Laporan Praktek Kerja Lapang
AGUS MULIADI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
Lembaran Pengesahan
BUDIDAYA DAN SALURAN PEMASARAN TELUR PUYUH
DI DESA BENUA RAJA KECAMATAN RANTAU
KABUPATEN ACEH TAMIANG
Laporan Praktek Kerja Lapang
AGUS MULIADI NIM. 120320110
Laporan Praktek Kerja Lapang Merupakan Salah Satu Syarat Menyelesaian Program Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Prodi Agribisnis Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja Lapang yang berjudul “Budidaya dan Saluran Pemasaran Telur Puyuh di Desa Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang”.
Shalawat beserta salam kepada kepangkuan alam yakni Nabi Besar kita Muhammad SAW yang dimana oleh beliau telah membawa umat manusia dari alam jahilliah ke alam islamiah dan dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang telah kita rasakan saat ini. Laporan Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapang khususnya kepada :
1. Ayahanda Samsul Bahri, S.Pd dan Ibunda Hamidah, S.Pd serta seluruh keluarga yang telah mendukung dan berdo’a sehingga Laporan Praktek
Kerja Lapang ini dapat diselesaikan dengan baik.
ii
3. Ibu Dr. Ir. Mawardati, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan arahan, koreksi, dan masukan dalam menyelesaikan Prektek Kerja Lapang ini.
4. Bapak Juhandri, S.Pd selaku pemilik usaha peternakan puyuh yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kerja lapang ini.
5. Seluruh teman-teman saya angkatan 2012 mahasiswa/i Fakultas Pertanian khususnya Program Studi Agribisnis yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang ini.
Akhir kata semoga Laporan Praktek Kerja Lapang ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.
Lhokseumawe, Januari 2016
iv
V. PENUTUP ... 36 5.1. Kesimpulan ... 36 5.2. Saran ... 37
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Benua Raja Kecamatan Rantau
Kabupaten Aceh Tamiang dilihat menurut Jender... 23 Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Benua Raja Kecamatan Rantau
Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Umur... 23 Tabel 3. Data Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Benua Raja
Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang...
1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian,
kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Kondisi alam tersebut
memberikan peluang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk melakukan
kegiatan usaha di bidang pertanian maupun yang berkaitan dengan pertanian.
Di Negara agraris seperti Indonesia, pertanian mempunyai kontribusi
penting baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan
pokok masyarakat, apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang
berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat (Anonymous,
2013).
Sebagian besar masyarakat mengakui bahwa produk-produk peternakan
memegang peranan yang sangat penting dimasa yang akan datang Ada enam
faktor yang mendukung dunia peternakan selalu berkelanjutan dan menjanjikan
peluang bisnis, yaitu (a) kebutuhan pangan meningkat sejalan dengan kecepatan
pertumbuhan populasi manusia (b) produk pangan asal ternak mmempunyai nilai
gizi yang berkualitas (c) ternak mempunyai kemampuan untuk mengubah bahan
pakan menjadi produk pangan untuk manusia (d) ternak berperan bagi kesuburan
dan konservasi tanah serta konservasi air (e) ternak merupakan sumber protein
dan energi, dan (f) dunia peternakan merupakan sumber pendapatan dan lapangan
Fungsi terbesar produk peternakan adalah menyediakan protein, energi,
vitamin, dan mineral untuk melengkapi hasil-hasil pertanian. Produksi peternakan
seperti daging, telur, dan susu memungkinkan untuk dijadikan produk olahan
pangan sehingga menjadikan menu manusia lebih bervariasi.
Kebutuhan akan bahan pangan khususnya yang berasal dari daging, telur,
dan susu dari tahun ke tahun selalu meningkat, sejalan dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan, dan kesadaran masyarakat
akan peranan zat-zat makanan khususnya protein bagi kehidupan. Selain itu
industri pengolahan produk asal ternak juga berkembang seiring dengan
berkembangnya daerah perkotaan (Dirjen Bina Produksi Peternakan, dalam Ulya
Zainura 2012).
Ragam binatang yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan cukup
banyak, tetapi yang bisa diternakkan cukup terbatas. Binatang bisa diternakkan
setelah mengalami masa domestikasi. Ternak tersebut dikelompokkan menjadi
empat macam yaitu ternak potong dan kerja, ternak perah, ternak unggas, dan
aneka ternak (aneka satwa). Ternak unggas adalah binatang yang memiliki bulu
dan sayap serta dipelihara untuk menghasilkan daging dan telur. Ayam, puyuh,
merpati, itik, kalkun, dan puyuh merupakan jenis ternak unggas.
Burung Puyuh merupakan salah satu ternak unggas yang dapat
menghasilkan telur dan diambil dagingnya. Burung puyuh memang sudah tidak
asing lagi, kendati hewan ini merupakan binatang liar yang hidup di
gunung-gunung. Namun beberapa puluh tahun terakhir, ternyata burung liar ini sudah bisa
3
Indonesia dalam pengembangan puyuh memang agak ketinggalan
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Thailand, Malaysia, Jepang dan
termasuk Amerika Serikat. Namun, saat ini pengembangan ternak burung puyuh
berkembang pesat di hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Bila melihat prospeknya, beternak burung puyuh bisa
dijadikan sebagai usaha sampingan ataupun profesi. Sebab, telur maupun daging
burung puyuh kini mulai digemari masyarakat dari berbagai kalangan.
Kenyataannya saat ini produksi masih jauh dari mencukupi pasar. Masalahnya,
sampai saat ini masih banyak orang yang belum mengetahui prospek, cara
beternak, memperoleh bibit dan pemeliharaannya dengan cara komersial
(Anonymous, 2012).
Burung puyuh harus memenuhi aturan tertentu agar dapat hidup dengan
baik, tidak terserang penyakit, dan dapat menghasilkan telur secara maksimal
sehingga sulit untuk dibudidayakan (Triyanto, 2007). Namun demikian, salah
seorang warga di Desa Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang
yang bernama Bapak Juhandri selama satu tahun terakhir telah memilih untuk
menjadi peternak burung puyuh. Namun yang menjadi permasalahannya saat ini,
di Peternakan puyuh milik Bapak Juhandri yakni sistem budidaya burung puyuh
yang masih bersifat tradisional. Selain itu sitem pemasaran yang masih
tradisional. Hal ini terlihat dari saluran pemasaran yang sangat bervariasi, bahkan
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang
Adapun tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk melihat secara langsung Budidaya Ternak Puyuh di Desa Benua
Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang.
2. Untuk mengetahui Saluran Pemasaran Telur Puyuh di Desa Benua Raja
Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang.
1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapang
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Lapang ini adalah:
1. Bagi pemerintah, dapat menjadi sumbangan dan masukan informasi
sehingga menjadi bahan acuan dalam mengambil keputusan yang dapat
membantu pengusaha peternakan puyuh.
2. Bagi produsen, khususnya produsen puyuh agar dapat mengetahui saluran
pemasaran yang tepat untuk diterapkan.
3. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Burung Puyuh
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh
relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh (Coturnix coturnix)
disebut juga Gemak (bahasa Jawa-Indonesia). Di Amerika puyuh disebut “Quail”,
burung ini merupakan bangsa burung liar yang berasal dari Eropa, Asia, dan
Afrika yang sudah di domestikasi. Dalam arti yang sederhana, domestikasi
merupakan proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap hewan liar.
Perbedaannya, apabila penjinakan lebih pada individu, domestikasi melibatkan
populasi, seperti seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan), serta perubahan
perilaku/sifat dari organisme yang menjadi objeknya.
Burung ini pertama kali disebutkan dalam Perjanjian Lama dari Alkitab,
bangsa Mesir menangkap Quails dari lahan pertanian mereka untuk tujuan
diambil dagingnya. Sementara di Cina burung ini sebagai hewan peliharaan dan
sebagai "burung bernyanyi". Pada akhir abad ke-11 puyuh dibawa ke Jepang di
mana ia pertama kali dipelihara. Hewan ini pertama diternakkan di Amerika pada
sekitar tahun 1870. Selanjutnya, puyuh mulai berkembang ke seluruh dunia
sebagai hewan ternak. Di Indonesia, peternakan puyuh komersil mulai dilakukan
pada tahun 1979 dengan mengimpor bibit puyuh dari luar negeri. Sentra
Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur
Menurut Pappas, dalam Triyanto (2007), klasifikasi zoologi burung puyuh
Burung puyuh merupakan kekayaan plasma nutfah Indonesia disebut juga
Gemak. Jenis burung puyuh yang dipelihara di Indonesia diantaranya Coturnix
coturnix japonica, Coturnix chinensis atau Bluebreasted quail, Turnic susciator,
Arborophila javanica dan Rollus roulroul yang dipelihara sebagai burung hias
karena memiliki jambul yang indah (Helinna dan Mulyantono, dalam Triyanto
2007). Burung puyuh sekarang banyak diternakkan adalah Coturnix coturnix
japonica.
Burung puyuh mempunyai ciri-ciri badannya kecil, bulat dan ekornya
sangat pendek (Helinna dan Mulyantono, dalam Triyanto, 2007). Burung puyuh
memiliki warna bulu bercak-bercak coklat. Kebutuhan pakannya sangat sedikit,
sesuai dengan ukuran tubuhnya yang kecil yaitu 14-24 gram/ekor/hari (Sunarno,
7
Burung puyuh memiliki kesuburan yang tinggi, mencapai dewasa kelamin
dalam waktu singkat, sekitar 6 minggu, lama menetas singkat yaitu 16-17 hari
(Tetty, dalam Triyanto 2007). Burung puyuh merupakan salah satu jenis unggas
yang cukup produktif (Sunarno, dalam Triyanto, 2007), dapat bertelur sebanyak
300 butir/tahun (Helinna dan Mulyantono, dalam Triyanto, 2007). Produksi telur
yang optimum dapat ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu breeding, feeding dan
management.
Menurut Permana dalam (Triyanto, 2007), bibit burung puyuh petelur
komersial didapatkan dari telur tetas yang fertil. Telur tetas yang fertil didapatkan
dari perkawinan antara pejantan dan betina dengan rasio satu jantan dan tiga
betina. Proses penetasan telur puyuh biasanya dilakukan pada suhu 37-40°C dan
kelembaban 55% selama 17 hari. Proses penetasan dimulai dari fumigasi telur,
grading telur, penyimpanaan telur dalam setter, pemindahan ke hetcher, setelah
menetas dilakukan grading DOQ dan sexing jantan/betina. North dan Bell dalam
Triyanto (2007) menyatakan bahwa pada ayam, jantan digunakan untuk bibit
ayam pedaging dan betina untuk bibit ayam petelur komersial.
Burung puyuh membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang
berbeda pada tiap periode. Pada periode starter minimal kandungan protein kasar
24 % dan energi termetabolis 2900 Kkal/kg. Pada periode grower minimal
Pada periode layer minimal kandungan protein kasar 22 % dan energi
termetabolis 2900 Kkal/kg (SNI, dalam Triyanto 2007). Pada masa pertumbuhan,
protein digunakan untuk menyusun jaringan tubuh yaitu membentuk otot, kuku,
sel darah dan tulang tetapi pada masa bertelur protein tidak lagi digunakan untuk
menyusun jaringan tubuh tetapi lebih digunakan untuk materi penyusun telur dan
sperma (NRC, dalam Triyanto 2007).
Penyakit pada puyuh secara umum digolongkan menurut penyebabnya
yaitu disebabkan oleh bakteri, virus, cendawan dan kekurangan gizi. Penyakit
yang disebabkan oleh bakteri antaralain radang usus, pullorum dan coccidiosis.
Pencegahan penyakit yang disebabkan bakteri bisa dilakukan dengan
pembersihan kandang dan disinfeksi kandang karena kandang dan peralatan
merupakan media penularan yang efektif. Penyakit yang disebabkan virus antara
lain Newcastle Desease, quail bronchitis dan cacar unggas.
Pencegahan penyakit tetelo atau ND bisa dilakukan dengan vaksinasi ND.
Cendawan yang menyebabkan penyakit pada puyuh adalah Aspergillosis
fumigatus. Cendawan Aspergillosis akan muncul apabila kondisi kandang terlalu
lembab, kurang sinar matahari, kotor dan ventilasi udara kurang baik. Pencegahan
penyakit yang disebabkan Cendawan Aspergillosis adalah dengan cara, jangan
memberikan pakan yang sudah bercendawan dan kelembabaan kandang tidak
9
2.2. Tahapan Budidaya Puyuh
2.2.1 Penyiapan Sarana dan Peralatan
a. Perkandangan
Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur
kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 0C, kelembaban kandang berkisar
30-80%, penerangan kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan
malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata
letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam
kandang. Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang bisa diterapkan yaitu
sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Adapun kandang yang
biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah :
Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpengaruh langsung terhadap produktivitas dan
kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang
yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara.
Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 200 m2.
Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang
ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan yang sama. Kepadatan kandang
Kandang untuk anak puyuh/umur stater (kandang indukan)
Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu
mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini
berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu
tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan.
Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering
digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, dan tinggi kaki 50 cm (Cukup
memuat 90-100 ekor anak puyuh).
Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6
minggu)
Bentuk, ukuran, maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk
petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.
b. Peralatan
Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat
bertelur, dan tempat obat-obatan (Anonymous, 2014).
2.2.2 Penyiapan Bibit
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah
memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha peternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan
11
Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan
pemeliharaannya, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu :
a. Usaha produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina
yang sehat atau bebas dari karier penyakit.
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh
petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang
baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi
puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.
2.2.3. Pemeliharaan
a. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan
lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini
mungkin.
b. Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda
yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai
dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari
c. Pemberian Pakan
Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa
bentuk, yaitu : bentuk pallet, remah-remah, dan tepung. Karena puyuh yang suka
usil mematuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk
pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan
siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari
yaitu dipagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan
terus-Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit
dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko
peternakan (Poultry Shoup), yang ada didekat anda beternak puyuh (Anonymous,
2014).
2.2.4. Hama dan Penyakit
a. Radang Usus (Quail enteritis)
Penyebab : bakteri anerobik membentuk spora dan menyerang usus,
sehingga timbul peradangan pada usus. Gejala : puyuh tampak lesu, mata tertutup,
bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat. Pengendalian :
memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisahkan burung puyuh yang
13
b. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala : puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok,
lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kandang berdarah, tinja encer kehijauan yang
spesifik adanya gejala “tertikolis” yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan
lumpuh. Pengendalian : (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang
tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera
dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal
peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/steril serta melakukan vaksinasi
NCD sampai sekarang belum ada obatnya.
c. Berak Putih (Pullorum)
Penyebab : Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit
menular. Gejala : kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas,
bulu-bulu mengerut, dan sayap lemah menggantung. Pengendalian : sama dengan
pengendalian penyakit tetelo.
d. Berak Darah (Coccidiosis)
Gejala : tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi,
bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian : (1) menjaga kebersihan
lingkungan, menjaga litter tetap kering ; (2) dengan Tetra Chloine Capsule
diberikan melalui mulut ; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum
e. Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab : Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan
jenis kelamin. Gejala : timbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak
berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan
mengeluarkan darah. Pengendalian : vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau
puyuh yang terinfeksi.
f. Quail Bronchitis
Penyebab : Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat
menular. Gejala : puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk
dan bersin, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta
kadangkala kepala dan leher agak terpuntir. Pengendalian : pemberian pakan yang
bergizi dengan sanitasi yang memadai.
g. Aspergillosis
Penyebab : cendawan Aspergillus fumigatus. Gejala : Puyuh mengalami
gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk,
nafsu makan berkurang. Pengendalian : memperbaiki sanitasi kandang dan
lingkungan sekitarnya.
h. Cacingan
Penyebab : sanitasi yang buruk. Gejala : puyuh tampak kurus, lesu dan
lemah. Pengendalian : menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang
15
2.3. Konsep Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2002). Menurut Kotler (1988), pemasaran
adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seorang atau kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan
pertukaran produk dan nilai. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan
perekonomian suatu negara, melalui kegiatan ekonomi barang dan jasa mengalir
dari produsen ke konsumen.
Pemasaran merupakan tugas akhir dari kegiatan ekonomi dalam
merumuskan kebutuhan manusia. Pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang
menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi
dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan (Swastha, 2005). Definisi tersebut
mempunyai konsekuensi bahwa semua kegiatan perusahaan termasuk produksi,
teknik, keuangan, dan pemasaran harus diarahkan pada usaha mengetahui
kebutuhan pembeli, kemudian memuaskan kebutuhan tersebut dengan
mendapatkan laba yang layak dalam jangka panjang.
Pemasaran pertanian dapat didefinisikan sebagai sejumlah kegiatan bisnis
yang ditunjukkan untuk memberi kepuasan dari barang atau jasa yang
dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik input
Pemasaran adalah proses mengelola hubungan pelanggan yang
menguntungkan. Didefinisikan secara luas, pemasaran adalah proses sosial dan
manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan
dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam
konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup menciptakan hubungan
pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang menguntungkan. Karena itu, kita
mendefinisikan pemasaran (marketing) sebagai proses dimana perusahaan
menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan
pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya
(Kotler dan Amstrong, 2008).
Pemasaran dapat dikatakan sebagai satu proses dan manajerial yang
membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta
inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan
orang lain.
2.4. Saluran Pemasaran
Menurut Kotler (2006) saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi
yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau
jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Selanjutnya Swastha (2002)
mendefinisikan saluran pemasaran merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus
barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai atau
17
Menurut Kotler (1997), menyatakan bahwa pemasaran akan berjalan
dengan baik apabila saluran pemasarannya didukung oleh tempat penyalur
(pasar). Keputusan yang dihadapi oleh produsen dan perantara yang terdiri dari
pada pemborong, pemilik, dan lain sebagainya untuk konsumen.
Saluran pemasaran barang konsumsi umumnya ada lima saluran yaitu;
a. Produsen – konsumen
Saluran terpendek, saluran paling sederhana untuk distribusi
barang-barang konsumen tanpa melalui atau melibatkan perantara.
b. Produsen – Pengecer – Konsumen
Dalam saluran ini produsen menjual pada pengecer dalam jumlah yang
besar, tanpa menggunakan perantara.
c. Produsen – (Wholesaler) Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Saluran ini banyak digunakan oleh produsen dan sering disebut
distribusi tradisional. Di sini produsen hanya melayani pembelian
dalam jumlah yang besar saja dan tidak menjual pada pengecer.
Pembelian pengecer dilayani pedagang besar dan pembelian konsumen
dilayani pengecer.
d. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Banyak produsen lebih suka menggunakan manufacturer agen broker
atau perantara agen yang lain daripada menggunakan wholesaler untuk
mencapai pasar pengecer, khususnya middleman agen antara produsen
e. Produsen – Agen – Wholesaler (pedagang besar) – Pengecer –
Konsumen
Produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk
menyalurkan barangnya pada wholesaler yang kemudian menjualnya
pada pengecer kecil (Anonymous, 2011).
Menurut M. Rasyaf, dalam Ulya Zainura (2012) mengemukakan saluran
pemasaran melibatkan peran lembaga atau individu di dalam pemasaran dan di
luar jalur pemasaran hasil-hasil peternakan mengenal beberapa jalur, yaitu :
1. Pedagang Pengumpul
Mereka inilah yang paling dikenal di banyak desa di Indonesia. Mereka
telah lama dikenal dan dalam banyak hal peran mereka membudaya
diwilayah tersebut. Mereka ini belum tentu tidak berguna dan tidak selalu
harus diabaikan dalam jalur pemasaran.
2. Distributor besar atau pedagang besar
Dalam jalur pemasaran peran mereka banyak sekali dan begitu kuat bagi
petani peternak dipedesaan. Telur dikumpulkan oleh pedagang pengumpul
19
3. Pengecer
Pengecer adalah mereka yang menjual telur kepada konsumen akhir yang
akan menggunakannya untuk konsumsi harian. Pengecer dapat dibagi atas
pengecer tradisional yaitu yang ada dipasar-pasar dan pengecer modern
yaitu yang ada dipasar swalayan dan sejenisnya. Umumnya pengecer
tradisional memasarkan telur dengan cara tradisional pula. Sedangkan
konsumen tidak menerima keseragaman mutu dan harga yang pasti.
4. Konsumen akhir
Jalur langsung ini juga popular, terutama setelah jaringan komunikasi
begitu maju di Indonesia. Yang termasuk dalam kategori ini adalah :
restoran, hotel, pabrik farmasi, warung, dan rumah tangga. Tetapi untuk
langsung kekonsumen ini membutuhkan sarana transportasi dan
komunikasi yang baik. Tanpa komunikasi yang baik tentu memperoleh
pangsa pasar yang tidak baik. Transportasi dan komunikasi yang baik tentu
saja memerlukan biaya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses
pencapaian tujuan konsumen atau pemuas konsumen akan kebutuhan
20
III.
METODE PRAKTEK KERJA LAPANG
3.1. Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapang
Praktek kerja lapang ini dilakukan di usaha peternakan puyuh yang
terletak di Desa Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang. Waktu
pelaksanaan praktek kerja lapang ini dilakukan selama 1 bulan mulai dari tanggal
10 Agustus 2015 sampai dengan tanggal 10 September 2015.
3.2. Metode Pengambilan Data
Praktek Kerja Lapang ini menggunakan metode survey, yaitu dengan
mendatangi usaha Peternakan Puyuh dan melakukan proses budidaya puyuh. Data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, data primer yaitu data yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pemilik peternakan puyuh dan
data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor Datok Penghulu Desa Benua
Raja.
3.3. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, data
diperoleh dengan cara :
21
2. Pengamatan (observation) yaitu mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung dan sistematik tentang gejala-gejala yang ada dilapangan.
22
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah PKL
4.1.1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah
Praktek kerja lapang ini dilakukan di usaha Peternakan Puyuh di Desa
Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang. Desa Banua Raja
Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang ini terdiri dari tiga dusun yaitu
dusun cempaka, dusun melur, dan dusun melati.
Adapun batas wilayah administrasi Desa Benua Raja Kecamatan Rantau
Kabupaten Aceh Tamiang adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Tamiang Kecamatan Karang
Baru Kabupaten Aceh Tamiang.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Durian Kecamatan Rantau
Kabupaten Aceh Tamiang.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Paya Bedi Kecamatan Rantau
Kabupaten Aceh Tamiang.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Rambut Kecamatan Kota
Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang.
4.1.2. Keadaan Penduduk
Desa Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang memiliki
639 kepala keluarga (KK), dengan mata pencaharian yang bermacam-macam
mulai dari Petani, Pedagang, PNS, Buruh Tani, Wiraswasta, dan lainnya dengan
23
Adapun rincian jumlah penduduk berdasarkan jender dapat dilihat pada
tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang dilihat Menurut Jender.
Sumber : Kantor Datok Penghulu Desa Benua Raja (2015)
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berada di Desa
Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang paling banyak terdapat
di Dusun Cempaka sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Dusun
Melati.
Distribusi jumlah penduduk Desa Benua Raja Kecamatan Rantau
Kabupaten Aceh Tamiang berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Umur
No Kelompok Umur
Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk Desa
Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang dengan mayoritas
angkatan kerja berusia produktif dimulai dari 15 - 56 tahun sebanyak 1537 orang,
dan hanya sebagian kecil saja yang berusia lebih dari 56 tahun.
4.1.3. Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan, penduduk Desa Benua Raja Kecamatan
Rantau Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang
No Keterangan Dusun Jumlah
Sumber : Kantor Datok Penghulu Desa Banua Raja (2015)
Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk Desa Benua Raja Kecamatan
Rantau Kabupaten Aceh Tamiang berdasarkan tingkat pendidikan dengan
mayoritas sebagian besar penduduknya masih tergolong buta huruf, tidak tamat
SD/MIN, menempuh SD/MIN, SLTP/MTsN, SMU/MAN, dan hanya sebagian
25
4.2. Gambaran Umum Peternakan Puyuh
Usaha peternakan puyuh yang terletak di Desa Banua Raja Kecamatan
Rantau Kabupaten Aceh Tamiang tepatnya di Dusun Melur ini didirikan pada
bulan November 2014 dengan modal pribadi yang dimiliki oleh seorang sarjana
pendidikan ini yaitu Bapak Juhandri, S.Pd. Usaha peternakan puyuh ini mulai
berkembang dari awalnya hanya membudidayakan puyuh sebanyak 1500 ekor,
kini dengan semakin bertambahnya permintaan akan telur puyuh maka 3500 ekor
puyuh telah berada di peternakan puyuh yang terletak di salah satu kampung kecil
di Desa Benua Raja tersebut.
Di peternakan puyuhnya, Bapak Juhandri dibantu oleh 1 orang pekerja
tetap yang bertugas untuk membersihkan kotoran puyuh selama 3 hari sekali dan
dibantu oleh 3 orang pekerja yang bertugas untuk memasarkan telur puyuh ke
kampung-kampung yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang.
Telur puyuh dipasarkan dengan cara memasarkan langsung ke
warung-warung, agen-agen pemasok telur puyuh, dan konsumen rumah tangga.
Permintaan telur puyuh di Kabupaten Aceh Tamiang sangat tinggi sehingga
4.3. Proses Budidaya Puyuh
Ada beberapa proses budidaya puyuh yang dilakukan di peternakan puyuh
yang terletak di Desa Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang :
4.3.1. Kandang dan Peralatan
Kandang puyuh yang digunakan di peternakan miilik Bapak Juhandri
sebenarnya relatif sama dengan peternakan puyuh lainnya dengan temperatur suhu
berkisar 20 - 250 C dengan tingkat kelembaban berkisar 30 - 80 %. Kandang
puyuh dipeternakan Bapak Juhandri di bagi 2 macam, yakni kandang untuk
anakan puyuh dan puyuh dewasa yang siap bertelur.
Adapun ukuran kandang anakan puyuh relatif sama dengan ukuran
kandang puyuh dewasa, bedanya hanya pada banyaknya kapasitas puyuhnya saja.
Ukuran kandang puyuh dewasa berukuran (90x40 cm) dengan tinggi 20 cm sisi
belakang dan 30 cm sisi depan. Dengan demikian posisi kandang sedikit miring
dibuat agar memudahkan telur bergelinding keluar tempat penampungan telur.
Kandang dibuat bertingkat hingga 3 - 4 tingkat.
Sedangkan untuk ukuran kandang anakan puyuh di peternakan milik
Bapak Juhandri berukuran (80x40 cm) dengan tinggi 30 cm. Sebelum anakan
puyuh di masukkan kedalam kandang di alasi dengan menggukan koran atau alas
lainnya agar kaki anak puyuh tidak keluar dari jaring-jaring.
Peralatan yang digunakan di peternakan puyuh milik Bapak Juhandri
adalah tempat makan dan minum, ember untuk tempat penampungan air, serta
27
4.3.2. Bibit
Pemilihan bibit puyuh petelur, bibit yang dipilih puyuh dalam kondisi
sehat, energik, memiliki ukuran telur yang besar, memiliki nafsu makan yang
tinggi. Di peternakan Bapak Juhandri awalnya bibit diperoleh dari salah satu
perusahaan jual beli bibit di Medan dengan harga per ekor Rp. 3.000,-. Namun
dengan semakin banyaknya permintaan telur puyuh, sejak beberapa bulan terakhir
tepatnya mulai Maret 2015 bibit puyuh tidak lagi di beli namun di tetaskan
dengan mesin tetas berkapasitas 400 butir telur khusus untuk telur puyuh.
Telur yang digunakan untuk ditetaskan merupakan telur yang dihasilkan
dari hasil perkawinan puyuh jantan dengan betina. Karena jika telur yang akan
ditetaskan tidak dihasilkan dari proses perkawinan maka telur tidak akan menetas
sebab tidak ada terdapat janin didalam telur puyuh.
Pemilihan telur puyuh yang akan ditetaskan dengan kriteria ; berukuran
besar dari yang lainnya, tidak rusak, memiliki warna telur yang normal, dan
dihasilkan dari proses perkawinan.
4.3.3. Pakan
Seperti halnya bibit, pakan juga di pasok langsung dari Medan dengan
berbagai macam merk dagang. Ada beberapa bentuk pakan dalam ternak puyuh
diantaranya, bentuk palet, bentuk remah-remah serta bentuk tepung. Untuk pakan
Di peternakan puyuh milik Bapak Juhandri menggunakan jenis pakan
dengan nama merk dagang “pakan puyuh petelur 8706” untuk puyuh dewasa dan
nama merk dagang “pakan puyuh petelur 7701” untuk anakan puyuh. Pemberian
pakan diberikan 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari.
4.3.4. Vaksin
Pemeliharaan kesehatan dilakukan dengan cara pelaksanaan sanitasi dan
pencegahan penyakit, yaitu dengan melakukan pembersihan kandang dan
perlengkapannya. Pemberian vaksin diberikan selama 1 bulan sekali. Sebelum
diberikan vaksin puyuh di puasakan minum selama 2 jam dimaksudkan agar
menetralkan pencernaan puyuh dari sumber makanan dan minuman.
Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau bisa
menggunakan air minum (peroral). Di peternakan milik Bapak Juhandri
pemberian vaksin diberikan melalui air minum dimaksudkan lebih cepat karena
banyaknya jumlah puyuh, jika vaksin diberikan melalui tetes mata tentu akan
memakan waktu yang cukup lama.
Vaksin yang digunakan yaitu Medivac ND La Sota dan Medi Milk (berupa
susu bubuk digunakan untuk memperpanjang umur virus vaksin supaya
menghasilkan kekebalan yang tinggi. Untuk puyuh dewasa dengan takaran 1
bungkus Medi Milk dan setengah bungkus untuk anakan puyuh.
4.3.5. Penyakit
Penyakit pada puyuh secara umum digolongkan menurut penyebabnya
yaitu disebabkan oleh bakteri, virus, cendawan dan kekurangan gizi. Penyakit
29
Pencegahan penyakit yang disebabkan bakteri bisa dilakukan dengan
pembersihan kandang dan disinfeksi kandang karena kandang dan peralatan
merupakan media penularan yang efektif. Penyakit yang disebabkan virus
antaralain Newcastle Desease, quail bronchitis dan cacar unggas.
Namun di Peternakan Puyuh milik Bapak Juhandri, puyuh yang dipelihara
jarang terkena penyakit sebab dengan dilakukannya pengontrolan sumber
penyakit dan pembersihan kandang yang rutin dilakukan setiap harinya. Sehingga
puyuh tidak rentan terkena penyakit.
4.4. Tata Laksana Pemeliharaan Puyuh
Dalam pemeliharaannya, puyuh dipelihara dikelompokkan berdasarkan
umurnya. Karena berbeda umur dari puyuh, maka akan berbeda pula kandang,
vaksin yang diberikan, pakan, hingga cara pelaksanaannya juga berbeda. Di
peternakan puyuh milik Bapak Juhandri, puyuh dikelompokkan berdasarkan 2
(dua) penggolongan umur yakni umur (1 - 30 hari) dan (30 hari - tidak produktif
lagi).
Pada umur (1-30 hari), puyuh ditempatkan di kandang khusus pembesaran
puyuh dengan sumber penghangat dari boh lamp 25 watt. Untuk besaran watt
lampu disesuaikan dengan kondisi puyuh, jika puyuh berada menumpuk di bawah
lampu maka segera tambahkan unit lampu atau tambahkan watt lampu karena
menandakan puyuh dalam keadaan kedinginan. Sebaliknya jika puyuh jauh dari
Dari kedua kondisi di atas tentu tidak di anjurkan bagi peternak puyuh
karena dapat menyebabkan anak puyuh mati akibat tertimpa antara satu puyuh
dengan lainnya. Sebelum anak puyuh di letakkan di kandang pembesaran, dilapisi
alas koran untuk lantainya karena jika tidak maka kaki anak puyuh akan keluar
dari jaring-jaring kandang sehingga bisa menyebabkan kaki anak puyuh terjepit
sehingga bisa jadi cacat kakinya.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa aktivitas
harian pemeliharaan puyuh milik Bapak Juhandri di mulai pada pukul 09.00 s/d
11.00 WIB. Prinsip utamanya hanya ketelitian. Aktivitas pertama dimulai di pagi
hari dengan membersihkan lantai kandang induk (besar) dari sisa-sisa pakan yang
berserakan, tempat pakan, tempat minum, dan mengisinya kembali.
Sanitasi kandang harus diperhatikan untuk menjaga kesehatan puyuh,
seluruh kandang harus disemprot dengan menggunakan desinfektan.
Penyemprotan dilakukan 6 bulan sekali dan sebaiknya pada siang hari sehingga
lebih mudah kering dan kandang tidak lembab. Sebelum dilakukan penyemprotan
sebaiknya dikeluarkan semua puyuh dari kandang.
4.5. Penanganan Hasil Panen Telur Puyuh
Dalam penanganan hasil telur puyuh yang hasilkan untuk telur konsumsi
tentu sangatlah mudah proses penanganannya. Di peternakan puyuh milik Bapak
Juhandri setiap harinya menghasilkan telur puyuh 4200 - 4500 butir yang
dilakukan pengumpulan telur sebanyak dua kali sehari yakni pagi dan sore hari
dan langsung dilakukan kegiatan penyortiran. Tidak semua burung puyuh
31
Pengumpulan telur dilakukan menggunakan keranjang plastik yang dialasi
dengan jerami kering tujuannya agar mengurangi tekanan berat telur saat
berbenturan langsung. Selanjutnya telur yang berada di dalam keranjang plastik
dikumpulkan lagi dengan menggunakan eeg tray (papan telur) dengan
menempatkan sudut tumpul telur dibagian atas dengan kapasitas satu eeg tray 100
butir telur puyuh dan sisanya dikemas dengan menggunakan plastik dengan
kapasitas 20-25 butir/plastik. Setelah semua telur dikemas selanjutnya simpan di
tempat yang bersih dan jauh dari benda-benda berbau seperti obat-obatan. Pada
akhirnya telur puyuh siap dipasarkan di Kampung-Kampung yang ada di
Kabupaten Aceh Tamiang. Untuk telur yang ditempatkan pada papan telur
biasanya agen-agen yang langsung datang ke Peternakan Puyuh milik Bapak
Juhandri, sedangkan sisanya yang menggunakan plastik dipasarkan langsung oleh
pekerja ke warung-warung atau konsumen rumah tangga.
4.6. Saluran Pemasaran Telur Puyuh
Pemasaran merupakan proses kegiatan menyalurkan produk dari produsen
kekonsumen. Pemasaran merupakan puncak dari kegiatan ekonomi dalam
agribisnis peternakan. Subsistem pemasaran dari agribisnis peternakan puyuh
petelur yakni kegiatan-kegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas
peternakan berupa telur segar. Peternakan yang telah menghasilkan produk
menginginkan telur-telur yang dihasilkan diterima oleh konsumen. Kegiatan
pemasaran yang didalamnya termasuk kegiatan distribusi untuk memperlancar
arus komoditas dari sentral produksi ke sentral konsumsi, informasi pasar,
Saluran pemasaran sangat penting dalam memasarkan produksi yang
dihasilkan karena saluran pemasaran dapat mempengaruhi kelancaran penjualan,
alternatif biaya, tingkat keuntungan dan lainnya. Dalam kegiatan pemasaran
barang dan jasa dari produsen ke konsumen terdapat perantara-perantara yang
menjadi jembatan penghubung antara peternak dengan konsumen akhir.
Semakin panjang rantai pemasaran, biaya pemasaran juga akan semakin
besar. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini proses saluran pemasaran
telur puyuh pada Peternakan milik Bapak Juhandri yang terletak di Desa Benua
Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Skema Saluran Pemasaran Telur Puyuh di Desa Benua Raja Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang
Gambar diatas menjelaskan ada 3 (tiga) tipe saluran pemasaran telur puyuh
pada peternakan milik Bapak Juhandri di Desa Banua Raja Kecamatan Rantau
Kabupaten Aceh Tamiang yaitu : Produsen
Pedagang Pengumpul
33
Tipe I : Produsen menjual telur puyuh langsung ke konsumen.
Pada saluran ini Peternakan milik Bapak Juhandri tidak berhubungan
langsung dengan pedagang pengumpul, karena konsumen datang sendiri ke
tempat peternakan untuk membeli telur puyuh. Kebanyakan konsumen yang
terlibat yaitu dari masyarakat sekitar peternakan yang langsung membeli sendiri
sesuai seberapa banyak kebutuhan. Namun biasanya konsumen masyarakat sekitar
peternakan hanya membeli telur puyuh untuk konsumsi sehari makan sehingga
telur puyuh yang dibeli tidak begitu banyak seperti agen-agen. Harga jual telur
puyuh yang dijual produsen kepada konsumen rumah tangga (masyarakat sekitar)
sudah dilakukan pemotongan harga, yang biasanya dijual ke konsumen lain Rp.
200/butir namun dijual ke konsumen rumah tangga Rp. 150 s/d Rp. 180 / butir.
Tipe II : Produsen menjual telur puyuh ke pedagang pengecer dan pedagang
pengecer langsung ke konsumen.
Pada saluran ini produsen langsung mengantarkan telur puyuhnya ke
pedagang pengecer dan kemudian pedagang pengecer langsung ke konsumen.
Pedagang pengecer ini merupakan pedagang tetap yang menerima pasokan telur
puyuh dari Bapak Juhandri. Di peternakan milik Bapak Juhandri ini, pemasaran
telur puyuh ke pedagang pengecer di pasarkan oleh pekerjanya secara langsung
dan upah yang didapatkan pekerjanya dari hasil penjualan telur puyuh Rp. 1.000,-
/ bungkus plastik. Jika Bapak Juhandri mematok harga telur puyuh Rp.5.000,- /
bungkus plastik, maka tenaga kerjanya menjual ke pedagang pengecer dengan
harga Rp. 6.000,- / bungkus plastik. Artinya Rp. 1.000,- diambil untuk biaya
Biasanya pekerja menjual telur puyuh sebanyak 150 - 200 bungkus untuk
satu kali antar. Jika telur puyuh banyak berlebih maka dipasarkan dua kali pagi
dan sore hari. Pemasaran telur di lakukan setiap harinya di tempat yang
berbeda-beda.
Tipe III : Produsen menjual telur puyuh ke pedagang pengumpul kemudian dari
pedagang pengumpul menjual ke pedagang pengecer dan dari
pedagang pengecer langsung ke konsumen.
Pada saluran pemasaran ini pedagang pengumpul berperan sebagai
pedagang yang mengumpulkan telur puyuh, untuk kemudian memasarkannya
kembali ke pedagang pengecer dan dari pedagang pengecer di pasarkan ke
konsumen akhir. Di peternakan puyuh milik Bapak Juhandri ini, pedagang
pengumpul biasanya membeli telur puyuh dengan datang langsung ke peternakan.
Pedaganng pengumpul biasa membeli dalam jumlah yang banyak, hingga
terkadang 5 - 10 papan telur puyuh dengan harga Rp. 30.000,- / papan. Pedagang
pengumpul membeli telur puyuh tidak setiap harinya, tergantung masih ada atau
tidaknya persediaan yang disimpan oleh pedagang pengumpul karena jika
persediaan telur sudah habis maka pedagang pengumpul membeli kembali telur.
Dari pedagang pengumpul di pasarkan ke pedagang pengecer tentunya
dengan harga yang sudah berbeda dari awalnya Rp. 30.000,- , begitu juga dari
pedagang pengecer ke konsumen juga sudah berbeda kembali harga jual telur
puyuh. Di setiap masing-masing pedagang tentu mengambil keuntungan dari hasil
35
Tipe saluran pertama produsen hanya sedikit mendapatkan harga jual dari
penjualan telur puyuh karena konsumen yang membeli hanya berasal dari
masyarakat sekitar peternakan puyuh, sehingga kuantitas pembelian telur juga
terbilang sedikit. Dalam arti lain konsumen berasal dari ibu rumah tangga.
Berdasarkan teori yang ada, semakin pendek saluran pemasaran maka semakin
banyak harga jual yang didapatkan. Namun, pada tipe saluran pemasaran pertama
produsen sangat sedikit mendapatkan harga jual dari hasil penjualan telur puyuh/
butirnya hanya berkisar Rp. 150 s/d Rp.180/butirnya. Hal tersebut terjadi
dikarenakan pada tipe saluran pertama konsumen yang membeli telur puyuh di
Peternakan Puyuh milik Bapak Juhandri berasal dari ibu-ibu rumah tangga
disekitar peternakan sehingga banyak potongan harga yang diberikan oleh Bapak
Juhandri kepada konsumen tersebut. Harga jual yang diterima Bapak Juhandri
setelah melakukan pemotongan harga untuk konsumen rumah tangga sebesar Rp.
150 s/d Rp.180/butirnya.
Tipe saluran pemasaran kedua produsen hanya mendapatkan harga jual
sebesar Rp. 200,-/butir. Pada tipe ini harga 1 bungkus sebesar Rp. 5.000,- dengan
jumlah sebanyak 25 butir dalam 1 bungkusnya.
Tipe saluran pemasaran ketiga produsen lebih banyak mendapatkan uang
dari hasil penjualan telur puyuh. Pada tipe saluran ini, produsen mendapatkan
harga jual sebesar Rp.300,-/butir dengan harga penjualan Rp. 30.000 – Rp.
32.000 / papan. Dalam 1 papan sebanyak 100 butir telur puyuh. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada tipe saluran ketiga produsen mendapatkan lebih besar
36
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Usaha peternakan puyuh milik Bapak Juhandri di Desa Benua Raja
Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang dalam proses budidaya
puyuh hanya dimulai dari beberapa proses dan masih bersifat tradisional
diantaranya ; penyiapan kandang dan peralatan, pengadaan bibit, pakan,
vaksin, dan penyakit. Sedangkan menurut literatur yang seharusnya proses
budidaya puyuh dimulai dari persiapan sarana dan peralatan, penyiapan
bibit, pemeliharaan serta pengendalian hama dan penyakit.
2. Sistem pemasaran telur puyuh milik Bapak Juhandri di Desa Benua Raja
Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari 3 (tiga) skema
saluran pemasaran telur puyuh yakni ; (1) produsen menjual telur puyuh
langsung ke konsumen, (2) produsen menjual telur puyuh ke pedagang
pengecer dan pedagang pengecer langsung ke konsumen, (3) produsen
menjual telur puyuh ke pedagang pengumpul kemudian dari pedagang
pengumpul menjual ke pedagang pengecer dan dari pedagang pengecer
langsung ke konsumen. Pada tipe saluran pemasaran ketiga produsen
mendapatkan harga jual yang paling tinggi yaitu sebesar Rp. 300,- /butir,
37
5.2. Saran
1. Diharapkan kepada pemerintah harus adanya kegiatan pemberdayaan dan
pelatihan khusus yang diberikan kepada peternak burung puyuh agar
keterampilan peternak burung puyuh meningkat. Dengan demikian proses
budidaya puyuh dan sistem pemasaran telur puyuh bisa lebih baik dan
penjualan telur puyuh juga meningkat dengan adanya pelatihan yang telah
diberikan.
2. Diharapkan kepada peternak puyuh ;
a. Peternakan puyuh milik Bapak Juhandri harus bisa melakukan proses
produksi yang lebih efisien. Hal ini mengingat biaya input produksi
berupa pakan, bibit, dan obat-obatan masih dipasok dari luar Provinsi
Aceh yaitu Provinsi Sumatera Utara sehingga biaya input terlampau
tinggi.
b. Peternakan puyuh milik Bapak Juhandri memerlukan teknologi
penyimpanan dan pengemasan yang tepat. Mengingat sifat dari telur
puyuh yang mudah rusak. Selain itu juga pengemasan yang menarik
dan berkualitas dapat menjaga kondisi fisik telur puyuh hingga sampai
kekonsumen akhir, dan menarik minat konsumen.
c. Peternakan puyuh milik Bapak Juhandri juga harus mampu menjalin
kerja sama dengan masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang yang juga
membudidayakan puyuh agar bersama-sama maju dan berkembang
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Saluran dan Lembaga Pemasaran.
http://prezi.com/m/pdqsx3uu1slg/saluran-dan-lembaga-pemasaran/. Diakses. [11 Januari 2016]
__________.2012. Makalah Beternak Burung Puyuh. http://dunianayra.blogspot. com / 2012 / 02 / makalah - beternak - burung - puyuh. html. Diakses. [27 Agustus 2015].
__________. 2013. Analisis Agribisnis Ternak Puyuh. Program Pasca https://agribisnispeternakan.files.wordpress.com/2013/04/makalah-ansis-ternak-puyuh1.pdf. Diakses [27 Agustus 2015].
__________. 2014. Budidaya Burung Puyuh. http://omkicau.com/berbagai-peluang-usaha-bidang-peternakan-perkebunan/budidaya-burung-puyuh/. Diakses [03 September 2015].
__________. 2015. Menjelaskan Asal Usul dan Keunggulan Puyuh.
https://www.slideshare.net/hendydien/bahan-ajar-mulok. Diakses [03 September 2015].
Kotler. 1997. Marketing Manajemen, 8edn. Englewoods Cliffs, Nj : Prentice Hall. Kotler dan Amstrong. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. (Edisi Indonesia).
Prenhallindo. Jakarta.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran (Edisi Millenium).
Kotler. 2006. Manajemen Pemasaran.(Edisi Milenium 2). Prenhallindo. Jakarta. Kotler dan Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. (Edisi 12). Erlangga.
Jakarta.
Sai’id dan Intan. 2005. Manajemen Agribisnis. Galia Indonesia. Jakarta.
Triyanto. 2007. Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Periode Produksi Umur 6-13 Minggu Pada Lama Pencahayaan Yang Berbeda. (Skripsi). Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
39
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar-gambar
Gambar 1. Bentuk Kandang
Gambar 3. Anakan burung puyuh umur 1 minggu
41
Gambar 5. Pada saat telur puyuh sebelum disortasi
Gambar 7. Perbedaan burung puyuh jantan