• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Persepsi Kemudahan Penggunaan - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Konsumen dalam Belanja Online dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Persepsi Kemudahan Penggunaan - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Konsumen dalam Belanja Online dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Persepsi Kemudahan Penggunaan

Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor‐faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer yang

diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun 1986. TAM

merupakan hasil pengembangan dari Theory of Reasoned Action

TAM bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan

penerimaan (

(TRA),

yang lebih dahulu dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada 1980.

acceptance) pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM menyediakan suatu basis teoritis untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu tekhnologi dalam suatu

organisasi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan

(akan manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya)

dan perilaku, tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari

pengguna/user

Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA ( suatu sistem informasi.

Theory of Reasoned Action) yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan

menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi

(2)

dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang

dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap

kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan

yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan

seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI

menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam

penerimaan sebuah teknologi.

Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis,

menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada

kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktorfaktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara lebih terinci

menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensi‐dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna

Model ini menempatkan pengunaan (

(user).

usage) sebagai dependent variabel, serta perceived usefulness (U) dan perceived ease of use (EOU) sebagai independen variabel. Kedua variabel independen ini dianggap

dapat menjelaskan perilaku penggunaan (usage

Model TAM ini sendiri dijumpai dalam penggunaan komputer

serta internet. Agar pengguna dapat menggunakan aplikasi internet

dengan baik dibutuhkan pelatihan dan pembelajaran (Compeau and

(3)

internet, pengguna dapat mengerti tentang apa yang diharapkan nantinya.

Pembelajaran tersebut antara lain seperti bagaimana agar dapat

berhubungan dengan internet, pencarian informasi dalam internet,

pertukaran informasi melalui internet, dan sebagainya. Pengetahuan

teknologi internet sangat berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan

pengguna dalam bertransaksi melalui website. Oliver dan Shapiro (1993) menyatakan bahwa semakin kuat pengetahuan teknologi yang dimiliki

seseorang (konsumen), semakin besar kepercayaan pengguna dan

kemungkinan dalam memperoleh hasil yang diinginkan dalam

penggunaan teknologi digital. Dalam konteks ini penguasaan teknologi

internet berhubungan secara positif terhadap hasil dari penggunaan

internet, seperti belanja online (Online Shopping).

2.1.2 E-Business

Menurut Shurety dalam bukunya E-business with Net Commerce,

e-business adalah mengenai penggunaan teknologi internet untuk melakukan transformasi proses bisnis yang dilakukan. Bentuk e-business

yang paling mudah terlihat adalah pembelian barang secara online baik retail maupun grosir. Sementara itu, definisi e-business menurut IBM adalah sebuah pendekatan yang aman, fleksibel, dan

terintegrasi untuk memberikan nilai bisnis yang berbeda dengan

mengkombinasikan sistem dan proses yang menjalankan operasi bisnis

utama dengan pemanfaatan teknologi internet. (Stoole. 2000. E-business

(4)

Sedangkan menurut Greenstein dan Vasarhelyi (2002:2) ternyata e-business juga termasuk kepada pertukaran informasi secara tidak langsung dihubungkan kepada pembeli yang sesungguhnya dan penjual

barang. Walaupun begitu, beberapa pandangan mengenai e-business

sebagai beberapa aktivitas yang berisikan bukan hanya mengenai

pembelian dan penjualan di seluruh internet, melainkan juga bekerja

sama dan aktivitas intrabusiness (antara aktivitas online dan termasuk didalamnya bisnis).

Dapat diambil kesimpulan, E-business merupakan singkatan dari

electronic business yang secara sederhana diartikan segala bentuk kegiatan bisnis yang menggunakan media elektronik. Jika dilihat secara

infrastruktur, kegiatan proses bisnis ini menggunakan platform internet

sebagai alat mediasinya.

Banyak sekali proses-proses bisnis yang telah menggunakan

e-business sebagai alat bantunya seperti e-commerce, e-CRM (customer relationship management), e-SCM (supply chain management) dan sebagainya. Pada contoh-contoh yang lebih sederhana dapat kita lihat

proses e-business melalui pengumpulan data-data pelanggan, penjualan barang, promosi barang, pembayaran dengan credit card, pemesanan tiket pesawat, pemesanan hotel, melakukan hubungan dengan supplier

tanpa harus bertatap muka dan berbagai aplikasi – aplikasi lainnya.

(5)

data dengan menggunakan sistem secara lebih efisien dan fleksibel untuk

bekerja lebih dekat dengan suppliers dan mitra kerja dan juga untuk memberikan kepuasan dari apa yang diinginkan atau harapan dari

pelanggan.

E-business dapat melakukan purchasing secara elektronik dan juga

supply chain management, memproses pesanan secara elektronik, melakukan layanan pelanggan, dan kooperasi dengan mitra perusahaan.

Software e-business memberikan solusi untuk integrasi dari dalam maupun luar lingkungan perusahaan. E-business dapat dilakukan dengan menggunakan web, internet, ekstranet, dan kombinasi dari bagian-bagian

tersebut.

2.1.3 E-commerce

Perkembangan teknologi dan informasi semakin meningkat dalam

abad ini. E-commerce merupakan perkembangan dalam sistem perdagangan (e-commerce). Menurut Shim, et al. dalam buku Suyanto (2003:11), “Electronic Commerce (e-commerce) merupakan konsep baru yang bisa digambarkan sebagai proses jual beli barang atau jasa pada

World Wide Web internet”.

Menurut Turban, Lee, King, Chung dalam buku Suyanto (2003:11),

E-commerce merupakan proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan informasi termasuk internet”. Sedangkan

menurut Kalakota dan Whinston dalam buku Suyanto (2003:11)

(6)

1. Perspektif Komunikasi : e-commerce merupakan pengiriman informasi, produk/layanan, atau pembayaran melalui lini

telepon, jaringan komputer atau sarana eletronik lainnya.

2. Perspektif Proses Bisnis : e-commerce merupakan aplikasi teknologi menuju otomisasi transaksi dan aliran kerja

perusahaan.

3. Perspektif Layanan: e-commerce merupakan salah satu alat yang memenuhi keinginan perusahaan, konsumen dan

manajemen dalam memangkas service cost ketika meningkatkan mutu barang dan kecepatan pelayanan.

4. Perspektif Online: e-commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli produk dan informasi di internet dan jasa online

lainnya.

Perdagangan elektronik, yang disebut juga e-commerce, adalah penggunaan jaringan komunikasi dan komputer untuk melaksanakan

proses bisnis. Dalam definisi luas, suatu transaksi bisnis yang

menggunakan akses jaringan, sistem berbasis computer, dan antarmuka

(7)

Menurut Javalgi dan Ramsey dalam Rofiq (2007:25), “Aktivitas

e-commerce sesungguhnya mengandung makna adanya hubungan antara penjual dan pembeli, transaksi antar pelaku bisnis, dan proses internal

yang mendukung transaksidengan perusahaan”.

Menurut Suyanto (2003:45), penggolongan e-commerce yang lazim dilakukan orang ialah berdasarkan transaksinya, yaitu :

1. Business-to-business (B2B). Tipe ini meliputi transaksi IOS (aliran informasi antara perusahaan yang satu dengan yang

lain) serta transaksi antar organisasi yang dilakukan di

electronic market.

2. Business-to-consumer (B2C). Ini merupakan transaksi eceran dengan pembeli perorangan.

3. Consumer-to-consumer (C2C). Dalam kategori ini, seorang konsumen menjual secara langsung ke konsumen lainnya.

4. Consumer-to-business (C2B). Termasuk dalam kategori ini adalah perseorangan yang menjual produk atau layanan ke

organisasi, dan perseorangan yang mencari penjual,

berinteraksi dengan mereka, dan menyepakati suatu transaksi.

5. Nonbusiness E-commerce. Dewasa ini makin banyak lembaga non-bisnis dan lembaga pemerintahan yang menggunakan

(8)

6. Intrabusiness (Organizational) E-commerce. Yang termasuk dalam kategori ini adalah semua aktivitas intern organisasi,

biasanya dijalankan di internet, yang melibatkan pertukaran

barang, jasa atau informasi.

Dalam beberapa literatur yang membahas e-commerce, sering jenis transaksinya dibagi dalam dua jenis saja, yaitu :

1. Business to Business (B2B). Menurut Ustadiyanto (2001:11), B2B merupakan sistem komunikasi bisnis online antar pelaku bisnis. Pada umumnya Business to Business commerce

menggunakan mekanisme EDI (Electronic Data Interchange) yang sudah adasejak lama.

2. Business to Consumer (B2C). Menurut Ustadiyanto (2001:11), B2C merupakan transaksi jual beli melalui internet antara

penjual dengan konsumen (end user). B2C menggunakan banyak cara untuk melakukan pendekatan dengan pihak

konsumen, antara lain adalah dengan mekanisme toko online

(electronic shopping mall) atau bisa juga dengan menggunakan konsep portal. Electronic shopping mall

memanfaatkan website untuk menjajakan produk dan jasa pelayanan. Kelompok B2C ini disebut juga tranksaksi pasar.

Pada transaksi pasar, konsumen mempelajari produk yang

ditawarkan melalui publikasi elektronik, membelinya dengan

(9)

agar barang dikirimkan. Secara ringkas jenis e-commerce ini merupakan e-commerce yang melibatkan konsumen dengan

merchant-nya secara langsung.

2.1.4 Belanja Online

A. Pengertian Belanja Online

Belanja online adalah proses dimana konsumen membeli

produk atau jasa di internet online

termasuk salah satu aktifitas dalam perdagangan elektronik ( e-commerce) yang melibatkan media

Kegiatan belanja

yang tidak memerlukan komunikasi tatap muka secara langsung,

melainkan dapat dilakukan secara terpisah dari dan ke selur

melalui media

tersambung dengan layanan akses internet.

B.Media Belanja Online

1. Blog

Salah satu media yang menampilkan belanja online antara

lain adalawebsite pribadi yang

menyediakan berbagai file gratis. Dalam hal ini, pelaku usaha

menggunakan blog sebagai

mempromosikan sekaligus menjual barang dan jasa yang ia

tawarkan kepada calon konsumen. Karena sifatnya yang mudah di

(10)

media blog cukup riskan karena pembeli cukup sulit mengetahui

reputasi dari penjual. Biasanya penjual mengunggah bukti-bukti

transfer yang ia miliki sebagai bentuk jaminan kepada pelanggan

bahwa ia merupakan penjual terpercaya.

2. Situs Web

Ada banyak situs web yang menyediakan layanan belanja

online, baik web lokal maupun we

yang dapat dilakukan dilayanan belanja online melalui web, diantaranya yang terkenal adalah lelang. Lelang merupakan

kegiatan belanja online dimana pembeli menetapkan batas bawah suatu harga barang yang hendak dibeli, kemudian sang pembeli

yang tertarik dapat menawar (biasa disebut bidding) sesuai kelipatan yang diajukan

tertentu sehingga pembeli denga

berhak membeli barang yang ia inginkan sesuai dengan harga yang

ia ajukan.

3. Situs Jejaring Sosial

Seiring dengan maraknya pertumbuhan situs

dunia, media social networking ini juga dilirik oleh pelaku belanja

online untuk memasarkan produknya. Penjual akan mengunggah barang yang ia tawarkan kemudian disebarkan melalui messaging

atau fitur photo sharing. Bentuk penawaran ini merupakan

(11)

bentuk

C. Cara Belanja Online

Belanja online dapat dilakukan dengan cara melakukan window shopping online pada web yang dituju. Kemudian, pembeli dapat mengklik barang yang diinginkan. Setelah itu pembeli kemudian

dibawa kepada jendela yang menampilkan tata cara pembayaran yang

disepakati dan kemudian setela

penjual akan mengirim barang melalui jas

Dewasa ini, tata cara belanja online dapat dilakukan semakin mudah. Ketika pembeli tertarik dengan barang yang dituju, ia cukup

melakukan panggilan

mengetikkan sms sesuai aturan. Setelah pesan diterima, pembeli

biasanya diharuskan mentransfer sejumlah uang ke rekening penjual

dan barang yang dibeli pun akan dikirim baik melalui

wilayah pengiriman masih cukup dekat) ataupun melalui jasa pos.

Pembayaran dapat dilakukan baik menggunakan

HP)Cash On Delivery) yaitu pembayaran yang dilakukan ketika barang telah dikirim oleh penjual. Cash On Delivery

biasanya dilakukan melalui tatap muka antara penjual dan pembeli;

penjual dapat menunjukkan barangnya sehingga pembeli yang tertarik

(12)

biasanya melakukan pembayaran secara langsung/uang kontan. Selain

tatap langsung antara penjual dan pembeli, COD ini bisa dilakukan

antara kurir dan pembeli; biasanya penjual hanya akan melayani COD

apabila daerah pembeli masih dapat dijangkau oleh penjual.

C. Keuntungan dan Kelemahan Belanja Online

Keuntungan

1. Pembeli tidak perlu mengunjungi tempat penjualan baik itu toko,

butik, mall, dan lain sebagainya. Pembeli cukup mengklik ke web

yang dituju dan memilih barang yang dikehendaki.

2. Pemilihan barang bisa dilakukan dari rumah atau kantor sehingga

pembelian bisa dilakukan berjam-jam tanpa harus keluar rumah.

3. Penjual dapat menekan ongkos pembukaan toko karena melalui

belanja online, penjual cukup memasarkan produknya melalui internet.

Kelemahan

1.

kualitasnya dengan yang tercantum di website.

2. Rentannya aksi

telah mengirim sejumlah uang yang disepakati, barang yang dibeli

tidak dikirim.

3. Rentan rusak atau pecah barang karena media pengiriman melalui

(13)

4. Rentan aksi pemboboloan rekening karena pembayaran dilakukan

melalui internet.

5. Marak aksi spamming karena setelah pembeli melakukan

registrasi, penjual cenderung selalu mengirimkan katalog online

melalui email pembeli dan hal ini cukup mengganggu privasi.

2.1.5Konsumen

Konsumen atau pelanggan merupakan sentral perhatian, baik dalam

konsep pemasaran maupun dalam hubungan yang positif antara perusahaan

dengan pelanggannya, karena itu perusahaan perlu mempelajari apa yang

dibutuhkan dan diinginkan oleh para konsumen. Untuk mengetahui

keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut, maka aspek-aspek yang

mempengaruhi perilaku konsumen secara individu seperti persepsi cara

memperoleh informasi, sikap, demografi, kepribadian dan gaya hidup perlu

dianalisis.

A. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat

dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau

jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan yang menyusul

tindakan itu. Perilaku konsumen adalah dinamis. Itu berarti bahwa

perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas

selalu berubah dan bergerka sepanjang waktu (Setiadi, 2003:3). Lebih

lanjut, Setiadi (2003:11) menjelaskan faktor-faktor yang

(14)

1. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari

keinginan dan perilaku seseorang. Faktor kebudayaan terdiri dari:

a. Sub budaya ialah identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik

untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi

empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan,

kelompok ras, area geografis.

b. Kelas sosial ialah kelompok-kelompok yang relatif homogen

dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun

secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat

dan perilaku yang serupa.

2. Faktor Sosial

a. Kelompok referensi ialah seluruh kelompok yang mempunyai

pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau

perilaku seseorang.

b. Keluarga

3. Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

sosial, seperti: umur dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, keadaan

ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian dan konsep diri.

4. Faktor Psikologis

Pilihan seseorang dalam membeli dipengaruhi oleh tiga faktor

(15)

a. Motivasi, ialah kebutuhan yang bersifat psikogenik yaitu

kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti

kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan

diterima.

b. Persepsi ialah proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk

menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.

c. Pembelajaran, ialah proses belajar yeng menjelaskan perubahan

dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.

d. Kepercayaan dan Sikap

Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki

seseorang terhadap sesuatu.

B. Kepercayaan Konsumen

Kepercayaan merupakan pondasi dari bisnis. Membangun

kepercayaan dalam jangka panjang dengan pelanggan adalah suatu

faktor penting untuk menciptakan loyalitas pelanggan. Kepercayaan

ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lain/ mitra bisnis,

melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan.

Menurut Prasaranphanich (2007:23.1) ketika konsumen mempercayai

sebuah perusahaan, mereka akan lebih suka melakukan pembelian

ulang dan membagi informasi pribadi yang berharga kepada

(16)

Moorman et al., (1993) dalam Darsono (2008:11) mendefinisikan

kepercayaan (trust) sebagai kesediaan (willingness) individu untuk menggantungkan dirinya kepada pihak lain yang terlibat dalam

pertukaran karena individu mempunyai keyakinan (confidence) kepada pihak lain. Ketika suatu pihak mempunyai keyakinan

(confidence) bahwa pihak lain yang terlibat dalam pertukaran mempunyai reliabilitas dan integritas, maka dapat dikatakan ada trust.

Rofiq (2007:32) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah kepercayaan pihak tertentu terhadap yang lain dalam melakukan

hubungan transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa orang yang

dipercayainya tersebut memiliki kewajibannya secara baik sesuai

yang diharapkan. Sedangkan kepercayaan konsumen menurut Mowen

(2002:312) adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen

dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut,

dan manfaatnya.

2.1.6 Persepsi Manfaat

Pada dasarnya konsumen atau pelanggan berhak menilai suatu

perusahaan terkait dengan dikeluarkannya output baik produk maupun

jasa dalam memenuhi harapan konsumen atau pelanggan atau

sebaliknya. Harapan tersebut tampak dari nilai kegunaan atau manfaat

yang diterimanya. Harapan konsumen atau pelanggan yang terpenuhi

akan membawa pada kondisi emosional konsumen atau pelanggan

(17)

pelanggan akan merasa tidak puas sehingga bisa melakukan (voice action).

Sunarto (2003:246) menyatakan bahwa untuk memahami dan

mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan dapat menggunakan model

Diskonfirmasi Ekspektasi. Teori Diskonfirmasi Ekspektasi

mendefinisikan kepuasan dan ketidakpuasan sebagai evaluasi yang

dilakukan pelanggan sebagai pengalaman yang setidaknya sama baiknya

dengan apa yang diharapkan. Sehingga ada tiga pendekatan tambahan

dalam rangka untuk menjelaskan pembentukan kepuasan atau

ketidakpuasan yaitu teori ekuitas, teori atribusi, dan perasaan afektif

berdasarkan pengalaman, selain itu ada pula kinerja aktual produk.

Sumarwan (2003:322) menerangkan teori kepuasan dan

ketidakpuasan pelanggan terbentuk dari model Diskonfirmasi Ekspektasi,

yaitu menjelaskan bahwa kepuasan atau ketidakpuasaan pelanggan

merupakan dampak dari perbandingan antara harapan pelanggan

sebelum pembelian dengan sesungguhnya yang diperoleh pelanggan dari

produk atau jasa tersebut. Harapan pelanggan saat membeli sebenarnya

mempertimbangkan produk tersebut berfungsi (product performance). Produk akan berfungsi sebagai berikut:

a. Produk dapat berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, disebut

(18)

b. Produk dapat berfungsi seperti yang diharapkan, disebut konfirmasi

sederhana (simple confirmation). Produk tersebut tidak memberi rasa puas dan produk tersebut tidak mengecewakan sehingga

pelanggan akan memiliki perasaan netral.

c. Produk dapat berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, disebut

diskonfimasi negatif (negative disconfirmation). Bila hal ini terjadi maka akan menyebabkan kekecewaan, sehingga pelanggan merasa

tidak puas.

Kesimpulan dari teori kepuasan dan ketidakpuasan mengenai model

Diskonfirmasi Ekspektasi menjelaskan bahwa kepuasan dan

ketidakpuasan pelanggan merupakan perbandingan antara harapan

mengenai merek yang seharusnya berfungsi dengan evaluasi mengenai

fungsi yang sesungguhnya, sehingga pelanggan akan merasa puas, tidak

puas atau dalam keadaan netral (tidak merasa puas dan tidak merasa

tidak puas) terhadap produk atau jasa dari perusahaan.

2.1.6.1 Kualitas Pelayanan

Roger (1995:157) mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan

penggunaan yang artinya barang atau jasa dalam rangka

memenuhi kebutuhan konsumen atau pelanggan. Garvin dan

Davis dalam Nasution (2004:41) menyatakan, bahwa kualitas

adalah kondisi dinamis lingkungan yang memenuhi atau melebihi

(19)

Pelayanan yaitu setiap kegiatan yang manfaatnya dapat

diberikan dari satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya

tidak berwujud (intangible) dan tidak berakibat kepemilikan sesuatu (Kotler, 1985:352). Definisi dari pelayanan itu sendiri

menurut Sugiarto (2002:216) adalah upaya maksimal yang

diberikan oleh petugas pelayanan dari sebuah perusahaan industri

untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan sehingga

tercapai kepuasan. Definisi dari Nasution (2004:47), kualitas

pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan

pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi

keinginan pelanggan.

Berbagai definisi yang telah diuraikan diatas bisa ditarik

kesimpulan pengertian dari kualitas pelayanan yaitu segala

bentuk penyelenggaraan pelayanan secara maksimal yang

diberikan perusahaan dengan segala keunggulan dalam rangka

memenuhi kebutuhan pelanggan demi memenuhi harapan

pelanggan.

2.1.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan harus disertai dengan pemantauan

terhadap kebutuhan dan keinginan yang bisa dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Seperti yang diungkap oleh Cravens (1996:9)

(20)

1. Sistem Pengiriman

Memindahkan produk dari produsen ke pelanggan atau

pemakai akhir dalam bisnis biasanya meliputi saluran

distribusi dari para pemasok, pabrikan dan para perantara.

Untuk dapat memuaskan pelanggan, jaringan ini harus

berfungsi sebagai unit yang terpadu dan terkoordinir, di mana

semua anggotanya mengerti dan menanggapi kebutuhan dan

keinginan pelanggan.

2. Performa produk atau jasa

Performa dan keunggulan suatu produk atau jasa sangatlah

penting dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan, yang

biasa disebut sebagai hal utama dalam bersaing.

3. Citra

Citra dan merek perusahaan yang baik merupakan

keunggulan bersaing yang mempengaruhi tingkat kepuasan

pelanggan dari sudut positif. Terbentuknya citra merek

(brand image) dan nilai merek (brand equity) adalah pada saat pelanggan memperoleh pengalaman yang menyenangkan

dengan produk.

4. Hubungan harga-nilai

Pelanggan mengiginkan nilai yang ditawarkan merek sesuai

dengan harga yang diberikan, oleh karenanya terdapat

(21)

dipromosikan oleh perusahaan sebagai suatu nilai yang unik

sesuai harganya. Di lain pihak, manajemen memutuskan

untuk bersaing atas dasar harga rendah di antara merek-merek

di mana para pembeli sudah menetapkan nilai yang seimbang.

5. Kinerja atau Prestasi karyawan

Kinerja produk dan sistem pengiriman tergantung pada

bagaimana semua bagian organisasi bekerjasama dalam

proses pemenuhan kepuasan pelanggan. Setiap orang dalam

organisasi mempengaruhi pelanggan, baik hal-hal yang

menyenangkan atau pun yang tidak menyenangkan.

6. Persaingan

Kelemahan dan kekuatan para pesaing juga mempengaruhi

kepuasan pelanggan dan merupakan peluang untuk

memperoleh keunggulan bersaing. Pesaing yang spesifik

menimbulkan dampak baik atau buruk dalam rangka

memenuhi keinginan segmentasi pasar. Mengetahui

kesenjangan (gap) antara keinginan pembeli dengan tawaran yang diberikan para pesaing merupakan peluang untuk

(22)

Menurut Lupiyoadi (2001:158) ada lima faktor utama yang perlu

diperhatikan dalam kaitannya dengan kepuasan pelanggan yaitu:

a. Kualitas Produk

Pelanggan akan puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan

bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

b. Kualitas Pelayanan

Pelanggan akan merasa puas bila mendapatkan pelayanan

yang baik atau yang sesuai dengan harapan.

c. Emosional

Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan

bahwa orang lain akan kagum bila seseorang menggunakan

produk yang bermerek dan cenderung mempunyai kepuasan

yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena

kualitas dari produk tetapi nilai sosial yang membuat

pelanggan menjadi puas dengan merek tertentu.

d. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi

menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai

(23)

e. Biaya

Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan

atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu

produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa

tersebut.

2.1.7 Karakteristik Dan Kualitas Website

Berbicara tentang belanja online, website merupakan tempat pertemuan antara si penjual dan si pembeli. Seiring perkembangan

jaringan internet di dunia, maka jumlah situs web yang tersedia juga

semakin meningkat. Maka dari itu guna menarik minat konsumen, para

pemasar berusaha memberikan kualitas layanan yang baik melalui

tampilan dan kualitas website.

Tampilan dari suatu website dalam situs yang bergerak di bidang

online trading merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen. Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan faktor-faktor

website sangat perlu dilakukan pelaku-pelaku pemasaran guna memberikan hasil dalam interaksi secara virtual. Klasifikasi ini dapat

membantu para pemasar untuk mengenali dan lebih memahami potensi

dari alat-alat online shopping yang akan digunakan. Tampilan website

tidak hanya penting untuk memasarkan suatu produk dan jasa saja tetapi

juga untuk memberikan informasi – informasi lainnya yang menarik bagi

konsumen, seperti (berita-berita terkini, ramalan cuaca, berita olahraga,

(24)

dan secara umum untuk seluruh cara yang dilakukan untuk bersaing

merebut perhatian para masyarakat dalam lingkup Internet. Tampilan

website sebagai parameter yang dapat digunakan untuk mempengaruhi konsumen adalah penting sekali bagi perusahaan yang memanfaatkan

internet sebagai media untuk melakukan penjualan produk.

Untuk perusahaan tradisional yang ingin melakukan

pengembangan bisnisnya dengan mengahadirkan teknologi internet,

kualitas dari faktor-faktor website (Web Site Experience) merupakan suatu persoalan yang membutuhkan perhatian khusus.

Tampilan website yang buruk serta fungsi-fungsi website yang tidak baik dapat mengancam website tidak hanya secara virtual, namun dapat mengancam aktivitas - aktivitas website. Bagi para pengguna

website yang pernah mengalami penolakan dalam mengorder produk atau jasa secara online tampaknya akan mengubah pendapatnya mengenai produk tersebut secara negatif dalam kaitannya dengan

pengalamannya dalam bertransaksi secara online. Maksud utama dari memberi tampilan pada website adalah memberikan gambaran dari kualitas website itu sendiri. Website yang bagus tidak hanya memberikan informasi mengenai produk yang dibutuhkan oleh konsumen, tapi juga

membantu konsumen dengan langkah langkah yang mudah dalam proses

konsumenannya. Sebuah website harus dapat memberikan pelayanan kepada konsumen dan dapat dijadikan sebagai faktor persuasif daripada

(25)

suatu produk yang ingin ditawarkan. Dalam e-commerce, konsumen jarang sekali bertemu dengan salesman untuk bertransaksi, untuk itu

kepercayaan harus ditempatkan secara langsung dalam website e-retailer. Dalam penjualan secara tradisional, konsumen dapat langsung menilai

perusahaan dari petunjuk petunjuk fisik yang ada seperti besar kecilnya

perusahaan, kebersihan, seragam sales, dan lain sebagainya. Lebih lanjut,

penilaian dapat dilihat dari salesman itu sendiri, pengetahuannya tentang

produk, kemampuannya menjal dan bahkan karakter personalnya seperti

kejujuran, familiar atau tidaknya dengan konsumen, pengalamannya

dalam menjual produk.

Lebih lanjut, karakteristik dan kualitas website ini menggambarkan kualitas layanan online yang ada. Parasuraman dkk., (2005) menyatakan definisi kualitas layanan online (service quality) dalam interaksinya dengan website adalah “the extent to which a website facilities efficient and effective shopping, purchasing and delivery”. Penjelasan definisi diartikan sebagai suatu tingkat sebuah website secara efektif dan efisien memfasilitasi dalam hal berbelanja, melakukan pembelian dan proses

penyerahan dari produk dan jasa. Penilaian kualitas website tidak hanya saat pengalaman selama melakukan interaksi dengan website tetapi juga interaksi setelah mendapatkan layanan.

Voss (2003) mendefinisikan layanan dalam lingkungan elektronik

(26)

web”. Definisi tersebut berarti penyerahan jasa dengan menggunakan media yang baru yaitu web.

Studi sebelumnya mengatakan, kualitas layanan pada lingkungan

online merupakan penentu yang penting dalam hal efektifitas dari proses

e-commerce. Standar tertinggi dari e-service quality berarti keuntungan potensial dari internet dapat direalisasikan. Berkembangnya kualitas

layanan online akan membuat layanan online menjadi lebih efektif dan menarik sehingga membantu perusahaan dalam pencapaian level

tertinggi terhadap kepuasan pelanggan.

Parasuraman dkk., (2005) menyatakan telah menemukan dimensi

kualitas layanan online untuk melakukan pengukuran terhadap e-service quality. Hal tersebut didasarkan atas skala dimensi kualitas layanan tradisional yang dikembangkan. Pada seri penelitian yang dilakukan,

diidentifikasikan sebelas dimensi kualitas layanan online, yaitu:

1). Kehandalan (reliability): mengoreksi fungsi teknikal dari situs dan keakuratan dari layanan yang dijanjikan (memiliki

persediaan item, penyerahan terhadap apa yang dipesan,

penyerahan seperti yang dijanjikan), tagihan dan informasi

produk.

2). Ketanggapan (responsiveness): respon yang cepat dan kemampuan untuk membantu jika terdapat masalah atau

(27)

3). Akses (access): kemampuan untuk menemukan situs secara cepat dan untuk mendapatkan lokasi perusahaan ketika

dibutuhkan.

4). Fleksibilitas (flexibility): pilihan dalam cara membayar, mengirimkan, membeli, mencari, dan megembalikan item.

5). Kemudahan navigasi (ease of navigation): situs mengandung fungsi yang dapat membantu pelanggan dalam menemukan

apa yang dibutuhkan tanpa mengalami kesulitan, yaitu fungsi

pencarian yang baik dan mengijinkan pelanggan untuk

melakukan manuver secara mudah dan cepat berbalik dan

maju melalui halaman-halaman situs.

6). Efesiensi (efficiency): situs mudah digunakan, terstruktur baik dan berisi informasi minimum yang dibutuhkan pelanggan

sebagai masukan.

7). Jaminan atau kepercayaan (assurance/trust): keyakinan dari pelanggan melakukan persetujuan dengan situs dan

berdasarkan reputasi dari situs tersebut dan terhadap produk

atau jasa yang di jual haruslah jelas dimana informasi yang di

presentasikan adalah benar.

8). Keamanan atau privasi (security/privacy): tingkat dimana pelanggan percaya bahwa situs tersebut aman dari gangguan

(28)

9). Pengetahuan harga (price knowledge): tingkat dimana pelanggan akan harga pengiriman, harga total dan harga

komparatif selama proses berbelanja.

10). Estetika situs (site aesthetics): tampilan dari situs.

11). Kustomisasi atau Personalisasi (Customization /personalization): seberapa besar dan dan sebagaimana mudahnya situs dapat dikhususkan secara individual prioritas

pelanggan, sejarah dan cara dalam berbelanja.

Menurut Zeithaml dkk. (2002), ada beberapa kriteria yang

digunakan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas layanan online dan mengevaluasi website, yaitu:

1) Ketersediaan informasi dan isi (Information availability and content). Ketersediaan dan kedalaman informasi yang disampaikan sering ditemukan menjadi sangat penting sebagai

alasan dalam berbelanja online. Isi dari informasi adalah kemampuan dalam mencari harga, kualitas informasi akan

meningkatkan kepuasan terhadap pengalaman dan pembelian

produk dan akan meningkatkan niat untuk kembali

mengunjungi dan melakukan pembelian ulang melalui website. 2) Mudah digunakan (ease of use). Transaksi yang dilakukan

melalui internet-based adalah terlihat kompleks dan sangat mengintimidasi banyak pelanggan dalam menggunakannya.

(29)

merupakan faktor yang menentukan terhadap kualitas layanan

online yang dirasakan. Kemudahan dalam menggunakan

website sering diartikan sebagai kegunaan (usability) dalam konteks online. Fungsi pencarian, kecepatan download, keseluruhan desain, dan pengorganisasian merupakan elemen

kunci yang mempengaruhi usability.

3) Keamanan atau privasi (security/privacy). Keamanan atau privasi merupakan kunci kriteria dalam mengevaluasi kualitas

layanan online. Privasi melibatkan perlindungan terhadap informasi personal artinya informasi pribadi pelanggan yang

dimiliki tidak dipublikasikan kepada website lainnya (misalnya daftar pembelian), melindungi keadaan tanpa nama,

dan menyediakan persetujuan yangdiberitahukan. Keamanan

dilain pihak melibatkan perlindungan terhadap risiko dari

penipuan, kehilangan keuangan dalam menggunakan kartu

kredit atau informasi keuangan lainnya. Persepsi keamanan

telah menunjukan pengaruh yang kuat terhadap sikap dari

penggunaan layanan online keuangan.

4) Gaya grafis (Graphic style). Riset sebelumnya telah mengemukakan pengaruh gaya grafis situs terhadap persepsi

pelanggan dalam belanja online. Bentuk gaya grafis antara lain warna, tata letak, tipe dan ukuran mencetak, jumlah gambar

(30)

5) Pemenuhan atau kehandalan (fulfillment/reliability). Dominan dimensi kehandalan dalam kualitas layanan tradisional dikutip

dalam faktor penting kualitas layanan online. Pemenuhan atau kehandalan, diidentifikasikan sebagai perkiraan yang kuat

terhadap kepuasan pelanggan dan kualitas, serta perkiraan

kedua yang kuat terhadap niat atau kesetiaan dan pembelian

ulang dalam sebuah situs. Dalam konteks online, diterjemahkan sebagai penyerahan yang akurat dan tepat

waktu, penjelasan produk yang akurat, dan pemenuhan isu-isu

lainnya.

Para peneliti juga menemukan kriteria lainnya dalam hubungannya

(31)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Hasil Penelitian

Benyamin moderat pembelian dan

persepsi kualitas situs yang berpengaruh positif terhadap pembelian secara online.

Gurvinder S. Shergill (2005)

Web Based Shopping, Consumers Attitude Towards Online shopping in New Zealand

Website, Type of Buyer, Purchase of Behaviour

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(32)

Nama Judul Variabel Hasil Penelitian value, information dan ainformation

satisfaction

(33)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori

dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah

tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara

variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variable terikat.

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta

permasalahan yang dikemukakan, berikut disajikan kerangka pemikiran teoritis

yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar

berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Persepsi Kemudahan Penggunaan (X1)

Persepsi Manfaat (X2)

Karakteristik Dan Kualitas

Website (X3)

(34)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan tebakan pemecahan atau jawaban terhadap problema

penelitian yang diusulkan peneliti secara ilmiah dan logis (Arikunto, 2005:4).

Dalam penelitian ini, hipotesis yang hendak diuji oleh peneliti sebagai berikut:

1. Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif terhadap

kepercayaan konsumen dalam berbelanja online.

2. Persepsi manfaat berpengaruh positif terhadap tingkat kepercayaan

konsumen dalam berbelanja online.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematikan dan Ilmu

Berdasarkan uraian diatas, dilakukan penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan fraksi daun sintrong ( Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moore) terhadap

Dalam menggunakan metode ini peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan membawa instrumen penelitian sebagai pedoman pertanyaan tentang hal-hal yang

Hasil observasi pada siklus II yaitu siswa mengajukan pertanyaan meningkat dari siklus sebelumnya, suasana pembelajaran telah tercipta kondusif dan menyenangkan, aktivitas

Bentuk reduplikasi utuh menyatakan banyak atau bermacam-macam, sifat/ keadaan, hal/ tentang, kesamaan waktu, pekerjaan berulang-ulang, sesuatu yang dikenal karena

FAKULTAS

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Barre (2009), yang menyebutkan Frekuensi konsumsi fast food pada kelompok kasus didominasi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus