• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS, KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21: INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS, KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21: INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING

Vol. 2

SEMINAR NASIONAL

PENDIDIKAN DASAR

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS,

KREATIVITAS, KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI

DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21:

INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21

Bandung, 3 Desember 2016

Editor:

Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.

Dr. Isah Cahyani, M.Pd. Vina

Anggia N. Ariawan, S.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

▸ Baca selengkapnya: anda jelaskan perbedaan pembelajaran abad 21 dan sebelum abad 20.

(2)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

PENDIDIKAN DASAR

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreativitas,

Komunikasi, dan Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21:

Inovasi Pembelajaran Abad 21

Vol. 2

Editor:

Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.

Dr. Isah Cahyani, M.Pd. Vina

Anggia N. Ariawan, S.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

(3)

ii PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS, KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21: INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21

ISBN 978-602-98647-5-5 Editor:

Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D. Dr. Isah Cahyani, M.Pd. Vina Anggia N. Ariawan, S.Pd.

Cetakan I Desember 2016

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154

(4)

PENGANTAR

EDITOR SEMINAR NASIONAL PRODI PENDAS SPS UPI Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreativitas, Komunikasi, dan

Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21: Inovasi Pembelajaran Abad 21

Abad 21 merupakan abad yang sarat akan teknologi serta daya saing yang kompetitif. Pada abad 21 diharapkan generasi masa depan memiliki pola pikir kritis serta kreatif untuk membangun bangsa Indonesia. Selain itu, kemampuan komunikasi juga menjadi kunci bagi generasi masa depan agar mampu menjalin suatu kolaborasi. Salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar. Seorang pendidik wajib memiliki pola pikir inovatif yang mampu dituangkan dalam pembelajaran sehingga menghasilkan peserta didik yang mampu berdaya saing di masa depan.

Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia menyelenggarakan seminar nasional dengan tema Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreativitas, Komunikasi,dan Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21: Inovasi Pembelajaran Abad 21. Penyelenggaraan seminar nasional didasari keinginan untuk menampung ide-ide dari pendidik dan calon pendidik tentang inovasi pembelajaran abad 21. Melalui kegiatan ini diharapkan partisipan memperoleh pengalaman serta inspirasi sehingga dapat mengembangkan kualitas peserta didik sebagai generasi masa depan yang unggul dan mampu berkontribusi bagi kemajuan Indonesia.

Bumi Siliwangi, 3 Desember 2016

(5)

v

DAFTAR ISI

Pengantar Editor Seminar Nasional Prodi Pendas SPs UPI ... iii

BAGIAN I

Penggunaan Model Metode dan Pendekatan Pembelajaran dalam

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunikasi dan Kolaborasi

ModelProject Based Learningdalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran IPS

Merry Christiana, Muliyati ...1

StrategiMeans-Ends Analysis (MEA)sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

Moh. Nurhadi ...7

Pengembangan Pemahaman Konsep IPS di SD Kelas Rendah melalui Pendekatan Personal Berlandaskan Pendekatan Sosial

Mubarok Somantri, Hany Handayani ...12

Penerapan Model Pembelajaran Mandiri BerbasisContent Management System (Cms) Wordpress (E-Learning)dalam Pembelajaran Menulis Dongeng (Penelitian

Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Kota Bandung)

Nais Ambarsari ...16

Penerapan Model SAVI (Somatic, Audiotory, Visualization, Intellectual)untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV pada Pembelajaran IPA tentang Daur Hidup Beragam Jenis Hewan

Nisrina Hardiani, Acep Roni Hamdani ...21

Penerapan ModelRole Playinguntuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar

Nur Fadillah, Trisna Romadhona ...27

Penerapan MetodeGamesJejak Kasus Dalam Pembelajaran IPS

Rekha Budi Ramdhani ...33

PengaruhContextual Teaching And Learning (CTL)Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Rina Indriani ...38

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Quantum Learningdalam Pelajaran IPA

(6)

Keefektifan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Daur Air di Sekolah Dasar Rintis Rizkia Pangestika ...48

Kegiatan Berpikir Kritis Matematis MelaluiProblem Based LearningBerstrategi

Accelerated Learning

Riska Oktaviani Tristania Pulungan ...54

Pembelajaran Tematik Terpadu dengan ModelProblem Based Learning (PBL)di Sekolah Dasar

Rizki Ramadhan ...60

Penggunaan MetodeImage Streamingdan Musik Latar terhadap Kemampuan Menulis Cerpen

Senja Pradestia Putri ...65

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Menulis Teks Diskusi

Siti Pitrianti ...71

Strategi Pembelajaran IPS Abad 21 untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah di Sekolah Dasar

Subarkah, Irwan ...77

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)dalam Meningkatkan Kecerdasan Ekologis dan Hasil Pembelajaran IPS

Suprihatin, Risma Prasasti ...83

Model MembacaSteinberguntuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Sekolah Dasar

Tatat Hartati ...89

Penerapan StrategiREACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, And Transferring)untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep pada Materi Bangun Ruang Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Ulfah ...102

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Komunikasi Matematika SD

Vira Pratiwi, Ika Fitri Apriani ...108

Pembelajaran Kontekstual sebagai Modal TerciptanyaSocial Carepada Peserta Didik Wahyu Dwi Lestari ...115

Contextual Teaching and Learningdalam Peningkatan Penalaran Matematis Siswa di Sekolah Dasar Kelas V SD

(7)

Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Yuyu Yuliati ...124

Pengembangan ModelCliosferdalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V

Yuyun Dwi Haryanti ...130

Pengaruh Model Multiliterasi Berbasis Integratif Berdiferensiasi untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis

Zaenal Abidin ...136

BAGIAN II

Penggunaan Media dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunkasi dan Kolaborasi

EfektivitasGoogle Earthsebagai MediaE-Learningdi Sekolah Dasar

Neni Maulidah, Murniwati ...141

Penggunaan MediaBig BookTerhadap Pembelajaran Literasi di Sekolah Dasar

Rahmat Sutedi, Restu Pujiantara ...147 Penggunaan TeknikQuick On The Drawdengan Media Cerita Bergambar untuk Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa Sekolah Dasar

Ridwan Firdaus ...154

Penggunaan Media Permainan Batu Loncatan untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Berkomunikasi Peserta Didik

Sari Rejeki Utami ...159

BAGIAN III

Pembelajaran Literasi dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunkasi Dan Kolaborasi

Implementasi ProgramWest Java Leader Reading Challenge (WJLRC) sebagai Budaya Literasi di Sekolah Dasar

Muhammad Rizal Fauzi ...165

Pembiasaan Membaca sebagai Wujud Pembelajaran Literasi di Sekolah Dasar

Nunuy Nurkaeti ...172

Profil Kemampuan Literasi IPS dan IPA Peserta Didik Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar dalam Rangka Gerakan Literasi Sekolah

Rokayah, Neni Hermita, Chaerul Rochman ...178

Pendidikan Literasi Abad 21 dan Implementasinya pada Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar

Rosalina Siagian ...184

(8)

Sastra Didaktis sebagai Afirmasi Literasi Komunikasi di SD

Seni Apriliya, Elan, Dwi Alia ...188

BAGIAN IV

Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunkasi Dan Kolaborasi

Permainan Tradisional Jung dan Kearifan Lokal Pesisir Pantai Bengkalis

Nurmahen ...195

Fiksimini Berbasis Cybersastra danLocal Wisdomsebagai Model Literasi Mutakhir Abad 21 di Sekolah Dasar

Sani Aryanto, Eli Nurlela Andriani ...200

BAGIAN V

Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Abad 21

Efektivitas Pelatihan Komunikasi Interpersonal untuk Mengurangi Rasa Malu (Shyness) Nandhini Hudha A ...206

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter

Risa Wismaliya, Cece Rakhmat, dan Reni Bakhraeni ...212

Menumbuhkan Kepemimpinan Anak di Sekolah Dasar

Roni Rodiyana ...218

Peran Pendidikan Karakter dalam Konteks Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di Abad 21

Ropal Aria Silo, Ferdinandus Husen Pantar ...224

Menumbuhkan Karakter Melalui Pembelajaran Kooperatif

Selly Puspa Dewi Rachman ...230

Penerapan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar pada Abad 21 Tri Juli Hajani ...233

Pembentukan Karakter Anak melalui Pendidikan Berbasis Budaya di Kabupaten Purwakarta sebagai Inovasi Pembelajaran Abad 21

Wahyuni , Lia Yulianti ...238

Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi di Sekolah Dasar

Wina Dwi Puspitasari ...244

Nilai Kepemimpinan Pendidikan dan Implikasinya Terhadap Pembinaan Karakter Siswa Sekolah Dasar

(9)

ix

BAGIAN VI

Kurikulum dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunkasi dan Kolaborasi

Komparasi Pendidikan Finlandia-Indonesia sebagai Upaya Merumuskan Formulasi Sistem Pendidikan yang Unggul di Abad 21

Rizki Ananda ...255

Konsep Pengembangan Pendidikan Masa Depan (Abad 21)

Sinta Wahyuni ...262

Perpaduan Kurikulum Nasional dan KurikulumCambridgesebagai Alternatif Kurikulum Pembelajaran di Sekolah Dasar Pada Abad 21

Sita Ratnangingsih ...267

BAGIAN VII

Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Abad 21

Kompetensi Sosial dan Kompetensi Kepribadian Guru dalam Perspektif Pendidikan Berasrama Program Profesi Guru Pasca SM-3T (Analisis Indikator Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru Pendidikan Berasrama Program PPG Pasca SM-3T) Mia Muslimah ...273

Peran Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Guru Sekolah Dasar

Mohammad Ajid Abdul Majid ...277

Peran Guru dalam Pendidikan Karakter Di Sekolah Pada Abad Ke 21

Monalisa Gherardini ...283

Membina Hubungan Guru dan Siswa (rapport building) Guna Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mengajar

Muhamad Nova ...288

BAGIAN VIII

Permasalahan di Sekolah Dasar pada Pembelajaran Abad 21

Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Keliling di Kelas 3 SD

Rini Yulia Agustini ...294

Learning ObstaclesMateri Persamaan Linear Satu Variabel

Siti Maryam Rohimah ...299

(10)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Yuyu Yuliati

yuyuliati74@gmail.com Universitas Majalengka

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kualitas pembelajaran di SD. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan apakah peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang mendapatkan bukan PBM. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperiment dengan desainpre- and post test design.Penelitian ini dilaksanakan di kelas V salah satu sekolah dasar negeri di Kabupaten Majalengka pada tahun ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian sebanyak 24 siswa kelas eksperimen dan 24 siswa kelas kontrol. Kelas ekperimen diberi perlakuan PBM, sedangkan kelas kontrol dengan bukan PBM. Kedua kelompok diberikanpre test danpost testdengan menggunakan instrumen tes yang sama. Instrumen yang digunakan terdiri atas butir soal uraian dan lembar observasi. Data

pre test dan post test diolah menggunakan bantuan programSPSS 20 for Windows. Hasil analisis data menunjukan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih baik dibanding siswa pada kelas kontrol.

Kata Kunci:Eksperimen, keterampilan berpikir kreatif, pembelajaran berbasis masalah (PBM)

PENDAHULUAN

Pada hakikatnya IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Harapan KTSP untukmata pelajaran IPA adalah siswa dapatmengembangkan pemahamankonsep IPA yang bermanfaat dan dapatditerapkan dalam kehidupan sehari-hari.Relevan dengan harapankurikulum, Rustaman (2007, hlm. 97) menjelaskan bahwa “pendidikan sains memiliki visi untuk mempersiapkan siswa yang melek sains dan teknologi”. Harapan siswa yang melek sains dan teknologi yaitu mampu memahami diri dan lingkungan sekitarnya melalui pengembangan keterampilan proses, sikap ilmiah, keterampilan berpikir, penguasaan konsep sains, teknologi, dan upaya pengelolaan lingkungan secara bijaksana yang dapat menumbuhkan sikap pengagungan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(11)

125 125

masalah untuk memberikan bermacam kemungkinan jawaban ataupun cara terhadap pemecahan masalah secara mendetail berdasarkan informasi yang diberikan. Adapun ciri dari keterampilan berpikir kreatif menurut Munandar (2012) di antaranya terdiri dari kelancaran (fluency), mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dengan lancar; keluwesan (flexibilty), yaitu mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi; keaslian (originality), yaitu mampu menyatakan suatu ide dengan caranya sendiri; dan merinci (elaboration), yaitu merinci ide secara mendetail.

Upaya mewujudkan visi pendidikan sains proses pembelajaran IPA selayaknya dikondisikan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan menekankan pada pemberian pengalaman langsung melalui kegiatan inkuiri ilmiah (scientific inquiry). Faktanya yang terjadi di lapangan pembelajaran sains masih terbilang belum menyentuh pengembangan keterampilan berpikir secara optimal. Rendahnya pembelajaran sains disebabkan karena tolak ukur keberhasilan pendidikan di sekolah masih difokuskan pada segi penguasaan konsep(Suastra dalam Aziz, 2012). Pembelajaran sains selama ini memiliki kecenderungan hanya mengasah aspek mengingat (remembering) dan memahami (understanding), kurang melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dimana siswa dituntut untuk menggunakan penalaran, argumentasi dan kreativitas lebih. Temuan tersebut didukung oleh hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di salah satu sekolah dasar di kabupaten Majalengka, bahwa pertanyan yang dilontarkan guru pada pelaksanaan pembelajaran masih didominasi oleh aspek ingatan, selain itu kegiatan pembelajaran yang dilakukan belum memberikan peluang bagi siswa untuk secara aktifmengembangkan kemampuan bernalar secara kritis sehingga pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa di bidang sains masih rendah.

Hasil survey TIMSS yang mengukur kemampuan scientific inquiry, menunjukan bahwa rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia pada tahun 2011 yaitu berada pada urutan 39 dari 41 dengan skor rata-rata 406. Berdasarkan hasil interpretasi survey TIMSS terhadap kemampuan siswa Indonesia ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning), ternyata rata-rata masih berada pada kemampuan knowing.Berdasarkan data empiris di atas, perlu dilakukan sebuah perubahan besar dan mendasar dalam pelaksanaan pembelajaran sains. Berbagai upaya seyogyanya dilakukan bertujuan untuk membenahi pembelajaran sehingga bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang memberikan peluang bagi siswa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM). Arends (2008, hlm. 41) menyatakan bahwa,”PBM merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,mengembangkan kemandirian, dan percaya diri”. Menurut Arends (2008) pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan melalui tahapan memberikan orientasi tentang permasalahan, mengorganisasikan siswa untuk meneliti, membantu investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan

exhibit,serta menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

(12)

select control

Berdasarkan penelitian di atas,peningkatan keterampilan berpikir kreatif hanya berada pada kategori sedang sehingga peneliti menganggap perlu melakukan penelitian kembali mengenai peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui PBM pada pembelajaran IPA. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji secara mendalam perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa yang memperoleh PBM dan siswa yang memperoleh bukan PBM.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperiment. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalahpre- and post test design(Creswell, 2008). Terdapat dua kelas yaituselect control groupdanselect experimental group(Creswell, 2008). Kelas ekperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran berbasis masalah (PBM), sedangkan kelas kontrol menggunakan bukan PBM yaitu pembelajaran yang biasa sehari-hari dilakukan oleh siswa. Kedua kelas diberikan pre test dan post test dengan menggunakan instrument test yang sama. Hasil tes dari kedua kelas tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui PBM.Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar1. berikut.

Time

Gambar 1.Quasi-Exsperiment pre- and post test design(Creswell, 2008, hlm. 314)

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah dasar negeri di Kabupaten Majalengka. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada rentang waktu tanggal 16 Maret s/d 4 Mei 2015. Partisipan penelitian ini yaitu siswa kelas V tahun ajaran 2014/2015. Jumlah partisipan pada penelitian ini yaitu 48 orang yang terbagi kedalam dua kelas yaitu kelas VA dan VB. Pemilihan siswa kelas VA dan VB sebagai partisipan penelitian didasarkan pada pertimbangan hasil belajar siswa yang relatif seimbang dilihat dari perolehan nilai rata-rata kelas. Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Pada penelitian ini, kelas VA ditentukan sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang siswa sedangkan kelas VB ditentukan sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang siswa.

(13)

127 127

adapun instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi berisi daftar isian yang menggambarkan aktivitas guru dan siswa pada tahapan pembelajaran berbasis masalah (PBM).

Data hasil observasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dianalisis secara deskriptif. Data hasil tes keterampilan proses siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistic package for sosial science (SPSS) 20 for windows. Data yang akan diuji adalah data pre test, post test, dan N-gain keterampilan berpikir kreatif. Pengujian N-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi setelah diberikan tindakan, apakah peningkatan keterampilan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Pengujian dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji t dengan taraf signifikansiα =0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut disajikan data perbandingan rata-rata skor pre test, post test, dan N-gain

keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang digambarkan pada grafik berikut. rata-rata skorpre test,

post testdan N-gain keterampilan berpikir

Berdasarkan gambar 2. di atas skor rata-rata pre test keterampilan berpikir kreatifantara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan awal keterampilan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah sebelum perlakuan pembelajaran hampir merata. Setelah adanya pemberian berlakuan pembelajaran berbasis masalah (PBM) pada kelas eksperimen dan pembelajaran bukan PBM pada kelas kontrol, nilai post test baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol penunjukan perbedaan secara kuantitas. Mutu peningkatan juga ditunjukan denganN-gainkedua kelas yang tidak sama.

(14)

Uji Pre test Post test N-gain

Eksperimen Kontrol Eksperimen kontrol Eksperimen kontrol Normalitas

N = 24

Sig 0,068 0,118 0.695 0,172 0,624 0,788 kesimpulan Data normal Data

normal

Sig 0,878 0,762 0,033 kesimpulan Data homogen Data homogen Data tidak homogen Uji t Sig Tabel 1.Rekapitulasi data hasil uji normalitas, uji homogenitas dan uji tterhadappre test,post test, danN-gain

keterampilan berpikir kreatif

Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis adalahjika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan jika lebih besar atau sama dengan

0,05, maka H0 diterima. Berdasarkan Tabel 1, Nilai Sig. (1-tailed) N-gain diperoleh dari

Sig. (2-tailed) yaitu , akibatnya H0 ditolak. Hal ini membuktikan

bahwa peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada siswa kelas kontrol. Abidin (2014), harapan dari dikembangkannya PBM yaitumeningkatnya kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.Terjadinya peningkatan keterampilan berpikir kreatif disebabkan karena proses berpikir tingkat tinggi pada PBM muncul pada setiap tahapan pembelajaran. Pada tahapan mengorientasikan, siswa didorong untuk menfokuskan perhatian pada apa yang mereka perlukan dalam memecahkan masalah melalui kerja kelompok dalam mengidentifikasi dan menganalisis fenomena pada wacana. Berdasarkan kegiatan pada tahap ini keterampilan berpikir kreatif yang muncul di antaranyaberpikir lancar yaitu kemampuan siswa dalam mencetuskan berbagai pertanyaan logis sesuai dengan wacana. Selain itu berpikir luwes, muncul ketika siswa mencetuskan pertanyaan dengan bervariasi.

Pada tahap mengorganisasikan siswa untuk meneliti, siswa diorganisasikan untuk saling membantu dalam menyelidiki masalah dan merancang penyelesaian masalah. Pada tahap ini dikembangkan kemampuan berpikir luwes dan berpikir orisinil. Berpikir orisinil muncul ketika siswa didorong untuk mengungkapkan ide dalam menyelesaikan masalah. Berpikir luwes muncul ketika siswa saling bertukar pikiran yang memunculkan gagasan yang bervariasi. Kendala yang dialami pada tahap ini yaitu guru kesulitan dalam mendorong siswa untuk bertukar pikiran karena motivasi siswa berbeda-beda. Selain itu, siswa mengalami kesulitan menemukan alternatif pemecahan masalah yang benar-benar memiliki keterbaruan. Setiap kelompok memiliki kecenderungan mengajukan alternatif penyelesaian masalah dengan cara yang telah biasa dilakukan.

(15)

129 129

Pada tahap ini keterampilan berpikir kreatif yang berkembang adalah keterampilan mengelaborasi.

Tahapan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah guru membantu siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap pemecahan masalah yang mereka lakukan.Keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan pada tahap ini yaitu berpikir merinci.Dengan demikian, peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa tidak terlepas dari aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Menurut Dahar (dalam Trianto, 2010), pengetahuan yang benar-benar bermakna didapat apabila seseorang berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya.Aktivitas siswa dalam PBM meliputi aktivitas fisik, mental, dan sosial Sehingga berbagai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap tahapannya akan berujung pada peningkatan ketepatan analisis dan kemampuan berpikir siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan PBM lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan bukan PBM.Meskipun PBM dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatiftetapi masih pada kriteria sedang, perlu adanya penelitian lebih lanjut pada materi dan subjek yang berbeda di tingkat sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.

Arends. (2008).Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

BSNP. (2006).Lampiran 1 Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006.Jakarta: Depdiknas. Dirjen Mandikdasmen. Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Creswell, J. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, 3rd Edition.New Jersey: Person Education Inc.

Munandar, U. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Muntaha, A & Hartono. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model PBL

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Jurnal of Primary Education, 2(2),pp.116-119.

Rustaman, N. (2007). Assesmen dalam Pembelajaran Sains.Bandun.

(16)

Gambar

Gambar 1. Quasi-Exsperiment pre- and  post test design (Creswell, 2008, hlm. 314)
Gambar 2. Perbandingan
Tabel 1.Rekapitulasi data hasil uji normalitas, uji homogenitas dan uji tterhadap pre test, post test, dan N-gainketerampilan berpikir kreatif

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penelitian ini terungkap bahwa kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif dari mahasiswa bidang bisnis yang

Pada dasarnya kemampuaan berpikir kritis menurut Sholikin (2021) yaitu kemampuan berpikir kritis merupakan suatu keterampilan dalam menganalisis dan mengevaluasi informasi

Pendekatan PBL berperan aktif dalam mengembangkan keterampilan teknis atau kognitif siswa seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dan kreatif dan penerapan

Menurut Wirabuana (2011: 1) langkah- langkah melakukan penilaian pemecahan masalah dalam pembelajaran untuk melatihkan dan mengembangkan kemampuan keterampilan

Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi yang menuntut siswa untuk mengembangkan proses menganalisis atau mengevaluasi informasi suatu

keterampilan berpikir kritis yaitu berupa menjelaskan, menganalisis, menginterpretasika n, menginterferensi dan mengevaluasi 2 Judul: Peningkatan Kemampuan Berpikir

Selain keempat keterampilan penting di atas yang harus dikuasai pada abad ke-21 berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kolaborasi, dan komunikasi, seseorang

Dari ke 15 siswa yang diberikan pemecahan masalah yang diambil 4 siswa yang dideskripsikan kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah, adapun deskripsi kemampuan berpikir kritis