9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pernapasan 1. Anatomi Pernapasan
Tractus respiratory atau saluran pernapasan merupakan bagian tubuh menusia yang berfungsi sebagai jalur dan tempat petukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini berpangkal dari hidung hingga berakhir di paru-paru(Francisco, 2013). Sistem respirasi adalah salah satu proses dimana terjadi pertukaran gas dalam paru.
Oksigen masuk ke dalam darah dan pada saat yang sama karbondioksida dikeluarkan dari darah yang kemudian udara dialirkan melalui unit pertukaran gas melalui jalannya napas (Biggs et al., 2012.). Menurut Scanlon, et al. (2007) dalam bukunya essential of anatomy and physiology, proses respirasi memerlukan tiga subunit organ pernapasan, yaitu jalan napas atas, jalan napas bawah, dan unit pertukaran gas yang mana masing-masing dari subunit ini memiliki berbagai organ:
a. Jalan napas atas : Hidung, sinus, faring dan laring.
b. Jalan napas bawah : trakea, dan bronkus.
c. Unit pertukaran gas : distal bronkus terminal, ductus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli yang semua itu disebut asinus.
Paru-paru sendiri memiliki dua bagian yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari tiga lobus dan paru-paru kiri yang terdiri dari dua lobus yang setiap lobusnya memiliki 10 segmen. Pada paru bagian kanan terdiri 10 segmen yang mana terdiri atas lobus superior 5 segmen, middle lobus , dan 3 segmen pada lobus inferior, sedangkan pada paru-paru sebelah kiri terdiri dari 5 segmen pada lobus superior dan 5 segmen lainnya di lobus inferior. Pada setiap segmen memiliki alveolus yang jumlahnya lebih dari 300 juta alveoli yang memiliki rata-rata 0,2 mm (Francisco, 2013).
pada setiap paru-paru ditutupi oleh lapisan yang disebut dengan peleura. Terdapat dua pleura yang melapisi paru-paru yaitu, pleura visceral yang bersambung dengan pleura parietal yang melapisi dinding dada, pericardium, mediastrium, dan diafragma. Ruang diantara pleura parietal dan visceral sangat tipis pada keadaan sehat dan dilubrikasi oleh cairan pleura (Utami Dewi, 2012).
Hidung Sinus
Larynx
Hidung Hidung
Farynx
Hidung Hidung
Lung
Hidung Hidung
Bonchus
Hidung Hidung
Trakea
Gambar 2.1 Organ Pernafasan ( Tortora & Derricksson, 2014)
2. Fisiologis Pernafasan
Bernapas atau respirasi adalah suatu proses yang dimulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energy dalam tubuh. Dalam bernapas, manusia menghirup oksigen dari udara bebas dan mengeluarkan karbondioksida ke lingkungan (Levett et al., 2012).
Menurut Rahma (2019), Pada proses pertukaran gas yang disebut respirasi, terdapat tiga dasar :
a. Ventilasi paru-paru atau bernapas, adalah proses inhalasi dan ekshalasi udara dan melibatkan pertukaran udara antara atmosfer dan alveoli paru.
b. Respirasi eksternal, adalah proses pertukaran gas antara alveoli pada paru-paru dan kapiler yang berada di paru, melintasi membran sel paru. Pada proses ini darah menerima pasokan O2 dan mengeluarkan CO2.
c. Respirasi internal merupakan proses pertukaran gas pada darah yang berada di saluran darah sistemik dengan sel-sel kemudian darah menerima CO2 yang berada di sel-sel dengan mengeluarkan O2 ke sel-sel tersebut.
Pada ventilasi paru, terjadinya aliran udara antara atmosfer dengan udara yang berada di alveoli ini diakibatkan oleh adanya perbedaan tekanan di antara keduanya dan dibantu juga oleh kontraksi dan relaksasi otot pernapasan (Kleinstreuer & Zhang, 2010).
Mekanisme pernapasan terdiri atas dua proses yaitu inspirasi dan ekspirasi yang mana setiap proses juga dibantu oleh otot bantu pernapasan. Pada saat inspirasi otot antar tulang yang terdiri atas musculus intercostalis eksternus, musculus sternokledomastoideus, dan musculus scalene. Ketika otot diafragma berkontraksi dengan terangkat sehingga volume rongga dada bertambah besar, sedangkan tekanan rongga dada menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang berada di luar rongga dada, sehingga udara mengalir dari luar ke dalam paru. Sedangkan ekspirasi terjadi ketika otot-otot tadi relaksasi dan rongga dada kembali kebentuk semula (relaksasi), sehingga rongga dada mengecil sedangkan tekanannya meningkat yang sehingga ini akan mendesak dinding paru, dan membuat rongga paru membesar. Keadaan inilah yang mengakibatkan keluarnya udara yang ada di paru (Kleinstreuer & Zhang, 2010).
B. Dataran Tinggi (High Altittude)
High altitude atau dataran tinggi adalah salah satu dari skala yang berada di ketinggian sekitar 1.500-3.500 meter dari permukaan laut.
Menurut Taylor (2011) ketinggian sendiri terbagi atas 3 skala:
Gambar 2.2 Proses Terjadinya Pernapasan(Tortora &
Derrickson, 2014)
Table 2.1 Skala Ketinggian (Taylor, 2011)
Altittude Meter Kaki
High altitude 1.500-3.500 5.000-11.500
Very high altitude 3.500-5.500 11.500-18.000
Extreme altitude +5.500 +18.000
Pada ketinggian tersebut, tekanan atmosfir akan semakin menurun yang mana sebanding dengan menurunnya kadar oksigen yang berada di ketinggian (Biggs et al., 2012.). Akibatnya pada orang yang belum mengalami aklimatisasi sering terkena hipoksia hingga penyakit-penyakit yang sering menghinggapi mereka yang berada di ketinggian tersebut.
Seseorang yang belum mengalami aklimatisasi akan mengalami gejala seperti mengantuk, lesu lelah pada otot, sakit kepala, mual hingga terjadi euphoria (Huang et al., 2017).
Seseorang yang menetap dalam beberapa hari, minggu, bulan hingga tahun akan mengalami aklimatisasi yang mana akan menurunkan resiko terkena hipoksia. Aklimatisasi adalah adaptasi tubuh terhadap oksigen yang rendah pada ketinggian tertentu. Perubahan yang terjadi ditubuh secara fisiologi sendiri antara lain meningkatnya ventilasi paru, meningkatnya jumlah sel darah merah, meningkatnya kapasitas difusi pada paru, dan meningkatnya kemampuan jaringan dalam menggunakan oksigen meskipun dalam keadaan kekurangan oksigen (Levett et al., 2012).
Menurut Taylor (2013), respon tubuh seseorang yang belum mengalami aklimatisasi adalah hipoksia, sehingga mengakibatkan beberapa masalah lainnya ditubuh seperti :
1. Acute Mountain Sickness (AMS)
AMS adalah suatu kondisi dimana tubuh merasa tidak nyaman akibat kekurangan oksigen di ketinggian. Gejalanya sendiri adalah sakit kepala, nafsu makan menurun, mual, lelah, dan pusing yang dialami seseorang saat 12 jam pertama.
2. High Altittude Cerebral Edema (HACE)
Gejala HACE sendiri diawali dengan keluhan AMS, seperti sakit kepala, mula dll. Tidak ditemukannya gejala AMS bukan berarti seseorang tidak bias terkena HACE. Pada beberapa kasus, HACE meningkat kejadiannya pada 48 jam setelah mencapai ketinggian 4000m dan prevelensi HACE pada ketinggian 4000-5000 meter diperkirakan 0.5%-1%. Gejala utama dari HACE adalah ataxia dan tidak mampu berjalan, dan atau ganggaun kesadaran dengan kondisi terburuknya kea rah koma dalam hitungan jam. Bahkan hingga kematian apabila terjadi herniasi otak dengan kompresi batang otak yang akhirnya mengakibatkan kematian kurang dari 24 jam sejak pertama gejala timbul (Elvira, 2015).
3. High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)
High-Altitude Pulmonary Edema (HAPE) pertama kali dilaporkan oleh ahli fisiologi Italia, Angelo Mosso tahun 1894, dimana Angelo melaporkan seorang tentara yang mendaki Gunung Monta Rosa (15.000 kaki) mengeluhkan sakit kepala hebat, sianosis, sesak nafas, takikardi, rhonki paru dan dahak berbusa tanpa demam dan menggigil. Saat itu diduga sebagai suatu pneumonia dan
akhirnya sembuh setelah beberapa hari perawatan. Kondisi ini masih dianggap sebagai pneumonia, sampai tahun 1960 dikenali patogenesisnya yang unik sebagai HAPE. Gejala awal HAPE adalah hilangnya kapasitas latihan selama pendakian, sering muncul bersamaan dengan sesak nafas dan batuk kering, gejala ini muncul 2-3 hari setelah sampai di ketinggian. Pendaki dengan gejala awal HAPE yang tetap berada di ketinggian atau malah melanjutkan pendakian akan mengalami sesak nafas saat istirahat, ortopnea, sputum berdarah, sianosis dan rhonki paru. Hipoksemia berat, jika muncul, akan terjadi edema cerebral. HAPE biasanya muncul setelah 48-72 jam dengan pendakian sangat cepat di atas 4000 m.
Jika oedem pulmonar muncul pada ketinggian 3000 m, penyakit penyerta biasanya ditemukan pada gagal jantung kiri ataupun emboli paru (Elvira, 2015).
C. Vo2max
1. Definisi
Ketahanan dari sistem energi adalah kemampuan kinerja organ- organ tubuh dalam jangka waktu tertentu. istilah ketahanan atau daya tahan dalam dunia olahraga dikenal sebagai kemampuan peralatan organ tubuh olahragawan untuk melawan kelelahan selama berlangsung aktivitas atau kerja. Latihan ketahanan sangat dipengaruhi dan berdampak pada kualitas sistem kardiovaskuler, pernapasan, dan sistem peredaran darah, oleh karena itu faktor yang berpengaruh terhadap
ketahanan adalah kemampuan maksimal dalam memenuhi vo2max (Debbian & Rismayanthi, 2016).
Kebugaran adalah kesanggupan dan kemampuan dalam melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Dari keterangan tersebut didapatkan bahwa semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan kebugaran fisik, sehingga masalah kebugaran merupakan faktor dasar bagi setiap aktifitas manusia (Nosa, 2013).
Tingginya tingkat kebugaran seseorang dapat meningkatkan kemampuan fisik dan ketahanan. Salah satu unsur terpenting dalam kebugaran adalah daya tahan kerdiorespirasi dimana kesanggupan jantung dan paru serta pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal dalam keadaan istirahat serta latihan untuk mengambil oksigen kemudian mendistribusikan ke jaringan yang aktif untuk digunakan pada saat proses metabolisme (Debbian & Rismayanthi, 2016).
Vo2max adalah kemampuan seseorang untuk menyediakan energy untuk otot-otot melalui metabolisme aerobik. Konsumsi oksigen mengacu pada jumlah oksigen yang digunakan selama latihan. Tingkat kebugaran seseorang berhubungan erat denga vo2max yang tinggi maka tingkat kebugaran aerobiknya juga tinggi. Salah satu cara untuk menilai kebugaran seseorang dalan melakukan aktifitas adalah dengan mengukur vo2max. orang yang memiliki tingkat kebugaran yang baik
dapat melakukan aktifitas lebih baik dari pada yang tidak dalam keadaan kondisi yang baik (Santoso, 2016).
Seseorang dikatakan memiliki vo2max yang baik apabila orang tersebut mempunyai kekuatan (strength), kemampuan (ability), kesanggupan dan daya tahan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa timbul kelelahan yang berarti, maksudnya adalah bekerja atau melakukan aktifitas masih mempunyai cukup energi untuk menikmati waktu luangnya dengan baik (Nosa, 2013).
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas maka dapat dikatakan bahwa kapasitas aerobic maksimal vo2max adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktifitas dalam waktu tertentu tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan orang tersebut masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan suatu aktivitas
2. Manfaat Volume Oksigen Maksimal
Menurut Debbian (2016), manfaat yang didapatkan seseorang yang terlatih olahraga aerobik secara teratur dan memiliki vo2max yang baik akan mendapatkan keuntungan, antara lain :
a. Berkurangnya resiko gangguan pada jantung dan peredaran darah b. Tekanan darah yang sebelumnya tinggi akan turun secara teratur c. Penurunan kadar lemak berbahaya dalam darah
d. Tulang, sendi, dan otot menjadi lebih kuat
e. Mampu melakukan aktivitas fisik lebih lama dan lebih baik 3. Faktor yang Mempengaruhi Volume Maksimal Paru (vo2max)
Umumnya kapasitas aerobik maksimal vo2max antara tiap orang berbeda-beda. Adapun besarnya nilai vo2max seseorang dipengaruhi oleh fungsi paru dan jantung, metabolisme otot aerobik, kegemukan, keadaan latihan, dan keturunan (Debbian & Rismayanthi, 2016).
Menurut Debbian (2016) faktor- faktor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi Jantung dan Paru
Kebanyakan ahli fisiologi olahraga sepakat bahwa kapasitas maksimal memompa jantung (keluaran maksimal jantung) merupakan variable paru dan jantung yang penting dalam menentukan normal atau tidaknya nilai vo2max seseorang. Namun fungsi paru dan jantung yang lain seperti kapasitas pertukaran udara dan tingkat hemoglobin (Hb) darah dapat membatasi vo2max pada sebagian orang.
b. Metabolisme Otot Aerobik
Selama latihan, oksigen akan digunakan dalam serabut otot yang digunakan berkontraksi sebagai salah satu sumber tenaga. Jadi vo2max adalah gambaran kemampuan otot rangka untuk menyediakan oksigen dari darah, dan menggunakan dalam metabolisme aerobik. Dari keterangan tersebut dinyatakan bahwa pentingnya kapasitas metabolisme otot aerobik menentukan vo2max, tetapi juga seseorang dapat mempunyai nilai vo2max tinggi apabila otot rangka dapat menggunakan oksigen secara cepat dalam metabolisme.
c. Kegemukan
Jaringan lemak menambah berat badan, tetapi tidak mendukung kemampuan olahragawan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama berolahraga berat. Vo2max dinyatakan relativ terhadap berat bedan, berat badan cenderung menaikkan angka penyebut tanpa menimbulkan akibat pada pembilang vo2max: (vo2max)(ml/kg/menit)= VO.(Lo)x100:BB(Kg) jadi kegemukan badan cenderung mempengaruhi dalam nilai vo2max seseorang
d. Kebiasaan
Kebiasaan dalam melakukan kegiatan dan latar belakang latihan olahragawan dapat mempengaruhi nilai vo2max, sehingga dapat diyakini bahwa fungsi metabolisme otot menyesuaikan dari dengan latihan ketahanan yang sering kita lakukan dan menaikkan vo2max
e. Keturunan
Proses peningkatan kapasitas aerobik maksimal dapat dilakukan melalui latihan olahraga yang sesuai. Kebanyakan peneliti menunjukan bahwa besarnya peningkatan vo2max melalui latihan yaitu berkisar 10% hingga 20%. Gambaran ini dapat menganggap rendah peningkatan yang terjadi dalam program jangka panjang untuk latihan dengan intensitas tinggi. Tetapi meskipun demikian, jelas bahwa vo2max olahragawan perorangan dapat berbeda-beda, karena perbedaan Janis keturunan
Menurut Kuantraf (1992) ada 5 faktor yang dapat menentukan vo2max seseorang.
a. Jenis kelamin
Setelah masa pubertas, konsumsi oksigen pria lebih besar dibandingkan dengan wanita, walaupun memiliki umur yang sama.
b. Usia
Kemampuan vo2max seseorang dapat digambarkan seperti parabola yang kemudian turun setelah mencapai puncak. Orang yang memiliki vo2max yang bagus akan mengalami penurunan yang lebih lambat.
c. Keturunan
Seseorang mungkin saja memiliki potensi yang lebih besar dari orang lain untuk mengkonsumsi oksigen yang lebih tinggi dan memiliki suplai darah kapiler yang lebih baik ke otot-otot, mempunyai kapasitas paru yang lebih baik sehingga mampu mensuplai haemoglobin dan sel darah yang lebih banyak dari jantung.
d. Komposisi tubuh
Vo2max dinyatakan dalam mililiter oksigen yang dikonsumsi seseorang dalam per kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang mengakibatkan perbedaan dalam konsumsi oksigen ketika beraktivitas. Misalnya seseorang yang memiliki lemak dengan presentasi tubuh yang tinggi maka mempunyai konsumsi oksigen yang rendah. Tubuh yang memiliki otot yang kuat, vo2max yang
dimiliki lebih tinggi. Jka lemak di tubuh dikurangi maka akan meningkatkan konsumsi oksigen maksimal.
e. Olahraga
Vo2max dapat diperbaiki dengan olahraga yang sistemis.
Vo2max dapat diperbaiki dari 5% hingga 25%.
untuk pengukuran vo2max sendiri telah banyak dikembangkan pengukuran. Pengukuran vo2max dapat dilakukan dengan test seperti Harvard test, cooper test, beep test, 6 minute walk test dan lainnya.
4. 6 Minute Walk Test untuk Mengukur Volume Maksimal Oksigen (vo2max)
6 minute walk test merupakan uji yang bersifat sederhana, objektif dan juga murah sehingga dapat dilakukan dimana pun dengan manajemen waktu yang cepat dan efisien. Tes ini dapat digunakan untuk menilai kapasitas fungsional dan sangat berguna untuk menilai prognosis pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Menurut studi yang dilakukan oleh American Thoracic Society pada 117 laki-laki dan 173 wanita normal, kemampuan berjalan selama 6 menit rata-rata menempuh 580 meter untuk laki-laki dan 500 meter untuk wanita (Harikatang et al., 2016).
6 minute walk test adalah test yang dilakukan denga berjalan kaki selama 6 menit dan kemudian diukur seberapa jauh jarak yang ditempuh selama 6 menit. Rata-rata langkah orang Indonesia adalah 0.5 meter (Ghomim, 2013). 6 minute walk test sendiri dilaksanakan pada
lintasan panjang yang berkisar 10 hingga 85 meter yang mana semakin pendek lintasan, maka semakin sering berputar, sehingga akan mempengaruhi jarak tempuh (Nusdwinuringtyas et al., 2018).
Menurut penelitian, orang yang memiliki tingkat kebugaran yang baik dalam eaktu 6 menit, mereka mampu berjalan sejauh 6 menit itu sepadan dengan melangkah sebanyak 1000 langkah (Ghomim, 2013).
Pada saat melakukan 6 minute walk test, responden akan berjalan selama 6 menit sambil terus menghitung berapa banyak langkah yang didapat selama 6 menit yang selanjutnya akan di masukkan ke rumus 56 yang memiliki beberapa kategori yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kategori Kebugaran jasmani berdasarkan uji 6 minute walk (Ghomim, 2013)
No Kategori Jarak Tempuh
1 Sangat buruk <300 meter
2 Sedang 300-400 meter
3 Baik 400-500 meter
4 Sangat baik >500 meter
D. Rokok 1. Definisi
Rokok adalah silinder dari kertas yang memiliki panjang rata-rata 70 hingga 120 mm dengan diameter rata-rata 10mm. didalamnya terdapat tembakau yang sudah dicacah untuk menambah cita rasa rokok dan untuk menikmatinya sendiri denga cara dibakar dan dibiarkan membara agar asapnya bisa dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Amelia et al., 2016).
2. Jenis-Jenis Rokok
Menurut Rahmat Fajar (2016) rokok sendiri dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaanya sendiri terletak pada ada atau tidaknya filter pada rokok dan juga bahan baku atau isi rokok.
a. Rokok Berdasarkan Ada Atau Tidaknya Filter 1) Rokok filter
rokok filter ialah rokok yang memiliki penyaringan disalah satu ujungnya. Fungsinya sendiri untuk menyaring nikotin yang merupakan salah satu zat berbahaya yang berada di rokok diaman filternya terbuat dari busa serabut yang sintetis.
2) Rokok tidak berfilter
Pada rokok yang tidak berfilter, tidak didapatkan adanya busa sintesis. Denga demikian, segala macam zat berbahaya leluasa untuk langsung masuk ke dalam tubuh.
b. Rokok berdasarkan pembungkusnya 1) Rokok kolobot
rokok klobot ialah rokok yang dibungkus dengan menggunakan daun jagung yang dikeringkan yang kemudian diisi
Gambaf 2.3 Rokok Filter (Fajar, 2011)
dengan tembakau atau bahan yang lain untuk menambah cita rasa rokok.
2) Rokok kawung
Adalah rokok yangdibungkus dengan menggunakan daun aren yang sudah dikeringkan.
3) Rokok sigaret
Rokok sigeret adalah rokok yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat luas yang mana dibungkus dengan menggunakan kertas.
4) Rokok cerutu
Adalah rokok yang dibungkus dengan daun tembakau yang sudah kering yang kemudian disi dengan tembakau.
c. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi 1) Rokok putih
Ialah rokok yang diisi dengan tembakau kering, kemudian diberi sedikit saus khusus yang kakan menambah rasa serta aroma pada rokok tersebut.
2) Rokok kretek
Rokok kretek adalah sendiri diisi oleh daun tembakau dan cengkeh yang sudah kering dan diberi saus khusus agar mendapatkan aroma serta rasa pada rokok dan pada umumnya rokok kretek tidak terdapat filter.
3) Rokok klembak
Rokok klembak ialah rokok yang diisi dengan bahan daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan kemudia diisi denga saus khusus agar menambah aroma serta cita rasa pada rokoknya
3. Zat Kimia pada Rokok
Identifikasi komponen kimia pada tembakau telah dilakukan selama labih dari 50 tahun atau sejak pernyataan Kozak pada tahun 1954 dalam Adam (2006), yang menyebutkan bahwa ada sekitar 100 komponen kimia ada pada asap rokok, dan dinyatakan bahwa asap rokok mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan. Dari hasil analisis terakhir, dinyatakan bahwa terdapat 2.500 komponen kimia pada tembakau yang siap dibuat rokok, yaitu tembakau yang telah selesai proses fermentasi (aging) selama 1-3 tahun. Dari jumlah tersebut, didapatkan 100 komponen diturunkan menjadi asap tanpa perubahan akibat pembakaran, sebanyak 1.400 lainnya mengalami dekomposisi atau terpecah, beraksi dengan komponen yang lain dan bentuk komponen baru seluruhnya terbentuk sekitar 1.800 komponen kimia di dalam asap (Tirtosastro et al., 2009).
Menurut Jaya pada tahun 2009 dalam sodik (2018), bahan kimia yang paling berbahaya dan merupakan racun utama pada rokok adalah :
a. Tar
Merupakan kumpulan dari bribu-ribu bahan kimia dalam komponen pada asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dikonsumsi, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat,
setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran penapasan, dan juga paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg.
b. Nikotin
Zat ini paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah, serta menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya.
c. Karbonmonoksida
Karbonmonoksida sendiri memiliki kecendrungan yang kuat untuk berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah yang seharusnya sel darah berikatan dengan oksigen yang sangat penting dalam pernapasan. Kadar gas CO dalam darah seseorang bukan perokok kurang dari 1%, sementara dalam darah orang perokok mencapai 4-15%.
d. Timah Hitam (Pb)
Satu batang rokok dapat menghasilkan Pb sebanyak 0.5 ug.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10ug Pb. Sementara ambangbatas timah hitam yang masuk ketubuh adalah 20 ug per hari.
Efek dari zat-zat tersebut mnyebabkan penurunan elastisitas paru yang mengakibatkan penurunan kapasitas vital paru sehingga
berkurangnya suplai oksigen ke sel-sel dalam tubuh. Akibatnya, dapat menghambat aktivitas organ-organ penting seperti otak, jantung, otot dan bagian tubuh lainnya (Saptono, 2016). Pengaruh rokok dengan ketahanan dan kemampuan fisik seseorang jelas mempengaruhi keadaan kondisi kesehatan dan kebugaran jasmani tubuh. Karena akibat kebiasaan merokok dapat mengganggu sistem fisiologis tubuh.
Menurut khotimah (2015), Ketika seseroang melakukan aktifvitas fisik, konsentrasi Hb dalam darah akan meningkatkan 5%-10% hal ini disebabkan oleh mengalirnya cairan dalam tubuh keseluruh otot yang sedang bekerja sehingga mengakibatkan homo konsentrasi. Ketika seseorang melakukan latihan yang cukup, kemampuan untuk mengambil oksigen maksimal hanya dapat dinaikkan antara 10%-12%, tapi jika perokok tersebut mengkonsumsi rokok satu bungkus perhari maka kemampuan untuk mengambil oksigen maksimal dapa berkurang hingga 7%-10%. Jadi seseorang yang merokok satu bungkus perhari meskipun diberi latihan-latihan yang cukup teratur, kemampuannya untuk mengambil oksigen maksimal prkatis tidak naik, dengan kata lain daya tahan pemain tidak bertambah lebih baik.
4. Perilaku Perokok
Meskipun sudah banyak diberi tahu tentang bahaya dari rokok baigi kesehatan, masih banyak masyarakat yang masih acuh terhadap pemberitahuan tersebut. bagi sebgian besar masyarakat Indonesia, rokok adalah salah satu kebutuhan hidup. Data pada lembaga demografi fakultas ekonomi Universitas Indonesia (UI) tahun 2006 (dalam chotidjah, 2012)
mencatat bahwa rokok merupakan pengeluaran terbesar kedua dengan nilai 11,89% setelah pengeluaran untuk padi-padian yang mencapai 22,10% dan lebih tinggi dai pengeluaran untuk biaya listrikn telpon, dan bahan bakar minyak (BBM) yang sebesar 10,95% dan sewa atau kontrak rumah yang mencapai 8,82%.
Menurut lembaga survey WHO tahun 2008 (dalam fikriyah &
febrijanto, 2012) Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai jumlah perokok terbesar didunia, dan kini juga mencetak rekor baru, yaitu jumlah perokok remaja tertinggi di dunia. Sebanyak 13,2% dari total keseluruhan remaja Indonesia adalah perokok aktif yang diaman berada di rata-rata umur 16-17 tahun dan semua telah memulai merokok pada umur 15 tahun.
Perilaku merokok yang dinilai merugikan sekarang telah bergeser menjadi perilaku yang menyenangkan dan menjadi aktivitas yang bersifat obsesif yang mana perilaku ini didapat dari lingkungan atau sosial karena karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar baik keluarga, tetangga, ataupun teman sejawat (Febrijanto & Fikriyah, 2012).
Sylvan Tomkins (dalam Sodik, 2018) membagi perilaku merokok menjadi empat tipe perilaku merokok, yaitu sebagai berikut :
a. Tipe Perilaku Perokok Yang Dipengaruhi Oleh Perasaan Positif
Dengan merokok seorang mengalami peningkatan rasa yang positif.
Perilaku inipun dibagi atas tiga sub tipe, yaitu : 1) Pleasure relaxation
Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah diperoleh, misalnya merokok sambil minum kopi atau setelah selesai makan.
2) Stimulation to pick them up
Yaitu perilaku merokok hanya dilakukan sekadar untuk menyenangkan perasaan.
3) stimulation of handling the cigarette
Yakni kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok, terutama mereka yang menggunakan rokok pipa. Mereka akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau padahal untuk mengisapnya hanya membutuhkan waktu beberapa menit.
b. Perilaku Merokok Yang Dipengaruhi Oleh Perasaan Negatif
Banyak orang yang merokok demi mengurangi perasaan negatif, misalnya saja saat mereka sedang marah, rokok dianggap sebagai penyelamat untuk menurunkan perasaan negatif tersebut.
c. Perilaku Merokok Yang Adiktif
Orang yang memiliki perilaku merokok seperti nin akan menambah dosis dari rokok yang dikonsumsi apabila efek yang mereka dapat sudah mulai berkurang.
d. Perilaku Merokok Yang Sudah Menjadi Kebiasaan
Merokok bukan lagi untuk mengendalikan perasaan, tapi sudah menjadi kebutuhan layaknya pangan. Selain dari perilaku, tipe perokok sendiri bisa dibedakan atas dua, yaitu:
1. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah mereka yang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi rokok. Merokok sudah menjadi bagian dari hidupnya, sehingga rasa tidak enak jika sehari saja tidak merokok. Oleh karena itu, mereka akan melakukan apapun demi bisa merokok (Pradono &
Kristanti, 2003).
2. Perokok Pasif
Ialah mereka yang tidak mengkonsumsi rokok, namun terpaksa harus menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh para perokok aktif yang kebetulan ada di dekat mereka (Pradono &
Kristanti, 2003).
Jika ditinjau dari banyaknya jumlah rokok yang dionsumsi setiap hari, tipe perokok dibedakan atas tiga, yaitu :
a. Perokok sangata berat
Yakni merek yang merokok lebih dari 31 batang perhari dengan selang merokok lima menit setelah mereka bangun tidur dipagi hari b. Perokok Berat
Perokok beratmerupaka mereka yang mengkonsumsi rokok 21-30 batang sehari dengan selang waktu 6-30 menit setelah mereka bangun pagi.
c. Perokok Sedang
Perokok sedang ialah mereka yang merokok sekitar 10 batang sehari dengan selang waktu 60 menit setelah mereka bangun.