• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Laju Erosi pada Tanah Andepts Menggunakan Tanaman Jagung dan Teras Bangku dengan Metode Usle dan Petak Kecil di Lahan Kwala Bekala Universtas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penentuan Laju Erosi pada Tanah Andepts Menggunakan Tanaman Jagung dan Teras Bangku dengan Metode Usle dan Petak Kecil di Lahan Kwala Bekala Universtas Sumatera Utara"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi

Erosi ialah penghancuran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi dari tapak semula oleh pelaku berupa mengalir (aliran limpasan), es bergerak, atau angin. Pelaku utama erosi dikawasan iklim basah ialah aliran limpasan, dikawasan iklim kering ialah angin, dan dikawasan iklim dingin ialah es bergerak. Erosi dapat diperbesar oleh pelapukan sebelumnya, akan tetapi pelapukan bukan prasyarat erosi (Notohadiprawiro, 1998).

Kerusakan lahan akibat erosi yang paling nyata adalah terangkutnya lapisan olah tanah, yang sangat penting artinya dalam budidaya tanaman, karena dalam lapisan tersebut tersedia dalam jumlah banyak unsur hara penting bagi tanaman (liat dan debu) yang aktif dalam reaksi-reaksi pertukaran kation dalam tanah. Karena penghanyutan tanah lapisan atas terus menerus, yang tertinggal adalah tanah lapisan bawah yang kurang subur dan sifat-sifat fisiknya yang kurang baik. Demikian halnya hara yang ditambahkan melalui pupuk hanyut terbawa erosi. Jika erosi parit yang terjadi, permukaan lahan terpotong/teriris oleh parit-parit sehingga tidak menguntungkan penggunaan alat-alat mekanis. Hal ini semua di satu pihak akan memerankan pertumbuhan tanaman dan di lain pihak meningkatkan biaya produksi (Hakim, 1986).

Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya erosi

(2)

an pada Tabel 1.

Tabel 1. Kode (nilai) struktur tanah

Kelas Struktur Tanah (Ukuran diameter) Harkat Granular sangat halus

Granular halus

Granular sedang sampai kasar Gumpal, lempeng, pejal

1 2 3 4 Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007

Kode (nilai) permeabilitas tanah disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kode (nilai) permeabilitas tanah

Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah Harkat Sangat lambat (<0,5 cm/jam)

Lambat (0,5-2,0 cm/jam)

Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/jam) Sedang (6,3-12,7 cm/jam)

Sedang sampai cepat (12,7-25,4 cm/jam) Cepat (>25,4 cm/jam)

6 Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007

Kriteria nilai faktor erodibilitas tanah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria nilai faktor erodibilitas

Nilai K Kategori Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007

c. Faktor topografi (LS)

(3)

manusia secara langsung yaitu iklim, topografi dan sifat tanah tertentu tetapi pengaruhnya secara tidak langsung dapat dimodifikasi oleh manusia seperti pembuatan teras untuk memperpendek panjang lereng (Hakim, 1986).

Faktor iklim

Faktor iklim terpenting yang berpengaruh terhadap erosi air adalah curah hujan. Sifat-sifat hujan yang menentukan kekuatan dispersi tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan erosi yang terjadi adalah jumlah, intensitas dan distribusi musiman hujan. Jika jumlah yang terjadi rendah, demikian halnya bila hujan dengan intensitas tinggi jatuh dalam waktu singkat. Sebaliknya jika jumlah dan intensitas hujan tinggi, runoff dan erosi yang terjadi tinggi (Hakim, 1986).

Faktor topografi

Sifat lereng yang menentukan erosi adalah kemiringan dan panjang lereng. Makin curam lereng makin besar erosi disebabkan oleh kecepatan aliran air dipertinggi. Bila terjadi pelipatan kecepatan air, kemampuan pengangkutan pertikel tanah 64 kali lebih berat, 32 kali lebih banyak bahan suspensi dan peningkatan erosi 4 kali. Makin panjang lereng makin besar volume air yang mengalir dipermukaan. Penelitian diIowa menunjukkan bahwa pelipatan panjang lereng (pada kemiringan 9%) meningkat erosi 2,6 kali dan runoff 1,8 kali. Pengaruh lereng ini masih ditentukan oleh luas wilayah (drainage basin) dan ada tidaknya saluran-saluran (Hakim, 1986).

Faktor Vegetasi

(4)

aliran permukaan dan gaya dispersinya, (c) Pengaruh akar dalam peningkatan granulasi dan porositas, (d) Kegiatan biologi dalam tanah yang memperbaiki porositas, dan (e) efek transpirasi yang mengeringkan tanah. Pengaruh vegetasi ini bervariasi menurut tipe vegetasinya. Tanaman pertanian berbeda pengaruhnya terhadap erosi, demikian juga pengaruh mulsa yang ditambahkan (Hakim, 1986).

Faktor Tanah

Pengaruh sifat-sifat tanah terhadap erosi dapat dimenifestasikan kedalam dua hal yaitu sifat-sifat tanah yang menentukan kapasitas infiltrasi dan sifat-sifat tanah yang menentukan ketahanannya terhadap dispersi dan pengangkutan. Jika intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi, aliran permukaan (runoff) terjadi. Selama hujan kapasitas infiltrasi berubah dari maksimum ke minimum. Kapasitas infiltrasi minimum ini sama dengan perkolasi. Kapasitas infiltrasi ditentukan oleh sifat permukaan tanah seperti kestabilan struktur dan porositas, tekstur dan tipe liat, permeabilitas air dan kandungan air tanah, Permeabilitas adalah laju pergerakan air jenuh (non-kapiler) yang ditentukan oleh porositas tanah. Sifat tanah yang paling menentukan ketahanan terhadap dispersi dan pengangkutan adalah ukuran dan kestabilan agregat (Hakim, 1986).

Metode Petak Kecil

(5)

dibatasi oleh sekat. Lebar sekat sekitar 30 cm yakni 15 cm ditanam dan 15 cm berada di permukaan tanah (Wischmeier and Smith., 1978).

Adapun cara untuk menentukan pengikisan dan penghanyutan tanah yaitu dengan menggunakan metode pengukuran besarnya tanah yang terkikis dan aliran permukaan (run-off) untuk satu kali kejadian hujan. Metode ini disebut “Pengukuran Erosi Petak Kecil”, metode ini ditujukan untuk mendapatkan data-data sebagai berikut:

1. Besarnya erosi

2. Pengaruh faktor tanaman

3. Pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner) 4. Pemakaian mulsa penutup tanah dan

5. Pengelolaan tanah

Metode Petak kecil dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

(6)

Pendugaan Erosi (USLE)

Perkiraan jumlah erosi yang akan terjadi pada suatu lahan bila pengelolaan tanah tidak mengalami perubahan dilakukan dengan menggunakan rumus Universal Soil Loss Equation (USLE)(Wischmeier dan Smith, 1978) yaitu:

A = R x K x LS x C x P...(1) Dimana :

A = Jumlah erosi dalam ton/ha/tahun R = Faktor Erosivitas hujan

K = Faktor erodibilitas tanah

LS= Faktor panjang dan kemiringan lereng C = Faktor tanaman (penggunaan tanah) P = Faktor teknik konservasi tanah

Masing-masing faktor tersebut akan ditentukan nilainya dengan mempergunakan rumus seperti dibawah ini:

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)

12 1

30 i

i

EI

R

... (2)

Dimana :

30

EI = 6,119 (CH)1,21 .(HH)-0.47 . (P.Max) 0.53 ... (3) CH = rata-rata curah hujan bulanan

HH= jumlah hari hujan per bulan (hari)

P.Max=curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan bersangkutan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

(7)

   

K= Faktor erodibilitas tanah

M= Ukuran partikel yaitu (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat) Bila data tekstur yang tersedia hanya fraksi pasir, debu dan liat, maka % pasir sangat halus dapat dianggap sepertiga dari % pasir.

a = % bahan organik tanah (% C x 1,724) b = Kode (nilai) struktur tanah

c = Kode (nilai) permeabilitas tanah (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Kode (nilai) struktur tanah disajikS :

LS = / 0,00138 0,00965 0,0138 ...(5) Dimana :

S = Kemiringan lereng (%) L = Panjang lereng (m) (Asdak, 2007).

d. Faktor pengelolaan tanaman (C)

(8)

Pada dasarnya, penentuan besarnya indeks C ini sangat rumit karena harus mempertimbangkan sifat perlindungan tanaman terhadap erosivitas hujan. Sifat perlindungan tanaman harus dinilai sejak dari pengolahan lahan hingga panen, bahkan penanaman berikutnya. Disamping itu penyebaran hujan selama satu tahun juga perlu memperoleh perhatian. Untuk menghemat waktu maka untuk menentukan besarnya indeks C tanpa mengurangi ketelitian yang hendak dicapai dapat dilihat pada Tabel 4.

e. Faktor teknik konservasi (P)

Teknik konservasi tanah disini tidak hanya tindakan konservasi tanah secara mekanik atau fisik saja, tetapi juga berbagai macam usaha yang bertujuan untuk mengurangi erosi tanah. Selanjutnya indeks konservasi tanah disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Nilai faktor C dengan pertanaman tunggal (Abdulrachman, sofyah dan kurnia 1981, Hammer, 1981)

No Jenis Tanaman Abdulrachman

et al. (1981) 1 Rumput Brachiaria tahun I 0.287 2 Rumput Brachiaria tahun II 0.002

3 Kacang tunggak 0.161

4 Sorghum 0.242

5 Ubi kayu -

6 Kedelai 0.399

7 Serai wangi 0.434

(9)

9 Padi (lahan kering) 0.561

10 Jagung 0.637

11 Padi sawah 0.01

12 Kentang -

13 Kapas,tembakau 0.5-0.7

14 Nanas 0.01

15 Tebu -

16 Pisang -

17 Talas -

18 Cabe, jahe, dll -

19 Kebun campuran -

21 Tanah kosong diolah 1.0

23 Hutan tak terganggu 0.001

24 Semak tak terganggu sebagian rumput 0.01

25 Alang-alang permanen 0.02

26 Alang-alang dibajar 1 kali 0.70

27 Semak lantana 0.51

28 Albizia dengan semak campuran 0.012 29 Albizia tanpa semak dan tanpa seresah 1.0

30 Pohon tanpa semak 0.32

(10)

Nilai faktor C bervariasi yang besarnya akan bergantung kepada umur tanaman, dan pengelolaan tanamannya.

Tabel 5. Nilai Faktor P untuk berbagai tindakan konservasi

No. Tindakan Khusus Konservasi Tanah Nilai P 1.

Tanpa tindakan pengendalian erosi Teras bangku

Konstruksi baik Konstruksi sedang Konstruksi kurang baik Teras tradisional

Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur Kemiringan 0-8 %

Kemiringan 8-20 % Kemiringan > 20 % Penggunaan sistem kontur

Penggunaan sistem strip(2-4 m lebar) Penggunaan mulsa jerami(6 ton/ha)

Penggunaan pemantap tanah(60 gr/1/m2 (CURASOL) Padang rumput (sementara)

Strip cropping dengan clotataria(lebar 1 m, jarak antar strip 4,5 m)

Penggunaan sistem strip(lebar 2 m-4 m) Penggunaan mulsa jerami(4-6 ton/ha)

Penggunaan mulsa kadang-kadang(4-6 ton/ha)

1,00

Faktor P nilainya bergantung kepada jenis konservasi tanah apa yang dilakukan pada suatu lahan.

Laju Erosi yang Masih dapat Ditoleransikan (T)

(11)

xBd RL EqD

T  ... (6)

Dimana :

T = Laju erosi dapat ditoleransi (ton/ha.thn)

EqD = faktor kedalaman tanah x kedalaman efektif tanah (cm) RL = Resource life (400 tahun) (tahun)

Bd = Bulk density (kerapatan massa) (g/cm3)

Nilai faktor kedalaman tanah dipengaruhi oleh jenis tanah seperti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai faktor kedalaman tanah pada berbagai jenis tanah

(12)

Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan dengan membandingkan erosi aktual (A) dengan erosi yang masih dapat ditoleransikan (T) di daerah itu dengan rumus (Hammer, 1981):

TBE = A/T ... (7)

Kriteria tingkat bahaya erosi disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kriteria tingkat bahaya erosi

Nilai Kriteria/Rating TBE

< 1.0 1.10 – 4.0 4.01 – 10.0 >10.01

Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi Sumber : Hammer, 1981

Penentuan Nilai Faktor C tanaman Jagung

Faktor C menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah, kondisi permukaan tanah, dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi). Oleh karenanya, besarnya nilai C tidak selalu sama dalam kurun waktu satu tahun. Meskipun kedudukan C dalam persamaan USLE ditentukan sebagai faktor independen, nilai sebenarnya dari faktor C ini kemungkinan besar tergantung pada faktor-faktor lain yang termasuk dalam persamaan USLE. Dengan demikian, dalam memprakirakan besarnya erosi menggunakan rumus USLE, besarnya faktor C ditentukan melalui penelitian tersendiri (Asdak, 2007).

(13)

K = ... (8) Nilai R diperoleh dari Persamaan 2, nilai K dari perhitungan pada Persamaan 8 dimasukkan kembali ke persamaan USLE untuk menentukan nilai C tanaman dengan nilai LS dan P adalah satu, sehingga:

C = ... (9)

Teras

Teras lapangan pada tanah-tanah berlereng adalah merupakan tanggul tanah yang dibuat sesuai dengan keadaan tanah dan kemiringannya untuk mengendalikan aliran air permukaan (runoff). Tanggul-tanggul itu terutama sekali dirancang/dibentuk untuk mengendalikan runoff didaerah yang curah hujannya tinggi dan bagi pengawetan air didaerah yang curah hujannya rendah. Suatu keistimewaan mekanis yang dasar dari teras lapangan pada umumnya yaitu suatu saluran yang dapat memperlambat terpenuhinya sebidang tanah miring yang diteras oleh aliran air permukaan karena saluran itu mengatur pembuangannya kebidang tanah sengkedan lainnya dan dibidang tanah sengkedan ini saluran airnya merupakan pengatur pembuangan pula kebidang tanah sengkedan lain yang letaknya lebih rendah, demikian seterusnya. Dengan demikian pengikisan dan penghanyutan tanah pun akan sangat minim sekali atau dapat tercegah sama sekali (Rahim, 2003).

(14)

Tentang macam-macam teras yang dibentuk tentunya akan disesuaikan dengan kemiringan dan panjangnya lereng tanah itu. Bennet (1995) menyatakan bahwa garis besarnya terdapat 3 macam teras, yaitu:

a. Bench Terrace atau teras bangku yang direncanakan/dibangun untuk: - Mengendalikan erosi (pengikisan dan penghanyutan) dengan

mengurangi kemiringan pada tanah atau daerah-daerah yang dijadikan lahan pertanian.

- Menjadikan tanah yang curam agar memungkinkan digunakan sebagai tanah pertanian.

b. Graded Terrace atau teras berlereng direncanakan/dibangun untuk menahan dan mengalihkan aliran air permukaan agar kecepatannya berkurang dan tidak erosif.

c. Level Terrace atau teras datar yang direncanakan/dibangun untuk mengurung/menahan dan mengawetkan air hujan pada daerah-daerah dengan curah hujan yang rendah.

Teras-teras bangku biasanya dibangun pada tanah pertanian yang mempunyai kemiringan sekitar 10%-30%. Bagi mereka yang benar-benar memperhatikan tanah pertaniannya agar awet atau dapat digunakan untuk jangka waktu panjang, untuk diwariskan kepada anak cucunya, usaha penterasan bahkan ada yang diatur secara baik pada tanah yang mempunyai kemiringan kurang dari 10% (Rahim, 2003).

Teras bangku dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu: - Teras bangku tipe level dan retention

(15)

Bangku-bangku biasanya memiliki lebar yang berbeda dari 2m hingga 5m, tergantung dari beberapa faktor seperti persentase dari kemiringan, kedangkalan tanah, jarak tanaman, dan cara kerja penanaman. lebar dari satu jenis keluar dari teras bangku tidak boleh secara normal melebihi separuh jarak lereng. Penentuan jarak teras bangku dapat digunakan rumus sebagai berikut:

a. Tipe datar

VI = .

. =

. /

= .

………(10) b. Tipe inward

VI = . . .

. = . .

= . ………

(11)

c. Tipe outward

VI = . . .

. =

. . .

=

.

………..(12) Dimana:

VI = Jarak interval (m) d = Lebar bangku (m) S = Slope (%)

W = Lebar teras

k = perbedaan tinggi antara depan dan belakang dari bangku (m) z = Kemiringan dari luar bangku

(16)

Teras tipe datar dapat dilihat pada Lampiran 20, teras tipe inward dapat dilihat pada Gambar 2 dan teras tipe outward dapat dilihat pada Lampiran 20.

Teras Tipe Inward

Teras bangku tipe miring kedalam dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras (Dariah, 2010).

Penentuan jarak teras tipe inward dapat digunakan Persamaan 11 dan Gambar teras tipe inward disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2: Teras bangku tipe inward

Penentuan Faktor Pengolahan Tanah dengan teras bangku “inward”

Tindakan mekanis dalam mengendalikan erosi tanah digunakan melalui upaya-upaya seperti pengoperasian pembajakan dan penanaman menurut kontur, pembuatan sengkedan menurut kontur, pembuatan terassering dan pembuatan jalan air. Pengusahaan lahan dengan metode tersebut menurut Morgan (1988) dalam Rahim (1990) dapat mengurangi hingga 50% erosi tanah dari lahan yang miring dibandingkan dengan pengusahaan menurut arah lereng.

 

potong

timbun Kemiringan awal (S)

Kemiringan inward (k)

Permukaan bangku

Jarak teras (W) Jarak bangku (d)

(17)

Berpedoman pada Persamaan 8 dan Persamaan 9 dengan adanya konservasi tanah (teras), maka penentuan faktor konservasi tanah (P) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

P . ………..(13)

Pengukuran langsung pada petak kecil standar tanpa tanaman nilai LS dan C adalah 1.

Tanah Andepts

Andepts merupakan salah satu tanah yang dinilai cukup potensial dan tersebar pada beberapa tempat didaerah tropika. Akhir-akhir ini andepts mendapat perhatian secara khusus. Tanah andepts tanah yang berwarna hitam mengandung bahan organik dan lempung almorf, serta sedikit silika yang terbentuk dari abu vulkanik dan umumnya ditemukan didaerah dataran tinggi (Darmawijaya, 1990).

Tanah andosol atau andepts dimana nilai faktor kedalam tanah 1,0. Tanah ini mempunyai tekstur liat berlempung dan struktur tanahnya termasuk granular halus. Tanah ini dibentuk dalam bahan abu vulkanik dan mempunyai horizon A. Adapun ciri tanah horizon A yaitu warna coklat tua, tekstur liat, struktur granular sedang, lemah, agak pekat, batas horizon nyata dan berombak. Tanah mempunyai nilai infiltrasi yang tinggi walaupun tanahnya dibasahi secara merata, drainase baik sampai cepat, dan mempunyai nilai pemindahan air yang tinggi (Soil Survey Manual, 1993).

Tekstur Tanah

(18)

berat volume tanah, luas permukaan spesifik, kemudahan tanah memadat, dan lain-lain. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat (Agus, 2005).

Berbagai lembaga penelitian atau institusi mempunyai kriteria sendiri untuk pembagian fraksi partikel tanah. Pada Tabel 8 berikut diperlihatkan sistem klasifikasi fraksi partikel menurut United States Departement of Agriculture (USDA).

Tabel 8. Klasifikasi Tekstur tanah menurut sistem USDA

Diameter (mm) Fraksi

>0,02 Kerikil 0,05-2 Pasir

1-2 Sangat kasar

0,5-1 Kasar 0,25-0,5 Sedang 0,1-0,25 Halus

0,05-0,1 Sangat halus

0,002-0,05 Debu <0,002 Liat Sumber : Agus, 2007

Tanah dengan berbagai perbandingan pasir, debu dan liat dikelompokkan atas berbagai kelas tekstur seperti tergambar pada segitiga tekstur menurut USDA (Gambar 5)

Kerapatan massa

(19)

dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang rendah (Hakim, 1986).

Kerapatan massa menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu berat kering suatu volume tanah dalam keadaan utuh yang biasanya dinyatakan dengan g/cm3. Perkembangan struktur yang paling besar pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir (Foth, 1984).

Keraptan massa tanah menunjukkan perbandingan berat tanah terhadap volume total (udara, air, dan padatan) yang dapat dihitung dengan Persamaan sebagai berikut:

... (14) Dimana : = Kerapatan massa (g/cm3)

Ms = Berat tanah (gr) Vt = Volume total (cm3) (Hillel, 1981).

Kerapatan Partikel

(20)

Kerapatan partikel tanah menunjukkan perbandingan antara massa tanah kering terhadap volume tanah kering dengan persamaan :

... (15) Dimana : = Kerapatan partikel (g/cm3)

Ms = Berat tanah (gr)

Vs = Volume tanah kering (cm3) (Hillel, 1981).

Porositas

Didalam tanah terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang pori-pori ini penting karena ruang-ruang ini diisi oleh air dan udara. Air dan udara (gas) juga bergerak melalui ruang pori-pori ini. Jadi, penyediaan air dan S2 untuk

pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan sangat erat dengan jumlah dan ukuran pori-pori tanah ini (Hakim, 1986).

Porositas tanah atau total ruang pori dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

1 100% ... (16)

Dimana : f = Porositas (%)

ρ = Kerapatan massa tanah (g/cm3) ρ = Kerapatan partikel tanah (g/cm3)

(Hillel, 1981).

(21)

Kelas porositas tanah dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9. Kelas porositas tanah

Porositas (%) Kelas

100 Sangat porous

60-80 Porous 50-60 Baik

40-50 Kurang baik

30-40 Jelek

<30 Sangat jelek

Sumber : Arsyad, 1986

Bahan Organik

(22)

dibagian permukaan tubuh tanah membentuk horizon A. dalam morfogenesis horizon A terbentuk paling cepat (Notohadiprawiro, 1998).

Adanya bahan organik dalam tanah akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah seperti meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang dapat melepas asam organik yang tersedia dalam tanah, meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah tinggi (Susanto, 1994).

Fungsi bahan organik tanah adalah sebagai sumber makanan dan energi bagi mikroorganisme, membantu keharaan tanaman melalui perombakan dirinya sendiri melalui kapasitas pertukaran humusnya, menyediakan zat-zat yang dibutuhkan dalam pembentukan pemantapan agregat-agregat tanah, memperbaiki kapasitas mengikat air dan melewatkan air, serta membantu dalam pengendalian limpasan permukaan dan erosi (Konhke, 1959).

Kandungan bahan organik didalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah, maka makin kecil nilai kerapatan partikelnya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki berat yang lebih kecil dari pada benda padat tanah mineral yang lain. Sehingga jumlah bahan organik dalam tanah mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya tanah permukaan kerapatan butirnya lebih kecil dari pada sub soil. Dengan adanya bahan organik, menyebabkan nilai kerapatan partikel semakin kecil (Hanafiah, 2007).

Tanaman Jagung

(23)

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Class : Monocotyledoneae O r d o : Poales

Familia : Poaceae Genus : Zea

Spesies : Zea mays L (Iriany, 2007)

Syarat Tumbuh

Iklim

(24)

memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 OC, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 OC. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 OC. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung (Iriany, 2007).

Tanah

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik (Iriany, 2007).

(25)

Gambar

Tabel 3. Kriteria nilai faktor erodibilitas
Gambar 1. Penampang petak kecil dan kolektor pada sebidang lahan
Tabel 4. Nilai faktor C dengan pertanaman tunggal (Abdulrachman, sofyah dan kurnia 1981, Hammer, 1981) No Jenis Tanaman Abdulrachman
Tabel 5. Nilai Faktor P untuk berbagai tindakan konservasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran aliran dan erosi permukaan menunjukkan bahwa laju aliran dan erosi permukaan di lahan bertanaman kayu putih, yang dicampur dengan tanaman

R = merupakan faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas

Adanya perbedaan jumlah aliran permukaan dan erosi yang terjadi di kedua plot tersebut disebabkan oleh interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya yaitu sifat tanah,