• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesalahan Bahasa Jepang dalam K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kesalahan Bahasa Jepang dalam K"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kesalahan Bahasa Jepang

dalam Karangan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Abstrak

Ai Sumirah Setiawati, Faidatus Tsalis

Kesulitan dalam mengarang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam berbahasa. Apa saja kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar seyogyanya diperhatikan oleh pengajar untuk mengetahui apa yang menjadi penyebabnya. Pengajar bisa melakukan evaluasi dari kesalahan-kesalahan tersebut, lalu merancang sebuah perbaikan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menjabarkan jenis dan penyebab kesalahan dalam penggunaan partikel “wa” dan “ga. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument tes. Setelah dianalisis, kesalahan mahasiswa dalam menggunakan partikel “wa” (1) kesalahan pada kalimat majemuk bertingkat, (2) kalimat yang menyatakan penilaian pembicara mengenai suatu hal, dan (3) kalimat yang menyatakan keinginan. Kesalahan tersebut berupa kekeliruan menggunakan partikel lain seperti partikel “mo”, “ga”, dan wo”. Kesalahan penggunaan partikel “ga” terdiri dari (1) kesalahan pada kalimat majemuk bertingkat, (2) kalimat yang menyatakan penilaian pembicara mengenai suatu hal, (3) kesalahan karena tidak mencantumkan partikel, (4) kesalahan yang dipengaruhi oleh kekeliruan pemilihan bentuk Kata Kerja pada predikat, (5) Kesalahan yang diakibatkan kalimat yang tidak efektif, (6) kesalahan pada kalimat majemuk setara, dan (7) kesalahn pada kalimat yang merinci sifat atau ciri khas suatu hal. Penyebab kesalahan penggunaan partikel “wa” karena keliru dalam menentukan jabatan kata dalam kalimat. Penyebab kesalahan penggunaan partikel “ga” umumnya terjadi pada kalimat majemuk yang ditulis mahasiswa sebagai ringkasan beberapa kalimat tunggal atau majemuk lainnya. Mahasiswa lupa mengganti partikel pada kalimat majemuk yang merupakan ringkasan karena terpengaruh oleh kata kerja yang digunakan. Selain itu, penyebab terjadinya kesalahan yang lain adalah mahasiswa belum terbiasa dengan pola pikir bahasa Jepang. Faktor penyebab kesalahan yang terjadi adalah karena overgeneralisasi dan penyederhanaan.

Kata Kunci: Kesalahan, partikel “wa”, partikel “ga”

1. Pendahuluan

Mata kuliah menulis atau Sakubun sering dianggap sebagai mata kuliah yang sulit dan kurang begitu diminati baik oleh pembelajar maupun pengajar. Hal ini seperti diungkapkan oleh Sutedi (2008:34) bahwa mata kuliah Sakubun sering dianggap mata kuliah yang paling sulit bagi pembelajar maupun pengajar. Sulitnya menulis sebuah karangan dalam bahasa asing dapat disebabkan oleh banyaknya unsur kemampuan yang harus dimiliki. Kemampuan tersebut misalnya, kemampuan kosakata, pola kalimat, sistematika karangan, budaya bahasa sasaran, dan lain-lain.

(2)

oleh pengajar untuk mengetahui apa yang menjadi penyebabnya. Pengajar bisa mengevaluasi hasil belajar pembelajar dari kesalahan-kesalahan tersebut, lalu dapat merancang sebuah perbaikan untuk proses kegiatan belajar mengajar berikutnya.

Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan analisis kesalahan pada karangan mahasiswa untuk mengetahui penyebabnya dan dicarikan solusinya sehingga sejak awal pengampu mata kuliah bisa memberikan materi-materi atau pelatihan-pelatihan dalam menulis untuk meminimalisir terjadinya kesalahan seperti yang sering dilakukan oleh mahasiswa selama ini.

2. Kajian Pustaka

a. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis kesalahan dalam karangan bahasa Jepang telah banyak dilakukan diantaranya oleh Risda (2009) dengan judul “Indonesia jin Nihongo Gakushuusha no Sakubun ni okeru Ukemi no Goyoo” . Risda dalam penelitiannya menganaslisis kesalahan mahasiswa dalam penulisan kalimat pasif. Berdasarkan hasil penelitiannya, Risda menyatakan bahwa kesalahan penulisan kalimat pasif tidak hanya disebabkan oleh pengaruh bahasa ibu saja. Kesalahan penulisan kalimat pasif disebabkan oleh faktor lain yaitu pengaruh tata bahasa yang telah dipelajari sebelumnya dan jumlah jam pelajaran yang mempengaruhi pemerolehan bahasa Jepang.

(3)

bahasa penerima, dan kurangnya penguasaan diksi bahasa Jepang yang merupakan faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya kesalahan.

Kedua peneliti yang telah penulis jelaskan sama-sama menganalisis kesalahan yang dilakukan mahasiswa ketika mengarang. Tetapi objek yang diteliti berbeda yaitu Risda meneliti kesalahan penulisan kalimat pasif sedangkan Harisal meneliti semua bentuk kesalahan mahasiswa ketika mengarang dilihat dari semua aspek seperti morfologi, sintaksis dan lain-lain. Sementara itu, penulis hanya akan meneliti bentuk kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam penggunaan partikel “wa” dan “ga” saja, karena masih banyak mahasiswa yang masih belum memahami betul perbedaan penggunaan kedua partikel tersebut.

b. Landasan Teori 1) Analisis Kesalahan

Corder (1967) dalam Aoki dkk (2001:140) menyebutkan bahwa analisis kesalahan atau dalam bahasa Jepang disebut goyou bunseki dilakukan karena kita tidak mungkin memprediksi semua permasalahan pembelajar, oleh karena itu kita memfokuskan diri pada kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar lalu diklasifikasikan untuk memastikan apa yang menjadi penyebab terjadinya kesalahan. Selanjutnya Aoki (2001: 141) mengemukakan tiga penyebab terjadinya kesalahan berbahasa yang sering dilakukan oleh pembelajar bahasa Jepang sebagai berikut:

(1) Overgeneralisasi

Contoh kesalahan yang disebabkan oleh overgeneralisasi dalam bahasa Jepang misalnya “ookii no hon”. Pembelajar melakukan overgeneralisasi pola X no Y seperti “kare no hon” dan “watashi no hon” yang sebetulnya pola ini hanya digunakan pada kata benda saja.

(2) Simplifikasi atau penyederhanaan

Kesalahan yang terjadi akibat penyederhanaan misalnya pada kata kerja bentuk potensial seperti “taberu” dan “miru” menjadi “tabereru”, “mireru”, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan pembelajar mengambil mudahnya cara pengubahan kata kerja ke dalam bentuk potensial.

(4)

Cara guru mengajarkan partikel “to” yang dipadankan dengan bahasa ibu “dan” mempengaruhi kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar. Partikel tersebut seharusnya hanya menghubungkan kata benda dengan kata benda, tapi masih banyak pembelajar yang melakukan kesalahan seperti “yawarakai to oishii suteeki”.

2) Partikel dalam Bahasa Jepang

Partikel atau joshi dalam bahasa Jepang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kaku joshi dan toritate joshi. Partikel “wa” termasuk ke dalam jenis toritate joshi dan “ga” termasuk ke dalam jenis kaku joshi.

(1) Partikel “wa”

Partikel “wa” memiliki fungsi sebagai berikut (Teramura, 2000: 6-10). (a) Penanda subjek

Contoh: Taro wa gakusei desu. Taro mahasiswa. (b) Menyatakan kontrastif

Contoh: Ame wa futte imasuga, yuki wa futte imasen. Hujan turun tapi salju tidak.

(c) Menyatakan sifat natural orang atau benda (Ichikawa dkk, 2006:7) Contoh: Ringo wa ochiru. (Akademikku Japanizu kenkyuukai,

2001:25)

Apel jatuh.

(d) Sebagai penanda subjek kalimat inti dalam kalimat majemuk (Ichikawa dkk, 2006:15)

Contoh: Watashi wa haha ga tsukutta nasi goreng ga suki desu. Saya suka nasi goring buatan ibu.

(2) Partikel “ga”

Partikel “ga” dalam bahasa Jepang meiliki beberapa fungsi yaitu: (a) Penemuan (hakken)

(5)

Kalimat tersebut diucapkan oleh seseorang dalam situasi setelah makan siang bersama temannya lalu ketika hendak membayar dan membuka dompet dia baru sadar atau menemukan bahwa di dalam dompetnya tidak ada uang.

(b) Kalimat tanya yang menggunakan kata tanya maka diikuti oleh partikel “ga”

Contoh: Dare ga yarimasuka?

Siapa yang akan melakukannya?

Sebagai jawaban atas pertanyaan seperti itu, maka pada kalimat jawabannya pun menggunakan partikel “ga”

Contoh: Dare ga yarimasuka? Watashi ga yarimasu

Saya yang akan melakukannya.

(c) Mendeskripsikan ciri khas sesuatu atau seseorang (Ichikawa dkk, 2006:14) Contoh: Zoo wa hana ga nagai desu.

Gajah belalainya panjang.

(d) Memberi informasi (Shirakawa, 2002:320) Contoh: A, basu ga kita.

Ah! Bisnya sudah datang! Ashita, paatii ga arimasu.

Besok ada pesta.

3) Karangan Bahasa Jepang

(6)

c. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Peneliti mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan mahasiswa dalam menggunakan partikel “wa” dan “ga” serta menjabarkan faktor yang menjadi penyebab kesalahan terjadi. Instrumen yang digunakan untuk pengumlan data adalah tes.

d. Hasil dan Pembahasan

1) Kesalahan Penggunaan partikel “wa” dan Penyebabnya

Kesalahan dalam penggunaan partikel “wa” berjumlah empat kalimat saja. Data kalimat yang mengandung kesalahan tersebut adalah sebagai berikut.

Data 1.

筆者は京都について詳しく説明して、内容は分かりやすくて、面白い 文章です。Ø

Penggunaan partikel “wa” pada kalimat tersebut kurang tepat karena kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk bertingkat yang berisikan kelebihan dari pengarang dalam menjelaskan tentang kota Kyoto. Pada kalimat tersebut ada dua keistimewaan dari cara pendeskripsian yang dilakukan penulis yaitu (1) 京都について詳しく説明するdan (2) 内容は 分 か り や す い . Kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Jepang menggunakan partikel “mo”. Mahasiswa melakukan kesalahan dengan menggunakan partikel “wa” diprediksikan karena kata “naiyou” dianggap sebagai subjek sehingga partikel yang tepat untuk penanda subjek adalah “wa”. Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan overgeneralisasi karena mahasiswa menganggap kata benda yang dibicarakan dalam kalimat adalah subjek.

Data 2.

(7)

Setelah saya membaca bacaan tersebut saya saya pikir Kyoto adalah kota yang menarik.

Pada kalimat tersebut mahasiswa menggunakan partikel “wo” sedangkan penggunaan partikel “wo” pada kalimat tersebut tidak tepat. Kalimat tersebut merupakan kalimat yang berisi penilaian pembicara terhadap suatu hal dan kalimat seperti ini seharusnya menggunakan partikel “wa’.

Mahasiswa keliru menggunakan partikel “wo” karena mungkin dia menganggap bahwa kata “Kyoto” sebelum partikel “wo” adalah objek dari predikat “omoimasu”. Partikel “wo” dalam bahasa Jepang memang berfungsi sebagai penanda objek, tetapi penggunaan partiekl “wo” pada kalimat tersebut tidak tepat. Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan overgeneralisasi karena mahasiswa menganggap kata benda yang diletakkan sebelum predikat adalah objek.

Data 3

そして伝統的な文化は勉強したいです。Ø

Kemudian, saya ingin mempelajari budaya tradisional (Kyoto).

Pada kalimat tersebut mahasiswa menggunakan partikel “wa” sedangkan penggunaan partikel “wa” pada kalimat tersebut tidak tepat. Kalimat tersebut merupakan kalimat yang berisi keinginan pembicara melakukan suatu hal dan kalimat seperti ini seharusnya menggunakan partikel “wo” atau “ga”.

(8)

overgeneralisasi karena mahasiswa menganggap kata benda yang dibicarakan dalam kalimat adalah subjek.

Data 4

私も京都へ行きたくなります。Ø Saya juga ingin pergi ke Kyoto

Pada kalimat tersebut mahasiswa menggunakan partikel “mo” sedangkan penggunaan partikel “mo” pada kalimat tersebut tidak tepat. Kalimat tersebut merupakan kalimat berita biasa dengan subjek kata “watashi”. Sebagai partikel penanda subjek, setelah kata “watashi” yang tepat menggunakan “wa” bukan “mo.

Kekeliruan penggunaan partikel “mo” diprediksikan karena mahasiswa menganggap kalimat tersebut merupakan kelanjutan dari kalimat sebelumnya yang berisikan keinginan pembicara melakukan suatu hal. Pada kalimat sebelumnya mahasiswa tersebut menuliskan bahwa dia ingin mempelajari budaya Kyoto. Selain itu, dia juga ingin pergi ke Kyoto oleh karena itu mahasiswa tersebut menggunakan partikel “mo” yang merupakan terjemahan kata “juga”. Jika pemahaman mahasiswa seperti ini sebetulnya juga kurang tepat karena dilihat dari segi keberkaitan kalimat juga kurang baik. Kalimat tersebut akan lebih bagus jika menggunakan kata sambung yang menyatakan sebab akibat seperti:

私は京都の文化を勉強したいです。それで、京都へ行きたいです。

Saya ingin mempelajari budaya Kyoto, oleh karena itu saya ingin pergi ke Kyoto.

Atau

私は京都の文化を勉強しに京都へ行きたいです。

Saya ingin pergi ke Kyoto untuk belajar budayanya.

Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan penyederhanaan karena mahasiswa dengan mudahnya mengekspresikan kata “juga” dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan partikel “mo”.

(9)

Kesalahan dalam penggunaan partikel “ga” serta penyebabnya adalah sebagai berikut:

Data 5

京都には有名な観光地がたくさんありますから、毎年たくさん観光客 来ます。Ø

Karena di Kyoto banyak terdapat tempat wisata yang terkenal maka setiap tahun banyak turis yang datang.

Pada kalimat tersebut terjadi kesalahan karena mahasiswa tidak mencantumkan partikel apapun setelah kata “kankoukyaku”. Frasa “kankoukyaku ga kimasu” terdapat pada anak kalimat dan subjek pada anak kalimat seharusnya menggunakan partikel “ga” karena merupakan kalimat ynag menyatakan informasi. Mahasiswa diprediksikan lupa atau tidak perlu mencantumkan partikel setelah kata “kankoukyaku” pada kalimat tersebut. Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan penyederhanaan karena mahasiswa menganggap tanpa partikelpun kalimat tersebut sudah benar.

Data 6

京都にはお寺と神社がたくさんあって祭りが多いので、伝統的なこと を楽しむことができます。Ø

Karena di Kyoto banyak terdapat kuil Budha dan Shinto, sering diadakan festival budaya, maka kita bisa menikmati sajian budaya tradisional di sana. Data 7,

それに、その町で着物をきている女の人がよく見られます。Ø

Selain itu, di kota tersebut kita dapat melihat para wanita yang memakai kimono yang cantik.

(10)

karena predikat pada setiap kalimat tersebut merupakan Kata Kerja bentuk potensial. Kalimat dengan predikat berupa Kata Kerja bentuk potensial memang menggunakan partikel “ga” tetapi kalimat di atas bukan kalimat tunggal. Jika kalimat tersebut merupakan kalimat tunggal penggunaan partikel “ga” adalah tepat. Selain itu, dapat diprediksu juga bahwa kesalahan ini terjadi karena mahasiswa hanya menyalin kalimat yang ada di bacaan yang sebetulnya merupakan kalimat yang terpisah kemudian disatukan menjadi satu kalimat. Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan penyederhanaan karena mahasiswa dengan mudahnya meringkas kalimat dengan memindahkan kalimat dalam bacaan apa adanya tanpa berpikir bahwa jika kalimat dibuat menjadi satu maka akan berpengaruh terhadap perubahan tata bahasanya.

Data 8

京都は古い建物やお寺や神社が多くて、祭りも多いし、伝統的なもの が見られるし、一年中たくさんの観光客が来るという話しです。Ø Karena Kyoto memiliki banyak bangunan tua, kuil Budha dan Shinto, sehingga sering pula diadakan festival dan kita juga dapat melihat budaya tradisonal di sana, maka sepanjang tahun Kyoto banyak dikunjungi turis. Data 9

伝統的な踊りが見られるし、日本料理も食べられます。Ø

(Kita) dapat melihat tarian tradisional, selain itu kita juga dapat menikmati hidangan masakan Jepang.

(11)

tersebut merupakan kalimat tunggal penggunaan partikel “ga” adalah tepat. Pada pola kalimat seperti itu meskipun kata kerja yang digunakan merupakan bentuk potensial, partikelnya harus diubah menjadi “mo”. Pada kasus ini mahasiswa hanya menyalin kaliamt-kalimat yang tadinya terpisah menjadi satu kalimat.

Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan penyederhanaan karena mahasiswa dengan mudahnya meringkas kalimat dengan memindahkan kalimat dalam bacaan apa adanya tanpa berpikir bahwa jika kalimat dibuat menjadi satu maka akan berpengaruh terhadap perubahan tata bahasanya.

Data 10

街で奇麗な着物を着た女の人を見られます。Ø

Di kota juga dapat melihat para wanita yang memakai baju kimono yang cantik.

Data 11

伝統的な日本料理を食べられる店もたくさんあります。Ø Toko yang menjual masakan tradisional Jepang juga banyak.

(12)

menganggap setiap kata benda yang diletakkan sebelum predikat adalah objek yang membutuhkan partikel “wo”.

Data 12

踊りはまだどこでもしています。Ø

(Orang Kyoto) tariannya masih melakukan di mana pun.

Penggunaan partikel “wa” pada kalimat tersebut kurang tepat karena pada kalimat tersebut kata “odori” bukan merupakan subjek. Subjek pada kalimat tersebut adalah kata “Kyoto” yang dilesapkan. Kalimat ini merupakan kalimat yang mendeskripsikan ciri khas suatu hal dengan pola “subjek + wa sifat/ ciri khas dari subjek + ga....desu/masu”. Kata Kyoto sebagai subjek yang dilesapkan di sini bermakna orang Kyoto.

Mahasiswa melakukan kesalahan dengan menggunakan partikel “wa” diprediksikan karena kalimat tersebut berupa kalimat tunggal dan mungkin dia mengira bahwa kata “odori” merupakan subjek dari kalimat tersebut. Oleh karena itu mahasiswa tersebut menggunakan partikel “wa” yang berfungsi sebagai penanda subjek dalam kalimat bahasa Jepang.

Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan overgeneralisasi karena mahasiswa menganggap setiap kata benda yang ada pada awal kalimat adalah subjek.

Data 13

いつでも伝統的な踊りが見られて、奇麗な着物を着た女の人を見るこ

ともできます。Ø

Kapanpun kita dapat melihat tarian tradisional, dan bisa melihat wanita-wanita yang memakai kimono yang cantik.

Penggunaan partikel “ga” pada kalimat tersebut kurang tepat. Kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk setara yang memiliki predikat yang sama yaitu kata “mimasu”. Kalimat majemuk yang induk dan anak kalimatnya memiliki predikat yang sama dapat menggunakan predikat satu kali saja supaya efekrif.

(13)

ada pada bacaan yang sebetulnya merupakan dua kalimat yang terpisah. Kedua kalimat tersebut diringkas menjadi satu kalimat di mana kata kerja pada kalimat satu diubah ke dalam bentuk sambung.

Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan penyederhanaan karena mahasiswa dengan mudahnya meringkas kalimat dengan memindahkan kalimat dalam bacaan apa adanya tanpa berpikir bahwa jika kalimat dibuat menjadi satu maka akan berpengaruh terhadap perubahan tata bahasanya.

Data 14

日本は先進国ですが、伝統的な文化が守れて、すごいと思います。Ø Jepang merupakan Negara maju, tetapi bisa memelihara budaya tradisonal, oleh karena itu saya pikir Jepang adalah Negara yang hebat.

Kalimat tersbeut merupakan kalimat majemuk di mana subjek pada induk kalimat adalah kata “nihon” dan subjek pada anak kalimat adalah “nihonjin/ nihon no kokumin/hito” yang dilesapkan. Jika kita hanya melihat terjemahan pada kalimat yang salah di atas mungkin kita akan beranggapan bahwa kalimat tersebut betul. Tetapi jika kita berpatokan pada pola pikir kalimat bahasa Jepang, kalimat tersebut adalah salah.

Mahasiswa melakukan kesalahan dengan menggunakan partikel “ga” diprediksikan karena dia telah salah dalam menggunakan Kata Kerja “mamoru” dalam bentuk potensial. Karena predikatnya berupa Kata Kerja bentuk potensial, maka mahasiswa tersebut menggunakan partikel “ga”. Selain itu, diprediksikan mahasiwa juga belum terbiasa dengan pola pikir dalam kalimat bahasa Jepang dan masih dipengaruhi oleh pola pikir bahasa Indonesia. Kesalahan seperti ini termasuk ke dalam jenis kesalahan overgeneralisasi karena mahasiswa menganggap kata partikel yang digunakan sehubungan dengan predikat berupa kata kerja bentuk potensial adalah partikel “ga”.

(14)

Setelah melakukan penelitian mengenai kesalahan penyebab kesalahan penggunaan partikel “wa” dan “ga” dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini. a) Kesalahan penggunaan partikel “wa” terdiri dari (1) kesalahan pada kalimat

majemuk bertingkat, (2) kalimat yang menyatakan penilaian pembicara mengenai suatu hal, dan (3) kalimat yang menyatakan keinginan. Kesalahan tersebut berupa kekeliruan menggunakan partikel lain seperti partikel “mo”, “ga”, dan wo”.

b) Kesalahan penggunaan partikel “ga” terdiri dari (1) kesalahan pada kalimat majemuk bertingkat, (2) kalimat yang menyatakan penilaian pembicara mengenai suatu hal, (3) kesalahan karena tidak mencantumkan partikel, (4) kesalahan yang dipengaruhi oleh kekeliruan pemilihan bentuk Kata Kerja pada predikat, (5) Kesalahan yang diakibatkan kalimat yang tidak efektif, (6) kesalahan pada kalimat majemuk setara, dan (7) kesalahn pada kalimat yang merinci sifat atau ciri khas suatu hal.

c) Penyebab terjadinya kesalahan dapat disimpulkan seperti berikut ini.

 Penyebab kesalahan penggunaan partikel “wa” karena keliru dalam

menentukan jabatan kata dalam kalimat. Faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam penggunaan partikel “wa” adalah faktor overgeneralisasi dan penyederhanaan.

 Penyebab kesalahan penggunaan partikel “ga” umumnya terjadi pada

kalimat majemuk yang ditulis mahasiswa sebagai ringkasan beberapa kaliamt tunggal atau majemuk lainnya. Mahasiswa lupa mengganti partikel pada kalimat majemuk yang merupakan ringkasan karena terpengaruh oleh kata kerja yang digunakan. Selain itu, penyebab terjadinya kesalahan yang lain adalah mahasiswa belum terbiasa dengan pola pikir bahasa Jepang. Faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam penggunaan partikel “ga” sama halnya seperti faktor penyebab kesalahan penggunaan “wa” yaitu faktor overgeneralisasi dan penyederhanaan.

2) Saran

(15)

a) Bagi pengampu mata kuliah harap memperhatikan jenis-jenis kesalahan penggunaan partikel “wa” dan “ga” ini untuk dijadikan bahan feedback di kelas.

b) Bagi mahasiswa disarankan ketika membuat kalimat harus mencermati pola kalimat yang digunakan, karena jenis kesalahan yang terjadi pada pola kalimat yang sudah dipelajari. Selain itu, agar terbiasa dengan pola pikir bahasa Jepang disarankan agar mahasiswasering berlatih misalnya dengan menyalin banyak kalimat atau bacaan berbahasa Jepang.

c) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian mengenai kesalahan lain dalam berbahasa Jepang misalnya dengan menambah objek kesalahan yang diteliti, menganalisis kesalahan berdasakan komponen bahasa seperti morfologi, fonologi, sintaksis, dan lain-lain. Penelitian bisa juga dilihat dari jenis kesalahan misalnya kesalahan penghilangan (omission errors) dan kesalahan bentukan (formation errors), kesalahan penambahan (addition errors), kesalahan urutan (ordering errors), dan kesalahan bentukan (formation errors).

Daftar Pustaka

Aoki, Naoko dkk. 2004. Nihongo Kyouikugaku o Manabu Hito no tameni. Tokyo: Sekai Shisousha.

Akademikku Japaniizu Kenkyuukai. 2001. Daigaku/Daigakuin Ryuugakusei no Nihongo Sakubunhen. Tokyo: Aruku

Harisal. 2005. Analisis Kesalahan Dalam Karangan Bahasa Jepang Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Hasanuddin. Tesis. Tidak dipublikasikan

Ichikawa, Yosuko. 2006. Bunpou o Tanoshiku “wa” to “ga” (1) dalam Nihongo Kyouiku Tsuushin edisi Januari. Saitama: The Japan Foundation

Ichikawa, Yosuko. 2006. Bunpou o Tanoshiku “wa” to “ga” (2) dalam Nihongo Kyouiku Tsuushin edisi Mei. Saitama: The Japan Foundation

Risda, Dianni. 2009. Indoensiajin Nihongo Gakushuusha no Sakubun ni Okeru Ukemi no Goyou dalam Jurnal Nihongo yang diterbitkan oleh ASPBJI

Shirakawa, Hiroyuki dkk. 2002. Chuujoukyuu o Oshieru tameno Nihongo Bunpou Handobukku. Tokyo: 3A Nettwork

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini karena kotak musik tersebut dapat digunakan setiap hari oleh siswa untuk mendengarkan musik yang disenanginya, dengan demikian semakin sering siswa

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya, skripsi yang berjudul “ANALISIS PENYAJIAN

Opera merupakan suatu pertunjukan yang menggabungkan unsur seni yang kompleks, yaitu seni drama, seni tari, seni musik dan seni rupa dimana para aktor secara sadar

yang tepat penggunaan insektisida abamektin untuk pengendalian lalat pengorok daun pada pertanaman kentang.. Aplikasi insektisida berbahan aktif abamektin dapat menekan

Kumpulan dari halaman yang dapat menampilkan berbagai informasi baik itu data dalam bentuk teks, data gambar bergerak atau diam, suara, animasi, video, dan bahkan gabungan dari

Selain menghadirkan Xpander dan melakukan peluncuran kepada masyarakat Semarang dan Jawa Tengah, dalam pameran ini PT MMKSI juga menghadirkan 9 unit display dan 4 unit

a. Senjata Api untuk Satuan Pengamanan 1. Instansi pemerintah, proyek vital dan perusahaan swasta nasional serta Kantor Kedubes Republim Indonesia tertentu yang dapat

Pemda - Bojong Depok Baru III Karadenan - Cibinong SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DEWANTARA.. REKAPITULASI KEHADIRAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU