• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERMODALAN PERSEROAN TERBATAS DAN PERMODALAN DALAM KOPERASI A. Kedudukan PT sebagai Badan Hukum - Peralihan Saham Pt.Tertutup Kepada Koperasi Ditinjau Dari Undang – Undang No.40 Tahun 2007 Dan Undang – Undang No.17 Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PERMODALAN PERSEROAN TERBATAS DAN PERMODALAN DALAM KOPERASI A. Kedudukan PT sebagai Badan Hukum - Peralihan Saham Pt.Tertutup Kepada Koperasi Ditinjau Dari Undang – Undang No.40 Tahun 2007 Dan Undang – Undang No.17 Tahun 2012"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERMODALAN PERSEROAN TERBATAS DAN PERMODALAN DALAM KOPERASI

A. Kedudukan PT sebagai Badan Hukum

Perseroan terbatas merupakan suatu subjek hukum yang diakui oleh

pemerintah Indonesia dalam bentuk badan hukum. Perkumpulan dari beberapa

orang yang kemudian membuat suatu ikatan yang kemudian menjalankan

fungsinya sesuai dengan tujuan dari dibentuknya badan hukum tersebut. Secara

pengertian, PT memiliki arti “badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar

yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.23

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) sebagai aturan awal dari

PT tidak mengatakan secara tegas akan keberadaan PT sebagai badan hukum akan

tetapi memberikan penjelasan pertanggung jawaban suatu saham dalam perseroan,

“Modal perseroan dibagi atas saham-saham atau Sero-sero atas nama atau

blangko. Para persero atau pemegang saham atau sero tidak bertanggung jawab Dari pengertian

diatas dapat dipahami bahwa perseroan terbatas adalah sebuah badan hukum yang

didalamnya terdapat persekutuan modal yang dibentuk berdasarkan adanya

perjanjian terhadap suatu kegiatan tertentu yang memiliki jumlah saham.

23

(2)

lebih daripada jumlah penuh saham-saham itu”.24

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai

aturan yang digunakan sekarang secara tegas menyebutkan bahwa PT adalah

sebagai badan hukum yang terkandung dalam Pasal 1 UU PT, dengan demikian

tidak perlu diragukan akan kedudukan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum.

Berikut arti dari badan hukum menurut beberapa ahli:

Kemudian pada Pasal 45

KUHD “para pengurus tidak bertanggung jawab lebih daripada untuk menunaikan

sebaik-baiknya tugas yang diberikan kepada mereka; mereka tidak bertanggung

jawab secara pribadi terhadap pihak ketiga atas perikatan perseroan”, kembali lagi

tidak ada pernyataan tegas akan bentuk dari perseroan terbatas tersebut namun

KUHD mengakui adanya kekayaan terpisah dari modal dan kekayaan pribadi dan

juga mengenai pertanggung jawaban modal di perseroan terbatas sebatas jumlah

modal/saham yang dimiliki oleh tiap-tiap pemiliki saham.

25

1. Teori Fictie dari von Sasvigny, badan hukum adalah semata-mata buatan

negara saja. Sebetulnya menurut alam hanya manusia sajalah sebagai subjek

hukum, badan hukum itu hanya suatu fictie saja, yaitu sesuatu yang

sesungguhnya tidak ada, tetapi orang menciptakan dalam bayangannya suatu

pelaku hukum (badan hukum) yang sebagai subjek hukum diperhitungkan

sama dengan manusia

2. Teori Harta Kekayaan bertujuan dari Brinz, menurutnya hanya manusia saja

yang dapat menjadi subjek hukum. Namun, juga tidak dapat dibantah adanya

24

Pasal 40 KUHD

25

(3)

hak-hak atas suatu kekayaan, sedangkan tiada manusia pun yang menjadi

pendukung hak-hak itu. Apa yang kita namakan hak-hak dari suatu badan

hukum sebenarnya adalah hak-hak yang tidak ada yang mempunyainya dan

sebagai penggantinya adalah suatu harta kekayaan yang terikat oleh tujuan atau

kekayaan kepunyaan suatu tujuan

3. Teori Organ Daro Otto Van Gierke, bahwa badan hukum adalah suatu realitas

sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada di dalam

pergaulan hukum. Tidak hanya suatu pribadi yang sesungguhnya, tetapi badan

hukum ini juga mempunyai kehendak atau kemauan sendiri yang dibentuk

melalui alat-alat perlengkapannya (pengurus, anggota-anggotanya). Apa yang

mereka putuskan adalah kehendak atau kemauan dari badan hukum. Teori ini

menggambarkan badan hukum sebagai suatu yang tidak berbeda dengan

manusia.

4. Teori Propriete Collective dari Planiol yaitu hak dan kewajiban badan hukum

itu pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban anggota bersama-sama.

Disamping hak milik pribadi, hak milik serta kekayaan itu merupakan harta

kekayaan itu merupakan harta kekayaan bersama. Anggota-anggota tidak

hanya dapat memiliki masing-masing untuk bagian tidak dapat dibagi, tetapi

juga sebagai pemilik bersama-sama untuk keseluruhannya. Disini dapat

dikatakan bahwa orang-orang yang berhimpun itu semuanya merupakan suatu

kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang dinamakan badan hukum. Maka

(4)

Perseroan Terbatas t dijalankan dan dilaksanakan oleh Direksi. Pengelolaan

atau pengurusan dilaksanakan oleh Direksi, ini sesuai dengan Pasal 1 angka 5 UU

PT direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh

atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud

dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar

pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dalam Pasal 92 ayat (1) UU

PT dikemukakan mengenai fungsi direksi dalam pengurusan PT untuk

kepentingan PT yaitu direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk

kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Perseroan terbatas sebagai badan hukum berdasarkan tugas dan fungsi

Direksi, bahwa badan hukum PT itu memiliki kehendak atau kemauan sesuai

dengan kepentingan PT melalui alat-alatnya. Ini sesuai dengan teori organ yang

dikemukakan oleh Daro Otto Van Gierke. Direksi yang merupakan bagian organ

atau alat dari badan hukum, dibentuk dan dipilih untuk menjalankan segala

kepentingan PT, baik kepentingan itu untuk melakukan perjanjian atau melakukan

hal yang lain berhubungan dengan kepentingan PT. Berikut organ-organ yang ada

di dalam suatu perseroan terbatas, yaitu:

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS adalah organ perusahaan yang memegang kekuasaan,yang mana

kewenangannya tersebut tidak diserahkan kepada direksi dan dewan komisaris.

(5)

mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam

perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan

perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS didasari pada

kepentingan usaha perseroan dalam jangka panjang.

Dapat dikatakan bahwa keputusan-keputusan yang menyangkut struktur

organisasi perseroan misalnya perubahan anggaran dasar, penggabungan,

peleburan, pemisahan, pembubaran dan likuidasi perseroan, hak dan kewajiban

para pemegang saham, pengeluaran saham baru dan pembagian atau penggunaan

keuntungan yang dibuat perseroan sepenuhnya termasuk wewenang RUPS.

Dikatakan bahwa RUPS mempunyai kekuasaan tertinggi dalam perseroan, RUPS

menjalankan kekuasaan perseroan secara de facto, secara eksklusif kewenangan

diatur dalam anggaran dasar dan pembatasan tertentu bagi direksi yang

memerlukan persetujuan RUPS. Tetapi perwakilan untuk pengurusan perseroan di

dalam maupun di luar pengadilan tidak termasuk wewenang RUPS. Berikut

wewenang RUPS sesuai UU PT, yaitu :

a. Memutuskan penyetoran saham dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk

lainnya, misalnya dalam bentuk benda tidak bergerak (Pasal 34)

b. Menyetujui dapat tidaknya pemegang saham dan kreditor lainnya yang

mempunyai tagihan terhadap perseroan menggunakan hak tagihnya

sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham yang telah

diambilnya (Pasal 35)

c. Menyetujui pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan (Pasal 38)

(6)

e. Memutuskan pengurangan modal perseroan (Pasal 44 ayat (1)

f. Menyetujui rencana kerja yang diajukan oleh direksi. (Pasal 64 ayat (3))

g. Memutuskan penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah

penyisihan untuk cadangan. (Pasal 71)

h. Mengatur tata cara pengambilan deviden yang telah dimasukkan ke

cadangan khusus. (Pasal 73)

i. Memutuskan tentang penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau

pemisahan, pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan pailit,

perpanjangan waktu berdirinya, dan pembubaran perseroan. (Pasal 89 ayat

(1))

j. Memutuskan pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara direksi

dalam hal direksi terdiri atas 2 anggota direksi atau lebih. (Pasal 92 ayat

(5))

k. Mengangkat anggota direksi. (Pasal 94 ayat (1))

l. Memutuskan ketentuan tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota

direksi. (Pasal 96 ayat (1))

m. Memutuskan tentang kewenangan direksi untuk mewakili perseroan dalam

hal direksi lebih dari 1 orang. (Pasal 98 ayat (3))

n. Menyetujui untuk mengalihkan kekayaan perseroan, atau menjadikan

jaminan utang kekayaan perseroan, yang merupakan lebih dari 50%

jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik

(7)

o. Menyetujui dapat atau tidaknya direksi mengajukan permohonan pailit

atas perseroan kepada Pengadilan Niaga. (Pasal 104)

p. Memberhentikan anggota direksi sewaktu-waktu dengan menyebutkan

alasannya. (Pasal 105)

q. Mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara anggota

Direksi yang telah ditetapkan oleh dewan komisaris. (Pasal 106 ayat (6))

r. Mengangkat anggota dewan komisaris. (Pasal 111)

s. Menetapkan ketentuan tentang besarnya gaji atau honorarium dan

tunjangan bagi anggota dewan komisaris. (Pasal 113)

t. Memutuskan dapat atau tidaknya dewan komisaris melakukan tindakan

pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu.

(Pasal 118 ayat (1))

u. Mengangkat komisaris independen. (Pasal 120 ayat (2))

v. Memutuskan tentang pengambilalihan saham oleh badan hukum berbentuk

perseroan. (Pasal 125 ayat (4))

w. Memutuskan tentang penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau

pemisahan perseroan. (Pasal 127 ayat (1))

x. Memutuskan tentang pembubaran perseroan. (Pasal 142 ayat (1))

2. Dewan komisaris

Dewan komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur PT. Dewan komisaris

(8)

kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi.

Dalam melaksanakan tugas, dewan komisaris bertanggung jawab kepada RUPS.

Pertanggungjawaban dewan komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan

akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan. Kinerja dewan komisaris

dievaluasi berdasarkan unsur-unsur penilaian kinerja yang disusun secara mandiri

oleh dewan komisaris. Pelaksanaan penilaian dilakukan pada tiap akhir periode

tutup buku.

Dewan komisaris adalah organ pengawas mandiri. Menurut ketentuan Pasal

1 angka 6 UU PT jelas bahwa ada keharusan bagi setiap perseroan mempunyai

dewan komisaris. Tugas utama dewan komisaris adalah melakukan pengawasan

atas kebijakan pengurusan yang dijalankan direksi, jalannya pengurusan tersebut

pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi

nasehat kepada direksi. Dewan komisaris tidak mempunyai peran dan fungsi

eksekutif. Sekalipun anggaran dasar menentukan bahwa perbuatan-perbuatan

direksi tertentu memerlukan persetujuan dewan komisaris, persetujuan dimaksud

bukan pemberian kuasa dan bukan pula perbuatan pengurusan.

Tugas dan kewenangan pengawasan dipercayakan kepada dewan

komisaris demi kepentingan perseroan, bukan kepentingan satu atau beberapa

orang pemegang saham. Hal ini ditegaskan dalam pasal 85 ayat (4) UU PT yang

melarang anggota dewan komisaris untuk bertindak selaku kuasa pemegang

saham dalam pemungutan suara sewaktu RUPS. Dalam pengurusan perseroan

kedudukan direksi dan dewan komisaris adalah setara. Komisaris adalah

(9)

penasihta direksi. Untuk mencapai efektifitas fungsi komisaris tersebut maka

ditetapkan pula persyaratan untuk menjadi komisaris yang adalah sama untuk

menjadi direksi.26

Dewan komisaris melakukan pengawasan, maka dewan komisaris

bertanggung jawab atas pengawasan perseroan. Pertanggung jawaban tersebut

diberikan sekali setahun pada waktu RUPS tahunan. Sedangkan tanggung jawab

keluar, berkaitan dengan kerugian yang diderita oleh pihak ketiga. Dalam dal ini

berlaku pula tanggung jawab seperti halnya direksi. Hal tersebut ditegaskan dalam

Pasal 115 UU PT yang mengatur bahwa setiap anggota dewan komisaris

bertanggung jawab secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan

direksi atas kewajiban (utang) perseroan yang belum dilunasi bilamana terjadi

kepailitan perseroan karena kesalahan atau kelalaian dewan komisaris dalam

melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilakukan direksi. Selanjutnya

diatur pula dalam Pasal 115 ayat (2) bahwa tanggung jawab tersebut berlaku juga Tanggung jawab dewan komisaris mirip dengan tanggung jawab direksi.

Perbedaannya adalah bahwa tanggung jawab dewan komisaris terdapat dalam

bidang pengawasan atas kebijakan pengurusan yang dilakukan direksi dan

pemberian nasehat kepada direksi, sedangkan tanggung jawab direksi terdapat

dalam bidang pengurusan dan perwakilan perseroan. Tanggung jawab dewan

komisaris terbagi atas tanggung jawab ke luar dan tanggung jawab ke dalam.

26

(10)

bagi anggota dewan komisaris yang sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun sebelum

putusan pernyataan pailit diucapkan. Ketentuan serupa ditetapkan pula bagi

mantan anggota direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya selagi menjabat

telah menyebabkan perseroan dinyatakan pailit. Berikut rincian wewenang dewan

komisaris dalam UU PT, yaitu:

a. Dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,

jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun

usaha, dan memberi nasihat kepada direksi. (Pasal 108 ayat (1))

b. Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan. (Pasal

114 ayat (1))

c. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian dewan

komisaris dalam hal melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang

dilaksanakan oleh direksi dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk

membayar seluruh kewajiban perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap

anggota dewan komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab

dengan anggota direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. (Pasal 115

ayat (1)).

Dewan komisaris wajib (Pasal 116), yaitu :

a. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya;

b. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau

keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain;

c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan

(11)

3. Direksi

Direksi adalah organ perusahaan yang bertanggungjawab penuh atas

pengurusan perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar.27

Tugas dan wewenang untuk melakukan pengurusan perseroan adalah tugas

dan wewenang setiap anggota direksi. Ditegaskan dalam tanggung jawab pribadi

secara tanggung renteng yang diatur dalam Pasal 97 ayat (4) UU PT. Namun tugas

dan wewenang direksi dibatasi oleh peraturan undang-undang, maksud dan tujuan

perseroan dan pembatasan-pembatasan dalam anggaran dasar. Sehubungan

dengan pembatasan-pembatasan yang mengikat direksi tersebut di atas UU PT

dengan tegas dan jelas mengatur bahwa pembatasan dimaksud pada dasarnya

tidak mempunyai akibat keluar yaitu bahwa perbuatan hukum yang dilakukan

direksi tanpa persetujuan RUPS atau dewan komisaris tetap mengikat perseroan Dalam melaksanakan tugasnya, direksi bertanggung

jawab kepada RUPS. Pertanggungjawaban direksi kepada RUPS merupakan

perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan.

Kinerja direksi dievaluasi oleh dewan komisaris baik secara individual

maupun kolektif berdasarkan unsur-unsur penilaian kinerja yang disusun oleh

Komite Nominasi. Pelaksanaan penilaian dilakukan pada tiap akhir periode tahun

buku. Hasil penilaian kinerja direksi oleh dewan komisaris disampaikan dalam

RUPS.

27

(12)

sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik. Berarti

bahwa pihak lain dimaksud dilindungi oleh praduga itikad baik yang merupakan

suatu asas dalam Hukum Perdata Indonesia.

Perseroan adalah subyek hukum dan perseroan sebagai ciptaan hukum

adalah orang buatan yang mutlak memerlukan direksi yang ditugaskan untuk

menjalankan pengurusan dan perwakilan perseroan. Pasal 92 ayat (1) dan Pasal 98

ayat (2) UU PT menetapkan bahwa direksi adalah pengurus dan wakil perseroan.

Tugas tersebut melahirkan kewajiban pada setiap anggota direksi untuk senantiasa

menjaga dan membela kepentingan perseroan. Kelalaian dalam melaksanakan

tugas tersebut berakibat bahwa setiap anggota direksi secara tanggung renteng

dapat dipertanggungjawabkan. Selama anggota direksi menjalankan kewajibannya

dalam batas-batas kewenangannya, anggota direksi tidak dapat

dipertanggungjawabkan atas kerugian perseroan. Berikut kewenagan beserta

kewajiban direksi, yaitu :

a. Menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan

sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. (Pasal 92 ayat (1))

b. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan. (Pasal 97 ayat (1))

c. Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

(Pasal 98 ayat (1))

Direksi wajib (Pasal 100 ayat (1)):

a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan

(13)

b. Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang tentang Dokumen Perusahaan;

c. Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan perseroan dan

dokumen perseroan lainnya

d. Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham

yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya

dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar

khusus. (Pasal 101 ayat (1))

Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk (Pasal 102 ayat (1)):

a. Mengalihkan kekayaan perseroan;

b. Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan, yang merupakan lebih dari

50% jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih,

baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.

c. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang karyawan

Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama perseroan

melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam

surat kuasa. (Pasal 103)

Penjelasan mengenai tugas dari masing-masing organ perseroan terbatas

membuktikan bagaimana organ-organ tersebut adalah suatu kesatuan yang

memiliki tanggung jawab dan saling bekerjan sama dalam menjalankan perseroan

agar tercapai perseroan yang sehat serta mandiri. Perseroan sebagai badan usaha

(14)

tidak memiliki hak tanggung jawab seperti subjek hukum lainnya, perorangan,

maka berikut ciri-ciri dari bentuk badan hukum tersebut, yaitu:

1. Memiliki harta kekayaan yang terpisah

Perseroan Terbatas mempunyai harta kekayaan tersendiri yang terpisah dari

harta kekayaan para perseronya dan didapat dari pemasukan para persero

(pemegang saham), yang berupa modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal

yang disetor penuh. Harta kekayaan ini sengaja diadakan dan memang diperlukan

sebagai alat untuk mengejar tujuan perseroan dalam hubungan hukumnya di

masyarakat, misalnya dalam rangka membuat perjanjian-perjanjian dengan pihak

ketiga. Kekayaan terpisah membawa akibat sebagai berikut:28

a. Kreditur pribadi dari persero dan atau para pengurusnya tidak mempunyai hak

untuk menuntut harta kekayaan badan hukum itu

b. Para persero dan juga para pengurusnya secara pribadi tidak dapat menagih

piutang badan hukum dari pihak ketiga

c. Kompensasi antara hutang pribadi dan hutang badan hukum tidak

diperkenankan

d. Hubungan hukum, baik perikatan maupun proses-proses antara para persero

dan atau para pengurusnya dengan badan hukum dapat terjadi, seperti halnya

antara badan hukum dengan pihak ketiga

28

(15)

e. Pada kepailitan, hanya kreditur badang hukum itu saja yang dapat menuntut

harta kekayaan yang terpisah itu.

2. Mempunyai tujuan

Perseroan terbatas merupakan subjek hukum yang memiliki tujuan tertentu,

ini dapat dilihat dari anggaran dasarnya.29

Kepentingan sendiri yang dimaksud adalah merupakan hak-hak

subjektifnya sebagai akibat dari peristiwa-peristiwa hukum yang dialaminya dan

kepentigan itu adalah kepentingan yang dilindungi hukum.

Ini dapat dilihat dari usaha perusahaan

tersebut seperti PT. Bank BRI. Secara jelas perseroan ini bergerak di bidang

perbankan.

3. Mempunyai kepentingan sendiri

30

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, perseroan terdiri dari

organ-organ perseroan yang memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing.

Masing-masing organ akan mempertanggung jawabkan setiap tindakannya kepada Maka dengan

demikian peseroan memiliki kepentingan sendiri yang dapat mempertahankan

kepentingannya terhadap pihak ketiga.

4. Mempunyai organisasi yang teratur

29

Ibid.

30

(16)

organ yang lain karena masing-masing organ akan selalui diawasi. Dengan

demikian patutlah dikatakan bahwa perseroan terbatas memiliki organisasi yang

teratur.

B. Kedudukan Koperasi sebagai Badan Hukum

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau

badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai

modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan

bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip

Koperasi.31

Sama halnya dengan PT, koperasi dibentuk dengan adanyan

perikatan/perjanjian antara pendirinya, hal ini sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) dan

(2) UU Koperasi yaitu Koperasi Primer didirikan oleh paling sedikit 20 (dua

puluh) orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau Badan hukum tidak hanya sebatas pada PT akan tetapi dapat

berbentuk lain sesuai dengan peraturan yang ada.

Koperasi memiliki status yang sama dengan PT yang berstatus badan

hukum yang merupakan sebuah organisasi yang memiliki hak dan tanggung jawab

di depan hukum, dengan demikian koperasi merupakan subjek hukum.

Berdasarkan UU Koperasi memberikan legitimasi kepada Koperasi menjadi badan

hukum yang memiliki wewenang dalam menjalankan fungsinya yang memiliki

modal/saham yang disetor oleh pemilik saham.

31

(17)

Anggota sebagai modal awal Koperasi dan Koperasi Sekunder didirikan oleh

paling sedikit 3 (tiga) Koperasi Primer. Seperti yang telah disebutkan diawal

bahwa setiap berbadan hukum, harta kekayaan antara harta pribadi dengan harta

kekayaan badan hukum dipisahkan. Dalam Pasal 7 ayat (1) diatas telah disebutkan

“……dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau Anggota sebagai

modal awal Koperasi”, dengan demikian kedudukan Koperasi sebagai badan

hukum telah memenuhi syarat untuk menjalankan hak dan tanggung jawab.

Koperasi dijalankan atau dikelola oleh pengurus, ini sesuai dengan Pasal 1

ayat (1) UU Koperasi, pengurus adalah perangkat organisasi koperasi yang

bertanggung jawab penuh atas kepengurusan koperasi untuk kepentingan dan

tujuan koperasi, serta mewakili koperasi baik di dalam maupun di luar pengadilan

sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Dengan demikian fungsi dari pengurus

adalah menjalankan Koperasi sebaik mungkin sesuai dengan kepentingan

Koperasi.

Dalam Pasal 4 UU Koperasi, tertuang tujuan koperasi Indonesia, yaitu

bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat

pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan

perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.

Koperasi dalam pendiriannya berpegang teguh pada asas dan

(18)

membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.32

Melihat tujuan dari koperasi yang tertuang dalam Pasal 4 UU Koperasi

koperasi berjalan tidak keluar dari koridor perekonomian Indonesia. Demokratis

terhadap seluruh anggota koperasi dengan mendukung rasa keadilan tanpa

terkecuali. Dapat dipahami apa sebenarnya tujuan dari koperasi ini terbentuk dari

uraian berikut:

Dengan

upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu adanya

prinsip keterbukaan anggota dalam koperasi. Siapa saja dapat untuk menjadi

anggota koperasi.

33

a. Koperasi Indonesia berusaha ikut membantu para anggotanya untuk dapat

meningkatkan penghasilannya

b. Koperasi Indonesia dapat mengurangi tingkat pengangguran. Dengan semakin

meningkatkan pertambahan penduduk, membawa dampak meningkatnya pula

pengangguran, karena berkurangnya atau semakin sulitnya lapagan pekerjaan.

c. Koperasi Indonesia dapat mengembangkan kegiatan usaha masyarakat. Sebagai

badan usaha yang mengutamakan usaha bersama dalam meningkatkan

kesejahteraan hidup para anggotanya, maka dalam kegiatan usahanya koperasi

berusaha mempersatukan usaha bersama tersebut dengan baik.

d. Koperasi Indonesia dapat berperan serta meningkatkan tarah hidup rakyat.

Tujuan utama koperasi adalah meningkatkan taraf hidup para anggota

32

Revrisond Baswir. Koperasi Indonesia, (cetakan kedua), (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000), hlm. 40..

33

(19)

tercukupi, koperasi berusaha untuk ikut meningkatkan taraf hidup masyarakat

pada umumnya.

e. Koperasi Indonesia dapat berperan ikut meningkatkan pendidikan rakyat.

Koperari dapat memberikan pendidikan kepada rakyat dengan jalan mendidik

para anggota koperasi terlebih dahulu, dan kemudian secara berantai para

anggota koperasi dapat mengamalkan pengetahuannya terebut kepada

masyarakat lainnya

f. Koperasi Indonesia dapat berperan sebagai perjuangan ekonomi. Koperasi

dapat memberikan kemampuan yang besar untuk dapat mempertinggi

kesejahteraan rakyat banyak.

g. Koperasi Indonesia dapat berperan menciptakan demokrasi ekonomi. Dalam

perannya sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional, koperasi dituntut

berperan menyeluruh di semua lapangan usaha dan mampu mejangkau

sektor-sektor ekonomi fital yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

h. Koperasi Indonesia dapat berperan serta dalam membangun tatanan

perekonomian nasional

i. Koperasi Indonesia dapat berperan sebagai alat Pembina insane masyarakat

untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam

mengatur tata laksana perekonomian rakyat.

Organ koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus dan pengawas.

Masing-masing organ telah diatur di dalam UU Koperasi, yaitu:

(20)

Pasal 1 ayat (5) UU Koperasi, rapat anggota memiliki arti yaitu perangkat

organisasi koperasi yang memegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

Wewenang rapat anggota dapat dilihat dari Pasal 33 UU Koperasi. Yang harus

diketahui pula bahwa, rapat anggota adalah pemengang kekuasaan tertinggi di

koperasi.34

a) Menetapkan kebijakan umum koperasi

Berikut wewenang rapat anggota dalam koperasi tersebut:

b) Mengubah anggaran dasar

c) Memilih, mengangkat, dan memberhentikan pengawas dan pengurus

d) Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja

koperasi

e) Menetapkan batas maksimum pinjaman yang dapat dilakukan oleh pengurus

untuk dan atas nama koperasi

f) Meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban pengawas dan

pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing

g) Menetapkan pembagian selisih hasil usaha

h) Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran koperasi,

dan

i) Menetapkan keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh undang-undang

Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

2. Pegawas

34

(21)

Pasal 1 ayat (6) UU Koperasi menjelaskan bahwa pengawas adalah

perangkat organisasi koperasi yang bertugas mengawasi dan memberikan nasihat

kepada pengurus. Pengawas bertugas untuk:35

a) Mengusulkan calon pengurus

b) Memberi nasihat dan pengawasan kepada pengurus

c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan

Koperasi yang dilakukan oleh pengurus, dan

d) Melaporkan hasil pengawasan kepada Rapat Anggota

Sedangkan wewenang dari pengawas koperasi, adalah:36

a) Menetapkan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian

anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar

b) Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dari pengurus

dan pihak lain yang terkait

c) Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha dan kinerja

koperasi dari pengurus

d) Memberikan persetujuan atau bantuan kepada pengurus dalam melakukan

perbuatan hukumtertentu yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan

e) Dapat memberhentikan pengurus untuk sementara waktu dengan menyebutkan

alasannya

35

Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

36

(22)

3. Pengurus

Pasal 1 ayat (7) UU Koperasi memberikan arti bahwa pengurus adalah

perangkat organisasi koperasi yang bertanggung jawab penuh atas kepengurusan

koperasi untuk kepentingan dan tujuan koperasi, serta mewakili koperasi baik di

dala maupun di luar. Pengurus bertugas:37

a) Mengelola koperasi berdasarkan anggaran dasar

b) Mendorong dan memajukan usaha anggota

c) Menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan

belanja koperasi untuk diajukan kepada rapat anggota

d) Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

untuk diajukan kepada rapat anggota

e) Menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi koperasi untuk

diajukan kepada rapat anggota

f) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib

g) Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efisien

h) Memelihara buku daftar anggota, buku daftar pengawas, buku daftar

pengurus, buku daftar pemegang sertifikat modal koperasi, dan risalah rapat

anggota, dan

i) Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan kemajuan

koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota.

37

(23)

Pengurus juga berwenang untuk mewakili koperasi di dalam maupun di luar

pengadilan.38

1. Jenis-jenis modal

Pengurus memiliki peran penting di dalam koperasi karena

penguruslah yang menjalankan roda badan usaha koperasi ini, oleh karena itu

apabila dibandingkan kedudukan pengurus sama dengan kedudukan direksi yang

berada di perseroan.

C. Permodalan dalam PT Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Ada 3 (tiga) jenis modal dalam Perseroan Terbatas, yaitu:

a. Modal dasar

b. Modal ditempatkan

c. Modal disetor

Ketiga modal diatas berbeda bukan karena berasal dari mana modal itu

berasal akan tetapi lebih kepada strukturalnya, yaitu modal yang

ditujukan/diarahkan kepada persero itu sendiri. Modal PT berasal tetap dari

pendiri perseroan itu sendiri, tidak dari pihak lain, berbeda dengan koperasi yang

mengklasifikasikan modal yang diberikan kepada diarahkan ke koperasi dan dari

mana modal itu berasal.

1) Modal dasar

Modal dasar dalam Peseroan Terbatas diatur dalam Pasal 31 ayat (1) UU

PT, yaitu modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.

38

(24)

Perkataan modal memberikan variasi makna tergantung dari sudut pandang akan

tetapi apabila dihubungkan dengan perseroan, modal memiliki arti sesuatu yang

diperoleh perseroan dalam bentuk uang melalui penerbitan saham (issued of

shares). Uang itulah yang digunakan perseroan melancarkan kegiatan susah dan

bisnis yang ditentukan dalam Anggaran Dasar.39

(1) Saham yang telah dibayar penuh oleh pemegang atau pemiliknya

Modal dasar perseroan pada

prinsipnya merupakan total jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh Perseroan.

Anggaran Dasar sendiri yang menentukan berapa banyak jumlah saham yang

dijadikan modal dasar. Jumlah yang ditentukan dalam Anggaran Dasar,

merupakan nilai nominal yang murni.

2) Modal dikeluarkan/ditempatkan

Modal ditempatkan memiliki arti jumlah sahan yang sudah diambil pendiri

atau pemegang saham, dan saham yang diambil itu ada yang sudah dibayar dan

ada pula yang belum dibayar.dengan demikian modal ditempatkan adalah modal

yang disanggupi pendiri atau pemegang saham untuk dilunasinya dan saham itu

telah diserahkan kepadanya untuk dimiliki.

3) Modal disetor

Modal disetor memilki makna:

39

(25)

(2) Jadi modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang

saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai

modal yang ditempatkan dari modal dasar Perseroan

2. Ketentuan Besaran Modal PT

Besaran modal PT masih tergantung pada struktural dari modal yang telah

disebutkan namun besaran modal tersebut dapat saja berubah sesuai dengan

Anggaran Dasar atau peraturan pemerintah. Ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Modal dasar

Jumlah nominal modal disetor yang dimaksud di dalam Pasal 31 ayat (1)

UU PT adalah sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dalam lanjutan

Pasal 31 ayat (2) dan (3), dinyatakan bahwa undang-undang yang mengatur

kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal Perseroan

yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar dan perubahan besarnya modal

dasar ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Nominal modal disetor dapat tidak

sejumlah Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tergantung dengan kegiatan

usaha yang telah ditentukan dengan peraturan pemerintah akan tetapi apabila

sesuai dengan UU PT, maka harus sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) diatas. Dapat

diberi contoh modal disetor yang nilai nominalnya lebih dari Rp.50.000.000 (lima

puluh juta rupiah), yaitu modal disetor dalam persyaratan membentuk bank

umum. Dalam Pasal 4 ayat (1) SK Direksi BI No: 32/33/Kep/Dir tentang Bank

Umum tanggal 12 Mei 1999, dikatakan bahwa modal disetor untuk mendirikan

bank ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp.3.000.000.000,00 (tiga triliun

(26)

Anggaran Dasar PT juga dapat mempengaruhi jumlah nominal modal

disetor tersebut, namun tidak dapat dibawah dari Rp.50.000.000,- (lima puluh

juga rupiah) karena sudah ditentukan nilai minimalnya dalam Pasal 31 ayat (1)

diatas. Modal dasar

b. Modal dikeluarkan/ditempatkan

Menurut UU PT menyatakan bahwa paling sedikit 25% (dua puluh lima

persen) dari modal dasar harus ditempatkan. Pada Pasal 33 ayat (1) UU PT

mengatakan bahwa paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh.

Modal ditempatkan merupakan kesanggupan pemegang saham untuk

menanamkan modalnya ke perusahaan, sehingga ini dapat dikatakan bukanlah

modal riil yang benar-benar sudah ada di perusahaan.

c. Modal disetor

Mengenai jumlah modal disetor adalah sama dengan modal yang

ditempatkan yaitu 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar, ini sesuai

dengan Pasal 33 ayat (1), “Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal

dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor

penuh”. Dapat diberikan contoh mengenai modal disetor ini, yaitu apabila modal

dasar berjumlah Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) maka modal disetor

adalah dari pemegang saham adalah 25% dari modal dasar tersebut yaitu

Rp.12.500.000 (dua belas juta rupiah). Modal disetor adalah adalah modal riil

(27)

bukanlah modal riil, karena ini merupakan modal yang masih dalam bentuk

kesanggupan perusahaan semata dalam memiliki secara keseluruhan modal yang

dimiliki.

3. Penambahan dan Pengurangan Modal PT

Perseroan dapat meningkatkan modalnya dengan cara melakukan

penambahan yang prosesnya berdasarkan atas persetujuan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS). Menurut Pasal 41 UU PT, RUPS dapat menyerahkan

kewenangan kepada Dewan Komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan

RUPS tersebut dalam rangka peningkatan modal Perseroan untuk jangka paling

lama 1 (satu) tahun, dengan catatan bahwa penyerahan kewenangan teresbut

sewaktu-waktu dapat ditarik oleh RUPS.

Penambahan modal dapat dilakukan pada modal dasar, modal ditempatkan

dan modal disetor. Pada modal dasar berdasarkan Pasal 42 ayat (1), RUPS untuk

penambahan “modal dasar” disamakan kualitas dan bentuknya dengan RUPS

“perubahan” anggaran dasar. Oleh karena itu agar keputusan RUPS untuk

menambah modal dasar sah:

a. Harus tunduk kepada ketentuan Pasal 88 jo. Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 21 ayat

(2) huruf d UU PT

b. Oleh karena itu, RUPS dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kuorum

2/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan haks suara, hadir atau diwakili

dalam RUPS dan keputusan sah jika disetujui paling sedikit 2/3 dari jumlah

(28)

c. Keputusan RUPS harus mendapat “persetujuan menteri” (Pasal 21 ayat (1) UU

PT).

Penambahan modal ditempatkan dan modal disetor berbeda dengan RUPS

penambahan modal dasar. RUPS penambahan modal ditempatkan dan disetor,

tidak dikategorikan RUPS perubahan anggaran dasar, tetapi disamakan dengan

RUPS biasa sebagaimana uang diatur dalam Pasal 86 UU PT dengan demikian

keputusan RUPS sah apabila RUPS dilakukan dengan kuorum kehadiran lebih

dari ½ bagian dari seluruh jumlah saham dengan hak suara dan disetujui oleh

lebih ½ bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan kecuali ditentukan

lebih besar dalam anggaran dasar. Wajib memberitahukan penambahan modal

ditempatkan dan disetor kepada menteri untuk dicatat dalam Daftar Perseroan

serta untuk diumumkan oleh Menteri dan TBN RI.

Pengurangan modal yang dimaksud adalah sesuai dengan Pasal 44 ayat (1)

UU PT Terbatas yaitu keputusan RUPS untuk pengurangan modal perseroan

adalah sah apabila dilakukan dengan memperhatikan persyaratan ketentuan

kuorum dan jumlah suara setuju untuk perubahan anggaran dasar sesuai ketentuan

dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar”.

Penjelasan Pasal 44 UU PT adalah pengurangan yang menyagkut dengan

pengurangan modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Sama halnya

dengan penambahan modal, pengurangan juga mempengaruhi anggaran dasar

(29)

D. Permodalan Dalam Koperasi

1. Sumber modal

Modal koperasi meliputi sumber modal dari:40

a. Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota

kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota oleh anggota kepada

koperaasi yang besarnya untuk masing-masing anggota adalah sama. Simpanan

pokok ini tidak dapat diambil kembali oleh anggota selama yang bersangkutan

masih menjadi anggota koperasi. Tidak ada ketentuan pasti dalam UU

Koperasi mengenai jumlah simpanan pokok. Besar jumlah simpanan pokok

tergantung dalam anggaran dasar.

b. Simpanan wajib, yaitu jumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar oleh setiap

anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, yang nilainya

untuk masing-masing anggota tidak harus sama. Dengan demikian anggota

yang lebih mampu dari segi keuangan, dapat memberikan lebih kepada

koperasi dibanding anggota lainnya, sebagai simpanan wajibnya. Besar jumlah

simpanan wajib tidak dimuat dalam UU Koperasi, ini disesuaikan dalam

anggaran dasar berapa besar simpanan wajib.

c. Dana cadangan yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil

Usaha, yang dimaksudkan untuk memupukan modal sendiri untuk menutup

kerugian koperasi jika diperlukan. Sehubungan dengan itu, dana cadangan

koperasi ini tidak boleh dibagikan kepada anggota, meskipun terjadi

40

(30)

pembubaran koperasi. Besar jumlah dana cadangan ini juga tergantung dari

anggaran dasar yang dibuat, karena jumlah dana cadangan ini tergantung

besarnya surplus hasil usaha maka tidak dapat ditentukan besarnya. Ini

tergantung dari besarnya surplus hasil usaha (Pasal 78 ayat (1) UU Koperasi).

d. Hibah yaitu sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang

yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak

mengikat. Setiap orang dapat mengibahkan uang atau barang, ketentuan besar

hibah tidak ditentukan dalam UU Koperasi, karena dapat dipahami bahwa

hibah dapat diberikan oleh siapa saja.

e. Modal Pinjaman Koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai berikut:

1) Anggota dan calon anggota

Yaitu suatu pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi maupun dari

calon anggota koperasi yang memenuhi syarat untuk menjadi anggota

2) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian

kerjasama antarkoperasi

Yaiu pinjaman yang diperoleh dari koperasi lain, koperasi lain dan

anggotanya atau dari anggota koperasi lain.

3) Bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan

peraturan perudang-undangan yang berlaku

Mondal pinjaman ini dapat pula berasal dari pinjaman bank dan pinjaman

(31)

4) Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sebagai suatu kegiatan yang mencari keuntungan ekonomi , koperasi dapat

mengeluarkan obligasi yang dapat dijual kepada masyarakat.

5) Sumber lain yang sah

Modal pinjaman yang berasal dari sumber lain yang sah adalah suatu

pinjaman dari bukan anggota koperasi yang dilakukan dengan tidak melalui

penawaran umum.

Koperasi sebagai badan usaha harus memiliki modal ekuitas sebagai modal

koperasi secara hukum dipertegas dengan menetapkan modal sendiri merupakan

modal ekuitas sedangkan modal pinjaman merupakan modal penunjang.41

41

Muhammad Gede, Teori Akuntansi (Jakarta: Penerbit Almahira, 2005), hlm. 168 2. Ketentuan penambahan modal

Penambahan modal dalam koperasi dikenal dengan penyertaan modal, ini

termuat di dalam Pasal 1 ayat (11) UU Koperasi, modal penyertaan adalah

penyetoran modal pada Koperasi berupa uang dan/atau barang yang dapat dinilai

dengan uang yang disetorkan oleh perorangan dan/atau badan hukum untuk

menambah dan memperkuat permodalan Koperasi guna meningkatkan kegiatan

usahanya”.

Ada beberapa hal yang dapat dipahami pada Pasal 1 ayat (11) UU Koperasi

(32)

a. Penambahan modal/modal penyertaan dapat diberikan dalam bentuk uang atau

benda/barang yang memiliki nilai tertentu

b. Penambahan modal/modal penyertaan dapat dilakukan oleh subjek hukum,

yaitu dalam bentuk perorangan atau badan hukum.

Selanjutnya, penambahan modal atau di dalam UU Koperasi dikenal dengan

modal penyertaan, dapat dilakukan oleh 2 bentuk bentuk subjek hukum lainnya,

yaitu pemerintah dalam bentuk badan hukum publiknya dan masyarakat, ini

sesuai dengan Pasal 75 ayat (1) UU Koperasi, koperasi dapat menerima Modal

Penyertaan dari: a. Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan/atau b. masyarakat berdasarkan perjanjian penempatan Modal

Penyertaan”.

Pemerintah atau masyarakat akan menanggung segala resiko yang terjadi

pada koperasi yang telah diberikan modal penyertaan sebatas nilai modal

penyertaan, oleh karena itu adanya suatu keterikatan atas resiko yang terjadi pada

Koperasi kepada pemerintah atau masyarakat juga terjadi pada keuntungan yang

diterima oleh koperasi. Pasal 75 ayat (2) UU Koperasi, menyatakan Pemerintah

dan/atau masyarakat wajib turut menanggung risiko dan bertanggung jawab

terhadap kerugian usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan sebatas nilai

modal penyertaan yang ditanamkan dalam koperasi. Selanjutnya Pasal 75 ayat 3

UU Koperasi kewajiban tersebut diatas berlaku juga dalam hal Pemerintah

dan/atau masyarakat turut serta dalam pengelolaan usaha yang dibiayai dengan

modal penyertaan dan/atau turut menyebabkan terjadinya kerugian usaha yang

(33)

dan/atau masyarakat berhak mendapat bagian keuntungan yang diperoleh dari

usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan. dengan cara melakukan perjanjian

Referensi

Dokumen terkait

rua oempuuyai ktaauan yaa£ bebss untuk xsanglkatkBn d irin ya dan kawu an Itu fcaruo dinya taksn... aawa dancfcn

Arsitektur Nias bersumber pada kebudayaan megalithicum dengan salah satu curunya adalah oenggunaan bahan bangunan kayu yang palking dominan digunakan di dalam

Mata bagi pencapaian pangkat baru hanya akan dikemaskini pada setiap minggu (Indonesia mengambil masa selama dua minggu), anda hanya akan menerima mata tersebut pada minggu yang

Pelayanan air bersih sistem non perpipaan yang dimanfaatkan oleh penduduk di Kabupaten Luwu untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya cukup tinggi dibanding dengan

Panjang Bentang dalam mm Salinan tabel No.. Kartono Hd 3 Pelat

Namun kenyataan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung selama ini dosen mata kuliah teori dan praktik pencak silat dalam pengelolaan kelas

Untuk mengetahui karaktristik beban non linier satu fasa dapat diambil suatu pendekatan dengan menggunakan rangkaian penyearah satu fasa gelombang penuh yang

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham pada perusahaan makanan & minuman yang terdaftar pada BEI 2015-2017. Adanya variabel