• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SEDIMEN WADUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SEDIMEN WADUK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SEDIMEN WADUK

Penelitian berjudul Isolasi dan Identifikasi Bakteri Sedimen Waduk ini bertujuan mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri dari sedimen waduk. Pengambilan sampel dilakukan di Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur (Jawa Barat) pada April 2007. Identifikasi dilakukan berdasarkan pewarnaan Gram dan uji biokimia. Dari penelitian ini berhasil identifikasi 12 isolat bakteri. Bakteri aerobik dapat dikultur dominan di sedimen Waduk Saguling yaitu Bacillus pumilus dan Pseudomonas sp, di Cirata Bacillus brevis dan Bacillus badius, di Jatiluhur Alcalygenes sp dan Brachybacterium sp. Bakteri anaerobik dapat dikultur dominan di sedimen Waduk Saguling yaitu Carnobacterium mobile dan Bacteroides clostridiformis, di Cirata Bacteroides corrodens dan Acetivibrio ethanolgignens, di Jatiluhur Eubacterium sp dan Propionigenium modestum.

Bakteri-bakteri ini berperan dalam dekomposisi berbagai materi organik.

Kata Kunci : bakteri sedimen, isolasi, waduk

ABSTRACT

A research about Isolation and Identification Bacteria from Sediments Reservoirs had been done to isolated and identified bacteria from sedimets reservoirs. Samples were obtained from Saguling, Cirata and jatiluhur reservoirs (West Java) on April 2007. Identifying of isolate bacteria were been done by using Gram staining and biochemical assay. There were 12 isolated bacteria has been identified in this research. The dominant culturable aerobic bacteria in sediments included Bacillus pumilus and Pseudomonas sp (in Saguling), Bacillus brevis and Bacillus badius (in Cirata), Alcalygenes sp and Brachybacterium sp (in Jatiluhur) while the dominant cultutable anaerobic bacteria in sediments included Carnobacterium mobile

and Bacteroides clostridiformis (in Saguling), Bacteroides corrodens and Acetivibrio ethanolgignens (in Cirata), Eubacterium sp and Propionigenium modestum (in Jatiluhur). These bacteria have esensial role in decomposing several organic matter.

Keywords : sediments bacteria, isolation, reservoir

I. PENDAHULUAN

Sedimen terbentuk melalui interaksi antara atmosfer dan hidrosfer pada kerak bumi,

yang kemudian diikuti dengan proses pengendapan. Endapan ini telah mengalami proses

pelapukan oleh berbagai proses alam, karena itu biasanya membawa elemen nutrien (Paul

& Huang, 1980). Sedimen waduk terutama terdiri dari produk erosi alami dan produk erosi

pertanian yang berlebihan (Fonseca et al., 2003). Erosi dari daerah pertanian biasanya juga

membawa lapisan topsoil yang mengandung pupuk (Xiaoqing, 2003). Karena tingginya

kandungan nutrien ini, maka sedimen menjadi habitat yang sangat mendukung

pertumbuhan mikroorganisme (Atlas & Bartha, 1993).

Sedimen mengandung populasi mikroorganisme yang melimpah dengan

(2)

sedimen dan tanah mewakili habitat mikroorganisme yang paling kompleks di bumi.

Beberapa kelompok fisiologi mikroorganisme sedimen antara lain kelompok

mikroorganisme aerob, aerob fakultatif, metanogen, homoasetonogen, pereduksi sulfat,

pereduksi sulfur, denitrifikasi, pereduksi besi dan fermentatif (Madigan et al., 2003). Pada

danau atau kolam dangkal, seringkali juga ditemukan bakteri fotosintetik di permukaan

sedimen (Atlas & Bartha, 1993).

Mikroorganisme sedimen berperan dalam penting dalam berbagai proses biokimia

di perairan, antara lain dalam degradasi materi organik, perputaran siklus biogeokimia,

mengendalikan kadar amonium, nitrat dan nitrit, sumber makanan bagi fauna, produksi

primer dan remediasi pencemaran (Capone & Bauer, 1993 ; Widenfalk, 2005 ; Atlas &

Bartha, 1993 ; Curticapean & Dragan-Bularga, 2007). Mikroorganisme berperan utama

dalam berbagai proses biokimia di alam dibandingkan dengan organisme lain. Hal ini

disebabkan karena mikroorganisme tersebar dimana-mana, memiliki kemampuan

metabolik yang luas, memiliki aktivitas enzimatik yang tinggi dan bekerja dalam keadaan

aerobik dan anaerobik. Selain itu mikroorganisme mampu mendegradasi biopolimer yang

susah didegradasi seperti selulosa dan lignin, mampu mendegradasi material humat,

hidrokarbon dan berbagai senyawa sintetik buatan manusia, dan mampu memfiksasi

nitrogen dari atmosfer (Atlas & Bartha, 1993).

Informasi mengenai keanekaragaman mikroorganisme berperan penting untuk

mengetahui kekayaan hayati lokal, dan dengan penelitian lebih lanjut isolat mikrooganisme

tersebut dapat digunakan untuk kepentingan industri, pertanian, farmasi, kesehatan, dan

lain-lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri sedimen

waduk. Waduk yang dipilih adalah tiga waduk terbesar di Jawa Barat, yaitu Waduk

Saguling, Cirata dan Jatiluhur, yang sedang mengalami permasalahan karena sedimentasi.

Kajian mengenai karakteristik fisika, kimia dan mineral sedimen Waduk Saguling, Cirata

dan Jatiluhur menunjukkan bahwa sedimen dari ketiga waduk ini berpotensi untuk

dikembangkan sebagai pupuk (Jumiarni et al, 2008). Maka informasi mengenai

keanekaragaman bakteri di dalam sedimen akan menjadi informasi yang sangat penting

dalam upaya pengembangan sedimen menjadi pupuk dan pemanfaatan di bidang lain.

(3)

Dua belas sampel sedimen diambil dari 12 titik lokasi yang berbeda,

masing-masing dari Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur (Jawa Barat) pada April

2007 menggunakan Eckman Grabe. Pengambilan sampel dilakukan secara

menyebar ke seluruh wilayah waduk dengan kedalaman maksimum 50 m dari

permukaan air waduk.

2. Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Bakteri ditumbuhkan dan diisolasi pada medium Nutrien Agar berdasarkan

metode Capuccino & Sherman (2005). Selanjutnya dilakukan karakterisasi

morfologi koloni, pewarnaan gram dan uji biokimia. Hasil pengamatan yang

diperoleh dijadikan sebagai acuan identifikasi berdasarkan buku kunci identifikasi

Bergeys’s Manual of Determination Bacteriology edisi ke-8 dan edisi ke-9.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Bakteri dapat dikultur Dominan dari Sedimen Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur

Waduk Bakteri aerobik Bakteri anaerobik

Saguling Bacillus pumilus Carnobacterium mobile Pseudomonas sp Bacteroides clostridiiformis Cirata Bacillus brevis Bacteroides corrodens Bacillus badius Acetivibrio ethanolgignens Jatiluhur Alcalygenes sp Eubacterium sp

Brachybacterium sp Propionigenium modestum

Tabel 1 menunjukkan bahwa populasi bakteri di sedimen Waduk Saguling, Cirata

dan Jatiluhur sangat bervariasi. Bisset et al., (2007) menjelaskan bahwa keanekaragaman

komunitas mikroorganisme di dalam sedimen sangat tinggi. Hal ini disebabkan sedimen

mendukung dan membantu pembentukan kerjasama lingkungan mikro aerobik dan

anaerobik. Misalnya, penurunan kadar oksigen karena aktivitas mikroorganisme di ruang

kaya bahan organik, akan membentuk lingkungan mikro anaerobik yang mendukung

aktivitas mikroorganisme anaerobik fakultatif dan obligat. Hal ini menyebabkan timbulnya

kelompok-kelompok mikroorganisme dengan sifat fisiologi spesifik tertentu yang sesuai

(4)

1. Bacillus pumilus

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni Bacillus

pumilus berbentuk sirkular, tepi berombak teratur, umbonate, buram, tidak tembus cahaya,

dan diameter 2 - 4 mm. Hasil pewarnaan gram menunjukkan bahwa Bacillus pumilus

merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang, sel tersusun membentuk rantai panjang,

menghasilkan endospora ellips terletak di bagian sentral sel (Gambar 1. A).

Beberapa genus bakteri penghasil endospora dapat dibedakan berdasarkan

morfologi sel, bentuk dan posisi endospora, kebutuhan oksigen dan energi metabolisme.

Karakteristik yang membedakan Bacillus dengan Clostridium adalah Clostridium tidak

dapat tumbuh di permukaan agar secara aerobik, sedangkan yang membedakan Bacillus

dengan Sporolactobacillus adalah karena sel Sporolactobacillus berbentuk kokus,

Bacillospira berbentuk spiral, Oscillaspira dan Metabacterium membentuk lebih dari 8

spora dalam satu sel nonseptate (Buchanan & Gibbons, 1974).

Karakteristik biokimia spesifik Bacillus pumilus yaitu menghasilkan asam tanpa

gas dari fermentasi glukosa, tidak menghidrolisis pati dan tidak mereduksi nitrat. B.

pumilus mirip dengan B. subtilis. Karakteristik yang membedakan B. pumilus dengan B.

subtilis adalah pada morfologi koloni B. pumilus yang ditumbuhkan di medium nutrien

agar menunjukkan morfologi koloni yang halus dan agak kekuningan (Buchanan &

Gibbons, 1974).

Bacillus secara alami terutama ditemukan di dalam tanah. Karena kemampuannya

menghasilkan endospora maka Bacillus dapat menghadapi berbagai perubahan dalam

lingkungan, seperti perubahan kadar nutrien, air dan temperature Madigan et al. (2003).

Karakteristik ini menyebabkan Bacillus dapat ditemukan di berbagai tempat, seperti juga di

dalam sedimen. Bacillus memiliki peran penting dalam siklus biologis karbon dan nitrogen,

karena Bacillus dapat secara efektif mendegradasi serangkaian polimer seperti

hemiselulosa, pektin, kitin dan protein (Rao, 1994).

Bacillus pumilus juga dapat menghasilkan fitohormon. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa Bacillus pumilus dapat menghasilkan fitohormon yang berguna bagi

tumbuhan, yaitu IAA. Hafeez et al. (2006) melaporkan bahwa Bacillus pumilus yang

diisolasi di Mongolia dapat memproduksi asam indol asetat (IAA) sebanyak 42.1 µg/mL,

dan dapat diaplikasikan sebagai bio-inokulan biofertilizer untuk meningkatkan hasil

gandum varietas Orkhon di Mongolia. Menurut Rao (1994), inokulasi mikroorganisme

(5)

terhadap pertumbuhan diantaranya pertambahan diameter batang dan pemanjangan batang

sehingga meningkatkan tinggi tanaman.

2. Pseudomonas sp

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni Pseudomonas

sp berbentuk sirkular, tepi rata, cembung, mengkilap, semi translusens dan diameter 1-2

mm. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa Pseudomonas sp merupakan bakteri

Gram negatif, berbentuk batang lurus, sel tersusun tunggal atau berpasangan (Gambar 1.B).

Karakteristik spesifik genus Pseudomonas yaitu berbentuk batang lurus, motil dan tidak

melakukan fermentasi (Buchanan & Gibbons, 1974). Madigan et al. (2003) menyatakan

bahwa karakteristik yang membedakan Pseudomonas dengan bakteri enterik dan

Aeromonas adalah Pseudomonas tidak menghasilkan gas dari glukosa. Dalam taksonomi

Pseudomonas digolongkan ke dalam fillum Proteobacteria dan genus Pseudomonas

(Madigan et al., 2003). Pada umumnya Pseudomonas ditemukan di tanah, air tawar dan

laut (Buchanan & Gibbons, 1974).

Secara ekologi Pseudomonas merupakan organisme yang berperan penting di

dalam tanah dan air, dan bertanggungjawab terhadap degradasi banyak senyawa yang

berasal dari pembusukan material tumbuhan dan hewan dalam lingkungan aerobik, seperti

selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin, protein dan asam nukleat (Madigan et al., 2003 ;

Rao, 1994). Srivastava et al. (2007) menambahkan bahwa spesies tertentu dari

Pseudomonas, seperti Pseudomonas fluorescens, dapat memproduksi senyawa yang

mendorong pertumbuhan tanaman dan menghambat patogen pada akar, antara lain

lipopolisakarida yang mendorong kolonisasi akar pada tomat (Compant et al., 2005).

Spesies yang lain, Pseudomonas stutzeri, dapat memproduksi kitinase dan laminarinase

ekstraseluler yang dapat mencerna dan melisis miselia Fusarium solani, jamur pembusuk

akar tanaman (Compant et al., 2005).

3. Bacillus brevis

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni Bacillus brevis

berbentuk sirkular, tepi berombak teratur, umbonate, buram, tidak tembus cahaya, dan

diameter 2-4 mm. Bacillus brevis merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang,

menghasilkan endospora ellips terletak di bagian sentral atau terminal sel (Gambar 1.C).

(6)

glukosa, tidak mampu menghidrolisis pati, uji indol negatif, uji VP positif dan ada strain

yang bisa mereduksi nitrat. Karakteristik yang membedakan B. Brevis dengan spesies lain

terutama berdasarkan adanya spora bentuk ellips yang menggembung membentuk spindel

(Buchanan & Gibbons, 1974). Bacillus brevis tergolong kedalam filum Firmiculates, class

Bacilli, ordo Bacillales, famili Bacillaceae dan genus Bacillus. Pada umumnya Bacillus

brevis ditemukan di tanah, air, udara, materi yang membusuk, dan makanan seperti susu

dan keju. Jarang ditemukan berasosiasi dengan penyakit infeksi

(www.BacillusBrevis.com).

4. Bacillus badius

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni Bacillus

badius berbentuk sirkular, tepi berombak teratur, umbonate, buram, tidak tembus cahaya,

dan diameter 2 - 4 mm. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa Bacillus badius

merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, sel tersusun membentuk rantai panjang

dan membentuk endospora (Gambar 1.D). B. badius mirip dengan B. brevis. Karakteristik

yang membedakan B. badius dengan B. brevis adalah diameter sel B. badius lebih besar

dan membentuk rantai panjang dengan ujung rata. Pada umumnya B. badius ditemukan di

feses, debu dan makanan (Buchanan & Gibbons, 1974).

5. Alcalygenes sp

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni Alcalygenes sp

berbentuk sirkular, tepi rata, cembung, permukaan mengkilap, semi translucens, berlendir

dan diameter 1-2 mm. Hasil pewarnaan gram menunjukkan bahwa Alcalygenes sp

merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek (kokoid), sel tersusun tunggal

(Gambar 1.E). Karakteristik spesifik biokimia genus Alcalygenes yaitu uji indol negatif,

tidak mampu menghidrolisis gelatin dan tidak menggunakan karbohidrat. Pada umumnya

Alcalygenes berada di air dan tanah (Krieg & Holt, 1994). Beberapa spesies dari

Alcalygenes telah diketahui dapat berperan sebagai agen biokontrol, contohnya

Alcalygenes denitrificans. A. denitrificans dapat melakukan detoksifikasi toksin albisidin

yang dihasilkan oleh patogen Xanthomonas albilineans (Compant et al., 2005).

(7)

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni

Brachybacterium sp berbentuk sirkular, tepi rata, raised, tidak tembus cahaya dan diameter

1-2 mm. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa Brachybacterium sp merupakan

bakteri gram positif, berbentuk batang ramping dan sel tersusun membentuk rantai panjang

(Gambar 1.F). Karakteristik spesifik genus Brachybacterium yaitu motil, melakukan

fermentasi glukosa, dan mereduksi nitrat. Pada umumnya Brachybacterium ditemukan di

limbah ternak (Krieg & Holt, 1994).

7. Carnobacterium mobile

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni

Carnobacterium mobile berbentuk sirkular, tepi rata, pipih rata, buram, tidak tembus

cahaya dan diameter 1 mm. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa Carnobacterium

mobile merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang lurus dan ramping, sel tersusun

tunggal, berpasangan, atau membentuk rantai pendek. Karakteristik biokimia spesifik

genus Carnobacterium yaitu dapat melakukan fermentasi glukosa dan tidak mereduksi

nitrat. Karakteristik spesifik Carnobacterium mobile yang membedakannya dengan spesies

lain yaitu Carnobacterium mobile motil dan uji VP negatif. Carnobacterium sering

ditemukan pada produk ikan (Krieg & Holt, 1994). Keberadaan bakteri ini di dalam

sedimen Waduk Saguling diduga berasal dari aktivitas kerambah ikan di Waduk Saguling

yang menghasilkan limbah berupa kotoran ikan dan ikan yang mati.

(8)

Gambar 1. Morfologi sel bakteri aerobik dapat dikultur umur 24 jam dengan pewarnaan Gram. (A)

Bacillus pumilus, (B) Pseudomonas sp, (C) Bacillus brevis, (D) Bacillus badius, (E)

Alcalygenes sp, (F) Brachybacterium sp

8. Bacteroides clostridiformis

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni Bacteroides

clostridiformis berbentuk irregular, tepi berombak tidak teratur, cembung, buram, tidak

tembus cahaya dan diameter 1 mm. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa

Bacteroides clostridiformis merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang, sel

tersusun tunggal atau berpasangan. Karakteristik spesifik yang membedakan genus

Bacteroides dengan genus Fusarium yaitu Bacteroides menghasilkan asam butirat dari

pepton atau glukosa. Karakteristik spesifik yang membedakan B. clostridiformis dengan

spesies lainnya yaitu B. clostridiformis menghasilkan banyak gas. Bacteroides merupakan

mikroflora alami dalam pencernaan manusia (Buchanan & Gibbons, 1974).

9. Bacteroides sp

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni Bacteroides sp

berbentuk irregular, tepi berombak tidak teratur, cembung, buram, tidak tembus cahaya

dan diameter 1 mm. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa Bacteroides sp

C D

(9)

merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang, sel tersusun tunggal atau berpasangan.

Karakteristik spesifik Bacteroides yaitu menghasilkan asam butirat dari pepton atau

glukosa (Buchanan & Gibbons, 1974).

10. Acetivibrio ethanolgignens

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni Acetivibrio

ethanolgignens berbentuk sirkular, tepi rata, pipih rata, buram, tidak tembus cahaya dan

diameter 1 mm. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa Acetivibrio ethanolgignens

merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran bervariasi (ireguler), sel

tersusun tunggal atau berpasangan. Karakteristik spesifik genus Acetivibrio yaitu motil,

melakukan fermentasi karbohidrat dan memproduksi H2S. Karakteristik biokimia spesifik

yang membedakan Acetivibrio ethanolgignens dengan spesies lain yaitu mampu mereduksi

nitrat menjadi nitrit, uji VP positif, dapat menggunakan glukosa, frukstosa dan laktosa.

Acetivibrio sering ditemukan pada sludge sampah (Krieg & Holt, 1994).

11. Eubacterium sp

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni Eubacterium

limosum berbentuk irregular, tepi berombak tidak teratur, cembung, buram, tidak tembus

cahaya dan diameter 1 mm. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa Eubacterium sp

merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang dengan ukuran bervariasi (ireguler), sel

tersusun tunggal atau berpasangan. Karakteristik spesifik biokimia Eubacterium yaitu

memproduksi H2S, uji indol negatif, reduksi nitrat positif dan mampu menghidrolisis

gelatin (Krieg & Holt, 1994). Eubacterium ditemukan di mamalia, burung, ikan, feses

manusia dan tanah (Krieg & Holt, 1994 ; www.gideonline.com).

12. Propionigenium modestum

Pengamatan terhadap morfologi koloni menunjukkan bahwa koloni

Propionigenium modestum berbentuk sirkular, tepi rata, pipih rata, buram, tidak tembus

cahaya dan diameter 1 mm. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa Propionigenium

modestum merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek (kokoid), sel

tersusun tunggal, berpasangan atau membentuk rantai pendek. Karakteristik biokimia

(10)

menghidrolisis gelatin, kasein dan pati, uji simmon sitrat dan reduksi nitrat positif (Krieg

& Holt, 1994).

Ditemukannya berbagai spesies dari genus Bacillus dan Pseudomonas di sedimen

juga telah dilaporkan Parfenova et al. (2005) dan Miskin et al. (1998). Kedua genus bakteri

ini memiliki aktivitas enzimatis yang tinggi. Parfenova et al. (2005) melaporkan bahwa

strain Pseudomonas dan Bacillus yang diisolasi dari air dan sedimen Danau Baikal

menunjukkan aktivitas enzimatis protease, lipase, fosfatase dan fosfolipase yang tinggi.

Ditemukannya bakteri-bakteri yang mampu melakukan proses dekomposisi berbagai

senyawa organik ini akan mendukung pemanfaatan sedimen sebagai pupuk.

Bakteri-bakteri ini akan melakukan berbagai proses biokimia di dalam tanah yang berguna untuk

memelihara kesuburan tanah. Kemampuan mikroorganisme dalam melakukan berbagai

proses biokimia diperantarai oleh berbagai aktifitas enzim yang dilakukan mikroorganisme

tersebut.

IV. KESIMPULAN

Dari penelitian ini berhasil diidentifikasi 12 isolat bakteri. Bakteri aerobik dapat

dikultur dominan di sedimen Waduk Saguling yaitu Bacillus pumilus dan Pseudomonas sp,

di Cirata Bacillus brevis dan Bacillus badius, di Jatiluhur Alcalygenes sp dan

Brachybacterium sp. Bakteri anaerobik dapat dikultur dominan di sedimen Waduk

Saguling yaitu Carnobacterium mobile dan Bacteroides clostridiformis, di Cirata

Bacteroides corrodens dan Acetivibrio ethanolgignens, di Jatiluhur Eubacterium sp dan

Propionigenium modestum. Bakteri-bakteri ini berperan dalam dekomposisi berbagai

materi organik.

DAFTAR PUSTAKA

Atlas, R.M., & Bartha, R. 1993. Microbial Ecology : Fundamental and Applications. Philippines : Addison-Wesley Publishing Company.

Bissett, A., Burke, C., Cook, P.L.M., Bowman, J.P. 2007. Bacterial community shifts in organically perturbed sediments. Environmental Microbiology, 9 (1), 46 – 60.

Buchanan, R., Gibbons, E. 1974. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, 8th ed. USA : The Williams & Wilkins Co., Inc.

(11)

Cappuccino, J.G., Sherman, N. 2005. Microbiology a Laboratory Manual (edisi ke-7). San Francisco : The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.

Claret, C., Boulton, A.J., Dole-Olivier, M.J., Marmonier, P. 2001. Functional processes versus state variables : interstitial organic matter pathways in floodplain habitats. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 58 (8) : 1594 – 1602.

Compant, S., Duffy, B., Nowak, J., Clément, C., Barka, E.A. 2005. Use of growth-promoting bacteria for biocontrol of plant diseases : principles, mechanisms of action, and future prospects. Applied and Environmental Microbiology, 71 (9) : 4951 – 4959.

Curticapean, M-C., Dragan-Bularga, M. 2007. The enzymatic activity from the sediment of the Gilau dam reservoir-Cluj county. J. Biochem. Biophys. Methods, 69 : 261 – 272.

Fonseca, R.M.F., Barriga, F.J.A.S., Fyfe, W.S. 2003. Dam reservoir sediments as fertilizers and artificial soils: case studies from Portugal and Brazil. Dalam Tazaki, K. (Eds) Water and Soil Environments: Biological and Geological Perspectives. 21st Century COE Kanazawa University (hlm.55-62). Kanazawa Japan : Kanazawa University Press.

Gattinger, A., Palojarvi, A., Schloter, M. 2008. Microbial communities and related functions, Perspective for Agroecosystem Management, 279 – 292.

Hafeez, F.Y., Yasmin, S., Ariani, D., Rahman, M., Zafar, Y.,Malik, K.A. 2006. Plant growth-promoting bacteria as biofertilizer. Agron. Sustain. Dev., 26 : 143-150.

Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T., Williams, S.T. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (edisi ke-9). USA : The Williams & Wilkins Co., Inc.

Madigan, M.T., Martinko, J.M., Parker, J. 2003. Biology of Microorganisms (edisi ke-9). USA : Pearson Education, Inc.

Maier, R.M., Pepper, I.L., Gerba, C.P. 2003. Environmental Microbiology. Sadn Diego : Academic Press.

Parfenova, V.V., Terkina, I.A., Suslova, M.Y., Pavlova, O.N., Ahn, T.S. 2005. Structure and enzymatic activity of microbial community in water and sediments of Lake Baikal. Geophysical Research Abstracts,7, 06360.

Widenfalk, A. 2005. Interactions between Pesticides and Microorganisms in Freshwater Sediments. Thesis not published. Uppsala : Swedish University of Agricultural Sciences.

Gambar

Tabel 1. Bakteri dapat dikultur Dominan dari Sedimen Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Heriyanto (2011) juga menunjukkan bahwa reaksi antara gliserol dan minyak jagung merupakan reaksi yang searah, yang mana konstanta laju balik memiliki nilai yang

Pengolahan data dengan software Simul8 untuk rancangan model line pengiriman, Dari hasil proses running dan berdasarkan tabel rangkuman hasil simulasi diatas dapat

Data yang tampil pada setiap laporan di Bidang Usahatani, Sarana dan Prasarana dalam sistem e-Reporting dapat digunakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Jombang untuk

Hasil yang tidak berbeda ditunjukkan pada penelitian terhadap efek pemberian analgesia pre-emtif parecoxib yang mampu menurunkan skala nyeri pascaoperasi hidung tenggorokan

Hal ini membuat penulis berkeinginan untuk membuat penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Budaya Organisasi terhadap Kemampuan Manajemen

Pengamatan yang dilakukan yaitu Diagnosis gejala awal penyakit yang terdapat pada tanaman sampel di lahan dilakukan dengan mengamati gejala serangan penyakit pada

Matlamat pelaksanaan kursus pendek Kolej Komuniti kementerian Pendidikan Malaysia adalah untuk menyediakan peluang latihan kepada semua lapisan masyarakat setempat untuk

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau kesetaraan persepsi antara mahasiswa akuntansi jenis kelamin laki- laki dan perempuan terhadap faktor pelatihan profesional