A. Latar Belakang
Ilmu farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang sediaan obat dan zat-zat yang terkandung di dalamnya, serta cara-cara pengolahannya. Jadi sangatlah perlu bagi seorang farmasis, untuk mengetahui tentang seluk beluk tentang pengidentifikasian dan pemisahan suatu zat dalam suatu sampel. Untuk itu pengetahuan tentang analisis kualitatif sangat esensial untuk dijadikan salah satu keahlian bagi seorang farmasist. Inilah yang menjadi sebab praktikum ini dilaksanakan
Faktor pendorongnya praktikum analisis kualitatif ini dilakukan karena praktikan harus mengetahui dan mengenal cara-cara analisis kualitatif. Praktikum diperlukan untuk mendukung pengetahuan farmasis tentang analisa kualitatif, selain pengetahuan teori. Perlunya diadakan pengenalan terhadap anion sebagai dasar dalam malakukan analisa pada kegiatan-kegiatan praktikum di farmasi. Kita dapat lebih mengenal sifat-sifatnya dan cara-cara analisanya dengan bantuan praktikum.
Perlunya diadakan pengenalan terhadap anion sebagai dasar dalam malakukan analisa pada kegiatan-kegiatan praktikum di farmasi. Kita dapat lebih mengenal sifat-sifatnya dan cara-cara analisanya dengan bantuan praktikum.
Dalam hal ini pemeriksaan atau pemisahan anion merupakan salah satu cara analisis kualitatif. Dengan memakai reagensia golongan secara sistematik, dapat ditetapkan keberadaan suatu anion.
Pengetahuan tentang analisa ini akan memberi manfaat ke depan untuk mengetahui seberapa aman sebuah produk digunakan, apakah mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Hal inilah yang mendasari dilakukannya percobaan analisa kualitatif anion.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami analisis kation dan amnion serta karakteristik satu sampel 2. Tujuan Percobaan
Menentukasn sifat dan karakteristik dari satu sampel
Menentukan golongan dan spesifik kation dari sampel
Menentukan golongan dan spesifik anion dari sampel
C. Prinsip Percobaan
1. Penentuan sifat dan karakteristik dari satu sampel
2. Penentuan golongan kation dari sampel
3. Penentuan spesifik kation dari sampel
5. Penentuan spesifik anion dari sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas (G. Svehla : 1985).
Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah AgNO3 yang hasilnya adalah
endapan coklat merah bata (Ismail Besari : 1982).
Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen (Ismail Besari : 1982).
Klorat, Bromat dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama dijumpai pada garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang digunakan, yang paling dikenal adalah kalium permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4) atau dikenal sebagai pengoksida (Ismail
Besari : 1982).
Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L. Underwood : 1993).
Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom oksigen yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret. Namun demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion bikarbonat yang terbentuk dari CrO4 yang diasamkan (Ismail Besari : 1982).
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan (G. Svehla : 1985).
Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak
soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut (Anonim : 2011).
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah (G. Svehla : 1985).
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh (Underwood,1986).
Metode dalam melakukan analisis kualitatif ini dilakukan secara konvensional, yaitu memakai cara visual yang berdasarkan kelarutan. Pengujian kelarutan dilakukan pertama-tama dengan mengelompokkan ion-ion yang mempunyai kemiripan sifat. Pengelompokan dilakukan dalam bentuk pengendapan di mana penambahan pereaksi tertentu mampu mengendapkan sekelompok ion-ion. Cara ini menghasilkan 6 kelompok yang namanya disesuaikan dengan pereaksi pengendap yang digunakan untuk mengendapkan kelompok ion tersebut. Kelompok ion-ion tersebut adalah: golongan klorida (I), golongan sulfide (II), golongan hidroksida (III), golongan sulfide (IV), golongan karbonat (V), dan golongan sisa (VI) (Anonim,2010).
Dalam metode analisis kualitatif ini, kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation (Wiro, 2009).
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi eperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena uhu ini dapat digunaan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedngkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut denga ion sekutu tersebut (Masterton,1990).
B. Uraian Bahan
1. Aquades (Dirjen POM, 1979: 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA Nama lain : Air suling, air murni Berat molekul : 18,02
Rumus molekul : H2O
Pemerian : Cairan jenuh, tidak berwarna , tidak berasa dan tidak berbau
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. AgNO3 (DIRJEN POM, 1979 : 97)
Nama resmi : ARGENTII NITRAS Nama lain : Perak Nitrat
Rumus molekul : AgNO3
Berat molekul : 169,87
Pemerian : hablur berwarna putih, tidak berbau, menjadi gelap bila terkena sinar.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air. Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : sebagai pereaksi golongan anion.
3. CaCl2 (DIRJEN POM 1979 : 120)
Nama resmi : CALCII CHLORIDUM Nama lain : kalsium klorida
Berat molekul : 219,08
Pemerian : hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak pahit, meleleh basa.
Kelarutan : larut dalam 0,25 bagian air, mudah larut dalam etanol (95%) P. Penyimpanan : dalam wadah
tertutup baik.
Kegunaan : sebagai pereaksi spesifik golongan III
4. HCl (DIRJEN POM 1979 : 53)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM Nama lain : asam klorida
Rumus molekul : HCl Berat molekul : 36,46
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasa asam, bau merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian\
volume air, asap hilang.
Kelarutan : larut dalam air dan etanol (95%) P. Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pereaksi spesifik golongan III
5. HNO3 (DIRJEN POM 1979 : 650)
Nama resmi : ACIDUM NITRAS Nama lain : asam nitrat
Rumus molekul : HNO3
Berat molekul : 63
Pemerian : cairan jernih berasap, hampir tidak berwarna Sampai warna kuning.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan : sebagai pereaksi golongan anion.
6. MgCl2 (DIRJEN POM 1979 : 702)
Nama lain : Magnesium Klorida Rumus molekul : MgCl2
Pemerian : hablur tidak berwarna, tidak berbau, meleleh basah Kelarutan : larut dalam 1 bagian air dan dalam 2 bagian etanol
(95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pereaksi spesifik golongan III
7. NH4NO3 (Amonium nitrat) (FI 3: 644)
Nama resmi : Amonium nitras Nama lain : NH4NO3\
RM/BM : NH4NO3/80,0
Kelarutan : Mudah larut dalam air Pemerian : Hablur, tidak berwarna Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Pereaksi
8. KNO3 (Kalium nitrat) (FI 3: 691)
Kelarutan : Larut dalam 3,3 bagian air putih, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. organik, dalam larutan asam, dan larutan
alkali.
Pemerian : Serbuk halus, bebas butiran menggumpal, putih, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. gliserol P, sangat larut dalam etanol (95%) P.
dalam air mendidih
Kadar : Tidak kurang dari 99% KMnO4 dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur mengkilap, ungu tua, atau amper hitam, tidak berbau, rasa manis dan sepat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai sampel
14. KCl (Kalium klorida) (FI 3: 329)
Nama resmi : Kalii chloridum Nama lain : Kalium klorida RM/BM : KCl/74,35
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam
etanol mutlak P dan dalam eter P.
Pemeria : Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak berwarna, serbuk butir putih,
tidak berbau, rasa asin, mantap di udara.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai sampel
BAB III METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan.
a. Gegep
b. Gelas arloji
c. Gelas Kimia
d. Indikator pH
e. Pipet tetes
f. Pembakar spritus
g. Rak tabung
h. Tabung reaksi
2. Bahan yang digunakan
a. Aquades
b. AgNO3
c. CaCl2
d. HCl
e. HNO3
f. NH4NO3
g. KNO
h. BaSO4
i. BaSO4
j. CuSO4
k. KMnO4
B. Cara Kerja
1. Kation
a. Golongan I, Ag+
1) AgNO3 (Perak Nitrat), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan HCl
2) AgNO3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NaOH
3) AgNO3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NH3
4) AgNO3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan K2Cr2O7
5) AgNO3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan K
b. Golongan II, Cu2+
1) CuSO4 (Kupri Sulfat), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NaOH
2) Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NH3
3) CuSO4, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan KI
c. Golongan III, Fe3+
1) FeCl3 (Besi (III) Klorida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NaOH
2) FeCl3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan K3(Fe(CN)6)
d. Golongan IV, Ca2+
1) CaCl2 (Kalsium Klorida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan K3(Fe(CN)6))
2) CaCl2 , Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan K2Cr2O7
e. Golongan V
1) MgCl2 (Magnesium Klorida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NaOH
2. Anion
a. NaCl (Natrium Klorida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan AgNO3
b. b KI (Kalium Iodida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan AgNO3
c. KI, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan CuSO4
d. [K3(Fe(CN)6)] (Kalium ferrisianida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan
AgNO3
e. [K3(Fe(CN)6)], Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan CuSO4
f. Na2S2O3 (Natrium Tiosulfat), masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan H2SO4
g. Na2S2O3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan AgNO3
h. Na2S2O3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan CuSO4
i. Na2S2O3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan S2
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
2. Penga
matan
identifikasi anion
No. Prosedur Hasil Pengamatan
No Prosedur Hasi Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
Golongan I, Ag+
AgNO3+HCl→AgCl+HNO3
AgNO3+NaOH→AgOH+NaNO3
AgNO3+NH3→Ag(NH3)+NO3
2AgNO3+K2Cr2O7→Ag2Cr2O7+2KNO3
AgNO3+KI→ AgI+KNO2
Golongan II, Cu2+
CuSO4+2NaOH→Cu(OH)2+Na2SO4
CuSO4+NH3→ Cu(NH3)+SO4
CuSO4+2KI→CuI2+K2SO4
Golongan III, Fe3+
FeCl3+3NaOH→Fe(OH)3+3NaCl
FeCl3+K3Fe(CN)6→[Fe(Fe(CN)6)]+3KCl
Golongan IV, Ca2+
CaCl2+(K3(Fe(CN)6)→Ca3(Fe(CN)6)2
CaCl2+K2Cr2O7→CaCr2O7+2KCl
Golongan V, Mg2+
MgCl2+NaOH→Mg(OH)2+NaCl
Endapan putih Endapan cokelat Endapan putih
Endapan merah cokelat Endapan kuning
Endapan biru Endapan hijau Endapan putih
Endapan cokelat Endapan hijau
Warna kuning Warna kuning
Golongan F PO4
3-PO43- + Ba(NO3 )2 → Ba3(PO4 )2 putih + 2NO3
-PO43- + FeCl3 → FePO4 putih kuning + 3 Cl
-Golongan G
Anion NO32- → ↓ coklat tipis + FeSO4 + H2SO4 P.
NO32- + 4H2SO4 + 6FeSO4 → 6Fe + 2NO + 4SO4 + 4H2O
BAB V PEMBAHASAN
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh (Underwood,1986).
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation suatu larutan.Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan.
Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya: 1. Golongan I: Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion
golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.
2. Golongan II: Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn.
3. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
4. Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang digunakan untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
Sedangkan untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya: a. Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.
b. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.
c. Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau fospat terkondensasi.
d. Anion kompleks halide, seperti TaF6 dan kompleks anion yang mengandung anion berbasa banyak seperti oksalad
Reaksi-reaksi dalam anion ini akan dipelajari secara sistematis untuk memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama, ini meliputi asetat, format, oksalad, sitrat, salisilad, benzoad, dan saksinat.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang di uraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi kecil.
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang digunakan untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
Menemukan adanya kation dan anion dalam suatu analit, baik yang terdiri dari zat tunggal atau zat majemuk lebih dari satu kation dan anion, memerlukan sistematika tertentu. Apabila analit berupa larutan dapat langsung dianalisis, tetapi apabila berupa zat padat atau campuran padat dan cair, perlu dicari pelarut yang sesuai. Analisis kation dalam tiap – tiap golongan dilakukan sesuai langkah – langkah tertentu, sehingga masing – masing kation akhirnya dapat identifikasi. Uji kelarutan berbagai macam garam dalam air, dapat diperkirakan jenis anion yang mungkin terdapat dalam sampel.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Adapun reaksi-reaksi yang terjadi terhadap kation dan anion yaitu:
a) Golongan I: Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer.
b) Golongan II: Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
c) Golongan III: Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal.
d) Golongan IV: Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk
endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam.
e) Golongan V: Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir.
2. Analisa anion secara kualitatif merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui adanya
adalah pemisahan anion berdasarka kelarutan garam-garam perak, garam-garam kalsium, barium dan seng.
B. Saran
1. Untuk Laboratorium
Agar alat-alat yang ada akan digunakan bisa terjaga mutu dan kualitasnya agar dapat dilakukan oleh para praktikan.
2. Untuk Asisten
Janganlah bosan dalam mengawasi jalannya praktikum yang dilakukan praktikan dalam laboratorium diharapkan agar dapat lebih baik untuk mengurangi faktor kesalahan pada praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Universitas Muslim Indonesia. Makassar. Besari, Ismail, dkk. (1982), Kimia Organik untuk Universitas, Edisi I, Armico Bandung, Bandung. Direktorat jendral POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
L. Underwood, A., (1993), Analisis Kimia Kualitatif , Edisi IV, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Svehla, G. (1985). VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik