• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Teknologi Informasi dan Kualitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Teknologi Informasi dan Kualitas"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Taghfirul Azhima Yoga Siswa: Magister Manajemen Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2011. Peranan Teknologi Informasi dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap (Studi pada PT. Perkebunan Nusantara XI Persero Rumah Sakit LAVALETTE Malang). Ketua Pembimbing: Ubud Salim, Komisi Pembimbing: Noermijati

Penelitian ini menganalisis kepuasan pasien rawat inap yang dipengaruhi oleh peranan teknologi informasi dan kualitas layanan. Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) Rumah Sakit LAVALETTE Malang. Menggunakan metode survey dengan data crossectional. Pendekatan sampling yang digunakan adalah

non-probability sampling dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan jenis judgment sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner pada 100 responden pasien swasta murni yang telah memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat inap Data penelitian diolah secara kuantitatif dengan metode teknik analisis jalur

(Analysis Path) menggunakan SPSS 15.0. Hasil peneltian didukung data kualitatif yang digunakan untuk menguatkan hasil penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1). Semakin tinggi peranan teknologi informasi mengakibatkan semakin tinggi pula kualitas layanan, (2). Semakin tinggi peranan teknologi informasi mengakibatkan semakin tinggi pula kepuasan pasien, (3). Semakin tinggi kualitas layanan meliputi (Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy) mengakibatkan semakin tinggi pula kepuasan pasien, (4). Semakin tinggi peranan teknologi informasi, semakin tinggi pula kepuasan pasien, melalui peningkatan kualitas layanan.

Kata Kunci: Teknologi informasi, kualitas layanan, kepuasan pasien

ABSTRACT

Taghfirul Azhima Yoga Siswa, Postgraduate Magister Management Economics Faculty of Brawijaya University, 2011. The role of Information Technology and Service Quality Toward Patient’s Satisfaction Stay With Treatment (Study on PT. Perkebunan Nusantara XI Persero LAVALETTE Hospital Malang). The chairman of adviser: Ubud Salim, the commission of adviser: Noermijati.

This research analyzes the satisfaction of inpatients who are influenced by the role of information technology and service quality. The research was conducted at PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) LAVALETTE Hospital Malang. Used survey method with cross sectional data. Sampling approach that used is non probability sampling by sampling technique purposive sampling with kind of judgment sampling. Research instrument by using questioner on 100 pure private patients respondent who had exploited service of staying with treatment healthy. The data of the research had been processed in a quantitative manner with line of analysis technique method (Analysis Path) using SPSS 15.0. Result of the research had been supported by qualitative data which used to confirm the result of the research.

The result of this research showed that: (1). The higher the role of information technology, resulting in the higher service quality, (2). The higher the role of information technology, resulting in the higher patient satisfaction, (3). The higher the quality of service include (Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance and Empathy) resulted in the higher patient satisfaction, (4). The higher the role of information technology, the higher the patient satisfaction, through quality service.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi dan era informasi telah membuat tuntutan-tuntutan baru di segala sektor di Indonesia. Hal ini mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif, sehingga keberhasilan dalam memenangkan persaingan ditentukan oleh antisipasi pasar dan daya tanggap terhadap kebutuhan pasar tersebut.

Perubahan tingkat pendidikan dan kondisi sosial masyarakat yang semakin meningkat menyebabkan masyarakat semakin sadar akan kualitas dan menimbulkan kecendrungan untuk menuntut pelayanan umum yang lebih cepat dan lebih baik. Pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam menarik dan mempertahankan konsumen. Hal ini berhubungan dengan semakin tingginya tingkat harapan hidup dan kesadaran akan pentingnya kesehatan yang lebih tinggi pula didalam masyarakat.

Rumah Sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli

kesehatan lainnya

(http://www.wikipedia.org). Seiring perkembangan zaman, Rumah Sakit memiliki orientasi lain selain kegiatan sosial, yaitu orientasi dalam memperoleh laba atau pendapatan. Pengelolaan rumah sakit yang efisien dan efektif merupakan syarat mutlak agar rumah sakit dapat memberi pelayanan yang optimal. Untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pasien, harus didapatkan dari pasien itu sendiri secara langsung. Hasilnya akan berfungsi sebagai umpan balik yang positif bagi pihak Rumah Sakit.

The American Academy of Nursing

(AAN) pada tahun 2008 mengeluarkan sebuah konsensus bahwa perlu dilakukan tranformasi dalam hubungan antara pasien dan rumah sakit. Kerjasama ini dilakukan dalam rangka meningkatkan keamanan, peningkatan kualitas yang berorientasi pada pasien. Perluasan sistem, teknologi yang terintegrasi dan kerjasama yang erat antara arsitek, vendor, perawat, dokter, laboratorium, farmasi dan caregiver

dalam segala aspek untuk memastikan teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan sesuai kebutuhan pasien menurut Krunmen, (2010).

Dalam perkembangannya, pemanfaatan teknologi informasi di bidang pelayanan kesehatan, dititikberatkan pada penggunaan sistem informasi manajemen seperti pengolahan data pasien, data pelayanan kesehatan, dan membantu dalam penentuan keputusan medis. Dalam rangka memberikan pelayanan yang unggul dan bermutu tinggi perlu dilakukan analisa terhadap skema yang berjalan, baik pelayanan keperawatan (medis), pelayanan administrasi, dan TI sebagai operasional utamanya. Dengan demikian layanan yang diberikan untuk memuaskan pasien suatu Rumah Sakit akan memberikan peningkatan yang menyangkut kecepatan, ketepatan, kemudahan maupun kecermatan. Blais.Kathleen.K et al. (2007) mengemukakan bahwa teknologi informasi memiliki andil yang sangat besar dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan kesehatan sehingga hal ini memberikan kesempatan yang sangat luas bagi keperawatan untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi tersebut.

(3)

penelitian pada consumer banking oleh Faye x Zhu et al. (2002) menggagas bahwa layanan berbasis TI yang dirasakan pelanggan memiliki sebuah pengaruh langsung yang positif pada keseluruhan dimensi kualitas pelayanan sebagaimana didefinisikan dalam SERVQUAL. Zhu (2002) selanjutnya menjelaskan bahwa pelanggan lebih cenderung menempatkan nilai yang lebih besar pada dimensi-dimensi kualitas ini jika mereka merasakan kualitas yang tinggi layanan berbasis TI seperti kemudahan penggunanaan, penghematan waktu, kenyamanan, informasi rekening yang akurat, kemampuan memuaskan sebagian besar kebutuhan mereka, dan tidak adanya resiko berupa gangguan atas privasi mereka. Penelitian Zhu et al. (2002) juga menemukan bahwa teknologi informasi dapat membantu penyedia jasa mencapai tingkat pelayanan pelanggan yang lebih tinggi.

Barua, et al. (1995) mengemukakan bahwa teknologi informasi menciptakan manfaat kompetisi dengan meningkatkan efisiensi operasional. Selanjutnya, Rob Law dan Giri Jogaratnam (2005) dibandingkan dengan penelitian serupa yang dilakukanya pada tahun 1997, temuan empiris tahun 2003 menunjukkan bahwa TI digunakan bukan hanya untuk menggantikan sistem kertas yang ada tetapi juga untuk meningkatkan pelayanan pelanggan dan untuk meningkatkan efektivitas operasional. Sementara itu, penelitian K.V. Ramani (2004) membuktikan bahwa Sistem Informasi Manajemen (SIM) menjadi alat yang berguna untuk merencanakan dan memantau pelayanan rumah sakit yang efisien dan efektif.

Namun demikian, Dedi Rianto R (2007) meneliti pemerintah kota palembang yang merasakan manfaat penggunaan TI dalam memberikan pelayanan kepada sektor publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kemudahan penggunaan teknologi informasi (TI) dan manfaat yang dirasakan tidak berpengaruh terhadap penerimaan TI. Sebaliknya kemudahan penggunaan berpengaruh terhadap manfaat yang dirasakan. Kondisi ini menunjukkan kemudahan dalam menggunakan TI tidak selalu memberikan hasil yang positif. Pengunaan TI hanya sekedar alat bantu dan hiburan diwaktu kosong, sehingga penggunaan TI tidak berjalan secara maksimal. Selanjutnya, Johnson, (1998) dalam Faye x Zhu et al. (2002) menyatakan Layanan berbasis TI dapat mempengaruhi persepsi pelanggan dalam kualitas pelayanan baik secara positif maupun negatif.

Dilain pihak, mengingat pentingnya kualitas layanan sangat berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, maka juga dibahas beberapa penelitian antara lain: penelitian Parasuraman Zeithaml dan Berry (1991), mengemukakan bahwa dimensi SERVQUAL yang meliputi

Tangibles, Reliability, Responsiveness,

Assurance dan Empathy berpengaruh secara

signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Selanjutnya Gonzales et.al. (2007), mengemukakan bahwa ada hubungan secara positif antara kualitas jasa dan kepuasan. Selain itu Juga ada hubungan kepuasan dan persepsi kualitas jasa terhadap intensitas perilaku dimana kualitas jasa menjadi enteceden bagi variabel kepuasan.

(4)

perbaikan yang diperlukan dari sudut pandang pasien.

Research Gap dalam penelitian ini antara lain: perlu adanya pembuktian dan penjelasan lebih lanjut untuk memastikan peranan teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pasien menurut Krunmen (2010). Selanjutnya, Terdapat perbedaan hasil peneltian tentang teknologi informasi sebagaimana dikemukakan sebelumnya. Beberapa penelitian yang terdiri dari Blais.Kathleen.K et al, (2007), Barua, et al.

(1995), Rob Law dan Giri Jogaratnam (2005) dan penelitian K.V. Ramani (2004) yang dapat disimpulkan secara keseluruhan menghasilkan temuan yang mengemukakan bahwa penggunaan teknologi informasi dapat diterima karena memberikan manfaat terhadap peningkatan kualitas layanan dalam hal efisiensi dan efektifitas. Sedangkan penelitian yang diungkapkan oleh penelitian Dedi Rianto R (2007) menunjukkan bahwa kemudahan penggunaan teknologi informasi (TI) dan manfaat yang dirasakan tidak berpengaruh terhadap penerimaan TI. Kemudahan dalam menggunakan TI tidak selalu memberikan hasil yang positif. Pengunaan TI hanya sekedar alat bantu dan hiburan diwaktu kosong, sehingga penggunaan TI tidak dipergunakan secara maksimal.

Perbedaan hasil penelitian selanjutnya yaitu: penelitian dari Fitzsimmons (1997) dan Furey (1991) dalam Zhu (2002) dan penelitian Faye x

Zhu et al. (2002) yang menghasilkan

kesimpulan bahwa teknologi informasi berpengaruh pada peningkatan kualitas layanan dan kepuasan pelanggan. Sedangkan Johnson, (1998) dalam Faye x Zhu et al. (2002) menyatakan Layanan berbasis TI dapat mempengaruhi persepsi pelanggan dalam kualitas pelayanan baik secara positif maupun negatif. Sebagai

contoh, ketika seorang pelanggan menggunakan mesin perbankan otomatis untuk menarik uang tunai, mesin bisa menelan kartu ATMnya dan menolak untuk mengeluarkannya. Pelanggan kemudian akan menjadi frustasi jika dia tidak bisa menerima bantuan. Sehingga untuk berhasil meningkatkan kepuasan pelanggan, layanan berbasis TI harus digunakan dalam cara nilai tambah yang ditentukan oleh nasabah.

Pemilihan Rumah Sakit sebagai objek penelitian dengan alasan bahwa Rumah Sakit merupakan perusahaan bidang jasa dimana titik tolak keberhasilanya terletak pada kualitas pelayanan yang diberikan dalam menghadapi persaingan dan tuntutan pelayanan bagi pasien.

(5)

kerja (K3), kamar operasi,dan pelayanan intensif.

Penerapan teknologi informasi khususnya Rumah Sakit LAVALETTE Malang yang terintegrasi sejak tahun 2008 sebenarnya sudah mengalami banyak kemajuan. Namun jika dilihat dari keadaan dilapangan sampai dengan saat ini, masih terjadi beberapa masalah dan kekurangan. Mulai dari kurangnya dukungan manajemen dalam pengembangan infrastruktur teknologi informasi, lamanya proses kepulangan pasien, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang masih bermasalah dan kurang maksimal dalam operasionalnya dikarenakan pengerjaan tender pembuatan program aplikasi yang belum terselesaikan, serta masih banyaknya kesalahan-kesalahan pengoperasian transaksi dan komunikasi antar unit dalam implementasi sistem informasi manajemen berbasis teknologi informasi. Selain itu dari pengamatan melalui wawancara unit customer service dan kotak saran, ditemukan masih banyaknya keluhan seperti kurangnya keramahan perawat, kurangnya kecepatan dalam memberikan pelayanan administrasi maupun sikap pelayanan medis yang kurang nyaman membuat berbagai evaluasi terus dilakukan. Jika dievaluasi, hal ini tentu sangat menggangu dan merugikan Rumah Sakit LAVALETTE Malang. Mulai dari proses efektifitas kinerja karyawan yang kurang efisien, fleksibel dan kurang tepat waktu, kurangnya penyediaan informasi yang akurat, tepat dan cepat untuk pasien, karyawan dan manajemen Rumah Sakit LAVALETTE, serta sampai pada penurunan kualitas pelayanan pada pasien (pelanggan).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Apakah teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan pada Rumah Sakit LAVALETTE Malang?

2. Apakah teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien pada Rumah Sakit LAVALETTE Malang?

3. Apakah kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit LAVALETTE Malang? 4. Apakah teknologi informasi

berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap kepuasan pasien melalui kualitas layanan di Rumah Sakit LAVALETTE Malang

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis

sejauh mana teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan Rumah Sakit LAVALETTE Malang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis

sejauh mana teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien Rumah Sakit LAVALETTE Malang.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis

sejauh mana kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien Rumah Sakit LAVALETTE Malang.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis

sejauh mana teknologi Informasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien melalui kualitas layanan Rumah Sakit LAVALETTE Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

(6)

mengkaji tentang masalah teknologi informasi, kualitas layanan dan kepuasan pasien (pelanggan), dapat menjadi wahana implementasi teori yang diperoleh selama menekuni perkuliahan Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang, dan sebagai informasi sekaligus sumber referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya secara lebih mendalam dengan cakupan yang lebih luas.

Secara praktis, temuan penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai referensi, informasi dan masukan bagi pimpinan dan manajemen Rumah Sakit LAVALETTE Malang dalam upaya memantapkan dan meningkatkan teknologi informasi, kualitas layanan dan kepuasan pasien agar dapat berkembang menjadi organisasi yang tangguh dan memberikan kontribusi yang besar dalam bidang kesehatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori Pengertian Jasa

Menurut Kotler (2005) jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud atau tidak mengakibatkan kepemilikan. Sedangkan Payne (2001) menyatakan bahwa sebuah jasa merupakan suatu aktivitas yang mempunyai banyak elemen yang tidak tampak yang berkaitan dengan hal tersebut, yang melibatkan banyak interaksi dengan konsumen atau dengan sifat-sifat didalam kepemilikannya. Empat karakteristik pokok jasa yang didefinisikan Kotler dalam Aida Nursanti (2008) yaitu:

1.Intangibility, yaitu tidak berwujud, tidak bisa diraba, dilihat dan didengar sebelum jasa itu dibeli.

2.Inseparability, yaitu tidak bisa

dipisahkan, umumnya jasa dihasilkan dan dan dikonsumsi secara bersamaan.

3. Variability, yaitu bervariasi, tergantung pada siapa yang menyediakannya serta kapan dan dimana jasa itu dilakukan, jasa sangat bervariasi.

4. Perishability, yaitu tidak mudah

disimpan dan mudah lenyap.

Pengertian Kualitas Layanan

Beberapa pengertian kualitas jasa yang telah banyak diungkapka oleh para ahli dalam Fadjri Julcanc (2008) antara lain: Menurut Payne (2001), kualitas jasa didefinisikan sebagai kemampuan sebuah organisasi memberikan jasa untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Levelock (1988) dikutip dalam Tjiptono (2000), “Service quality merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan”. Kualitas layanan

(service quality) didasarkan pada

perbandingan antara apa yang seharusnya ditawarkan (offered) dan apa yang disediakan (profided) (Pasuraman et al., 1998). Sedangkan Oliver (1989) menyatakan, bahwa kualitas layanan dibentuk oleh perbandingan antara ideal dengan persepsi dari kinerja dimensi kualitas. Dimensi kualitas jasa yang ditawarkan oleh Parasuraman dalam Tjiptono (2005), ke dalam lima kategori yaitu :

Tangibles (bukti langsung), meliputi penampilan fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.

Reliability (keandalan), yaitu

kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

Responsiveness (daya tanggap) yaitu

keinginan untuk membantu pelanggan dan memberikan layanan yang cepat.  Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan

(7)

Empathy (empati) yaitu kepedulian, perhatian individual yang diberikan kepada pelanggan.

Analisa Kesenjangan Kualitas Jasa (SERVQUAL)

Lima kesenjangan (gap) dalam Aida Nursanti (2008) yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa adalah sebagai berikut: a. Kesenjangan persepsi manajemen,

adanya perbedaan antara penililaian pelayanan pengguna jasa dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa. Hal ini karena kurangnya oreintasi penelitian pemasaran, pemanfaatan yang tidak memadai atas temuan penelitian, kurangnya interaksi pihak manajemen dengan pelanggan, komunikasi dari bawah ke atas yang kurang memadai, dan terlalu banyaknya tingkatan manajemen.

b.Kesenjangan spesifikasi kualitas, kesenjangan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa dan spesifikasi jasa. Hal ini terjadi karena tidak memadai komitmen manajemen terhadap kualitas jasa, persepsi mengenai ketidaklayakan, tidak memadainya standadisasi tugas, dan tidak adanya penyusunan tugas. c. Kesenjangan penyampaian jasa,

kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian tugas. Hal ini disebabkan beberapa faktor : (1) ambiguitas peran (2) konflik peran (3) kesesuaian karyawan dengan tugas (4) kesesuaian teknologi yang digunakan oleh karyawan (5) sistem pengendalian atasan (6) kontrol yang diterima (7) kerja tim.

d. Kesenjangan komunikasi pemasaran, kesenjangan antara penyampaian dan komunikasi eksternal. Hal ini terjadi karena (1) tidak memadainya komunikasi horizontal (2)

kecendrungan memberikan janji yang berlebihan.

e. Kesenjangan dalam pelayanan, kesenjangan yang diterima yaitu perbedaan persepsi antara jasa yang dirasakan dan diharapkan oleh pelanggan. Jika keduanya terbukti sama, perusahaan akan memperoleh citra dan dampak positif.

Strategi Kualitas Jasa

Untuk meningkatkan kualitas jasa, Tjiptono (2002) menyarankan perusahaan untuk :

1. Mengidentifikasi determinan utama kualitas jasa, yaitu untuk mengetahui posisi relative perusahaan di mata pelanggan dibandingkan dengan para pesaing, sehingga dapat memfokuskan upaya peningkatan dan memantau determinan-determinan tersebut sepanjang waktu karena prioritas pasar mungkin mengalami perubahan. 2. Mengelola harapan pelanggan, yaitu

semakin banyak janji yang diberikan, maka semakin besar juga harapan pelanggan yang akan menambah peluang tidak dapat terpenuhinya harapan pelanggan oleh perusahaan. 3. Mengelola bukti (evidence) kualitas jasa,

yaitu untuk memperkuat persepsi pelanggan selama dan sesudah jasa diberikan.

4. Mendidik konsumen tentang jasa, yaitu mendidik pelanggan melakukan sendiri pelayanan tertentu, misalnya mengisi formulir pendaftaran, membantu pelanggan mengetahui kapan menggunakan jasa dan cara menggunakan jasa, atau menjelaskan kepada pelanggan alasan yang mendasari suatu kebijakan yang bisa mengecewakan mereka.

(8)

komitmen menyeluruh pada seluruh anggota organisasi.

6. Menciptakan automating quality, yaitu mengatasi kualitas jasa yang disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki.

7. Menindaklanjuti jasa, yaitu membantu memisahkan aspek-aspek jasa yang perlu ditingkatkan. Menghubungi dan memberikan kemudahan bagi para pelanggan untuk berkomunikasi, baik menyangkut kebutuhan maupun keluhan mereka.

8. Mengembangkan sistem informasi kualitas jasa, yaitu suatu sistem yang menggunakan berbagai pendekatan riset secara sistematis untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi kualitas jasa guna mendukung pengambilan keputusan.

Pengertian Teknologi Informasi

Pengertian teknologi informasi (http://teknik-informatika.com/teknologi-informasi/) Menurut Haag dan Keen (1996), adalah seperangkat alat yang membantu untuk bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi. Menurut Martin (1999), Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang akan digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirim atau menyebarkan informasi. Sementara Williams dan Sawyer (2003), mengungkapkan bahwa teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.

Teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih

cepat, lebih luas penyebarannya, dan lebih

lama penyimpanannya

(http://id.wikipedia.org). Teknologi informasi menurut Martin dalam Besterfield (2003) adalah teknologi komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat keras, yang digunakan untuk memproses dan menyimpan data termasuk penggunaan teknologi komunikasi untuk transmisi data. Dalam arti luas, teknologi informasi adalah suatu konsep yang meliputi hardware, software,

proses operasional dan manajemen sistem informasi, teknologi jaringan dan peralatan telekomunikasi lainnya, serta keahlian yang diperlukan untuk mengaplikasikan produk dan peralatan tersebut dengan tujuan memproduksi informasi, melakukan pengembangan, manajemen dan pengawasan sistem informasi (IFAC-EC, 1998 dalam Rahayu Indriasari, 2008).

Peran Teknologi Informasi

Jogiyanto (2009), sistem teknologi informasi memberikan lima peran utama didalam organisasi, yaitu untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, komunikasi, kolaborasi, dan kompetitif. Peranan TI dalam berbagai aspek kegiatan bisnis dapat dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan sistem informasi dengan penggunaan komputer, TI dapat memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat (Wilkinson dan Cerullo,1997). Penelitian Fitzsimmons (1997) dan Furey (1991) dalam Zhu (2002) menyatakan bahwa layanan berbasis TI dapat meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan.

(9)

tradisional seperti media cetak, broadcast, atau penjualan langasung karena dimensi kualitas dapat berhubungan dengan sifat konteks titik pembelian (Zsidisin et al, 2000).

Teknologi informasi memainkan peran penting dalam menjalankan operasi organisasi. Kecepatan, kemampuan pemrosesan informasi, dan konektifitas komputer dapat secara mendasar meningkatkan efisiensi proses operasi serta meningkatkan komunikasi dan kerjasama antar orang-orang yang bertanggungjawab atas operasi dan manajemennya, (O’Brien, 2006 dalam Rahayu Indriasari, 2008). Beberapa peran penerapan teknologi informasi menurut penelitian dalam Faye x Zhu (2002) antara lain meliputi: kemudahan, kecepatan konservasi waktu, kenyamanan, akurasi, kemampuan multifungsi, kecanggihan penggunaan dan privasi.

Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari brainware, software, hardware, jaringan komunikasi, dan sumber daya data, yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Banyak orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama yang lain dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik

(hardware), perintah dan prosedur

pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (network), dan data yang disimpan, (O’Brien, 2006 dalam Rahayu Indriasari, 2008). Pengertian sistem informasi telah banyak dibahas dari berbagai literatur dalam Rahayu Indriasari (2008) diantaranya yaitu :

Robert dan Davis yang dikutip oleh hartono (2005), yaitu suatu sistem didalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi bersifat manajerial,

kegiatan strategis dari suatu organisasi dan menyediakan laporan-laporan yang diperlukan.

Loudon (2000), yaitu sekelompok komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan, mengambil, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan dan pembuatan keputusan di dalam menjalankan dan mengontrol organisasi.

McLeod (2004), sistem informasi sebagai sekelompok elemen terintegrasi yang melakukan pengolahan data untuk mencapai tujuan organisasi.

Peran Sistem Informasi

Menurut (O’Brien, 2004 dalam Rahayu Indriasari, 2008) sistem informasi mempunyai tiga peranan utama yaitu : 1. Mendukung proses bisnis (support

business processes), yaitu mendukung proses dan operasi bisnis dengan lebih cepat dan akurat.

2. Mendukung pembuatan keputusan

(support dicision making), yaitu

memberikan dukungan dalam menyediakan informasi yang diperlukan dalam pembuatan keputusan oleh karyawan atau manajer.

3. Mendukung keunggulan bersaing (support competitive advantage).

(10)

timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan mereka. Selanjutnya (Tse dan Wilton, 1988 dalam Tjiptono, 2005) kepuasan pelanggan yang bayak digunakan saat ini adalah deskripsi dari kepuasan pelanggan sebagai suatu proses, yaitu suatu evaluasi barang atau jasa yang diterima atau dirasakan dengan apa yag diharapkan.

Menurut Azrul Azwar (1996) ukuran pelayanan kesehatan bermutu mengacu pada penerapan standar serta kode etik profesi yang baik saja, yang pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai: hubungan dokter-pasien (docter patient relationship),

kenyamanan pelayanan (amenities),

kebebasan memilih (choise), pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical skill), efektivitas pelayanan (effectiveness). Keamanan tindakan (safety).

Pengertian Harapan Pelanggan

Menurut S.O Olsen dan Dover dalam Tjiptono (2002), harapan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk, yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut.

Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Kotler (2005) mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan antara lain :

1.Sistem Keluhan dan Saran, yaitu membeikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan melalui media berupa kotak saran, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, website, dan lain lain

2.Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu memperoleh tanggapan dan umpan balik langsung dari pelanggan dan juga memberikan sinyal positif bahwa perusahaan menaruh perhatian. Pada umumnya survei dilakukan melalui

pos, email, maupun wawancara langsung.

3. Ghost Shopping, yaitu memperkerjakan

beberapa orang ghost shoppers untuk berperan sebagai pelanggan potensial jasa perusahaan dan pesaing. Ghost

Shoppers tersebut diminta untuk

melaporkan berbagai temuan penting berdasarkan pengalamannya mengenai kekuatan dan kelemahan jasa perusahaan dibandingkan dengan para pesaing.

4. Los Customer Analysis, menghubungi

para pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah beralih pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan agar dapat mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya.

Strategi Kepuasan Pelanggan

Tjiptono (2002), beberapa strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan:

1. Strategi pemasaran berupa Relationship Marketing. Strategi dimana suatu transaksi antara penjual dan pembeli berkelanjutan dan tidak berakhir setelah penjualan selesai.

2. Strategi Superior Customer Service. Strategi dimana perusahaan berorientasi menawarkan pelayanan yang lebih baik dari pada pesaing. 3. Strategi Uncoditional Guarantees.

Strategi yang fokus pada komitmen untuk membeikan kepuasan kepada pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan mutu produk atau jasa dan kinerja perusahaan.

4. Strategi penanganan keluhan yang efisien. Strategi ini memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan yang tidak puas menjadi puas.

(11)

pendidikan dan pelatihan menyangkut komunikasi, salesmanship, dan relations

kepada pihak manajemen dan karyawan, memasukkan unsur kemampuan untuk memuaskan pelanggan ke dalam sistem penilaian prestasi karyawan, dan memberikan

empowerment yang lebih besar kepada

para karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

6.Menerapkan Quality Function Development (QFD). Praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan.

Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya (http://wikipedia.com).

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Fungsi Rumah Sakit di Indonesia telah ditetapkan melalui peraturan Menteri Kesehatan RI No.159 b/Menkes/per/II/1988, yaitu :

1. Menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan.

2. Sebagai tempat pendidikan dan pelayanan medis

3. Tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.

Penelitian Terdahulu

Faye x Zhu et al, (2002) dalam penelitiannya yang berjudul IT-based services and service quality in consumer

banking, membahas dampak teknologi

informasi (TI) terhadap kualitas layanan disektor konsumen perbankan. Penelitian ini mengusulkan sebuah model kualitas jasa yang menghubungkan persepsi

pelanggan berbasis layanan opsi-TI untuk dimensi layanan tradisional yang diukur dengan SERVQUAL dalam konteks persepsi kualitas layanan pelanggan dan kepuasan pelanggan. Model ini juga mencakup beberapa variabel yang mempengaruhi persepsi pelanggan berbasis layanan IT, dan telah diuji dengan pendekatan model persamaan struktural dengan menggunakan data sampel yang dikumpulkan dari nasabah bank ritel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan berbasis TI memiliki dampak langsung pada dimensi SERVQUAL dan berdampak tidak langsung pada persepsi kualitas layanan pelanggan dan kepuasan pelanggan. Analisis juga menunjukkan bahwa layanan evaluasi pelanggan berbasis TI terpengaruh oleh preferensi mereka terhadap layanan tradisional, pengalaman dalam menggunakan layanan berbasis IT, dan persepsi kebijakan TI.

Dasgupta, et al. (1999) dalam penelitiannya yang berjudul Influence of Information technology Invesment on Firm Productivity : A Cross-Sectional Study,

(12)

Dedi Rianto Rahadi, (2007) dalam penelitiannya yang berjudul : Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Pelayanan Di Sektor Publik, menggunakan Analisis Technology Acceptance Model

(TAM), yang terdiri dari 3 variabel utama, yaitu manfaat dirasakan (usefulness), kemudahan penggunaan (ease of use), dan penerimaan TI (acceptance IT). Teknik analisa yang digunakan adalah structural

equation modeling (SEM) dengan responden

pegawai pemerintah yang bekerja disektor publik. Hasil penelitian menunjukkan kemudahan penggunaan dan manfaat yang dirasakan tidak berpengaruh terhadap penerimaan TI, Diharapkan dengan kemudahan penggunaan yang diberikan TI, dapat berdampak pada penerimaan TI, karena pada umumnya TI sudah terbukti dapat memberikan kemudahan dalam membantu kegiatan di sektor publik dan manfaatnya dapat dirasakan masyarakat.

Barua, et al. (1995) dalam penelitiannya yang berjudul : Information Technologies And Bussiness Value : An Analytical And Empirical Investigation, yang menggunakan alat analisis Krustall-Wallis, varibel yang diteliti adalah variabel teknologi informasi dan business value. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa teknologi informasi menciptakan manfaat kompetisi dengan meningkatkan efisiensi operasional.

Rob Law dan Giri Jogaratnam (2005) dalam penelitiannya yang berjudul A study of hotel information technology applications,

membahas dan menganalisa temuan dari survey belakangan ini pada aplikasi TI di Hotel-hotel hongkong. Wawacara pribadi dengan 21 manajer dari pengolahan data elektronik atau system informasi manajemen hotel (EDP/MIS) pada tahun 2003, aspek perilaku dan tehnik yang berbeda dari TI juga diperiksa. Hasil dari penelitian ini dibandingkan dengan penelitian serupa yang dilakukan pada tahun 1997, temuan empiris tahun 2003

menunjukkan bahwa TI digunakan bukan hanya untuk menggantikan sistem kertas yang ada tetapi juga untuk meningkatkan pelayanan pelanggan dan untuk meningkatkan efektivitas operasional. Sayangnya, temuan empiris juga menunjukkan bahwa pembuatan keputusan hotel tidak menyadari bahwa pentingnya TI untuk tujuan pengembangan strategi bisnis dan oleh karena itu TI pada umumnya tidak digunakan di hotel-hotel untuk pengambilan keputusan bisnis tingkat tinggi. Keterbatasan penelitian ini adalah tingkat partisipasi manajer hotel yang cukup rendah.

K.V. Ramani, 2004 dalam penelitiannya yang berjudul PRACTICAL APPLICATIONS A Management Information System To Plan And Monitor The Delivery Of Health-Care Services In Government Hospitals

In India, membahas desain dan

(13)

membuktikan bahwa SIM menjadi alat yang berguna untuk merencanakan dan memantau pelayanan rumah sakit yang efisien dan efektif.

Maria-Eugenia et al, (2010) dalam penelitiannya yang berjudul The Role Of Information Technology In Relationships Between Travel Agencies And Their Suppliers, menguji peran moderator IT dalam hubungan antara manfaat yang dirasakan, kepuasan dan loyalitas dalam bisnis ke bisnis. Model persamaan struktural diuji secara empiris. Selain itu peran moderator TI dalam hubungan antara manfaat relational yang dirasakan, kepuasan dan loyalitas pembeli terhadap pemasok utama diuji melalui analisis multi-sample. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TI memberikan kontribusi untuk memperkuat hubungan antara kepuasan dan loyalitas. Sebaliknya, hubungan antara manfaat sosial dengan kepuasan pembeli hanya diamati untuk pemasok dengan itensitas teknologi yang rendah.

Wan Edura Wan Rashid dan Hj. Kamaruzaman Jusoff (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Service Quality In Health Care Setting, mengeksplorasi konsep kualitas pelayanan dalam pengaturan perawatan kesehatan. Mengkaji kualitas layanan dari aspek teknis dan fungsional untuk pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana konsumen mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan dan menggunakn model layanan konseptual SERVQUAL menemukan bahwa kualitas pelayanan dalam perawatan kesehatan sangat kompleks dibandingkan dengan layanan lain karena sektor ini sangat melibatkan resiko. Instrumen SERVQUAL memiliki peran diagnostik yang berguna dalam menilai dan memantau kualitas pelayanan dalam perawatan kesehatan dan memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi di mana perbaikan yang diperlukan dari sudut pandang pasien. Penelitian ini juga membahas masalah

yang terkait dengan kualitas pelayanan dalam perawatan kesehatan yaitu service elusiveness, employee diversity and interrelatedness (O’Connor et al., 1988).

Anindhyta Budiarti, 2007, dengan judul Pengaruh Kualitas Layanan Dan Penanganan Keluhan Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Nasabah Bank Umum Syariah

Surabaya. Menggunakan jenis penelitian

explanatory, dengan alat statistik Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas layanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan, penanganan keluhan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan (nasabah), kepuasan nasabah signifikan terhadap loyalitas nasabah, kualitas layanan signifikan terhadap loyalitas nasabah, penanganan keluhan signifikan terhadap loyalitas nasabah, dan kepuasan dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki kualitas layanan dan penangan keluhan.

Elvira Dewiyanti Surya Putri, 2006 dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Pelayanan Jasa Perbankan

Elektronik Dalam Upaya Meningkatkan Kepuasan Nasabah Bni Card, menggunakan sampel 100 orang nasabah BNI Cabang Malang, alat analisis yang diguakan adalah analisis regresi. Hasil penelitian utamanya menunjukkan variabel tangibles, reliability, assurance, responsiveness, dan emphaty secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan nasabah.

(14)

emphaty secara simultan dan parsial mempengaruhi kepuasan pasien, dan variabel reliability mempunyai pengaruh dominan terhadap kepuasan pasien.

Parasuraman zeithaml dan Berry (1991), dalam penelitian yang berjudul :

Refinement And Reassement Of The Servqual Scale, alat analisis yang digunakan adalah analisis faktor dan regresi berganda. Variabel yang diteliti meliputi variabel bebas yaitu dimensi servqual (Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan

Empathy) dan variabel terikat yaitu

kepuasan pelanggan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi servqual berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pelanggan.

Simon SK Lam (2001), dalam penelitian yang berjudul : A tool for measuring patiens opinions of hospital service quality in hongkong. Menggunakan alat analisis yaitu Structural Equation Regression Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Servqual merupakan skala yang konsisten untuk mengukur kualitas layanan, dan persepsi pasien terhadap pelayanan kesehatan pada umumnya lebih rendah dari harapan pasien yaitu pada pelayanan tepat waktu, professional dan kompeten.

Ni Nyoman Suarniki (2001), dalam penelitiannya yang berjudul : Analisis Kualitas Pelayanan Dalam Mempengaruhi Kepuasan Konsumen Rumah Sakit Bersalin Di

Kotamadya Banjarmasin. Variabel yang

digunakan meliputi variabel bebas yang terdiri dari lima dimensi servqual (Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy) dan variabel terikat yaitu kepuasan pelanggan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel bebas yg terdiri dari dimensi servqual berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen.

Gonzales et.al. (2006) dalam penelitiannya yang berjudul : Assessing

Tourist Behavioral Intentions Through

Perceived Service Quality And Customer Satisfaction. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi dan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan secara positif antara kualitas jasa dan kepuasan. Juga ada hubungan kepuasan dan persepsi kualitas jasa terhadap intensitas perilaku dimana kualitas jasa menjadi enteceden bagi variabel kepuasan.

Aditi Naidu (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Factors Affecting Patient

Satisfaction And Healthcare Quality

(15)

Teknologi Informasi

(X)

Kepuasan Pasien

(Y)

Kualitas Layanan

(Z) H1

H2

H3 BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

3.1. Kerangka Pikir Penelitian

3.2. Hipotesis Hipotesis 1: Semakin tingginya peranan

teknologi informasi akan semakin meningkatkan kualitas layanan.

Hipotesis 2: Semakin tingginya peranan teknologi informasi akan semakin meningkatkan kepuasan pasien.

Hipotesis 3: Semakin meningkatnya kualitas layanan akan semakin meningkatkan kepuasan pasien (pelanggan).

Hipotesis Penelitian

Analisis Path

Interpretasi Hasil Latar belakang

Kajian Teoritis Kajian Empiris Fenomena

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian Manfaat Penelitan

Teknologi Informasi

Kepuasan Pasien

(16)

Hipotesis 4: Semakin meningkatnya peranan teknologi informasi akan semakin meningkatkan kepuasan pasien melalui peningkatan kualitas layanan.

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Teknologi informasi sebagai variabel independen (X).

 Kemudahan (X1.1).

a. Kemudahan mendapatkan informasi (X1.1.1)

b. Kemudahan melakukan

pengurusan administrasi (X1.1.2)  Konservasi waktu (X1.2).

a. Kecepatan waktu tunggu administrasi pendaftaran pasien (X1.2.1)

b. Kecepatan waktu tunggu administrasi kepulangan pasien (X1.2.2)

 Akurasi (X1.3).

a. Akurasi perhitungan tagihan pasien (X.1.3.1)

b. Ketepatan pelaporan tindakan rekam medis pasien (X1.3.2) b. Kualitas layanan (Z) sebagai variabel

intervening.

Tangibles (bukti langsung) (Z1.1), meliputi :

a. Fasilitas ruangan sesuai haknya atau kelasnya (Z1.1.1)

b. Kebersihan Rumah Sakit (Z1.1.2) c. Peralatan teknologi kedokteran

yang memadai (Z1.1.3)

d. Penampilan karyawan yang rapi (Z1.1.4)

e. Tempat parkir yang nyaman (Z1.1.5)

Responsiveness (daya tanggap) (Z1.2)

meliputi :

a. Sikap petugas medis dalam memberikan pelayanan yang baik pada pasien (Z1.2.1)

b. Sikap petugas administrasi dalam memberikan pelayanan administrasi yang baik (Z1.2.2).

c. Kesediaan petugas medis dalam memantau perkembangan pasien (Z1.2.3)

d. Kecepatan petugas medis dalam merespon permintaan pasien saat membutuhkan penanganan medis (Z1.2.4)

Empathy (empati) (Z1.3) meliputi : a. Kesediaan karyawan Rumah

Sakit dalam menjalin hubungan komunikasi yang baik pada pasien (Z1.3.1)

b. Kemampuan pihak Rumah Sakit dalam memberikan prosedur layanan yang baik dan efisien. (Z1.3.2)

c. Kesediaan Rumah Sakit dalam memperhatikan kepentingan pasien (Z1.3.3)

d. Kesediaan pihak Rumah Sakit dalam mendengarkan keluhan pasien (Z1.3.4)

Reliability (keandalan) (Z1.4).

a. Kemudahan Rumah Sakit untuk dihubungi (Z1.4.1)

b. Kesiapan Rumah Sakit dalam memberikan layanan sejak pertama kali pasien datang (Z1.4.2)

c. Ketelitian Karyawan dalam bekerja (Z1.4.3)

d. Ketepatan dokter dalam menganalisa diagnosis penyakit pada pasien (Z1.4.4)

e. Kemampuan karyawan dalam mengoperasionalkan peralatan dan fasilitas (Z1.4.5)

Assurance (jaminan) (Z1.5).

a. Ketepatan Rumah Sakit dalam menepati janji sesuai jadwal (Z1.5.1)

b. Kemanjuran obat (resep dokter) yang diberikan untuk pasien (Z1.5.2)

(17)

d. Reputasi keamanan Rumah Sakit dalam menunjang pelayanan kesehatan (Z1.5.4)

c. Kapuasan konsumen (Y) sebagai variabel dependen adalah peranan teknologi informasi dan seluruh kinerja kualitas pelayanan jasa yang diberikan kepada pasien rawat inap Rumah Sakit LAVALETTE Malang sehingga tercipta pelayanan yang sesusai atau bahkan melebihi harapan pasien.

BAB IV

METODE PENELTIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bertujuan untuk memperjelas (eksplanatory research). Penelitian ini berupaya menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel dan pengaruhnya melalui pengujian hipotesis (Sugiyono, 2005). Data yang dipakai dalam analisis bersifat cross-sectional, yang dikumpulkan melalui survey

responden pasien rawat inap Rumah Sakit LAVALETTE Malang terhitung mulai bulan Januari 2011.

4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit LAVALETTE Malang sebagai salah satu Rumah Sakit swasta di kota malang yang beralamat di Jl. WR.Supratman No.10 Malang.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitan ini adalah pasien yang telah selesai melakukan rawat inap atau dalam proses kepulangan menggunakan jasa dan fasilitas rawat inap pada Rumah Sakit LAVALETTE Malang, terdiri dari: kelas VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III. Populasi sasaran termasuk jenis populasi tidak terbatas atau tidak terhingga karena jumlah arus keluar masuk pasien tiap harinya tidak menentu

atau tidak dapat diprediksi dan memiliki sifat yang sama (homogen). Sesuai dengan pendapat Suwarno dalam Irma Yuliana (2010) maka populasi sasaran tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.

4.3.2 Sampel

Dalam penelitian ini pendekatan sampling yang digunakan adalah

non-probability sampling (penarikan sampel

secara tidak acak) dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling

dengan jenis judgment sampling atau sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Marzuki, 2005). Kriteria yang harus dimiliki oleh responden sebagai pertimbangan pengambilan sampel dalam penelitian ini :

1. Responden merupakan kategori pasien perawatan umum (bukan pasien kategori perawatan intensif dan isolasi seperti ICU dan CVCU) yang telah selesai mendapatkan jasa dan fasilitas rawat inap atau dalam proses kepulangan di Rumah Sakit LAVALETTE Malang pada saat proses penelitian dilakukan.

2. Responden merupakan kategori pasien swasta murni yaitu pasien yang melakukan pembayaran tagihan dengan biaya pribadi (bukan tanggungan penjamin atau relasi rekanan PT.Perkebunan Nusantara XI (Persero)).

3. Jika pasien berusia dibawah 17 tahun atau pasien dengan keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengisi kuesioner maka responden bisa diwakilkan pada orang tua, keluarga atau penunggu pasien.

(18)

populasi tidak terhingga sebagai berikut menurut Widiyanto (2008) antara lain:

Keterangan:

N = Jumlah sampel

Z = Tingkat distribusi normal pada taraf signifikansi 5% = (1,96) Moe = Margin of error maksimal:

tingkat kesalahan maksimal pengambilan sampel yang masih bisa ditoleransi yaitu 10%.

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus di atas diperoleh jumlah sampel minimal sebesar 96,6 yang dibulatkan ke atas menjadi 97 sampel. Namun, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 100 dengan sifat sampel yang sama (homogen). Hal ini diperkuat oleh pendapat menurut Davis dan Cosenza dalam kuncoro (2004) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang sesuai untuk penelitian dipengaruhi oleh alat analisis yang digunakan. Penelitian yang menggunakan Path Analysis jumlah sampel yang sesuai adalah 100 menurut Ding et. al dalam Supranto (2004).

4.5 Teknik Pengumpulan Data a. Studi Pustaka.

b. Wawancara atau interview. c. Kuesioner (angket). Terdiri dari:

1. Pertanyaan terbuka, yaitu jenis pertanyaan yang memberi kesempatan pada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri, tentang pertanyaan yang diberikan dan berhubungan dengan variabel penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan data kualitatif yang digunakan menguatkan hasil jawaban dari hasil data kuantitatif.

2. Pertanyaan tertutup, yaitu responden tinggal memilih pilihan jawaban yang telah disediakan

untuk masing-masing pertanyaan yang diberikan.

4.6 Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala

Likert.

Tabel 4.1 Skala Pengukuran Pilihan Jawaban Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2005.

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 4.7.1 Uji Validitas

Budi (2007) mengemukan uji validitas atau kesahihan yang digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsinya. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner. Instrumen valid jika mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dengan korelasi product moment

dari Pearson. Pungujian dikatakan valid jika nilai probabilitas < 0,05.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi hasil pengukuran apabila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Sekaran, 2003) atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali dalam waktu yang berbeda. Uji reliabilitas ini menggunakan teknik Cronbach Alpha,

jika suatu konstruk atau variabel dikatakan variabel jika member nilai

(19)

koefisien reliabilitas kerangka 1,0 maka semakin baik (Sekaran, 2003).

4.8 Uji Asumsi Klasik 4.8.1 Uji Normalitas

Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel random yang kontinyu (Gujarati, 1999). Kurva yang menggambarkan distribusi normal adalah kurva normal yang berbentuk simetris. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, pada penelitian ini digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap model yang diuji. Jika nilai probabilitas yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka sampel penelitian ini sudah menunjukkan distribusi yang normal.

4.8.2 Uji Multikolinearitas (Non-Kolinearitas Ganda)

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan tidak terdapat atau terjadi korelasi linear di antara dua atau lebih variabel independen. Dengan adanya multikolinearitas maka standart error untuk masing-masing variabel independen tidak dapat dideteksi. Menurut Gujarati (1999) untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas pada model regresi linear berganda yang diajukan, dapat digunakan dengan cara melihat pada nilai

Variance Inflation Factor (VIF) = 1 / (1-r2).

Apabila nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

4.8.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linier, yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut homoskedastisitas (Gujarati, 1999). Heteroskedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Gejala ini mungkin

akibat pengamatan berupa data cross section. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan uji Glejser, yaitu dengan meregresikan antara nilai mutlak residual dengan seluruh variabel independen yang ada. Gejala heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan membandingkan tingkat signifikansi α = 5% dengan tingkat sig t. Apabila sig t lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5%, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.9 Analis Data

4.9.1 Analisis Statistik Deskriptif

Sugiyono (2005) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Tujuan analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk memberikan deskripsi empirik atas data yang dikumpulkan dalam penelitian.

4.9.2 Analisis Jalur (Path Analysis)

Path Analysis merupakan teknik

analisis yang digunakan untuk menguji hubungan kausal yang diduga masuk akal (plausibility) antara satu variabel dengan variabel lain di dalam kondisi non eksperimental. Secara lebih terperinci analisis jalur merupakan sebuah metode yang digunakan untuk melihat akibat (effect) langsung dan tidak langsung dari suatu variabel yang dihipotesiskan sebagai penyebab (causes) terhadap variabel yang diperlukan sebagai akibat (Winarsunu dalam Fatchur Rohaman, 2009). Solimun (2002) mengungkapkan analisis jalur dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut :

(20)

2. Pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi.

a. Didalam analisis path, hubungan antara variabel adalah linier dan aditif (tidak ada efek interaksi). b. Hanya model rekursif dapat

dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran causal ke satu arah. Sedangkan pada model yang mengandung causal resiprokal tidak dapat dilakukan analisis path. Model rekursif apabila memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut:

 Antara ε1 saling bebas

(independen)

 Antara ε1,ε2 dan ε3 dengan X1 dan

X2 saling bebas.

c. Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval.

d. Observed variabel diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel).

e. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan.

Persamaan struktural (structural

equation) pada dasarnya dibangun

dengan pedoman seperti berikut : variabel endogen = variabel eksogen + variabel endogen + erorr. Persamaan struktural (structural equation) untuk penelitian ini adalah :

Zx2 = ρx2x1Zx1+ ε1

Zy = ρx1x1Zx1+ ρx2x1Zx2+ ε2

3. Pendugaan parameter atau perhitungan koefisien path

- Anak panah bolak balik,

koefisiennya merupakan koefisien kolerasi, r (dihitung seperti biasa).

- Anak panah satu arah, digunakan

untuk perhitungan regresi variabel dibakukan, secara parsial pada masing-masing persamaan. Metode yang digunakan adalah OLS, yaitu metode kuadrat terkecil biasa.

4. Pemeriksaan validitas model a. Koefisien Determinasi Total

Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan :

Dalam hal ini, interpretasi terhadap , sama dengan interpretasi koefisien determinan (R2) pada

analisis regresi.

b. Theory Triming

Uji validasi koefisien path pada setiap jalur untuk pengaruh langsung sama dengan pada regresi, menggunakan nilai ρ pada uji t, yaitu pengujian koefisien regresi variabel secara parsial.

5. Melakukan interpretasi hasil analisis

- Memperhatikan hasil validasi model - Menghitung pengaruh total dari

setiap variabel yang mempunyai pengaruh kausal ke variabel endogen.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Hasil Uji Validitas

Data dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memiliki nilai r hitung > r tabel (0,197) dan nilai signifikansi < 0,05 sehingga dapat dikatakan semua item pertanyaan telah valid.

Hasil Uji Reliabilitas

(21)

dalam penelitian ini sudah reliabel atau dapat dihandalkan.

Analisis Data

Analisis Statistik Deskriptif

Tabel Interpretrasi skor nilai mean atau rerata variabel

No Nilai Skor Interpretasi 1 1,0 - 1,8 Jelek 2 >1,8 – 2,6 Kurang Bagus 3 >2,6 – 3,4 Cukup 4 >3,4 – 4,2 Bagus 5 >4,2 – 5,0 Sangat Bagus Sumber : Noermijati (2010)

Variabel Teknologi informasi (X)

Berdasarkan jawaban dari 100 orang responden untuk nilai rata-rata variabel teknologi informasi (X) memiliki rata-rata skor sebesar 4,00. Merujuk pada tabel

interpretasi skor nilai mean atau rerata variabel maka hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian yang berada pada level bagus terhadap variabel teknologi informasi dalam mendorong peningkatan kualitas layanan dan kepuasan pasien. Hal tersebut dimaksudkan bahwa pasien akan merasa puas jika meraka merasakan adanya manfaat peranan teknologi informasi yang meliputi indikator kemudahan dalam hal kepengurusan administrasi dan mendapatkan informasi mengenai pasien, kecepatan waktu tunggu administrasi pendaftaran dan kepulangan pasien, serta akurasi atau ketepatan perhitungan tagihan dan pelaporan pencatatan rekam medik pasien.

Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Teknologi Informasi (X)

Indikatior Item

Jawaban

Rata-rata item Rata-rata indikator

STS TS N S SS

f % f % f % f % F %

x1.1 x1.1.1 0 0 0 0 10 10 58 58 32 32 4,22 4,15 x1.1.2 1 1 1 1 12 12 61 61 25 25 4,08

X1.2 X1.2.1 0 0 5 5 16 16 55 55 24 24 3,98 3,91 X1.2.2 1 1 6 6 22 22 51 51 20 20 3,83

X1.3 X1.3.1 0 0 3 3 22 22 57 57 18 18 3,90 3,94 X1.3.2 0 0 3 3 16 16 61 61 20 20 3,98

Variabel X 4,00

Indikator kemudahan memiliki skor rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,15,

diikuti akurasi atau ketepatan sebesar 3,94, dan kecepatan waktu tunggu sebesar 3,91. Secara keseluruhan persepsi responden adalah berada pada level baik terhadap semua indikator teknologi informasi yang dirasakan sudah memenuhi harapan pelanggan (responden). Persepsi responden terhadap peranan teknologi informasi menunjukkan bahwa kemudahan merupakan indikator terkuat

sebagai pengukur teknologi informasi, dibuktikan dengan hasil tingkat rerata tertinggi. Sehingga hal ini berarti bahwa peranan teknologi informasi sudah sesuai dengan harapan dalam hal memudahkan responden mendapatkan

informasi apapun yang dibutuhkan dalam proses perawatan rawat inap di Rumah Sakit LAVALETTE Malang termasuk biaya tagihan perawatan. Tidak perlu harus melewati prosedur yang panjang atau pergi ke unit-unit lain terkait yang tentunya ditempat yang berbeda pula.

(22)

Variabel Kualitas Layanan (Z)

Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Kualitas Layanan (Z)

Indikator Item

Jawaban

Rata-rata item Rata-rata indikator

STS TS N S SS

Berdasarkan jawaban dari 100 orang responden untuk variabel kualitas layanan pada tabel 5.17 di atas dapat diketahui bahwa variabel kualitas layanan (z) memiliki rata-rata skor sebesar 4,02. Merujuk pada tabel interpretasi skor nilai mean atau rerata variabel, maka hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian yang berada pada level bagus terhadap variabel kualitas layanan dalam mendorong munculnya kepuasan pasien. Hal tersebut dimaksudkan bahwa responden (pasien) merasa kualitas layanan Rumah Sakit LAVALETTE Malang yang terdiri dari

Tangibles (bukti langsung), Reliability

(keandalan), Responsiveness (daya tanggap), Assurance (jaminan), Empathy

(empati) dirasakan telah memenuhi harapan mereka.

Dari data pada tabel 5.17 variabel kualitas layanan, Indikator Responsiveness

(daya tanggap) memiliki skor rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,08, diikuti

Reliability (keandalan) sebesar 4,05,

Emphaty (Empati) sebesar 4,04, Tangibles (Bukti Fisik) sebesar 4,00, dan Assurance (Jaminan) sebesar 3,93. Secara keseluruhan persepsi responden adalah berada pada level baik terhadap semua indikator variabel kualitas layanan yang ada di Rumah Sakit LAVALETTE Malang yang dirasakan sudah memenuhi harapan pasien (responden).

Variabel Kepuasan Pasien (Y)

Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Pasien (Y)

(23)

Merujuk pada tabel interpretasi skor nilai mean atau rerata variabel, maka hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian yang berada pada level bagus terhadap variabel kepuasan pasien. Hal tersebut dimaksudkan bahwa pasien atau responden akan merasa puas jika meraka menilai variabel kualitas layanan dan manfaat peranan teknologi informasi yang dirasakan sudah memenuhi atau melebihi harapan mereka.

Hasil Uji Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas

Tabel Hasil Uji Normalitas

Persamaan Variabel

bebas

Signifikansi

(p) Keterangan

1 X 0,423 Normal

2 X & Z 0,207 Normal

Hasil pengujian menunjukkan pada persamaan 1 dan persamaan 2 didapatkan nilai signifikansi > 0,05 yang berarti asumsi normalitas terpenuhi.

Hasil Uji Multikolinieritas

Tabel Hasil Uji Multikolinieritas

Persamaan Variabel

bebas VIF Keterangan

1 X 1,000 Non

Multikolinieritas

2 X

Y

1,387 1,387

Non Multikolinieritas Hasil pengujian menunjukkan semua variabel memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10 yang berarti asumsi multikolinieritas terpenuhi.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji glejser yaitu meregresikan antara absolut residual hasil regresi dengan semua variabel bebas.

Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas

Persamaa n

Variabe l bebas

Signifikans

i (p) Keterangan

1 X 0,369 Homoskedastisita

s

2 X

Z

0,303 0,733

Homoskedastisita s Hasil pengujian menunjukkan semua signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti asumsi heteroskedastisitas terpenuhi

Analisis Path

Pengembangan Model Teoritis. 1. ZKualitas layanan = P1 ZTeknologi informasi + ε1

2. ZKepuasan pasien = P2 ZKualitas layanan + P3

ZTeknologi informasi + ε2

Perhitungan Analisis Path

1. Pengaruh Teknologi informasi (X) terhadap Kualitas layanan (Z)

Tabel Hasil Regresi Standardize Persamaan Pertama

Variabel Beta T Sig t Keterangan

X 0,528 6,159 0,000 Signifikan

ttabel = 1,98

R Square = 0,279

a. Dari nilai R Square menunjukkan nilai sebesar 0,279 atau 27,9%. Artinya bahwa variabel Z (Kualitas layanan) dipengaruhi sebesar 27,9% oleh variabel X (Teknologi informasi). Sedangkan sisanya 72,1% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel bebas yang diteliti.

(24)

2. Pengaruh Teknologi informasi (X) dan Kualitas layanan (Z) terhadap Kepuasan pasien (Y)

Tabel Hasil Regresi Standardize Persamaan Kedua

Variabel Beta T Sig t Keterangan

X 0,237 2,462 0,016 Signifikan

Z 0,431 4,470 0,000 Signifikan

ttabel = 1,98

R Square = 0,350

a. Dari nilai R Square menunjukkan nilai sebesar 0,350 atau 35%. Artinya bahwa variabel Y (Kepuasan pasien) dipengaruhi sebesar 35% oleh X (Teknologi informasi) dan Z (Kualitas layanan) sedangkan sisanya 65% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel bebas yang diteliti.

b. Persamaan regresi standar: ZY = 0,237 ZX + 0,431 ZZ

Interpretasi Path

Pengujian Goodness of Fit model menggunakan koefisien determinasi total. Total keragaman data yang dapat

dijelaskan oleh model diukur dengan rumus:

R2m = 1 – P2e1 P2e2….P2ep

Dimana: P2e1 = 1 – R21 P2e2 = 1 – R22

Dimana R21 adalah R square untuk persamaan 1 yaitu sebesar 0,237 dan R22

adalah R square untuk persamaan 2 yaitu sebesar 0,350, jadi diperoleh:

P2e1 = 1 – 0,237 = 0,763 P2e2 = 1 – 0,350 = 0,650

Sehingga diperoleh koefisien determinasi total adalah sebagai berikut:

R2m = 1 – (0,763 x 0,650) = 0,504 atau 50,4%

Hal ini mengindikasikan keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model tersebut adalah sebesar 50,4% atau dengan

kata lain informasi yang terkandung dalam data 50,4% dapat dijelaskan oleh model tersebut. Sedangkan yang 49,6% dijelaskan oleh variabel lain (yang belum terdapat di dalam model).

Pemeriksaan validitas model menggunakan kaidah theory trimming

yaitu path-path yang nonsignifikan dibuang, sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empirik. Akan tetapi pada penelitian ini, semua path signifikan, sehingga tidak ada pembuangan path.

Pengujian Hipotesis

5.8.1 Pengujian Hipotesis Pertama H1 : Semakin tingginya peranan teknologi informasi akan semakin meningkatkan kualitas layanan.

Dari nilai thitung menunjukkan bahwa

variabel X (Teknologi informasi) nilai thitung

sebesar 6,159 dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena thitung > ttabel (6,159 > 1,98) atau

sig t < 5% (0,000 < 0,05) maka variabel X (Teknologi informasi) berpengaruh signifikan terhadap variabel Z (Kualitas layanan). Karena koefisien path bertanda positif (0,528) mengindikasikan bahwa semakin tingginya peranan teknologi informasi akan semakin meningkatkan kualitas layanan. Dengan demikian Hipotesis (H1) dapat diterima.

Pengujian Hipotesis Kedua

H2 : Semakin meningkatnya peranan teknologi informasi akan semakin meningkatkan kepuasan pasien.

Dari nilai thitung menunjukkan bahwa

variabel X (Teknologi informasi) nilai thitung

sebesar 2,462 dengan signifikansi sebesar 0,016. Karena thitung > ttabel (2,462 > 1,98) atau

Gambar

Tabel 4.1 Skala Pengukuran
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Teknologi Informasi (X)
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Kualitas Layanan (Z)
Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan, peserta didik dengan kemampuan tinggi sering merasa bosan karena materi terlalu sering diulang (Putra &amp; Subhan, 2018). Pembelajaran berbasis flipped classroom

Hasil reboisasi melalui GNRHL dan HKm tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 pada citra hasil klasifikasi tahun 2004 teridentifikasi sebagai semak belukar dan pertanian

Penelitian ini bertujuan untuk menduga besarnya laju erosi tahunan dan sedimentasi di Sub DAS Cikeas Kali Bekasi dengan menggunakan model AGNPS (Agricultural Non Point

(1999) pada domba Sungei Putih dan Barbados Blackbelly Cross didapat bahwa total pertambahan bobot hidup anak pra sapih kedua bangsa domba tersebut tidak menunjukkan perbedaan

• Pembayaran terkait operasional kantor (antara lain: honor terkait operasional kantor, bahan makanan, penambah daya tahan tubuh (hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh 17α-Metil Testosteron dalam sex reversal dengan dosis yang berbeda terhadap nisbah kelamin dan kelangsungan hidup

Dalam suatu kewirausahaan tidak akan lengkap jika tidak melakukan suatu pemasaran, pemasaran ini bertujuan selain untuk memperkenalkan produk yang telah dibuat/diproduksi

Peraturan Gubernur Nomor 18 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota