• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA SEJARAH PERKEMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA SEJARAH PERKEMBA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

KELOMPOK I

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan.

Hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap adikodrati (supernatural) memiliki latar belakang sejarah yang sudah lama dan cukup panjang. Latar belakang ini dapat dilihat dari berbagai pernyataan para ahli yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda. Begitu juga dengan para agamawan dari berbagai agama yang ada mengemukakan bahwa berdasarkan informasi kitab suci, hubungan manusia dengan zat yang adikodrati digambarkan sebagai hubungan antara makhluk ciptaan dengan Sang Pencipta.

Para psikolog mencoba melihat hubungan tersebut dari sudut pandang psikologi. Menurut mereka hubungan manusia dengan kepercayaannya ikut dipengaruhi dan juga mempengaruhi faktor kejiwaan. Proses dan sistem hubungan ini menurut mereka dapat dikaji secara empiris dengan menggunakan pendekatan psikologi. Menurut agamawan selanjutnya, bahwa memang pada batas-batas tertentu, barangkali permasalahan agama dapat dilihat sebagai fenomena yang secara empiris dapat dipelajari dan diteliti. Tetapi di balik itu semua ada wilayah-wilayah khusus yang sama sekali tak mungkin atau bahkan terlarang untuk dikaji secara empiris.

Perbedaan pendapat yang dilatarbelakangi perbedaan sudut pandang antara agamawan dan para psikolog agama ini sempat menunda munculnya psikologi agama sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Untuk membahas lebih lanjut mengenai psikologi agama dalam hubungannya terhadap pembentukan jiwa religius dan perkembangan mental-kognitif, maka dalam makalah berikut akan diuraikan lebih lanjut tentang Pengertian dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama dan Manfaatnya Bagi Pengembangan Pendidikan dan Dakwah Islam.

(3)

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian psikologiagama 2. Mengetahui ruang lingkup psikologi agama 3. Mengetahui sejarah psikologi agama

4. Mengetahui urgensi psikologi agama dalam pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat)

5. Mengetahui manfaat psikologi agama

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari perkataan yunani psyce yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu. Jadi secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya ( ilmu jiwa ). Secara umum, psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa manusia.

Psikologi Menurut Beberapa Ahli:

a. Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.

b. Menurut plato dan Aristoteles Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari teentang hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir.

c. Menurut Clifford T. Morgan Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.

d. Menurut H. Sumardi, MSI Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari sikap serta tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala jiwa yang berada di belakangnya.

e. Menurut Ricard H. Thouless Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku pengalaman manusia.

2. Pengertian Agama

Agama adalah masalah yang menyangkut dengan masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia. Banyak para ahli yang berpendapat tentang arti agama, diantaranya :

(5)

b. Agama adalah ikatan yang harus dipegang dan dipenuhi manusia. Ikatan adalah kekuatan yang lebih tinggi dari manusia yang tidak dapat ditangkap keduanya, namun mampu mewarnai kehidupan.

c. Menurut Harun Nassution, Agama harus mempunyai 4 aspek yaitu : (1). Kekuatan gaib (2). Keyakinan terhadap kekuatan gaib (3). Respon (4). Paham adanya yang kudus.

d. Menurut Robert H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada Tuhan atau Dewa- Dewa sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan ( keyakinan tentang dunia lain ). Ia mendefinisikan agama adalah sikap /cara penyesuaian diri terhadap dunia yang mencangkup acuan yang menunjukkan ingkungan lebih luas daripada dunia fiisik yang terikat ruang dan waktu—the spatio-temporal physical world ( dunia spiritual ).

3. Pengertian Psikologi Agama

Berdasarkan pengertian psikologi dan agama di atas maka dapat disimpulkan bahwa psikologi agama adalah meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku, serta keadaaan hidup pada umumnya, selain itu juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.

Menurut Robert Thouless, Psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian terhadap perilaku bukan keagamaan. Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, selain itu psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agma pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut. Psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku mannusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.

B. Ruang Lingkup Psikologi Agama

(6)

pikiran, yang merupakan aspek mental dari aktivitas agama, dan pengalaman agama berarti unsur perasaan dalam kesadaran beragama yakni perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah) dengan kata lain bahwa psikologi agama mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindakan agama orang itu dalam hidupnya.

Psikologi agama telah dimanfaatkan dalam berbagai ruang kehidupan, misalnya dalam bidang pendidikan, perusahaan, pengobatan, penyuluhan narapidana di LP dan pada bidang- bidang lainnya. Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki ruang lingkup pembahasannya tersendiri yangg dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari maslah agama lainnya. Pernyataan Robert Thouless, memusatkan kajiannya pada agama agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok / masyarakat itu sendiri. Kajiannya terpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan menggunakan psikologi.

Menurut Zakiyah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama mengenai:

1. Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut serta dalam kehidupan beragama orang biasa ( umum ). Contoh : perasaan tenang, pasrah dan menyerah.

2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya. Contohnya: kelegaan batin.

3. Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati/ akhirat pada tiap-tiap orang.

4. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan. 5. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap

ayat-ayat suci kelegaan batinnya. Semua itu tercangakup dalam kesadaran beragama religious counsciousness dan pengalaman agama religious experience

C. Sejarah Psikologi Agama

(7)

Sumber-sumber Barat mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah modern di lapangan Psikologi Agama dimulai sejak adanya kajian para antropolog dan sosiolog tentang agama. Terbitnya buku The Psychology of Religion karya E.D Starbuckth tahun 1899 menjadi tanda lahirnya Psikologi Agama. Di dunia Timur (Islam) kajian-kajian Psikologi Agama telah banyak dilakukan dan jauh sebelum lahirnya Psikologi Agama di Barat. Seperti terbitnya karya Ibnu Tufail (1110-1185) Hayy Ibnu Yaqzan, al Ghazali (1059-1111) dengan karya al Munqidz min al Dhalal dan Ihya ‘Ulum al Din dll, namun belum dikembangkan ke dalam Psikologi Agama. Di Indonesia, Psikologi Agama mulai dikenal sejak tahun 1970 an. Prof.Dr.A. Mukti Ali dan Prof.Dr.Zakiah Dradjat yang dikenal sebagai pelopor pengembangan Psikologi Agama di lingkungan IAIN, dan terbitnya beberapa buku Psikologi Agama.

Perkembangan Psikologi Agama sekarang semakin pesat yang mengarah kepada ilmu Psikologi terapan yang banyak manfaatnya dalam berbagai lembaga seperti lembaga pendidikan, penyuluhan, pembinaan masyarakat, perusahaan, rumah sakit, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, dakwah, dan lain-lain.

D. Urgensi Psikologi Agama dalam Pendidikan (keluarga, Sekolah, dan Masyarakat)

Education (pendidikan) dan jiwa keagamaaan sangat terkait, karena pendidikan tanpa agama ibaratnya bagi manusia akan pincang. Sedang jiwa keagamaan yang tanpa melalui menegemant pendidikan yang baik, maka juga akan percuma. Dengan kata lain, pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam upaya menanamkan rasa keagamaan pada seseorang.

1. Pendidikan Keluarga

Perkembangan agama menurut W.H. Clark, berjalin dengan unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit untuk diidentifikasikan secara jelas, karenaa masalah yang menyangkut kejiwaan, manusia demikian rumit dan kompleksnya. Namun demikian, melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih sangat sederhana tersebut, agama terjalin dan terlibat didalamnya. Melalui jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pulalah agama itu bekembang (W.H. Clark, 1964: 4).

2. Pendidikan Kelembagaan

(8)

kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada berbgai faktor yang dapat memotivasi nak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab, pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama. Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga.

3. Pendidikan Masyarakat

Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Peran psikologi agama dalam lembaga ini adalah memupuk jiwa keagamaan karenma masyarakat akan memberi dampak dalam pembentukan pertumbuhan baik fidik maupub psikis. Yang mana pertumbuhan psikis akan berlangsung seumur hidup. Sehingga sangat besarnya pengaruh masyarakat terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan sebagai bagian dari aspek kepribadian yang terintegrasi dalam pertumbuhan psikis.

E. Manfaan Psikologi Agama

Diantara kegunaan psikologi agama yaitu sejalan dengan ruang lingkup kajiannya telah banyak memberi sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia kaitannya dengan agama yang dianutnya, perasaan keagamaan itu dapat mempengaruhi ketentraman batinnya baik konflik itu terjadi pada diri seseorang hingga ia menjadi lebih taat menjalankan ajaran agamanya maupun tidak. Psikologi agama dapat di manfaatkan dalam berbagai lapangan kehidupan seperti dalam bidang pendidikan, psikoterapi dan dalam lapangan lain dalam kehidupan.

Di bidang industri, psikologi juga dapat dimanfaatkan. Misalnya, adanya ceramah agama islam guna untuk menyadarkan para buruh dari perbuatan yang tak terpuji dan merugikan perusahaan. Dalam banyak kasus, pendekatan psikologi agama, baik langsung maupun tidak langsung dapat digunakan untuk membangkitkan perasaan dan kesadaran beragama. Selain itu dalam pendidikan psikologi agama dapat difungsikan pada pembinaan moral dan mental keagamaan peserta didik.

(9)

Perkembangan psikologi Agama di Indonesia di tandai dengan munculnya berbagai buku psikologi Agama yang dipelopori oleh para tokoh yang berprofesi sebagai ilmuwan, Agamawan, Akademisi dan di bidang kedokteran. Diantara karya-karya tersebut adalah:

1. Agama dan kesehatan Badan/jiwa (1965), dikarang oleh Prof. dr. H. Aulia.

2. Ilmu jiwa Agama (1970) dan Peranan Agama dalam kesehatan mental (1970), dikarang Prof. dr. Zakiah Daradjat.

3. Islam dan Psikomotorik (1975), mambahas masalah Islam dan kesehatan jiwa dikarang oleh K.H. S. S. Djam’an.

4. Pengantar Ilmu Jiwa Agama (1982), membahas pengalaman dan motivasi beragama, dikarang oleh dr. Nico Syukur Dister.

5. Pengantar Ilmu Jiwa Agama, dikarang oleh Dr, Jalaluddin dan Dr. Ramayulis. 6. Teori-teori kesehatan mental (1986), yang telah dikaji oleh Ulama-ulama muslim

Zaman klasik tentang kesehatamn mental menurut pendekatan Islam, dikarang oleh Prof. Dr. Hasan Langgulung.

7. Psikologi Agama (1996), dikarang oleh Jalaluddin.

Sejak menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan psikologi Agama dinilai cukup pesat, dibanding usianya yang masih tergolong muda. Hal ini antara lain disebabkan selain bidang kajian psikologi Agama menyangkut kehidupan manusia secara pribadi, maupun kelompok, bidang kajiannya juga mencakup permasalahan yang menyangkut perkembangan usia manusia. Selain itu sesuai dengan bidang cakupanya, ternyata psikologi Agama termasuk ilmu terapan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

(10)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

1. Psikologi agama adalah meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku, serta keadaaan hidup pada umumnya, selain itu juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.

2. Ruang lingkup psikologi agama mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindakan agama orang itu dalam hidupnya. 3. Sejarah psikologi agama menyita perhatian para ahli dan pada abad ke-19 perhatian

tersebut dilakukan secara ilmiah lewat Psikologi Agama dan semakin berkembang pesat ditandai dengan banyak terbitnya buku-buku Psikologi Agama.

4. Urgensi psikologi agama dalam pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) memiliki peran penting dalam upaya menanamkan rasa keagamaan pada seseorang. 5. Manfaat psikologi agama yaitu turut membantu memecahkan persoalan kehidupan

manusia kaitannya dengan agama yang dianutnya, dapat mempengaruhi ketentraman batin seseorang hingga menjadi lebih taat menjalankan ajaran agamanya maupun tidak.

(11)

Daftar Pustaka

Abu Bakar, Muhammad. 1981. Pedoman Pendidikan dan Pengajaran. Surabaya: Usaha Nasional.

Awwad, Jaudah Muhammad. 1995. Mendidik Anak Secara Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

H. Jalaludin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

H. Ramayulis. 2009. Psikologi Agama. Jakarta: Radar Jaya.

Quraish, Shihab. 1992. Membumikan al Qur`an. Bandung: Mizan.

Rahmad, Jalaluddin. 2003. Psikologi Agama (sebuah pengantar). Jakarta: Mizan media buku utama.

Rahmad, Jalaludin. 1996. Psikologi Agama. (Edisi Revisi). Jakarta: Putra Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skala Likert digunakan untuk mengukur tiga dimensi pemahaman epistemologis, yakni pandangan tentang (a) apakah otoritas di sebuah bidang bisa dipercaya

Berdasarkan hasil penelitian pemasaran minyak nilam di Desa Karya Baru Kecamatan Poleang Utara Kabupaten Bombana dapat diambil kesimpulan bahwa Saluran pemasaran

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuasaan-Nya menjadi bentuk kesempurnaan yang tak terkira

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Paritas ibu dengan kejadian Persalinan lama di RSUD Pringsewu tahun 2014.. Desain penelitian

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan diketahui bahwa korelasi antara kedudukan terhadap gaya kepemimpinan sebesar 0,451 adalah signifikan, sehingga

• Beberapa tipe data dasar yang digunakan dalam sistem komputer adalah integer, real, karakter(char),string, dan logika (boolean).. Dalam memori komputer, setiap data akan

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Banda Aceh dan kebijakan yang diambil untuk

Another characteristic of the hydrological response in this nest is that the deepest instrument (tensiometer A5) recorded higher pore-water pressures than