrhagic stroke terjadi pada penderita hipertensi (tekanan darah tinggi). Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau faktor emosional(Ganong,2002). Pembedahan

Beberapa tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani penderita stroke. Sulit sekali untuk menentukan penderita mana yang menguntungkan untuk dibedah.Tujuan utama pembedahan adalah untuk memperbaiki aliran

darah serebral (Ganong,2002).

Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak.

(33)

33 BAB III

KESIMPULAN

Berikut kesimpulan yang dapat kami peroleh dari percobaan yang telah kami lakukan:

1. Denyut nadi berangsur-angsur naik sesuai dengan posisi tubuh, hanya di sini kami hanya melakukan dengan posisi duduk saja jadi hanya mendapatkan satu hasil penelitian;

2. Tekanan darah tidak mulus naik seiring dengan beratnya aktivitas yang dilakukan;

3. Denyut nadi setelah beraktivitas naik dan berangsur-angsur turun setelah beristirahat ini yang normal tetapi di percobaan kami denyut nadi probandus tetap atau konstan;

4. Tekanan darah pada saat selesai beraktivitas mengalami peningkatan;

5. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada lengan atas;

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, aktivitas fisik, jenis

kelamin, usia, dll;

7. Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan metode tidak langsung

dengan auskultasi dan palpasi yang bisa menggunakan spigmomanometer (manual atau digital) dan stetoskop;

(34)

34

Daftar Pustaka

American Pharmaceutical Association Comprehensive Weight Management

Protocol Panel. APhA drug treatment protocols: comprehensive weight management

in adults. J Am Pharm Assoc 2001;41:25-31.

Anggita. 2012. Faktor- faktor tekanan darah. http://www.scribd.com/doc/56191664/Faktor-Jenis-Kelamin-Dan-Gravitas

Anonim.2008.Harvard Steps test http://www.fitnessvenues.com/uk/fitness-testing-harvard-step-test, diakses tanggal 28 November 2012.

Dwi artya. 2011, Pengertian dari ”Kebugaran Kardiovaskuler”,

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2239768-pengertian-dari-kebugaran-kardiovaskuler/#ixzz2DVzbyl8l, diakses tanggal 28

November 2012.

Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Guyton,Arthur C dan Hall, John E. 2007. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure. 2003. The Seventh Report of the Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure (JNC-VII). NIH publication 03-5233. Bethesda.

Kusmiyati. 2009. Mengenal Tekanan Darah dan Pengendaliannya. Vol. 10 No.1, hal 40-41. Biologi PMIPA FKIP : Unram.

Redaksi, 2012, Tekanan Darah Arteri, http://indobeta.com/tekanan-darah-arteri/3456/, diakses tanggal 38 November 2012.

Gambar

Gambar 5‐7 Pengikat lengan dan sfigmomanometer.
Gambar 5‐8 Penentuan ukuran pengkikat
Tabel 5‐5 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 6, tingkat keandalan ini diperoleh dari pengelolaan data perencanaan antara kondisi sekarang dan kondisi pada saat usulan yang berupa schedule seperti

Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat.. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan

Kinerja pegawai di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Pekalongan perlu ditingkatkan, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

It means that there is a significant difference between the pre test and post test of the students in reading comprehension after presenting reading materials

Kemudian buat sebuah user mysql dengan nama easyhotspot dan password sesuai dengan keinginan anda (dalam contoh saya menggunakan password ‘xxyyzz’) yang

Sebanyak empat persoalan kajian telah dikemukakan iaitu: mengapa perlaksanaan projek bekalan air di kawasan luar bandar di Kedah begitu penting kepada British?;

Satu hal yang juga harus diperhatikan dengan baik pada saat memformulasikan masalah dalam penelitian adalah mengevaluasi terlebih dahulu rumusan masalah tersebut

Permasalahan yang terjadi dalam pengolahan nilai pada SMA Aisyiyah 1 Palembang saat ini hasil dari pengolahan data nilai siswa hanya bisa dilihat oleh siswa maupun orang