• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERBAGAI ISTILAH YANG TERKAIT DALAM PENE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BERBAGAI ISTILAH YANG TERKAIT DALAM PENE"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BERBAGAI ISTILAH PENELITIAN YANG TERKAIT DALAM PENELITIAN KUALITATIF

A. PENELITIAN SOSIAL

Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau masalah guna mencari pemecahan terhadap masalah tersebut. Metode penelitian social dapat diartikan sebagai pelajaran yang menjelaskan tentang metode-metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan mengembangkan pengetahuan yang menyangkut gejala-gejala dan masalah social.

Terdapat lima unsur yang perlu diperhatikan dalam penelitian sosial, yaitu:

1. Unsure Ilmiah 2. Unsur Penemuan 3. Unsur Pengembangan 4. Unsur Pengujian Kebenaran 5. Unsur Pemecahan Masalah

(2)

B. PENELITIAN NATURALISTIK

“Kualitatif pendekatan naturalistik” istilah ini menunjukkan bahwa pelaksanaan ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsinya secara alami. fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif.

Interaksi atau pendekatan naturalistik, sebagaimana pendapat Bagong Suyanto dan Sutinah: Naturalis (wajar) karena peneliti tidak berusaha memanipulasi atau bahkan menyimulasi suasan penelitian. Hal yang dikaji adalah situasi dunia nyata sebagaimana terjadi secara wajar. Peneliti sedapat-dapatnya tidak mengusik ataupun mengontrol. Ia bersikap terbuka terhadap apa saja yang muncul. Tidak ada kendala-kendala yang telah ditentukan dari awal terhadap hasil yang diharapkan. Dasar pikiran penggunaan istilah interaksi naturalistik tidak lain adalah kenyataan empiris yang menunjukkan adanya tipe interaksi yang terjadi secara alamiah di hampir semua masyarakat.

(3)

karakteristik alamiah dari tipe-tipe interaksi sosial yang dikembangkan oleh setiap individu yang mengikuti tingkatan kebutuhannya.

Tipe interaksi yang diutamakan seseorang bergerak dari interaksi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar biologis, dan selanjutnya bila kebutuhan itu sudah terpenuhi maka ia akan menampilkan tipe interaksi untuk memenuhi rasa aman, dan jika sudah terpenuhi lalu menampilkan tipe interaksi untuk memenuhi kebutuhan afiliasi, dan seterusnya sampai pada tipe interaksi untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Interaksi-interaksi yang timbul dari motif kebutuhan jauh lebih penting daripada interaksi-interaksi lainnya, seperti faktor kekerabatan dan keagamaan.

Secara faktual, seseorang akan siap berinteraksi dengan siapa saja (dalam batas norma-norma sosial) untuk memenuhi kebutuhannya. Bertolak dari fakta-fakta sosial tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi yang ditimbulkan oleh motif kebutuhan tumbuh secara natural. Interaksi itu mendorong orang untuk hidup harmonis dan sejajar dengan anggota masyarakat lainnya, tanpa membedakan latar etnis dan agama. Interaksi yang bersifat natural semacam ini pasti ditemukan dalam semua tipe masyarakat, baik pada masyarakat nelayan, pedagang, buruh, petani, dan sebagainya.

(4)

C. PENELITIAN POSITIVISME / POSTPOSITIVISTIK

Untuk metode kualitatif juga disebut dengan metode postpositivistik dikarenakan berasaskan pada filsafat postpositivistik. Sebenarnya mengapa disebut dengan metode kualitatif dikarenakan data yang dikumpulkan serta analisisnya cenderung bersifat kualitatif.

Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yangempiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti, peneliti dan obyek yang diteliti bersifat independen dan saling tidak berinteraksi. Cara menelitinya bisa dengan percobaan atau manipulasi sehingga dapat dikontrol obyektivitasnya. Menurut positivistik, fenomena sosial dipahami dari perspektif luar berdasarkan teori-teori yang ada. Maka dalam pandangan posivistik (perspektif makro) : (1) realitas adalah fenomena y a n g k e b e r a d a a n n y a d i t e n t u k a n o l e h f e n o m e n a l a i n , ( 2 ) r e a l i t a s s o s i a l d a p a t diklasifikasikan dan keberadaannya dapat digambarkan dalam sebuah simbol denganatribut tertentu.

 Tujuaj penelitian

(5)

Contoh judul penelitian ini adalah: Penerapan Manajemen Pembiayaan Berbasis Madrasah terhadap Mutu Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

D. PENELITIAN FENOMENOLOGIS

Fenomenologi merupakan salah satu metode penelitian dalam studi kualitatif. Kata Fenomenologi (Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak.

(6)

Fenomenologi dapat digolongkan dalam penelitian kualitatif murni dimana dalam pelaksanaannya yang berlandaskan pada usaha mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomen-fenomen sebagaimana fenomen-fenomen itu sendiri. Peneliti harus bertolak dari subjek (manusia) serta kesadarannya dan berupaya untuk kembali kepada “kesadaran murni” dengan membebaskan diri dari pengalaman serta gambaran kehidupan sehari-hari dalam pelaksanaan penelitian.

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.

Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep kunci yang intersubyektif. Karena itu, menurut Kuswarno “…penelitian fenomenologis harus berupaya untuk menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala…”

Metode ini lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-ganda - contoh bentuk penelitian yang nyata, berikut adalah penelitian yang dilakukan dengan mengangkat permasalahan partisipasi orang tua dalam bentuk pemikiran, tenaga, dan finansial sebagai peran serta wali murid di Sekolah Dasar negeri 1 Lhokseumawe

(7)

atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.

Dengan demikian, Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal dan suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Secara lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang.

Dalam menarik kesimpulan dari data yang dihasilkan, penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan pendekatan induktif. Artinya, peneliti berangkat dari fakta/ informasi/ data empiris untuk membangun teori. Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam faham fenomenologi dimana obyek-obyek harus diberikan kesempatan untuk berbicara melalui deskripsi fenomenologis guna mencari hakekat gejala-gejala. Berkaitan dengan hakekat obyek-obyek, untuk menangkap hakekat obyek-obyek diperlukan tiga macam reduksi guna menyingkirkan semua hal yang mengganggu dalam mencapai gejala-gejala yaitu: Reduksi pertama. Menyingkirkan segala sesuatu yang subyektif, sikap kita harus obyektif, terbuka untuk gejala-gejala yang harus diajak bicara. Reduksi kedua. Menyingkirkan seluruh pengetahuan tentang obyek yang diperoleh dari

(8)

Menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan. Segala sesuatu yang sudah dikatakan orang lain harus dilupakan untuk sementara, kalau reduksi-reduksi ini berhasil, maka gejala-gejala akan memperlihatkan dirinya sendiri/dapat menjadi fenomena atau suatu fakta.

Contoh judul penelitian fenomenologis adalah penelitian biografis tentang grup music NOAH, untuk memahami pengalaman kreatif kesenimanan mereka dan bagaimana mereka memandang peristiwa negative seperti terlibat narkoba dan lain-lain yang menimpa mereka maupun seniman lain serta bagaimana mereka mengatasinya.

E. PENELITIAN ETNOMETODOLOGI

Neuman (1997) mengartikan etnometodologi sebagai keseluruhan penemuan, metode, teori, suatu pandangan dunia. Pandangan etnometodologi berasal dari kehidupan. Etnometodologi berusaha memaparkan realitas pada tingkatan yang melebihi sosiologi,

dan ini menjadikannya berbeda banyak dari sosiologi dan psikologi. Etnometodologi memiliki batasan sebagai kajian akal sehat, yakni kajian dari observasi penciptaan yang digunakan terus-menerus dalam interaksi sosial dengan lingkungan yang sewajarnya.

(9)

sifatnya rutin, dan umum, mungkin dilakukan melalui berbagai bentuk keahlian, pekerjaan praktis, dan asumsi-asumsi tertentu. Keahlian, pekerjaan praktis, dan asumsiasumsi itulah yang disebut dalam etnometodologi.

Tujuan utama etnometodologi adalah untuk mempelajari bagaimana anggota masyarakat selama berlangsungnya interaksi sosial, membuat sense of indexical expression. Istilah indexical tidak bermakna universal namun bergantung pada konteks

(misalnya, ia, dia, mereka). Sifatnya terbatas pada yang diindeks atau dirujuk Subjek etnometodologi bukanlah anggota-anggota suku-suku terasing, melainkan orang-orang

dalam perbagai macam situasi dalam masyarakat kita. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia di tempat mereka hidup.Pemanfaatan metode ini lebih dilatari oleh pemikiran praktis (practical reasoning) ketimbang oleh kemanfaatan logika formal (formal logic).

(10)

dengan lingkungannya (institusi dan alam). Peneliti dan para actor sosial akan terlibat didalam interaksi dan diskusi yang intens untuk merumuskan masalah yang dihadapi.

Beberapa prasyarat untuk menjadikan etnometodologi sebagai model penelitian kualitatif:

1. Etnometodologi memusatkan kajian pada realitas yang memiliki penafsiran praktis. Ia merupakan pendekatan pada sifat kemanusiaan yang meliputi pemaknaan pada perilaku nyata. Setiap masyarakat dalam konsep ini memiliki situasi yang bersifat lokal, terorganisir, memiliki steriotipe dan ideologi khusus, termasuk ras, kelas social dan gender. Pendekatan ini akan memihak masyarakat bawah dengan ideologi yang sangat populis

2. Merupakan strategi yang dapat dilakukan melalui discourse analysis (analisis wacana). Paradigma yang dianut adalah semiotic, sehingga metode yang paling tepat adalah dialog. Sumber data dapat diungkap melalui observasi-observasi dengan pencatatan data yang teratur menggunakan field note. Pengembangan pertanyaan dilakukan dengan betuk verbal, social interaktif dan dialog

3. Etnometodologi memiliki keunggulan dalam mendekati kehidupan empiric, dalam hal ini ada program penekanan yang diberikan. Melakukan pengambilan data langsung dari lapangan melalui model interaktif antara peneliti dan actor

(11)

5. Menitikberatkan pada pemahaman diri dan pengalaman hidup sehari-hari. Pengambilan data dengan indepth interview, akan menggali semua masalah kehidupan sehari-hari dalam bentuk wawancara percakapan terbuka. Setiap wacana percakapan dianalisis, dikembangkan sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari di kalangan masyarakat lokal.

No

Unsure Pelaksanaan Kegiatan 1 Paradigma Semiotic: wacana percakapan

harus bermula dari kepentingan masyarakat lokal. Masalah sosial tumbuh dari bawah yang harus mencerminkan kehidupan sehari-hari.

2 Strategi Kegiatan

Discourse Analysis: dilakukan

diskusi intensif dengan aktor lokal. Peneliti harus bersatu dengan aktor sosial, upaya ini dilakukan untuk dapat

memahami jenis, bentuk percakapan hingga dapat diketahui strukturnya.

3 Pengumpulan

(12)

Interview/Conversation

4 Fokus

Penelitian

Kontekstual (tergantung pada konteks masalah lokal)

5 Perkiraan Kasus

Tergantung pada masalah penelitian, jumlah kasus disesuaikan dengan sifat, jenis dan karakter masalah.

Contoh penelitian ini adalah: Masalah-masalah yang dihadapi pedagang kaki lima di Pasar Ibu Payakumbuh.

F. PENELITIAN STUDI KASUS

Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting.

(13)

latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.

Contoh judul penelitian ini adalah: Persepsi konsumen terhadap saluran distribusi prodek Im3 dan Mentari: studi kasus pada PT. Indosat Cabang.

G. PENELITIAN INDUKTIF

Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.

Contoh :

Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide pokok)

(14)

Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnyakondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

(15)

I. PENELITIAN ARTISTIK

Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum lama. Metode ini disebut juga sebagai metode artistic karena proses penelitian lebih bersifat seni dan kurang berpola.

Dalam penelitian kualitatif seorang peneliti itu sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data observasi berperan serta dan wawancara mendalam, maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. Dengan begitu peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data.

Dalam pencarian data terhadap seseorang inilah metode artistic akan muncul. Cara seorang peneliti kualitatif dalam mencari dan mengumpulkan data dari seseorang mempunyai pola seni masing-masing.

Contoh judul penelitian artistic adalah: 1.)Makna sakit bagi pasien, 2.) Mengapa korupsi sulit diberantas di Indonesia.

J. PENELITIAN INTERAKSIONIS SIMBOLIK

(16)

lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan masyarakat atau kelompok. Aliran-aliran interaksionisme simbolik tersebut adalah Mahzab Chicago, Mahzab Lowa, Pendekatan Dramaturgis dan Etnometodologi. Sebagian pakar berpendapat, teori interaksi simbolik, khususnya dari George Herbert Mead, seperti teori etnometodologi dari Harold Garfinkel, serta teori fenomenologi dari Afred Schutz berada di bawah payung teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh filosof dan sekaligus sosiolog Jerman Max Weber (1864-1920), meskipun Weber sendiri sebenarnya bukanlah seorang interpretivis murni. Proposisi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya.

(17)

frase “definisi situasi”, “realitas terletak pada mata yang melihat”, dan “bila manusia mendefinisikan situasi sebagai riil, situasi tersebut riil dalam konsekuensinya” sering dihubungkan dengan interaksionisme simbolik.

Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Penganut interaksi simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia disekeliling mereka, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan, sebagaimana dianut oleh teori behavioristik atau teori struktural. Alih-alih, perilaku dipilih sebagai hal yang layak dilakukan berdasarkan cara individu mendefinisikan situasi yang ada.

Interaksi simbolik termasuk ke dalam salah satu dari sejumlah tradisi penelitian kualitatif yang berasumsi bahwa penelitian sistematik harus dilakukan dalam suatu lingkungan yang alamiah dan bukan lingkungan artifisial seperti eksperimen.

(18)

untuk mengembangkan metodologi interaksionis simbolik. Hanya saja, meskipun bersifat induktif, pandangan Glaser dan Strauss mugkin terlalu idealis bagi sebagian penganut interaksionisme simbolik.

Interaksionisme simbolik adalah salah satu model penelitian budaya yang berusaha mengungkap realitas perilaku manusia. Falsafah dasar interaksionisme simbolik adalah fenomenologi.Namun, dibanding penelitian naturalistik dan etnografi yang juga memanfaatkan fenomenologi, interaksionisme simbolik memiliki paradigma penelitian tersendiri. Model penelitian ini pun mulai bergeser dari awalnya, jika semula lebih mendasarkan pada interaksi kultural antar personal, sekarang telah berhubungan dengan aspek masyarakat dan atau kelompok. Karena itu bukan mustahil kalau awalnya lebih banyak dimanfaatkan oleh penelitian sosial, namun selanjutnya juga diminati oleh peneliti budaya.

Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami budaya lewat perilaku manusia yang terpantul dalam komunikasi. Interaksi simbolik lebih menekankan pada makna interaksi budaya sebuah komunitas. Makna esensial akan tercermin melalui komunikasi budaya antar warga setempat. Pada saat berkomunikasi jelas banyak menampilkan simbol yang bermakna, karenanya tugas peneliti menemukan makna tersebut.

(19)

manusia untuk mengungkap di balik yang tersaji; (4) pemaknaan, menuntut kemampuan integratif manusia, inderawinya, daya pikirnya, dan akal budi.

Referensi

Dokumen terkait

Ompusunggu dan Ranggabuwana (2006: 5) mene- mukan hubungan antara partisipasi dengan job rele- van information, dalam proses partisipasi, bawahan/ pelaksana anggaran diberi

Hasil observasi awal yang dilakukan, diperoleh beberapa jenis obat yang berinteraksi antara lain captopril dengan antasida (minor), amlodipin dengan simvastatin

penurunan tingkat kecemasan yang berarti. Hasil Analisis Bivariat.. Hasil Cross Tabulation Data Demografi Responden Kelompok Sebelum Pemberian Intervensi Terapi Dzikir

Akan tetapi apabila melihat alasan Salwa lebih lanjut, maka dapat dilihat bahwa alasan pemilihan kedua surat ini bukan hanya berdasarkan pada panjang atau pendeknya surat ataupun

Inflasi Kota Banjarmasin terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukan oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,29 persen; kelompok makanan jadi,

Dari hasil penelitian mengenai atribut produk yang diinginkan konsumen, dapat disimpulkan ada 4 atribut yang merepresentasikan keinginan konsumen terhadap produk

Berdasarkan uraian tentang pernyataan tersebut, maka penelitian ini ingin mengkaji tentang analisis terdapat pengaruh antara perkembangan kredit simpan pinjam, pengembangan

pada penderita diare anak di Puskesmas Rawat Inap kota Pekanbaru yaitu sebanyak 10 orang (10,41%) yang lebih banyak didapat pada anak laki-laki dengan usia 1-3 tahun..