A. WILAYAH DARATAN
Namun Atas wilayahnya negara dilarang menggunakannya bagi tindakan yg merugikan
negara lain dan membahayakan perdamaian & keamanan internasional (pasal 7 Draft
Deklarasi PBB tentang hak-hak dan kewajiban negara 1949).
Disamping berkewajiban untuk tidak mengakui wilayah yang di peroleh dengan kekerasan,
suatu negara juga harus mengatur wilayahnya sendiri.
Wilayah merupakan atribut yang sangat penting untuk eksistensi suatu negara. Diatas wilayah NEGARA BERHAK melaksanakan kedaulatan atas orang, benda, juga peristiwa dan perbuatan hukum yg terjadi diwilayahnya.
Pengaturan wilayah negara untuk Indonesia diatur dalam UU No 43 Tahun
2008 tentang wilayah negara, bertujuan:
1. Menjamin keutuhan Wilayah Negara, kedaulatan negara, dan ketertiban dikawasan perbatasan demi kepentingan kesejahteraan segenap bangsa.
2. Menegakan kedaulatan dan hak-hak berdaulat.
3. Mengatur pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara dan Kawasan termasuk pengawasan perbatasannya.
UU No 43 Tahun 2008 menetapkan bahwa wilayah negara Indonesia meliputi
wilayah darat, perairan, dasar laut dan tanah dibawahnya serta ruang udara
di atasnya termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung didalamnya.
Daratan suatu negara terdiri dari darat (bagian wilayah yang kering) serta
Di
samping
daratan,
dalam
hukum
internasional dikenal
adanya wilayah tambahan berdasarkan
teori-teori hukum
Internasional klasik dapat diperoleh oleh suatu
negara
dengan cara sebagai berikut:
Okupasi atau pendudukan
Aneksasi atau penaklukan
Akresi
Preskripsi
Cessie
1. OKUPASI
Unsur yang harus terpenuhi oleh tindakan okupasi adalah:
a. Adanya penemuan (discovery) terhadap wilayah
terra nullius ;
b. Adanya niat atau kehendak dari negara yang
menemukan wilayah baru itu untuk menjadikannya sebagai miliknya atau menempatkannya dibawah kedaulatannya;
c. Adanya niat tresebut harus diwujudkan dalam
tindakan-tindakan yang efektif (prinsip efektivitas).
Merupakan perolehan penegakan kedaulatan
atas wilayah yang
terra nullius
yaitu wilayah
yang bukan dan sebelumnya belum pernah di
letakan diwilayah kedaulatan suatu negara.
Yang dimaksud dengan tindakan efektivitas dalam klaim okupasi adalah
tindakan administrasi bukan tindakan kekerasan. Sejalan dengan asal kata
okupasi berasal dari bahasa Romawi Occupatio yang artinya administrasi.
Tindakan yang dilakukan negara untuk mengklaim dengan alas hak okupasi
sangat ditentukan oleh hal-hal berikut:
1. Jauh tidaknya pulau yg diklaim dari negara yang bersangkutan;
2. Besar kecilnya pulau yg di klaim;
3. Banyak tidaknya kekayaan alam yang terdapat di pulau tersebut;
2. ANEKSASI ATAU PENAKLUKAN
Dewasa ini tindakan anesasi merupakan tindakan yg bertentangan dengan ketentuan hukum internasional, dapat disebutkan antara lain:
a. Kelllog briand pact 1928 yang melarang perang sebagai instrumen kebijakan suatu negara.
b. Pasal 2(4) piagam PBB melarang tindakan mengancam atau menggunakan kekerasan terhadap integrasi wilayah atau kemerdekaan politik negara lain. c. Deklarasi prinsip-prinsip hukum internasional tentang hubungan baik dan
kerja sama antar negara 1974, wilayah suatu negara tidak bisa dijadikan objek perolehan oleh negara lain dengan ancaman/penggunaan kekuatan. Tidak ada perolehan wilayah dengan cara-cara itu akan diakui secara sah oleh hukum internasional.
Aneksasi adalah Penggabungan suatu wilayah
negara lain dengan kekerasan atau paksaan
ke dalam wilayah negara yang menganeksasi.
3. AKRESI
contohnya Jepang pernah memperoleh tambahan
wilayah dengan
alas hak akresi setelah munculnya sebuah pulau
baru akibat letusan
gunung berapi yang ada didasar laut. Perolehan
wilayah atas alas
hak akresi tidak memerlukan tindakan resmi atau
formal seperti
pernyataan resmi dari negara yang bersangkutan
Merupakan cara perolehan wilayah baru
dengan proses alam (geografis)
terhadap wilayah yang sudah ada di bawah
kedaulatan suatu negara.
Merupakan cara perolehan wilayah baru
dengan proses alam (geografis)
4. PRESKRIPSI
Perolehan tambahan wilayah dengan cara ini sebenarnya mengadopsi dari ketentuan bezit
dalam hukum perdata. Beberapa syarat bagi preskripsi menurut Fauchille dan Johnson
sebagaimana yang dikutip oleh Ian Brownlie sebagai berikut: a. Kepemilikan tersebut harus dilaksanakan secara a titre de
soverain, yaitu bahwa pemilikan tersebut harus
memperlihatkan suatu kewenangan/kekuasaan negara dan wilayah tersebut tidak ada negara lain yg mengklaimnya.
b. Kepemilikan tersebut harus berlangsung secara terus menerus dan damai tidak ada negara lain yang mengklaimnya.
c. Kepemilikan tersebut harus bersifat publik yaitu harus diumumkan atau diketahui oleh pihak lain.
Perolehan wilayah oleh suatu negara akibat
pelaksanaan secara damai kedaulatan de facto dalam jangka waktu yang lama atas wilayah yang
sebenarnya de jure masuk wilayah negara lain. Perolehan wilayah oleh suatu negara akibat
pelaksanaan secara damai kedaulatan de facto dalam jangka waktu yang lama atas wilayah yang
5. CESSIE
Cessie dapat dilakukan dengan sukarela atau kekerasan. Dengan kekerasan
pada umumnya akibat kalah perang pihak yang kalah dipaksa melalui
perjanjian internasional untuk menyerahkan sebagian wilayahnya kepada
pihak pemenang. Cessie dapat dilakukan antara lain dengan cara jual
Beli (penjualan alaska oleh Rusia pada AS 1867, tukar menukar (penukaran
Heligoland dengan Zanzibar oleh Jerman dan Inggris 1890)
Cessie adalah cara perolehan tambahan
wilayah melalui proses peralihan hak dari satu
negara ke negara lain.
Cessie adalah cara perolehan tambahan
6. REFERENDUM
Pepera-Irian Barat yang dilaksanakan 14 juli sampai dengan 2 agustus 1969 dan disahkan
melalui resolusi PBB No. 2504 Tahun 1969 merupakan contoh praktik referendum dalam
HI. Jajak pendapat Timor Timur 1999 untuk memintai pendapat rakyat apakah mau
merdeka ataukah tetap berintegrasi dengan Indonesia. Proses referendum yang sah
dilakukan secara langsung one man one vote dan dengan dipantau lembaga internasional
yang sah. Pada kasus Timor Timur proses jajak pendapat di kawal oleh UNTAET.
cara referendum dikatakan cara yang modern, referendum atau pemungutan suara merupakan implementasi atau tindak lanjut dari keberadaan hak menentukan nasib sendiri (self determination right) dalam hukum internasional.
B. WILAYAH LAUT
Tanah di bawah laut terdiri dari :
Wilayah laut terbagi atas :
Wilayah laut adalah laut beserta tanah
yang ada dibawahnya.
Wilayah laut adalah laut beserta tanah
yang ada dibawahnya.
1. Dasar laut
2. Tanah di bawah dasar laut
1. Wilayah yang dikuasai oleh suatu negara (negara pantai)
Konvensi PBB tentang hukum laut 1982 (UNCLOS
1982) melahirkan 8
zonasi pengaturan (rigime) hukum laut Yaitu:
1) Perairan pedalaman (internal waters)
2) Perairan kepulauan (Archiplegic waters) termasuk kedalamnya selat yang digunakan untuk pelayanan internasional.
3) Laut teritorial (teritorial water),
4) Zona tambahan (contingous waters),
5) Zona ekonomi ekslusif (exclusif economic zone)
6) Landas kontinen ( continental shelf)
7) Laut lepas (high seas),
1. PERAIRAN PEDALAMAN
Di kawasan ini negara memiliki kedaulatan penuh,
sama seperti kedaulatan
negara di daratan. Pada prinsipnya tidak ada hak
lintas damai dikawasan ini
kecuali
kawasan
perairan
pedalaman
yang
terbentuknya karena penarikan
garis dasar lurus.
Perairan pedalaman adalah perairan yang
berada pada sisi darat (dalam)
garis pangkal.
Perairan pedalaman adalah perairan yang
berada pada sisi darat (dalam)
2. LAUT TERITORIAL
Kedaulatan negara penuh termasuk ruang udara diatasnya. Hak lintas damai diakui bagi kapal-kapal asing
yang melintas. Hak lintas damai menurut konvensi Hukum Laut 1982 adalah hak untuk melintas
secepat-cepatnya tanpa berhenti dan bersifat damai tidak menganggu keamanan dan ketertiban negara pantai,
pelaksanaan hak lintas damai haruslah:
Laut yang terletak pada sisi luar dari garis pangkal dan tidak melebihi dari 12 mil laut.
Laut yang terletak pada sisi luar dari garis pangkal dan tidak melebihi dari 12 mil laut.
a
• Tidak mengancam atau menggunakan kekerasan yang melanggar
integritas wilayah, kemerdekaan dan politik negara pantai.
b • Tidak melakukan latihan militer atau sejenisnya tanpa seizin negara pantai.
c
• Tidak melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tertentu yang melanggar keamanan ketertiban negara pantai.
e
• Tidak melakukan peluncuran, pendaratan dari atas kapal
apapun termasuk kapal militer.
f
• Tidak melakukan bongkar muat komoditas, penumpang,
mata uang yang melanggar aturan customs, fiscal,
immigration or sanitary laws negara pantai.
g
• Tidak melakukan aktivitas yang menimbulkan
pencemaran,
h • Tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan. i • Tidak melakukan kegiatan penelitian
j
• Tidak melakukan kegiatan yang menganggu ke sistem
komunikasi negara pantai
3. ZONA TAMBAHAN
4. LANDAS KONTINEN
Zona Tambahan adalah Laut yang terletak pada sisi luar dari garis pangkal dan tidak melebihi 24 mil
laut dari garis pangkal. Di zona ini kekuasaan negara terbatas untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan bea cukai, fiskal, imigrasi, dan perikanan.
Zona Tambahan adalah Laut yang terletak pada sisi luar dari garis pangkal dan tidak melebihi 24 mil
laut dari garis pangkal. Di zona ini kekuasaan negara terbatas untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan bea cukai, fiskal, imigrasi, dan perikanan.
Landas Kontinen meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari area di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut teritorial, sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratan hingga pinggiran luar tepi kontinen.
5. ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
Di zona ini negara pantai memiliki hak-hak berdaulat yang eksklusif untuk keperluan
eksplorasi dan eksploitasi sumber kekayaan alam serta yurisdiksi tertentu terhadap ;
1. Pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan.
2. Riset ilmiah kelautan.
3. Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
6. LAUT LEPAS
ZEE adalah suatu Zona selebar tidak lebih dari 200 mil laut dari garis pangkal.
ZEE adalah suatu Zona selebar tidak lebih dari 200 mil laut dari garis pangkal.
Laut lepas tidak dapat diletakkan di bawah kedaulatan yang di kuasai oleh suatu negara mana pun. Kawasan ini adalah laut yang tidak masuk dalam kawasan-kawasan laut sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya di atas. Kawasan ini hanya berlaku berbagai prinsip kebebasan seperti kebebasan
berlayar, penerbangan, memasang kabel dan pipa, pembuatan pulau buatan, kebebasan menangkap ikan, juga penelitian
ilmiah.
Laut lepas tidak dapat diletakkan di bawah kedaulatan yang di kuasai oleh suatu negara mana pun. Kawasan ini adalah laut yang tidak masuk dalam kawasan-kawasan laut sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya di atas. Kawasan ini hanya berlaku berbagai prinsip kebebasan seperti kebebasan
berlayar, penerbangan, memasang kabel dan pipa, pembuatan pulau buatan, kebebasan menangkap ikan, juga penelitian
7. DASAR LAUT SAMUDRA DALAM (SEA BED AREA)
8. WILAYAH LAUT INDONESIA DAN BEBERAPA PERMASALAHAN HUKUMNYA
Indonesia memperoleh tambahan wilayah yang sangat signifikan dengan diakuinya hak negara
kepulauan untuk menarik garis dasar lurus kepulauan menghubungkan titik-titik terluar dari
pulau-pulau terluar. Perairan yang semula laut bebas menjadi perairan kepulauan. Saat ini luas
wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Pasal 2 PP Nomor 37 Tahun 2002 menetapkan bahwa
Kapal dan pesawat udara asing dapat melaksanakan Hak Lintas melalui Alur Laut Kepulauan
(ALK), untuk pelayaran atau penerbangan dari satu bagian laut bebas atau zona ekonomi eksklusif
melintasi laut teritorial dan perairan kepulauan Indonesia.
Kawasan dasar laut yang tidak terletak di dalam
yurisdiksi negara mana pun. Satu kemajuan sangat berarti di peroleh oleh negara-negara berkembang di kawasan ini yaitu dengan diakuinya prinsip
warisan bersama umat manusia serta terbentuknya badan otorita hukum laut internasional sebagai
tindak lanjutnya.
Kawasan dasar laut yang tidak terletak di dalam
yurisdiksi negara mana pun. Satu kemajuan sangat berarti di peroleh oleh negara-negara berkembang di kawasan ini yaitu dengan diakuinya prinsip
warisan bersama umat manusia serta terbentuknya badan otorita hukum laut internasional sebagai
Wilayah laut indonesia berbatasan dengan malaysia, papua nugini, singapura,
dan timor leste.
Perlu dicatat bahwa sebagai konsekuensi dari putusan Mahkamah Internasional yang menyatakan Malaysia sebagai negara yang
memiliki
kedaulatan atas pulau Sipadan dan Ligitan, Indonesia telah menunjukkan
etikad baik dengan mengeluarkan PP Nomor 37 tahun 2008 yang mengubah
PP No 38 Tahun 2002 tentang daftar koordinat geografis Titik-Titik Pangkal
Kepulauan Indonesia . PP No 37 Tahun 2008 tidak lagi mencatumkan Pulau
Sipadan dan Ligitan sebagai pulau terluar indonesia sebagaimana yang
C. WILAYAH RUANG UDARA(AIR SPACE), DASAR HUKUM DAN PERMASALAHAN INDONESIA
Kedaulatan Negara di ruang udaranya berdasarkan adagium romawi adalah sampai ketinggian tidak terbatas (cujus est solum eust ad coelum). Prinsip sampai
ketinggian tidak
terbatas ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi seiring dengan kemajuan teknologi seperti peluncuran dan penempatan satelit di ruang angkasa.
Pengaturan ruang udara juga angkasa memang merupakan aturan yang relatif baru dibandingkan pengaturan internasional di wilayah bumi yang lain seperti halnya
laut.
Sejak ditemukannya balon udara juga pesawat yang paling sederhana yang kemudian
digunakan untuk melumpuhkan kekuatan musuh di era perang mulai terpikirkan untuk
mengatur kedaulatan Negara di ruang udara yang ternyata merupakan wilayah yang
sangat penting dan strategis bagi suatu negara.
Pasal 1 konvensi paris 1919 yang dikuatkan oleh konvensi Chicago 1944 menegaskan bahwa
Negara mempunyai kedaulatan yang penuh dan eksklusif atas ruang udaranya.
Pelanggaran atas ruang udara suatu negara tersebut dalam kondisi hubungan kedua
negara tidak baik dapat menimbulkan hak-hak yang sangat tidak diinginkan yaitu
dieksekusinya pesawat yang melakukan pelanggaran tersebut.
Negara dengan wilayah yang luas seperti Indonesia bisa mendapat banyak keuntungan
dengan mengomersialisasikan ruang udaranya. Dalam masalah ekonomi , sampai saat ini
mayoritas negara prinsip cabotage dimana maskapai penerbangan asing tidak di ijinkan
mengambil dan menurunkan penumpang dari dua titik yang ada di wilayah suatu negara.
Namun di era liberalisasi tuntutan pihak asing pada Indonesia untuk menghapuskan
D. WILAYAH RUANG ANGKASA (
OUTER
SPACE)
Prinsip-prinsip yang berlaku untuk ruang angkasa terjabarkan dalam Space Treaty 1967
Prinsip-prinsip yang berlaku untuk ruang angkasa dijabarkan dalam space treaty 1967
diantaranya:
1. Non appropriation principle dan freedom exploitation principle.
Atau non kepemilikan yaitu prinsip yang menyatakan bahwa ruang angkasa beserta benda-benda langit merupakan milik bersama umat manusia (common heritage of mankind), tidak dapat di klaim atau diletakkan di bawah kedaulatan suatu
Negara.