• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE DAN MEDIA PENDIDIKAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODE DAN MEDIA PENDIDIKAN ISLAM"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

METODE DAN MEDIA PENDIDIKAN ISLAM

Tugas Hadist Tatbawi Kelompok 7 Sri Harianti (201510010311049) Rizki Maryanti (201510010311050) Abrar Rizqa Febriyanti (201510010311051)

Silvi Rifka Fariza (201510010311052)

A. Pengertian metode pendidikan

Pengertian Metode secara etimologi, berasal dari dua perkataan yaitu meta dan

hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dalam bahasa

arab dikenal dengan istilah Thariqoh yang berarti langkah – langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan Pendidikan maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode merupakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.1

Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melaksanakan sesuatu. Ungkapan paling tepat dan cepat itulah yang mebedakan method dengan why (yang juga berarti cara) dalam bahasa inggris2 berasal dari bahasa Inggris method yang artinya cara. Dalam kamus umum bahasa Indonesia metode ialah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya. Definisi metode pembelajaran dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini. Menurut DR. Ahmad Husain al-liqaniy, metode adalah : “Langkah– langkah yang diambil guru guna membantu para murid merealisaikan tujuan

tertentu”.

ِهِباَحْصَأ ْنِم اًدَحَأ َثَعَب اَذِإ مَََّلَسَو ِهْيَلَع َُللَّا ىََّلَص َِللَّا ُلْوُسَر َناَك َلاَق ىَسْوُم ْيِبَأ ْنَع

اورُِشَب َلاَق ِهِرْمَا ِضْعَب يِف

ارُِسَعُت َلاَو اورُِسَيَو اورُِفَنُت َلاَو

)مَلسم هاور(

1Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Group, hlm. 7

(2)

Dari Abu Burdah dari Abu Musa, ia berkata Rasulullah SAW ketika mengutus salah seorang sahabat di dalam sebagian perintahnya Rasulullah SAW bersabda berilah mereka kabar gembira dan janganlah mereka dibuat lari dan permudahkanlah manusia dalam soal-soal agama dan janganlah mempersukar mereka (HR. Imam Muslim) 3

Perintah Nabi di atas memberikan pelajaran kepada para pendidik bahwa di dalam melaksanakan tugas pendidikan, para guru/pendidik dituntut untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, berupaya membuat peserta didik untuk merasa betah dan senang tinggal di sekolah bersamanya,dan bukan sebaliknya justru memberikan kesan seram agar para siswa takut dan segan kepadanya, karena sikap demikian justru akan membuat siswa tidak betah tinggal di sekolah dan sekaligus akan sulit untuk bisa mencintai para guru beserta semua ilmu ataupun pendidikan yang di berikan kepada mereka4

Hadist diatas menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan semudah mungkin dan sekaligus menyenangkan agar para peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan dengan suasana di kelas. Dengan pemilihan metode yang sesuai dan tepat maka berjalannya proses pembelajaran akan mudah dan menyenangkan bagi peserta didik. Suasana pembelajaran yang mudah dan menyenangkan ini akan mempengaruhi minat belajar peserta didik untuk telibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan maksimal.

B. MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN ISLAM MENURUT

RASULULLAH SAW

1. METODE DEMONTRASI ATAU KETELADANAN

Dalam mendidik para sahabat, Rasulullah menggunakan metode salah satunya dengan keteladanan. Dalam metode keteladanan terbagi menjadi beberapa metode yaitu sebagai berikut :

3 Juwariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: TERAS, 2010) hlm105

4Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Rasail Media

(3)

a. Metode demontrasi dalam pengajaran Kaifiyah Shalat

َّتلاِب َةَلاَّصلا ُحِتْفَتْسَي َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر َناَك ْتَلاَق َةَشِئاَع ْنَع

َةَةاَرِرْلاَو ِريِيْكْب

ُهْبِوَصُي ْمََلَو ُهَسْأَر ْصِخْشُي ْمََل َعَكَر اَذِإ َناَكَو َنيِمَلاَعْلا ِبَر َِِّللَّ دْمَحْلا ِب

َو

ََ ِلَذ َنْيَب ْنِكْبَل

ُهَسْأَر َعَفَر اَذِإ َناَكَو اًمِئاَق َيِوَتْسَي ىَّتَح ْدُجْسَي ْمََل ِعوُكُرلا ْنِم ُهَسْأَر َعَفَر اَذِإ َناَكَو

ْنِم

َكَو َةَّيِحَّتلا ِنْيَتَعْكَر ِلُك يِف ُلوُرَي َناَكَو اًسِلاَج َيِوَتْسَي ىَّتَح ْدُجْسَي ْمََل ِةَدْجَّسلا

َنا

ُشِرْفَي

َي ْنَأ ىَهْنَيَو ِناَطْيَّشلا ِةَيْرُع ْنَع ىَهْنَي َناَكَو ىَنْمُيْلا ُهَلْجِر ُبِصْنَيَو ىَرْسُيْلا ُهَلْجِر

َشِرَتْف

.ِمَيِلْسَّتلاِب َةَلاَّصلا ُمَِتْخَي َناَكَو ِعُيَّسلا َشاَرِتْفا ِهْيَعاَرِذ ُلُجَّرلا

)

مَلسم هاور

(

Aisyah berkata, "Rasulullah saw. memulai salat dengan takbir dan memulai bacaan

dengan 'Al-hamd lillâh Rabb al-'âlamîn'. Bila rukuk, beliau tidak mendongakkan

kepalanya dan tidak (pula) menundukkannya, tetapi di antara itu. Apabila bangkit

dari rukuk, beliau tidak sujud sebelum berdiri betul-betul (lurus). Bila mengangkat

kepalanya dari sujud, beliau tidak sujud lagi hinggaduduk betul-betul. Beliau

membaca 'al-tahiyyat' di tiap-tiap dua rakaat, dan membentangkankaki kirinya

dan mendirikan kaki kanan. Beliau melarang ''uqbat al-syaithân ' (cara

duduksyaitan yaitu menghamparkan dua tapak kaki dan duduk di atas dua

tumitnya) dan melarangseseorang membentangkan dua lengannya (di bumi)

sebagai bentangan binatang buas.Selanjutnya, beliau mengakhiri salatnya dengan

salam.(HR : Bukhari Muslim)5

Maksud dari hadis di atas bahwa Rasulullah Saw telah memperlihatkan kepada sahabat kaifiyah (cara-cara) melaksanakan shalat serta urutan. Kaifiyah tersebut di

antaranya adalah memulai shalat dengan takbir, melakukan bangkit dari ruku’, sujud,

duduk antara dua sujud , duduk sambil membaca tahiyat, dan menutup kegiatan shalat dengan mengucapkan salam. Dengan demikian disebut dengan metode demontrasi.

Penggunaan metode demontrasi dalam pengajaran kaifiyah shalat merupakan hal yang sangat tepat. Hal ini dapat dipahami karena kesesuaian metode dengan

(4)

kompetensi yang di harapkan dapat dimiliki oleh peserta didik. Dalam mendirikan shalat, umat Islam diperintahkan agar mengikuti cara yang dilakukan oleh Rasulullulah Saw. Agar umat Islam dapat mengerjakannya, sehingga Rasululullah memberikan contoh. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar sahabat mudah memahami dan tidak melakukan kesalahan.

b. Metode demontrasi dalam pengajaran Bacaan Shalat

Sehubungan dengan penggunaan metode keteladanan dalam pengajaran

bacaan shalat terdapat dalam hadis berikut :

ْنَع

َيَش ُنْحَنَو َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َّيِيَّنلا اَنْيَتَأ َلاَق ِثِرْيَوُحْلا ِنْب َِ ِلاَم َناَمْيَلُس يِبَأ

ةَي

اَنْرَتْشا اَّنَأ َّنَظَف ًةَلْيَل َنيِرْشِع ُهَدْنِع اَنْمَقَأَف َنوُبِراَرَتُم

َع اَنَلَأَسَو اَنَلْهَأ

اَنِلْهَأ يِف اَنْكَرَت ْنَّم

اَمَك اوُلَصَو ْمَُهوُرُمَو ْمَُهوُمِلَعَف ْمَُكْبيِلْهَأ ىَلِإ اوُعِجْرا َلاَرَف اًميِحَر اًريِفَر َناَكَو ُهاَنْرَيْخَأَف

ُكُدَحَأ ْمَُكْبَل ْنِذَؤُيْلَف ُةَلاَّصلا ْتَرَضَح اَذِإَو يِلَصُأ يِنوُمُتْيَأَر

ُكْبَّمُؤَيِل َّمَُث ْمَ

.ْمَُكُرَيْكَأ ْمَ

(

ىمرادلاو ىراخيلا هاور

)

Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris berkata: Kami, beberapa orang pemuda

sebaya datang kepada Nabi saw., lalu kami menginap bersama beliau selama 20

malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan

apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada

Nabi. Beliau adalah seorang yang halus perasaannya dan penyayang, lalu berkata:

“Kembalilah kepada keluargamu! Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah

kamu sebagaimana kamu melihat saya mengerjakan salat. Apabila waktu salat

telah masuk, hendaklah salah seorang kamu mengumandangkan azan dan yang

lebih senior hendaklah menjadi imam.(HR.Al-Bukhari dan Ad- Darimi).6

Maksud dari hadis diatas bahwa, (a) ada sekelompok pemuda sebaya yang menginap di rumah Rasulullah Saw untuk belajar agama Islam, (b) mereka menginap selama 20 hari, (c) para pemuda melihat dan merasakan perlakuan beliau yang sangat baik, (d) beliau menyuruh para pemuda kembali kepada keluarga masing-masing

(5)

untuk mengajarkan agama yang sudah diajarkan oleh Rasulullah Saw, (e) beliau menyuruh mereka menegakkan shalat sebagaimana beliau contohkan (f) apabila waktu shalat telah masuk, beliau menyuruh mereka untuk mengumandangkan adzan, (g) beliau menyuruh orang lebih tua untuk menjadi imam dalam shalat berjamaah.

Dalam hadis ini, Rasulullah memberikan penekanan pada peniruan cara shalat sahabat kepada cara yang telah beliau perlihatkan sendiri. Bahwa beliau sangat mengutamakan metode keteladanan atau demontrasi.

c. Metode demontrasi dalam kedisplinan Waktu Penegakan Shalat

Rasulullulah Saw telah memberikan keteladanan dalam hal mengerjakan shalat segera setelah waktunya masuk. Beliau meninggalkan segala pekerjaannya ketika adzan dikumandangkan. Hal ini terdapat dalam hadis berikut .

ِهِلْهَأ ىِف ُعَنْصَي مَلسو هيلع للَّا ىلص ُىِيَّنلا َناَك اَم َةَشِئاَع ُتْلَأَس َلاَق ِدَوْسَلأا ِنَع

ِةَلاَّصلا ىَلِإ َماَق ُةَلاَّصلا ِتَرَضَح اَذِإَف ، ِهِلْهَأ ِةَنْهِم ىِف َناَك ْتَلاَق

).

ىراخيلا هاور

(

“Al-Aswad meriwayatkan, "Aku bertanya kepada Aisyah, 'Bagaimana keadaan

Rasulullah saw. bekerja? Aisyah menjawab: ketika beliau bekerja untuk urusan

keluarganya, lalu masuk waktu salat, maka beliau langsung keluar (berhenti

bekerja) lalu mengerjakan salat”.

Maksud hadis di atas bahwa Rasulullah Saw ikut bekerja mengurus keluarganya dan ketika waktu shalat telah masuk, beliau langsung meninggalkan pekerjaannya untuk mendirikan shalat. Dengan demikian, beliau telah memberikan keteladanan bahwa pekerjaan rumah tangga tidak boleh menjadi penghalang bagi seseorang untuk menegakkan shalat pada awal waktu. 7

d. Metode demontrasi dalam Membentuk Ketekunan Mendirikan Shalat

(6)

Shalat adalah ibadah yang harus dilaksanakan dengan tekun dan terus-menerus. Shalat tidak boleh dilakukan bagaikan kedatangan air banjir . yaitu ketika bersemangat, shalat dilakukan dengan banyak dan baik, tetapi apabila kurang semangat,penegakan shalat mengalami penurunan bahkan tertinggal. Rasulullah Saw telah memberikan keteladanan dalam mendirikan shalat termasuk shalat malam (tahajjud). Terdapat dalam hadis berikut .

ِلْيَّللا َنِم ُموُرَي َناَك مَلسو هيلع للَّا ىلص َِّللَّا َّىِيَن َّنَأ اهنع للَّا ىضر َةَشِئاَع ْنَع

اَي اَذَه ُعَنْصَت َمَِل ُةَشِئاَع ْتَلاَرَف ُهاَمَدَق َرَّطَفَتَت ىَّتَح

َِّللَّا َلوُسَر

َمَّدَرَت اَم ََ َل َُّللَّا َرَفََ ْدَقَو

ىَّلَص ُهُمْحَل َرُثَك اَّمَلَف .اًروُكْبَش اًدْيَع َنوُكَأ ْنَأ ُبِحُأ َلاَفَأ :َلاَق َرَّخَأَت اَمَو ََ ِيْنَذ ْنِم

.َعَكَر َّمَُث َأَرَرَف ، َماَق َعَكْرَي ْنَأ َداَرَأ اَذِإَف اًسِلاَج

)

ىراخيلا هاور

(

“ Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. mendirikan salat pada waktu malam

sehingga bengkak kedua kakinya lalu Aisyah bertanya, "Ya Rasulullah! Mengapa

Anda melakukan (salat) sampai seperti ini? Padahal, Allah telah mengampuni

dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Rasulullah saw. menjawab, "Apakah

aku tidak ingin menjadi seorang hamba yang bersyukur?" Ketika badannya gemuk,

beliau salat sedang duduk”. (HR.Al-Bukhari).

Maksud dari hadis diatas bahwa Rasulullah Saw telah memperlihatkan kesungguhannya dalam mendirikan shalat malam (tahajjud) di depan sahabat (Aisyah). Kesungguhan beliau beribadah tidak kurang karena adanya berita gembira (informasi) bahwa beliau telah diampuni oleh Allah Swt. Beliau telah memberikan keteladanan bagaimana cara mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. 8

e. Metode Pembiasaan dan Hukuman

Sehubungan dengan penggunaan metode pembiasaan dalam metode pembelajaran terdapat hadis berikut.

َِّللَّا ُلوُسَر َلاَق َلاَق ِهِدَج ْنَع ِهيِبَأ ْنَع ٍبْيَعُش ِنْب وِرْمَع نع

للَّا ىلص

:مَلسو هيلع

ْيَب اوُقِرَفَو َنيِنِس ِرْشَعِل اَهْيَلَع ْمَُهوُبِرْضاَو َنيِنِس ِعْيَسِل ِةَلاَّصلاِب ْمَُكَةاَنْبَأ اوُرُم

ىِف ْمَُهَن

ِعِجاَضَمْلا

(7)

)

دمحأ هاور

(

Dari 'Amr ibn Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, Rasulullah saw. berkata:

“Suruhlah anakmu mendirikan salat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah

mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun. (Pada saat itu),

pisahkanlah tempat tidur mereka.

Maksud dalam hadis di atas dapat diketahui beberapa hal, yaitu (a) orangtua harus menyuruh anak mendirikan shalat mulai berumur 7 tahun, (b) setelah berumur 10 tahun ternyata anak meninggalkan shalat, maka orangtua boleh memukulnya, (c) pada usia 10 tahun tempat tidur anak harus dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, juga antara anak dan orangtuanya.

Dari segi hukum, anak yang berusia tujuh tahunbelum termasuk mukallaf. Diantara usia tujuh tahun dan mukallaf itu terdapat masa lebih kurang tujuh atau delapan tahun. Dengan demikian, Rasulullah Saw menyuruh anak usia tujuh tahun mendirikan shalat dengan maksud membiasakan mereka agar setelah mukallaf nanti, anak tidak merasa keberatan untuk melakukannya.

Berdasarkan Hasis diatas bahwa pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dalam mendirikan shalat harus dilaksanakan secara bertahap dan disiplin. Sebagai contoh dapat dikemukakan sebuah model penahapan. Orangtua (ayah, ibu, atau wali) membiasakan anak usia tujuh tahun mengerjakan shalat magrib. Anak harus mengerjakan shalat magrib secara disiplin, sedangkan shalat yang lain belum disuruh, kecuali jika si anak yang mau sendiri. shalat magrib ini tidak boleh tertinggal dan selanjutnya beban pembebasan ditambah dengan shalat laiinya secara disiplin dan bersinambungan.

Selain metode pembiasaan juga ada metode hukuman. Rasulullah Saw menyuruh orangtua memukul anak apabila meninggalkan shalat setelah berusia 10 tahun. Anak yang telah berusia 10 tahun tetapi masih meninggalkan shalat, dipandang telah melakukan pelanggaran. Oleh sebab itu, sepantasnya orangtua memberikan hukuman. Hal ini dimaksudkan agar anak menyadari kesalahannya sehingga tidak mau lagi mengulangi kesalahannya tersebut.9

(8)

f. Metode Dialog atau Tanya Jawab

ْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا ِلوُسَر ىَلِإ لُجَر َةاَج َلاَق ُهْنَع َُّللَّا َيِضَر َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع

ِه

َمََّلَسَو

ُأ َّمَُث َلاَق ْنَم َّمَُث َلاَق ََ ُمُأ َلاَق يِتَباَحَص ِنْسُحِب ِساَّنلا ُقَحَأ ْنَم َِّللَّا َلوُسَر اَي َلاَرَف

ََ ُم

َّمَُث َلاَق ْنَم َّمَُث َلاَق ََ ُمُأ َّمَُث َلاَق ْنَم َّمَُث َلاَق

.

)

ىراخيلا هاور

(

Abu hurairah meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah

saw. lalu berkata: “Ya Rasulullah ! Siapa orang yang paling berhak (pantas)

mendapat perlakuan baikku? Rasulullah menjawab: ‘Ibumu’. Laki-laki itu berkata

lagi: ‘siapa lagi’? Rasulullah menjawab: ‘kemudian ibumu’. Laki-laki itu bertanya

lagi: ‘kemudian siapa lagi’? Rasulullahmenjawab: ‘ibumu’. Laki-laki itu berkata lagi

(untuk kali yang keempat): ‘kemudian siapa lagi’? Rasulullah menjawab: ‘sesudah

itu bapakmu'. (HR.Al-Bukhari)

Maksud dari hadis diatas bahwa rasulullah Saw menggunakan metode dialog dalam mendidik atau mengajar sahabatnya. Dialog ada yang diawali dengan pertanyaan sahabat kepada Nabi dan ada pula yang diawali dengan pertanyaan beliau kepada sahabat.

Metode dialog (Tanya jawab) baik digunakan dalam pembelajaran karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu : (1) situasi kelas akan hidup karena anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan buah fikirannya, (2) melatih anak agar berani mengungkapkan pendapatnya, (3) timbulnya perbedaan pendapat di antara anak didik akan menghangatkan proses diskusi, (4) mendorong murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh, (5) walaupun agak lambat,guru dapat mengontrol pemahaman

murid pada masalah-masalah yang dibicarakan, (6) pertanyaan dapat

membangkitkan anak menilai kebenaran sesuatu, (7) pertanyaan dapat menarik perhatian .10

4. METODE PERUMPAMAAN

Perumpamaan berarti pemberian contoh, yaitu menuturkan sesuatu guna menjelaskan suatu keadaan yang selaras dan serupa dengan yang dicontohkan, yang

(9)

menonjolkan kebaikan dan keburukan yang tersamar. Sehubungan hal ini terdapat dalam hadis berikut.

َأ ْنَع

ِنِمْؤُمْلا ُلَثَم َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر َلاَق َلاَق ِيِرَعْشَْلأا ىَسوُم يِب

يِذَّلا

ْرَي َلا يِذَّلا ِنِمْؤُمْلا ُلَثَمَو بِيَط اَهُمْعَطَو بِيَط اَهُحيِر ِةَّجُرْتُْلأا ِلَثَمَك َنآْرُرْلا ُأَرْرَي

ُأَر

ِلَثَمَك َنآْرُرْلا

ْرُرْلا ُأَرْرَي يِذَّلا ِقِفاَنُمْلا ُلَثَمَو وْلُح اَهُمْعَطَو اَهَل َحيِر َلا ِةَرْمَّتلا

ُلَثَم َنآ

ْنَحْلا ِلَثَمَك َنآْرُرْلا ُأَرْرَي َلا يِذَّلا ِقِفاَنُمْلا ُلَثَمَو ٌّرُم اَهُمْعَطَو بِيَط اَهُحيِر ِةَناَحْيَّرلا

ِةَلَظ

َطَو حيِر اَهَل َسْيَل

.ٌّرُم اَهُمْع

)

.ىئاسنلاو ىذمرتلاو دواد وبأو مَلسمو ىراخيلا هاور

(

Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah bagaikan ‘al

-Utrujjah’. Aromanya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin

yang tidak membaca Alquran adalah bagaikan ‘tamar, kurma’. Aromanya tidak ada

dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafiq yang membaca Alquran

adalah bagaikan ‘ar-Raihanah’. Aromanya harum dan rasanya pahit.

Perumpamaan seorang munafiq yang tidak membaca Alquran adalah bagaikan ‘al

-Hanzhalah’. Dalam hadis diatas terdapat empat golongan manusia apabila

dihubungkan dengan Al-quran, yaitu sebagai berikut :

1) Orang yang hatinya dipenuhi oleh iman. Iman mengalir ke sekujur anggota tubuhnya. Ia yakin kepada Allah SWT, beriman kepada Rasul-Nya, membenarkan Al-Quran, mengamalkan agama, menjadikan dirinya bagian dari Al-quran. Ia membacanya pada malam dan siang hari baik ketika berdiri, duduk, ruku maupun sujud.

2) Orang yang beriman kepada Al-Quran, menerapkan hukumnya, mengikuti

petunjuknya, dan menerapkan akhlaknya tetapi tidak membaca dan menghafal Al-quran.

(10)

4) Orang jahat (munafik) yang tidak ada hubungannya dengan Al-quran. Ia tidak memiliki ilmu tentang Al-quran, tidak mengamalkannya, tidak membaca, dan tidak menghafalnya.11

5. METODE CERAMAH

Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pembelajaran di mana cara penyampaian materi-materi pelajaran kepada peserta didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan. Sejak zaman Rasulullah Saw, metode ceramah merupakan cara yang pertama dilakukan dalam menyampaikan wahyu kepada umat. Sehubungan dengan hal ini terdapat dalam hadis berikut.

َم اَي َلاَق ُهَّنَأ َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا ِلوُسَر ْنَع َرَمُع ِنْب َِّللَّا ِدْيَع ْنَع

ْع

ِةاَسِنلا َرَش

َّنُهْنِم ةَأَرْما ْتَلاَرَف ِراَّنلا ِلْهَأ َرَثْكَأ َّنُكْبُتْيَأَر يِنِإَف َراَفْغِتْسِلاا َنْرِثْكَأَو َنْقَّدَصَت

اَمَو ةَلْلَج

َو َريِشَعْلا َنْرُفْكْبَتَو َنْعَّللا َنْرِثْكْبُت َلاَق ِراَّنلا ِلْهَأ َرَثْكَأ َِّللَّا َلوُسَر اَي اَنَل

َم

ْنِم ُتْيَأَر ا

َّنُكْبْنِم ٍّبُل يِذِل َبَلََْأ ٍنيِدَو ٍلْرَع ِتاَصِقاَن

.

)

ىراخيلا هاور

(

Dari Abu Said Al Khudri RA; “Rasulullah SAW keluar pada hari raya Adha atau Fitri

ke mushalla. Kemudian beliau berbalik lalu menasihati manusia dan memerintahkan mereka untuk bersedekah. Beliau SAW bersabda, “Wahai sekalian manusia,

bersedekahlah!” Lalu beliau melewati kaum wanita dan bersabda, Wahai sekalian

wanita. bersedekahlah, karena sesungguhnya akumelihat kalian banyak yang

menjadi penghuni neraka!”Mereka berkata, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda, Kalian banyak melaknat, mengingkari (kebaikan) pasangan. Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya menghilangkan akal

seorang laki-laki yang teguh daripada salah seorang di antara kalian.

Maksud hadis di atas bahwa Rasulullah Saw memberikan ceramah kepada para wanita dengan materi anjuran bersedekah. Setelah beliau menyampaikan materi ceramah, sahabat wanita bertanya, ia meminta penjelasan lebih lanjut kepada beliau.

(11)

Dengan demikian beliau menggunakan metode ceramah dan dialog dalam menyampaikan pesan-pesan mauizhah kepada para sahabat.12

6. METODE TARGHIB DAN TARHIB

Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Namun penundaan tersebut bersifat pasti, baik, murni dan dilakukan melalui amal shaleh atau pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan (pekerjaan buruk).

ْرَح َأَرَق ْنَم َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر َلاَق ُلوُرَي ٍدوُعْسَم َنْب َِّللَّا َدْيَع ْنَع

ْنِم اًف

َح فِلَأ ْنِكْبَلَو فْرَح مَلا ُلوُقَأ َلا اَهِلاَثْمَأ ِرْشَعِب ُةَنَسَحْلاَو ةَنَسَح ِهِب ُهَلَف َِّللَّا ِباَتِك

فْر

فْرَح مَيِمَو فْرَح مَلاَو

.

)

ىذمرتلا هاور

(

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: Siapa yang

membaca satu huruf Alquran mendapat pahala satu kebaikan. Satu kebaikan dilipat

gandakan menjadi sepuluh. Saya tidak mengatakan “AlifLam Mim” itu satu huruf.

Akan tetapi, alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.

Maksud dari hadis di atas untuk menumbuhkan semangat dan minat yang tinggi dalam mengerjakan ibadah (membaca Al-Quran dan mendirikan shalat jumat), Rasulullah Saw menggunakan metode targhib. Dengan metode ini beliau menggugah dan menimbulkan rasa senang pada diri peserta didik (sahabat) untuk melakukan sesuatu.

Sedangkan Tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang telah dilarang Allah SWT. Selain itu juga telah menyepelekan pelaksanaan kewajiban yang telah diperintahkan oleh-Nya.

(12)

َِّللَّا ُلوُسَر َلاَق َلاَق َةَرْيَرُه ىِبَأ ْنَع

-مَلسو هيلع للَّا ىلص

-

«

َطْفَأ ْنَم

اًمْوَي َر

ْنِم

ِرْهَّدلا ُماَيِص ُهْنَع ِضْرَي ْمََل ُهَل َُّللَّا اَهَصَّخَر ٍةَصْخُر ِرْيََ ْنِم َناَضَمَر

.

)

ىراخيلا هاور

ىذمرتلاو دواد وبأو

(

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Siapa yang berbuka satu hari pada bulan Ramadan tanpa rukhsah yang diberikan Allah tidak dapat

mengqada puasanya itu walaupun ia berpuasa sepanjang masa.

Maksud dari hadis di atas bahwa pada bulan Ramadhan, semua orang yang beriman diwajibkan mengerjakan puasa. Hanya orang-orang yang memiliki alasan tertentu yang boleh meninggalkannya. Rasulullah Saw mengancam orang-orang yang meninggalkan puasa dengan ancaman yang berat, yaitu tidak dapat mengganti satu hari puasa yang ditinggalkannya walaupun berusaha untuk membayarnya seumur hidup. Dengan demikian, beliau menggunakan metode tarhib (ancaman) agar tidak ada orang beriman yang melanggar perintah Allah SWT.13

7. METODE PENGULANGAN DAN LATIHAN

َف لُجَر َلَخَدَف َدِجْسَمْلا َلَخَد َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا َلوُسَر َّنَأ َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع

ىَّلَص

َع َمََّلَسَف

ىَل

َل ََ َّنِإَف ِلَصَف ْعِجْرا َلاَقَو َّدَرَف َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص ِيِيَّنلا

ُت ْمَ

َعَجَرَف ِلَص

َّمَُث ىَّلَص اَمَك يِلَصُي

َرَف َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص ِيِيَّنلا ىَلَع َمََّلَسَف َةاَج

ََ َّنِإَف ِلَصَف ْعِجْرا َلا

ِلَصُت ْمََل

َذِإ َلاَرَف يِنْمِلَعَف ُهَرْيََ ُنِسْحُأ اَم ِقَحْلاِب ََ َثَعَب يِذَّلاَو َلاَرَف اًثَلاَث

ىَلِإ َتْمُق ا

ُث اًعِكاَر َّنِئَمْطَت ىَّتَح ْعَكْرا َّمَُث ِنآْرُرْلا ْنِم ََ َعَم َرَّسَيَت اَم ْأَرْقا َّمَُث ْرِيَكْبَف ِةَلاَّصلا

ْعَفْرا َّمَ

اَق َلِدْعَت ىَّتَح

ِلاَج َّنِئَمْطَت ىَّتَح ْعَفْرا َّمَُث اًدِجاَس َّنِئَمْطَت ىَّتَح ْدُجْسا َّمَُث اًمِئ

ََ ِلَذ ْلَعْفاَو اًس

اَهِلُك ََ ِتَلاَص يِف

.

)

ىراخيلا هاور

(

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW masuk masjid, maka masuklah seorang

laki-laki dan melakukan shalat, lalu ia memberi salam kepada Nabi SAW dan beliau

pun menjawab salamnya seraya bersabda. “Kembali dan shalatlah, karena

(13)

sesungguhnya engkau belum shalat.” Kemudian ia datang memberi salam kepada

Nabi SAW, dan beliau bersabda. Kemba1i dan salatlah, karena sesungguhnya

engkau belum shalat” (tiga kali). Laki-Iaki itu berkata, ‘Demi Zat yang mengutusmu

dengan benar, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik darinya. maka ajarilah

aku. Beliau SAW bersabda, “Apabila engkau berdiri untuk shalat maka hertakbirlah,

kemudian bacalah apa yang mudah bugimu dari Alquran, lalu rukuklah hingga

engkau tuma‘ninah (tenang) dalam rukuk. Kemudian bangkitlah hingga engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah hingga engkau tuma‘ninah dalam sujud, lalu

bangkitlah hingga engkau tuma‘ninah dalam duduk. Lakukun yang demikiun itu

pada seluruh shalatmu.(HR.Al-Bukhari).

Maksud dari hadis diatas bahwa terdapat beberapa hal sebagai berikut :

(1) Nabi saw. melihat seorang laki-laki mendirikan salat dalam masjid, (2) Setelah salat, laki-laki itu datang kepada Nabi dan mengucapkan salam dan Nabi menjawabnya, (3) Nabi menyuruhnya mengulang salatnya karena belum benar, (4) Laki-laki itu mengulang salat dengan cara seperti pertama kali, (5) Nabi menyuruh ulang lagi sampai tiga kali, (6) Laki-laki itu mengulang salatnya sampai tiga kali pula. (7) Sesudah itu, laki-laki itu mengaku bahwa ia tidak mampu lagi melakukan salat lebih baik daripada itu dan meminta Nabi mengajarnya, dan (8) Nabi mengajarkan kaifiyah salat yang benar. Rasulullah saw tidak langsung mengajar sahabat bagaimana tata cara salat yang benar, tetapi menyuruhnya terlebih dulu secara berulang-ulang. Dalam kasus ini prinsip metode pengulangan yang digunakan oleh Rasulullah saw sahabat terkesan dan harus bersungguh-sungguh dan berhati-hati memperhatikan apa yang akan diajarkan oleh Rasulullah saw . Hal ini diperlukan agar materi yang diajarkan memberikan kesan yang kuat dalam memori orang yang diajar.14

(14)

C. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan, atau pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi media pembelajaran merupakan Media pembelajaran merupakan media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sehubungan dengan hal terdapat dalam hadis berikut .

اَّطَخ َمََّلَسَو ِهْيَلَع ُللَّا َّىلَص ُيِيَّنلا َّطَخ : َلاَق ُهْنَع ُللَّا َيِضَر ِللَّا ِدْيَع ْنَع

ُم

اًعَّبَر

ِطَسَوْلا يِف يِذَّلا اَذَه ىَلِإ اًراَغِص اًطُطُخ َّطَخَو ُهْنِم اًجِراَخ ِطَسَوْلا يِف اًّطَخ َّطَخَو

ِهِب َطْيِحُم ُهُلَجَأ اَذَهَو ُناَسْن ِْلْا اَذَه( :َلاَقَو ِطَسَوْلا يِف يِذَّلا ِهِيِناَج ْنِم

-

: ْوَأ

اَذَهَو ِهِب َطاَحَأ ْدَق

ُضاَرْعَْلأا ُراَغِصلا ُطُطُخْلا ِهِذَهَو ُهُلَمَأ جِراَخ َوُه يِذَّلا

)اَذَه ُهَشَهَن اَذَه ُهَأَطْخَأ ْنِإَو اَذَه ُهَشَهَن اَذَه ُهَأَطْخَأ ْنِإَف

)ىراخيلا هاور(

“Nabi S.a.w membuat gambar persegi empat, lalu menggambar garis panjang di

tengah persegi empat tadi dan keluar melewati batas persegi itu. Kemudian beliau

juga membuat garis-garis kecil di dalam persegi tadi, di sampingnya: (persegi yang digambar Nabi). Dan beliau bersabda : “Ini adalah manusia, dan (persegi empat) ini adalah ajal yang mengelilinginya, dan garis (panjang) yang keluar ini, adalah

cita-citanya. Dan garis-garis kecil ini adalah penghalang-penghalangnya. Jika tidak

(terjebak) dengan (garis) yang ini, maka kena (garis) yang ini. Jika tidak kena

(garis) yang itu, maka kena (garis) yang setelahnya. Jika tidak mengenai semua

(penghalang) tadi, maka dia pasti tertimpa ketuarentaan.”(HR. Bukhari).15

D. Macam-macam Media Pendidikan Islam

Rasulullah saw dalam proses pendidikan dan pengajarannya menggunakan media manusia dan bukan manusia. Media manusia adalah pribadi beliau sendiri, media jari,

(15)

lidah, tangan dan hidung. Media bukan manusia meliputi langit, bumi, matahari, bulan, banggunan, emas dan perak.

a. MEDIA MANUSIA

Dengan proses pembelajaran dengan para sahabat, Rasulullah saw menjadikan pribadinya sebagai media. Melalui ucapan, sifat, dan perilaku beliau, para sahabat dapat memahami ajaran islam dan mampu mengamalkan dengan baik. Media manusia meliputi :

1. Mengajukan Pertanyaan

اوُلاَق ُسِلْفُمْلا اَم َنوُرْدَتَأ َلاَق َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا َلوُسَر َّنَأ ةَرْيَرُه يِبَأ نَع

َي يِتْأَي يِتَّمُأ ْنِم َسِلْفُمْلا َّنِإ َلاَرَف َعاَتَمَلاَو ُهَل َمََهْرِد َلا ْنَم اَنيِف ُسِلْفُمْلا

ْو

ِةَماَيِرْلا َم

اَذَه َمَد ََ َفَسَو اَذَه َلاَم َلَكَأَو اَذَه َفَذَقَو اَذَه َمََتَش ْدَق يِتْأَيَو ٍةاَكَزَو ٍماَيِصَو ٍةَلاَصِب

ْنَأ َلْيَق ُهُتاَنَسَح ْتَيِنَف ْنِإَف ِهِتاَنَسَح ْنِم اَذَهَو ِهِتاَنَسَح ْنِم اَذَه ىَطْعُيَف اَذَه َبَرَضَو

اَم ىَضْرُي

راَّنلا يِف َحِرُط َّمَُث ِهْيَلَع ْتَحِرُطَف ْمَُهاَياَطَخ ْنِم َذِخُأ ِهْيَلَع

(

ىذمرتلا

و مَلسم

هاور

(

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tahukah kalian

apa yang dimaksud dengan al-muflis(bankrut) ?” Sahabat menjawab, “Al-muflis

dikalangan kami orang yang tidak memiliki uang dan harta benda.” Rasulullah

bersabda: ” Sesungguhnya al-muflis dikalangan umatku adalah orang yang datang

pada hari qiamat membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Selain itu, ia juga

memfitnah, menuduh (berbuat maksiat), memakan harta orang lain (dengan cara

tidak halal), menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Lalu masing-masing

kesalahan itu ditebus dengan kebaikan (pahala)nya. Setelah kebaikan (pahala)nya

habis sebelum kesalahannya terselesaikan, maka dosa orang dizaliminya itu

dilemparkan kepadanya, kemudian ia dilemparkan kedalam neraka.” (HR. Muslim

dan At-Tirmidzi)

(16)

sehingga tidak ada lagi tanda tanya dalam fikiran para sahabat, melalui beliau peserta didik mendapat informasi. Dengan demikian beliau adalah media pembelajaran.

Hadis di atas menginformasikan bahwa media yang diterapkan Nabi agar ajaran Agamanya dapat diterima dengan mudah oleh umatnya, antara lain dapat dilihat dengan melalui media perbuatan Nabi sendiri, di mana beliau memberikan contoh langsung yang dikenal dengan istilah uswah hasanah (contoh teladan yang baik). 16

2. Media Lidah dan Jari

Dalam mendidik dan mengajar, anggota tubuh pendidik dapat dijadikan media agar perhatian peserta didik terpusat dan dapat memahami pelajaran dengan mudah. Sehubungan dengan ini terdapat hadis, antara lain :

َرَمُع ِنْب َِّللَّا ِدْيَع ْنَع

-

مهنع للَّا ىضر

ا

-

َتَأَف ُهَل ىَوْكْبَش َةَداَيُع ُنْب ُدْعَس ىَكْبَتْشا َلاَق

ُها

ُىِيَّنلا

-

مَلسو هيلع للَّا ىلص

-

ىِبَأ ِنْب ِدْعَسَو ٍفْوَع ِنْب ِنَمْحَّرلا ِدْيَع َعَم ُهُدوُعَي

ٍدوُعْسَم ِنْب َِّللَّا ِدْيَعَو ٍصاَّقَو

-

مَهنع للَّا ىضر

-

َدَجَوَف ِهْيَلَع َلَخَد اَّمَلَف

ِف ُه

ِةَيِشاََ ى

َلاَرَف ِهِلْهَأ

«

ىَضَق ْدَق

. »

ُىِيَّنلا ىَكْبَيَف . َِّللَّا َلوُسَر اَي َلا اوُلاَق

-

للَّا ىلص

مَلسو هيلع

-

ِىِيَّنلا َةاَكْبُب ُمْوَرْلا ىَأَر اَّمَلَف

-

مَلسو هيلع للَّا ىلص

-

َلاَرَف اْوَكْبَب

«

َت َلاَأ

َّنِإ َنوُعَمْس

ُبِذَعُي َلا ََّللَّا

اَذَهِب ُبِذَعُي ْنِكْبَلَو ، ِبْلَرْلا ِنْلُحِب َلاَو ، ِنْيَعْلا ِعْمَدِب

-

َأَو

ِهِناَسِل ىَلِإ َراَش

-

ِهْيَلَع ِهِلْهَأ ِةاَكْبُيِب ُبَّذَعُي َتِيَمْلا َّنِإَو ُمََحْرَي ْوَأ

. »

ُرَمُع َناَكَو

-

نع للَّا ىضر

ه

-

ْلاِب ىِمْرَيَو ، اَصَعْلاِب ِهيِف ُبِرْضَي

. ِباَرُتلاِب ىِثْحَيَو ِةَراَجِح

(

مَ

لسمو ىراخيلا هاور

)

Dari Abdullab bin Umar RA. dia berkata. Sa’ad bin Ubadah menderita sakit. Lalu, Nabi SAW datang menjenguknya bersama Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi

Waqqash dan Abdullah bin Mas'ud RA. Ketika beliau SAW masuk menemuinya,

maka beliau mendapatinya sedang diliputi (dikelilingi) keluarganya. Beliau SAW

bertanya, Apakah ia telah meninggal?’ Mereka menjawab, ‘Tidak. wahai

(17)

Rasulullah! Nabi SAW pun menangis. Ketika orang melihat Nabi SAW menangis,

maka mereka pun turut menangis. Maka beliau SAW bersabda. Apukah kalian tidak

mendengar sesungguhnva Allah tidak menyiksa dengan sebab air mata dan tidak

pula sebab kesedihan hati, akan tetapi Dia menyiksa dengan sebab ini- seraya

mengisyaratkan dengan lidahnya - atau memberi rahmat. Sesungguhnya mayit

disiksa dengan sebab tangisan keluarganya kepadanya. Umar bin Khaththab

memukul orang dengan karena hal tersebut dan melempari dengan batu serta

dengan tanah.(HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Adapun penjelasan kalimat “(Melihat Nabi SAW menangis, maka mereka

turut menangis)” ini menunjukkan bahwa kisah ini terjadi setelah kisah Ibrahim

(putra Nabi SAW) sebab Abdurrahman bin Auf turut hadir di sini. Narnun dia tidak menanyakan kepada Nabi SAW seperti yang ditanyakan pada kisah Ibrahim.hal ini menunjukkan dia tel ah mengetahui bahwa tangisan sekedar mengeluarkan air mata

tidaklah dilarang. Nabi bersabda”tidakkah kalian mendengar” yakni apakah kalian

tiadak mendengarkan dengan sebaik-baiknya.

Kalimat ini menunjukkan bahwa Nabi SAW melihat sebagian mereka mengingkari apa yang beliau lakukan. Oleh sebab itu, beliau SAW menjelaskan kepada mereka perbedaan antara tangisan yang dilarang dan tangisan yang diperbolehkan.

(menyiksa dengan sebab lni), yakni jika ia mengucapkan perkataan yang tidak baik.

(atau merahmati), jika Ia mengucapkan perkataan yang baik. Namun ada pula

kemungkinan makna perkataannya. “Atau

merahmti”, yakni jika ancaman yang dijanjikan tidak diwujudkan. (sesungguhnya

mayit disiksa dengan sebab tangisan keluarganya kepadanya), yakni hal itu berbeda dengan tangisan selain keluarganya. Hal ini serupa dengan kisah Abdullah bin Tsabit yang dikutip oleh Imam Malik dalam kitab Al Muwaththa’

Dalam hadits yang lain, Nabi juga menjelaskan tentang lidah sebagai media, bunyi haditsnya adalah :

ِهِب ُمَِصَتْعَأ ٍرْمَأِب ىِنْثِدَح َِّللَّا َلوُسَر اَي ُتْلُق َلاَق ِىِفَرَّثلا َِّللَّا ِدْيَع ِنْب َناَيْفُس ْنَع

.

َلاَق

«

ْمَِرَتْسا َّمَُث َُّللَّا َىِبَر ْلُق

َّىَلَع ُفاَخَت اَم ُفَوْخَأ اَم َِّللَّا َلوُسَر اَي ُتْلُق

َف

َذَخَأ

َلاَق َّمَُث ِهِسْفَن ِناَسِلِب

«

(18)

(

دمحأو ىذمرتلا هاور

)

Dari Sufyan ibn Abdillah al-Tsaqafiy, ia berkata: Saya berkata: Wahai Rasulullah!

Beritahukanlah kepadaku suatu hal yang akan saya pegang selalu. Beliau bersabda:

Katakanlah! Tuhanku adalah Allah, kemudian beristiqamahlah (konsistenlah

dengan pengakuan itu). Saya bertanya lagi, Ya Rasulullah! Apa yang paling Engkau

khawatirkan tentang diri saya? Maka ia memegang lidahnya kemudian berkata,

"ini". (HR.At-Tirmidzi dan Ahmad)

Dalam hadist diatas, Rasulullah ditanya tentang dua hal, yaitu hal yang harus dipegang erat dan hal-hal yang beliau khawatirkan terhadap umatnya. Untuk pertanyaan kedua beliau menjawab singkat dengan menunjuk lidahnya sendiri, Rasulullah telh menjawab pertanyaan sahabatnya dengan jelas, karena fungsi utama lidah adalah untuk berbicara.

Dan pada hadist berikut ini menjelaskan, Nabi memberi pelajaran kepada sahabat dengan menggunakan jarinya sebagai media. Bunyi haditsnya sbb:

اَق َلاَق ٍدْعَس ِنْب ِلْهَس ْنَع

َِّللَّا ُلوُسَر َل

-مَلسو هيلع للَّا ىلص

-

«

َيْلا ُلِفاَكَو اَنَأ

ىِف ِمَيِت

ِنْيَتاَهَك ِةَّنَجْلا

.ىَطْسُوْلاَو َةَباَّيَّسلا ىِنْعَي ِهْيَعُيْصُأِب َراَشَأَو

(

دمحأو دواد وبأو ىذمرتلا هاور

)

Dari Sahl ibn Sa'ad, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: Aku dan pemelihara anak

yatim dalam sorga seperti ini. Beliau mengisyaratkan kedua jarinya yang

dirapatkan, yaitu: telunjuk dan jari tengah.(HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)

Dalam hadisr ini Rasulullah saw mengajarkan bahwa orang yang mengayomi anak yatim memiliki kedudukan yang muliadalam islam dan akan menepati tempat terhormat di surga. Kemuliaan dan kehormatan itu digambarkan bagaikan dua jari tangan yaitu telunjuk dan jari tenggah yang dirapatkan.17

(19)

3. Media Tangan

ىَّنَثُمْلا ُنْب ُدَّمَحُم اَنَثَّدَح

ِنْبا ْنَع َةَمِرْكْبِع ْنَع دِلاَخ اَنَثَّدَح ىَلْعَْلأا ُدْيَع اَنَثَّدَح

َدْعَب ُتْيَمَر َلاَرَف َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص ُيِيَّنلا َلِئُس َلاَق اَمُهْنَع َُّللَّا َيِضَر ٍساَّيَع

ْنَأ ْنَأ َلْيَق ُتْرَلَح َلاَق َجَرَح َلا َلاَرَف ُتْيَسْمَأ اَم

َجَرَح َلا َلاَق َرَح

(

ىراخيلا هاور

)

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan

kepada kami 'Abdul A'laa telah menceritakan kepada kami Khalid dari 'Ikrimah dari

Ibnu 'Abbas ra berkata: "Nabi saw ditanya, kata orang itu: "Aku melempar jumrah

setelah sore". Beliau bersabda: "Tidak dosa". Orang itu berkata, lagi: "Aku mencukur

rambut sebelum menyembelih hewan qurban". Beliau bersabda: "Tidak dosa". (HR.

Bukhari )

Dalam hadis ini diungkapkan bahwa Nabi saw ditanya tentang dua hal sehubungan dengan pelaksanaan ibadah haji, yaitu tentang menyembelih hewan sebelum melontar jumrah dan mencukur rambut sebelum menyembelih. Kedua pertanyaan itu secara berurutan dijawab oleh Rasulllah saw dengan menggunakan isyarat tangan yang berarti tidak apa-apa. Di sini beliau menggunakan tangan sebagai media pembelajaran.18

4. Media Hidung

ِنْبا ْنَع ِهيِبَأ ْنَع ٍسُواَط ِنْب َِّللَّا ِدْيَع ْنَع بْيَهُو اَنَثَّدَح َلاَق ٍدَسَأ ُنْب ىَّلَعُم اَنَثَّدَح

َلاَق َلاَق اَمُهْنَع َُّللَّا َيِضَر ٍساَّيَع

َع َدُجْسَأ ْنَأ ُتْرِمُأ َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص ُيِيَّنلا

ىَل

ِنْيَتَيْكُرلاَو ِنْيَدَيْلاَو ِهِفْنَأ ىَلَع ِهِدَيِب َراَشَأَو ِةَهْيَجْلا ىَلَع ٍمَُظْعَأ ِةَعْيَس

.

ِفاَرْطَأَو

َرَعَّشلاَو َباَيِثلا َتِفْكْبَن َلاَو ِنْيَمَدَرْلا

(

ىراخيلا هاور

)

(20)

Telah menceritakan kepada kami Mu'alla bin Asad berkata, telah menceritakan

kepada kami Wuhaib dari 'Abdullah bin Thawus dari Bapaknya dari Ibnu 'Abbas ra,

ia berkata, "Nabi saw bersabda: "Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud

dengan tujuh tulang (anggota sujud); kening -beliau lantas memberi isyarat dengan

tangannya menunjuk hidung- kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari

kedua kaki dan tidak boleh menahan rambut atau pakaian (sehingga menghalangi

anggota sujud)." (HR. Bukhari)

Dalam hadis ini, Rasulullah saw menyebutkan anggota-anggota tubuh yang harus menyentuh lantai ketika bersujud dalam shalat. Anggota-anggota tubuh itu adalah kening, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung jari kedua kaki. Ketika menyebutkan kening, beliau menunjuk hidung sebagai penekan bahwa hidung itu juga harus menyentuh lantai. Dalam hal ini beliau telah menggunakan media hidung dalam pembelajaran terhadap para sahabatnya. 19

b. MEDIA BUKAN MANUSIA

1. Media Langit dan Bumi

Langit dan bumi merupakan dua komponen besar dialam ini. Keduanya dapat disaksiakan oleh manusia. Oleh kerana itu, keduanya dijadikan media pembelajaran oleh Rasulullah saw. Sehubungan dengan ini terdapat hadis sebagai berikut :

َِّللَّا ُلوُسَر َثَعَب َلاَق ٍسَنَأ ْنَع

و هيلع للَّا ىلص

مَلس

-

ُظْنَي ًانْيَع َةَسْيَسُب

اَم ُر

للَّا ىلص َِّللَّا ِلوُسَر ُرْيَََو ىِرْيََ دَحَأ ِتْيَيْلا ىِف اَمَو َةاَجَف َناَيْفُس ىِبَأ ُريِع ْتَلَعَف

َِّللَّا ُلوُسَر جَرَخَف ...مَلسو هيلع

مَلسو هيلع للَّا ىلص

-

َلاَرَف َمََّلَكْبَتَف

«

َل َّنِإ

ًةَيِلَط اَن

اَك ْنَمَف

اَنَعَم ْبَكْرَيْلَف ًارِضاَح ُهُرْهَظ َن

....»

َِّللَّا ُلوُسَر َقَلَطْناَف

للَّا ىلص

هيلع

مَلسو

-

َِّللَّا ُلوُسَر َلاَرَف َنوُكِرْشُمْلا َةاَجَو ٍرْدَب ىَلِإ َنيِكِرْشُمْلا اوُرَيَس ىَّتَح ُهُباَحْصَأَو

مَلسو هيلع للَّا ىلص

-

«

ُكْبْنِم دَحَأ َّنَمَّدَرَتَي َلا

ُهُنِذْؤُأ اَنَأ َنوُكَأ ىَّتَح ٍةْىَش ىَلِإ ْمَ

»

.

َِّللَّا ُلوُسَر َلاَرَف َنوُكِرْشُمْلا اَنَدَف

مَلسو هيلع للَّا ىلص

-

«

ْرَع ٍةَّنَج ىَلِإ اوُموُق

اَهُض

(21)

ُضْرَلأاَو ُتاَوَمَّسلا

َج َِّللَّا َلوُسَر اَي ُىِراَصْنَلأا ِماَمُحْلا ُنْب ُرْيَمُع ُلوُرَي َلاَق

َّن

ة

َلاَق ُضْرَلأاَو ُتاَوَمَّسلا اَهُضْرَع

«

ْمََعَن

....ٍخَب ٍخَب َلاَرَف

(

دمحأو مَلسم هاور

)

Dari Anas ibn Malik, ia berkata: Rasulullah saw. mengutus Busaisah sebagai

mata-mata untuk memperhatikan apa yang dilakukan oleh kendaraan Abu Sofyan. Ia

datang dan tidak seorang pun di rumah selain saya dan Rasulullah SAW. ... Lalu

Rasulullah SAW. keluar dan berkata: sesungguhnya kita memiliki kebutuhan, siapa

yang kendaraannya tersedia silahkan pergi bersama kami…. Maka berangkatlah

Rasulullah SAW. bersama sahabat-sahabatnya sehingga mereka mendahului

orang-orang musyrik di Badar. Datanglah orang-orang musyrik, beliau bersabda:

janganlah salah seorang kamu mendahului sesuatu sebelum saya izinkan. Ketika

orang-orang musyrik sudah dekat, Rasulullah SAW. bersabda: Bangkitlah kalian

untuk mendapatkan sorga yang luasnya sama dengan langit dan bumi. Umair ibn

al-Humam al-Anshari bertanya, ya Rasulullah! Sorga seluas langit dan bumi?

Beliau menjawab: ya, benar benar.(HR.Muslim dan Ahmad)

Diantara informasi hadits tentang penjelasan diatas adalah Bahwa Rasululluah membangitkan semangat jihad para sahabatnya dengan bangkit, berdiri, dan mengajak mereka untuk ke surga. Rasulullah saw. menggambarkan surga itu seluas langit dan bumi. Disini beliau menggunakan langit dan bumi sebagai media pelajaran terhadap sahabatnya.20

2. Media Matahari dan Bulan

َمْوَي ُسْمَّشلا ْتَفَسَكْبْنا ُلوُرَي َةَيْعُش َنْب َةَريِغُمْلا ُتْعِمَس َلاَق َةَقَلاِع ُنْب ُداَيِز ْنَع

َمَيِهاَرْبِإ ِتْوَمِل ْتَفَسَكْبْنا ُساَّنلا َلاَرَف ُمَيِهاَرْبِإ َتاَم

َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر َلاَرَف

ِهْيَلَع

(22)

َذِإَف ِهِتاَيَحِل َلاَو ٍدَحَأ ِتْوَمِل ِناَفِسَكْبْنَي َلا َِّللَّا ِتاَيآ ْنِم ِناَتَيآ َرَمَرْلاَو َسْمَّشلا َّنِإ َمََّلَسَو

ا

َيِلَجْنَي ىَّتَح اوُلَصَو ََّللَّا اوُعْداَف اَمُهوُمُتْيَأَر

(

ىراخيلا هاور

)

DariZiyad bin 'Alaqah berkata, "Aku mendengar al-Mughirah bin Syu'bah berkata, "Telah

terjadi gerhana matahari ketika wafatnya Ibrahim. Kemudian Rasulullah saw bersabda:

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah,

dan ia tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang.

Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka berdo'alah kepada Allah dan dirikan shalat

hingga (matahari) kembali nampak.” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar menjelaskan bahwa Rasulullah saw menegaskan bahwa peristiwa gerhana matahari dan bulan itu merupakan tanda-tanda kebesaran Allah, yang dikirimkannya untuk menakut-nakuti manusia. Tepat pada waktu terjadinya peristiwa gerhana matahari, beliau menjadikannya sebagai media untuk menanamkan keimanan kepada para sahabat sekaligus membersihkan akidah mereka dari unsur-unsur khurafat.21

3. Mimbar

َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا َلوُسَر َّنَأ اَمُهْنَع َُّللَّا َيِضَر َرَمُع ِنْب َِّللَّا ِدْيَع ْنَع

ِدَيْلا ْنِم رْيَخ اَيْلُعْلا ُدَيْلا َةَلَأْسَمْلاَو َفُفَعَّتلاَو َةَقَدَّصلا َرَكَذَو ِرَيْنِمْلا ىَلَع َوُهَو َلاَق

ُدَيْلاَف ىَلْفُسلا

.ُةَلِئاَّسلا َيِه ىَلْفُسلاَو ُةَرِفْنُمْلا َيِه اَيْلُعْلا

(

مَلسمو ىراخيلا هاور

)

'Abdullah bin 'Umar radhiallahu 'anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam bersabda ketika berada di atas mimbar, di antaranya

Beliau menyebut tentang shadaqah dan masalah tangan yang di atas lebih baik dari

pada tangan yang di bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi

(23)

(mengeluarkan infaq) sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta".( HR.Bukhori dan Muslim )

Hadis diatas meninformasikan bahwa Rasulullah saw mendidik para sahabat agar menjadi orang yang pemurah. Beliau memotivasi meraka untuk bersedekah. Dalam menyampikan materi tersebut beliau menggunakan mimbar sebagai media. Hal ini dilakukan agar sahabat dapat melihat beliau dengan jelas, sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima secara baik.

4. Sutra dan Emas

َذَخَأ َمََّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا َّيِيَن َّنِإ ُلوُرَي ُهْنَع َُّللَّا َيِضَر ٍبِلاَط يِبَأ َنْب َّيِلَع

َذَخَأَو ِهِنيِمَي يِف ُهَلَعَجَف اًريِرَح

ىَلَع ماَرَح ِنْيَذَه َّنِإ َلاَق َّمَُث ِهِلاَمِش يِف ُهَلَعَجَف اًيَهَذ

يِتَّمُأ ِروُكُذ

هاور

)دواد وبأ

(

Dari Ali bin Abu Thalib ra, "Rasulullah pernah mangambil sutera lalu meletakkannya pada

sisi kanannya, dan mengambil emas lalu meletakkannya pada sisi kirinya. Kemudian beliau

bersabda: "Sesugguhnya dua barang ini haram bagi umatku yang laki-laki." (HR. Abu

Dawud)

Dalam hadis ini Rasulullah saw menyebutkan dengan tegas bahwa sutra dan emas itu bukan pakaian kaum laki-laki, beliau memegang kedua benda itu, masing-masing benda di tangan kiri dan kanan, lalu menegaskan kedua barang ini diharamkan bagi umatnya yang laki-laki. Itu berarti bahwa Rasulullah saw telah menggunakan media barang sebenarnya untuk mempermudah para sahabat memahaminya.22

c. GABUNGAN MEDIA MANUSIA DAN BUKAN MANUSIA

ُملا َّنِأ َلاَق َمََّلَسَو ِهْيَلَع ُللَّا ىَلَص ِيِيَّنلا ِنَع يَس ْوُم يِبَأ ْنَع

َنِمْؤ

ِناَيْنُيلاَك ِنِم ْؤُمْلِل

ُهَعِب اَصَأ ََ َّيَش َو اًضْعَب ُهُضْعَب ُدُشَي

(

ىراخيلا هاور

)

(24)

Dari Abu Musa dari Nabi saw, beliau bersabda, “ Sesungguhnya seorang mukmin

dengan orang mukmin yang lain seperti satu bangunan, yang saling menguatkan

satu sama lain.” Kemudian beliau menjalin jemarinya.) HR.Al-Bukhori.(

Dalam hadis diatas, Rasulullah memotivasi para sahabatnya agar bersatu dan saling tolong menolong. Beliau menggunakan metode perumpamaan, yaitu menyamakan hubungan antara sesama mukmin dengan kondisi suatu banggunan yang satu komponen menguatkan komponen yang lain. Dalam hal ini, beliau menggunakan media bangunan karena pada umumnya orang sudah mengenal bangunan. Beliau juga memperagakan kekuatan hubungan itu dengan menjalin jemari tangan kanan dan kirinya. Dengan demikian Rasulullah saw telah mengunakan dua media yaitu bangunan dan jemarinya, hal tersebut bertujuan agar para sahabat lebih mudah memahami apa yang Rasulullah saw sampaikan.23

Daftar Pustaka

Tafsir, Ahmad. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Juwariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: TERAS, 2010

Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Rasail Media Group,2008

Hidayat, Arief. 2016. Al-Islam Studi hadis tarbawi.

Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi (Pendidikan Dalam Perspektif Hadits). Jakarta: HAMZAH.

Referensi

Dokumen terkait

Keistimewaan-keistimewaan sebagaimana dijelaskan di atas merupakan bukti-bukti akan kebenaran (wahyu) yang beliau sampaikan. Semua yang diperintahkan adalah hal-hal yang

Selanjutnya erat kaitannya dengan peran guru serta dalam hal ini menggunakan strategi dalam pemanfaatan menggunakan media sosial sebagai sarana belajar siswa pada

15 Ayu Zahro Baqiyatus Sholikah, “Pengaruh Metode Resitasi Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al Qur’an Hadist Di MTsN 1 Tulungagung”, Skripsi

Dalam penjelasan hadits ini beliau menjelaskan tentang hakikat kehidupan manusia yang memiliki harapan, angan-angan dan cita-cita yang jauh ke depan untuk

Hal ini berkaitan erat dengan tujuan organisasi yang diekspresikan dalam istilah-istilah nilai (value) dan menjelaskan arah organisasi yang diinginkan, serta

Dari kedua uraian diatas dapat dipahami bahwa metode tes adalah metode yang berupa pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengevaluasi suatu

Faktor pendukung yang mempengaruhi lancarnya pelaksanaan Metode pembelajaran diatas berasal dari berbagai hal ibu Alfi selaku guru mapel Fiqih menyampaikan beberapa hal sebagai berikut:

yuk bisa yuk dikit lagi nih.. apaan mau download?