• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Kesehatan tentang Stres dan Coping Stres

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " Psikologi Kesehatan tentang Stres dan Coping Stres"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Stress

Definisi stres

Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau respon emosional. Para psikolog juga mendefinisikan stres dalam berbagai bentuk. Stres bisa mengagumkan, tetapi bisa juga fatal. Semuanya tergantung kepada para penderita.

Lazarus dan folkman, 1984 menyatakan, stres psikologis adalah sebuah hubungan antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai hal yang membebani atau sangat melampaui kemampuan seseorang dan membahayakan kesejahteraannya.

Stres juga bisa berarti ketegangan, tekanan batin, tegangan, dan konflik yang berarti: A. Satu stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas (daya) psikologis atau fisiologis dari suatu organisme.

B. Sejenis frustasi, di mana aktifitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu oleh atau dipersukar, tetapi terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan was kuatir dalam percapaian tujuan.

C. Kekuatan yang diterapkan pada suatu sistem, tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi.

D. Satu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan.

Menurut robert s. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu.

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebutpositif atau negatif.

(2)

atasnya. Bila seseorang telah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjelaskan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhankeluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.

Stress adalah suatu tuntutan yang mendorong organisme untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri. Sedangkan stressor adalah suatu sumber stress. Maka peneliti dapat menyimpulkan tentang definisi stres di atas yaitu: stres adalah suatu keadaan yang membebani atau membahayakan kesejahteraan penderita, yang dapat meliputi fisik, psikologis, sosial atau kombinasinya.

Tahap-tahap stres

Menurut hans selye, 1950 stress adalah respon tubuh yang bersifat non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban di atasnya. Selye memformulasikan konsepnya dalam general adaptation syndrome (gas). Gas ini berfungsi sebagai respon otomatis, respon fisik, dan respon emosi pada seorang individu. Selye mengemukakan bahwa tubuh kita bereaksi sama terhadap berbagai stressor yang tidak menyenangkan, baik sumber stress berupa serangan bakteri mikroskopi, penyakit karena organisme, perceraian ataupun kebanjiran. Model gas menyatakan bahwa dalam keadaan stress, tubuh kita seperti jam dengan system alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis.

Respon gas ini dibagi dalam tiga fase, yaitu:

a. Reaksi waspada (alarm reaction stage) adalah persepsi terhadap stresor yang muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini disebut juga reaksi berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction).

b. Reaksi resistensi (resistance stage) adalah tahap di mana tubuh berusaha untuk bertahan menghadapi stres yang berkepanjangan dan menjaga sumber-sumber kekuatan (membentuk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan). Merupakan tahap adaptasi di mana sistem endokrin dan sistem simpatis tetap mengeluarkan hormon-hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat reaksi waspada.

c. Reaksi kelelahan (exhaustion stage)adalah fase penurunan resistensi, meningkatnya aktivitas para simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik. Yaitu apabila stresor tetap Berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat memperburuk keadaan.tahap kelelahan Ditandai dengan dominasi cabang parasimpatis dari ans. Sebagai akibatnya,

(3)

Sumber stress

Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologik nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stres reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya.

Empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme respons stres: a. Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor yang

mengurangi intensitas respon stress

b. Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stres yang Tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi.

c. Persepsi: pendangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respon stres.

d. Respons koping: ketersediaan dan efektifitas mekanisme mengikat ansietas, dapat Menambah atau mengurangi respon stres.

Sumber stres yang dapat menjadi pemicu munculnya stres padaindividu yaitu:

a. Stressor atau frustrasi eksternal (frustrasi = kekecewaan yang mendalam).

Stressor eksternal : berasal dari luar diri seseorang, misalnya perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, tekanan dari pasangan.

B. Stressor atau frustrasi internal stressor internal : berasal dari dalam diri seseorang, Misalnya demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah).

Tipe kepribadian yang rentan terkena stres

Beberapa tipe kepribadian yang rentan menderita gangguan stress adalah: A. Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan)

B. Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah (emosional) C. Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan (over convidence)

D. Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam E. Bekerja tidak mengenal waktu (workholic)

F. Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah (otoriter) G. Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan

(4)

tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan J. Tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel)

K. Bila berlibur pikirannya ke pekerjaannya, tidak dapat santai. L. Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.

Gejala stres

Menurut robert s. Fieldman (1989) stress adalah suatu prosesyang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.

Taylor (1991) menyatakan, stress dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami individu.

Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:

a. Respon fisiologis, dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung,

Detak nadi, dan sistem pernapasan.

b. Respon kognitif, dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu, seperti

Pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

c. Respon emosi, dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami

Individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.

d. Respon tingkah laku, dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang Menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.

Gejala–gejala lain yang dapat dilihat dari orang yang sedang Mengalami stres antara lain:

A. Cemas B. Depresi

C. Makan berlebihan D. Berpikiran negatuf E. Tidur berlebihan F. Diare

G. Konstipasi atau sembelit H. Kelelahan yang terus menerus I. Sakit kepala

J. Kehilangan nafsu makan K. Marah

L. Tegang

(5)

O. Alergi P. Merokok

Q. Nyeri persendian R. Berdebar-debar S. Sesak napas

Apabila seseorang mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala di atas, maka kemungkinan orang tersebut mengalami stres.stres juga dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada anggota tubuh, diantaranya:

a. Rambut

Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.

b. Mata

Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena Kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi focus lensa mata.

c. Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdengin (tinitus).

d. Daya piker

Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.

e. Ekspresi wajah

Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).

f. Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.

Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.

g. Kulit

(6)

h. sistem pernafasan

Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otototot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paruparu juga mengalami spasme.

i. sistem kardiovaskuler

Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.

j. sistem pencernaan

Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung,mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.

k. sistem perkemihan.

Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).

l. Sistem otot dan tulang

(7)

m. sistem endokrin

Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

Stres berdasarkan jenis kelamin

a. Stres pada wanita fluktuasi estrogen dalam tubuh wanita dapat membuat parasaannya Berubah-ubah. Selama periode stres, kadar estrogen menurun. Kelenjar adrenalin menghasilkan hormon stres lebih banyak dari pada estrogen. Selama fase ini, ketika kadar estrogen menurun, terjadi pembentukan plak pembuluh darah yang meningkatkan resiko terjadinya peyakit jantung. Setelah mencapai masa menopouse, kadar estrogen pada wanita menurun hingga 80%. Ini adalah masa titik balik yang penting pada kehidupan wanita. Banyak perubahan besar yang terjadi seperti muka kemerahan dan terasa panas, masa tulang yang rendah hingga mengalami osteoporosis. Selain itu estrogen melindungi sistem jantung dan pembuluh darah sampai pada masa menopouse. Setelah menopouse, wanita menjadi rentan terhadap masalah jantung, yang kemungkinan sama dengan pria.

b. Stres pada laki-laki

Penurunan kadar testosteron berpengaruh pada stres fisik dan psikologis. Testosteron Adalah hormon yang memberi tanda maskulinitas pada pria, seperti rambut, suara yang berat, dan figure tubuh.

Testosteron berkaitan dengan dominan pria. Hormon ini juga berkaitan dengan pola pikir sifat mereka dengan wanita. Cara mereka belajar, rasionalitas, dan keengganan untuk menunjukkan perasaannya merupakan ciri khas pria. Kedua jenis kelamin ini memang benarbenar berbeda, baik secara fisik maupun mental.

Jenis stres

Jenis-jenis stres menurut quick dan quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

a. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,positif, dan Konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

(8)

dalam hal ini, gejala stres yang akan diteliti merupaka gejala stres yang bersifat distress, sebagai akibat dari sebuah stres akut yang berkepanjangan dihitung mulai dari 3 bulan pasca kejadian (stressor)muncul.

Coping

Definisi coping

Coping berasal dari bahasa latin dan yunani. Coping berasal dari kata ”ko-ping” yang berarti ”to strike” atau melawan, untuk benar-benar menguasai sesuatu. Sedangkan coping stres adalah perlawanan untuk menguasai stres yang sedang dihadapi.

Dalam echols & shadily, istilah coping juga bisa berasal dari kata to cope yang dalam kamus bahasa inggris–indonesia berarti: (a) menanggulangi, mengatasi; (b) menguasai. Retnowati (2004) mengartikan koping sebagai strategi mengatasi masalah.

Menurut lazarus dan folkman, 1999 coping adalah proses untuk mengelola tuntutan (baik eksternal maupun internal) yan diterima individu. Sedangkan menurut lazarus dan launier, coping terdiri atas usaha, baik tindakan maupun intrapsikis untuk mengelola lingkungan dan tuntutan internal dan konflik di antara mereka.

Coping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu.

Macam coping stres

Coping stres dapat dibagi menjadi 2 macam: A. Defensive coping

Defensive coping adalah saalah satu cara seseorang dalam menghadapi stress, yaitu Dengan lari dari masalah yang menimbulkan stres tersebut, baik secara fisik maupun psikologis.

Menurut freud, seluruh tipe defensive coping merupakan penyesuaian diri pada

Realitas yang tidak sehat. Kebanyakan pola defensive coping yang meliputi mental atau fisik merupakan pelarian dari situasi yang traumatis.

direct coping

(9)

Menurut lazarus & folkman (1984), dalam melakukan coping dibedakan menjadi 2 macam strategi, yaitu:

a. Problem-focused coping

Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau Mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan..suatu studi dilakukan oleh folkman (dalam taylor 1991), problem-focused coping terdiri atas tiga variasi, yaitu:

1) confrontatif coping, adalah usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi dan pengambilan resiko.

2) seeking social support, adalah usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dari bantuan informasi

3) planful problem solving, adalah usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap dan analitis.

Aldwin & revenson (1987) mengemukakan bahwa aspek strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada masalah adalah:

1) Kehati-hatian (cautiouness), adalah ketika individu mengalami masalah, individu memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta pendapat dan pandangan dari orang lain tentang masalah yang dihadapi, serta bersikap hati-hati sebelum memutuskan sesuatu dan mengevaluasi strategi yang pernah dilakukan.

2) Tindakan instrumental (instrumental action), individu mengambil tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun rencana serta langkah apapun yang diperlukan.

3) negosiasi (negotiation), individu melakukan usaha-usaha yang ditujukan kepada orang lain yang terlibat untuk ikut serta memikirkan atau menyelesaikan masalah yang dihadapi.

B. E motion-focused coping .

Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon Emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan.

Emotion-focused coping menurut folkman terdiri dari 5 variasi :

1) Self-control, adalah usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan.

(10)

Menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandangan-pandangan yang positif, seperti menganggap masalah lelucon.

3) Positif reappraisal, adalah usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan Terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melihatkan hal-hal yang bersifat religius.

4) Accepting responsibility, adalah usaha untuk menyadari tanggung jawab diri Sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya, dan mencoba menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena pikiran dan tindakannya sendiri. Nsmun strategi ini menjadi tidak baik bila individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut. 5) Escape avoidance, adalah usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari

situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok atau menggunakanobat-obatan.

Strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada emosi menurut aldwin & revenson (1987) terdiri dari:

1) Pelarian diri dari masalah (escapism). Individu berusaha menghindari masalah Dengan makan, tidur, merokok berlebihan, atau mengandaikan dirinya berada pada situasi lain yang menyenangkan.

2) Pengurangan beban masalah (minimization), meliputi usaha smm yang disadari Untuk tidak memikirkan masalah dan bersikap seolaholah tidak ada sesuatu yang terjadi.

3) Menyalahkan diri (self blame ), merupakan bentuk smm yang lebihdiarahkan Kedalam daripada berusaha untuk keluar dari masalah.

4) Pencarian makna (seeking meaning), merupakan usaha pencarian makna kegagalan yang dialami dan mencoba untuk menemukanjawaban dari masalah dengan melihat segi-segi penting dalam kehidupan.

Tugas coping

Kedua strategi coping di atas mempunyai lima fungsi tugas coping yang dikenal dengan istilah coping task, yaitu:

a. Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek untuk Memperbaikinya.

B. Mentoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif. C. Mempertahankan gambaran diri yang positif.

D. Mempertahankan keseimbangan emosional.

(11)

Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping

Setiap orang akan mereaksi situasi yang sana dalam bentuk yang berbeda-beda dan dengan beberapa cara. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping antara lain:

A. Jenis kelamin.

B. Umur dan perkembangan C. Tingkat pendidikan. D. Stress dan kecemasan. E. Situasi.

F. Persepsi, intelektual dan kesehatan. G. Situasi sosial ekonomi

Menurut yanny faktor-faktor yang mempengaruhi coping adalah:

a. Perkembangan kognitif, yaitu bagaimana subyek berpikir dan memahami kondisinya.

b. Kematangan usia, yaitu bagaimana subyek mengelola emosi, pikiran dan Perilakunya terhadap masalah yang tengah ia hadapi

c. Urutan kelahiran, yaitu posisi subyek di antara saudara-saudaranya yang Berpengaruh terhadap karakteristik subyek dalam menilai dirinya sendiri. d. Moral, yaitu bagaimana subyek memandang sebuah aturan tentang manajemen

Pemilihan ini

E. Pola asuh orang tua, yaitu terkait dengan penerapan disiplin

F. Peran orang tua, yaitu keberadaan orang tua untuk mendampingi anak G. Habit, yaitu pola kebiasaan subyek

H. Religi, yaitu peran agama dan keyakinan dalam kehidupan subyek I. Value, yaitu nilai-nilai yang dipegang dan diyakini subyek

J. Pemahaman subyek tentang masalah yang ia hadapi atau pengalaman yang pernah dialami subyek di masa lalu.

Bagaimana penyakit berhubungan dengan stres ?

seperti dijelaskan di atas individu bervariasi dalam reaksi fisiologis mereka terhadap stres , dengan beberapa menunjukkan reaktivitas stres yang lebih besar daripada yang lain . Para peneliti berpendapat bahwa penyakit mungkin manifestasi sosial reaktivitas yang meningkat ini . Untuk menilai ini , peneliti mengeksplorasi hubungan antara kebencian dan stres reaktivitas dan melaporkan bahwa orang-orang yang memiliki kebencian yang tinggi menunjukkan reaktivitas yang lebih besar untuk stres yang melibatkan interaksi orang lain. Oleh karena itu permusuhan dan stres reaktivitas tampaknya terkait erat . Apa implikasi dari ini untuk link stres - penyakit ?

Bagaimana kontrol menengahi hubungan stres dengan penyakit?

(12)

 Control dan perilaku pencegahan. Ia telah mengemukakan bahwa kontrol yang tinggi memungkinkan individu untuk mempertahankan gaya hidup sehat dengan percaya 'saya bisa melakukan sesuatu untuk mencegah penyakit'.

 Control dan perilaku berikut penyakit. Ini juga telah menyarankan bahwa kontrol

yang tinggi memungkinkan individu untuk mengubah perilaku setelah sakit. Misalnya, meskipun individu mungkin memiliki status kesehatan yang rendah menyusul penyakit, jika mereka percaya ada sesuatu yang bisa mereka lakukan tentang kesehatan mereka mereka akan mengubah perilaku mereka.

 Control dan fisiologi. Ia telah mengemukakan bahwa kontrol langsung mempengaruhi

kesehatan melalui perubahan fisiologis.

 Control dan tanggung jawab pribadi. Ada kemungkinan bahwa kontrol yang tinggi

dapat menyebabkan perasaan tanggung jawab pribadi dan menyalahkan akibatnya pribadi dan belajar ketidakberdayaan. Perasaan ini bisa menyebabkan baik untuk tidak ada perubahan perilaku atau perilaku tidak sehat yang mengakibatkan penyakit.

Asumsi dalam psikologi kesehatan

Penelitian stres menyoroti beberapa asumsi dalam psikologi kesehatan.

1. Masalah pikiran-tubuh . Meskipun banyak penelitian stres meneliti bagaimana pikiran

dapat mempengaruhi tubuh (misalnya penilaian berhubungan dengan pelepasan hormon stres, dukungan sosial berkaitan dengan menghasilkan penyakit yang berhubungan dengan stres), bagaimana proses ini terjadi tidak jelas. Selain itu, meskipun hubungan ini menunjukkan interaksi antara pikiran dan tubuh, mereka masih mendefinisikan mereka sebagai entitas terpisah yang saling mempengaruhi, bukan sebagai entitas yang sama.

2. Masalah kemajuan. Hal ini sering diasumsikan bahwa teori-teori terbaru lebih baik

dari teori-teori sebelumnya. Oleh karena itu, model termasuk penilaian, dukungan sosial adalah lebih baik dibandingkan menggambarkan stres sebagai reaksi spontan terhadap stressor. Mungkin teori-teori yang berbeda belum tentu lebih baik dari satu sama lain, tapi hanya cara yang berbeda untuk menggambarkan proses stres.

3. Masalah metodologi. Hal ini diasumsikan bahwa metodologi adalah netral dan

(13)

berkaitan dengan faktor-faktor ini benar-benar mendorong mereka untuk melihat diri mereka sendiri / dunia dalam hal tahan banting, self-efficacy dan kontrol.

Apa itu nyeri?

nyeri tampaknya memiliki fungsi yang jelas. Nyeri memberikan umpan balik yang konstan tentang tubuh memungkinkan kita untuk melakukan penyesuaian dengan bagaimana kita duduk atau tidur. Nyeri sering merupakan tanda peringatan bahwa ada sesuatu yang salah dan hasil dalam perilaku pelindung seperti menghindari bergerak dengan cara tertentu atau mengangkat benda berat. Nyeri juga memicu membantu mencari perilaku dan merupakan alasan umum untuk pasien yang mengunjungi dokter mereka. Nyeri juga memiliki konsekuensi psikologis dan dapat menghasilkan ketakutan dan kecemasan. Dari perspektif evolusi karena itu, rasa sakit adalah tanda bahwa tindakan yang diperlukan. Ini berfungsi untuk menghasilkan perubahan baik dalam bentuk mencari bantuan atau menghindari aktivitas. Namun, rasa sakit tidak sesederhana itu. Rasa sakit tampaknya tidak memiliki penyebab yang mendasari dan fungsi untuk menghalangi daripada untuk membantu seseorang melanjutkan kehidupan mereka. Nyeri seperti memiliki komponen psikologis yang kuat. Para peneliti membedakan antara nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau kurang. Biasanya memiliki penyebab didefinisikan dan sebagian besar diobati dengan obat penghilang rasa sakit. Sebuah patah kaki atau luka bedah adalah contoh dari nyeri akut. Sebaliknya nyeri kronis berlangsung selama lebih dari enam bulan dan dapat berupa jinak di yang bervariasi dalam tingkat keparahan atau progresif di bahwa hal itu akan secara bertahap memburuk..

Teori rasa sakit awal dan rasa sakit sebagai sensasi

model awal nyeri dijelaskan nyeri dalam kerangka biomedis sebagai respon otomatis untuk faktor eksternal. Oleh karena itu ketiga model nyeri menggambarkan nyeri dengan cara berikut:

 Kerusakan jaringan menyebabkan sensasi nyeri.

 Psikologi terlibat dalam model ini sakit hanya sebagai konsekuensi dari rasa sakit

(misalnya cemas, takut, depresi). Psikologi tidak memiliki pengaruh kausal.

 Sakit adalah respon otomatis ke rangsangan eksternal. Tidak ada tempat untuk

interpretasi atau moderasi.

 Sensasi nyeri memiliki penyebab tunggal.

 Pain dikategorikan menjadi ada baik sakit psikogenik atau nyeri organik. Nyeri

(14)

Peran pengkondisian klasik

penelitian menunjukkan bahwa pengkondisian klasik mungkin memiliki efek pada persepsi nyeri. Seperti yang dijelaskan oleh teori-teori pembelajaran asosiatif, seorang individu dapat mengaitkan lingkungan tertentu dengan pengalaman rasa sakit. Sebagai contoh, jika seorang rekan individu dokter gigi dengan rasa sakit karena pengalaman masa lalu, persepsi nyeri dapat ditingkatkan ketika menghadiri dokter gigi karena harapan ini. Selain itu, karena hubungan antara kedua faktor ini, individu mungkin mengalami kecemasan meningkat ketika menghadiri dokter gigi, yang juga dapat meningkatkan rasa sakit. Meneliti efek menyajikan penderita migrain dengan kata-kata yang berhubungan dengan nyeri. Mereka menemukan bahwa presentasi ini meningkat baik kecemasan dan rasa sakit persepsi dan menyimpulkan bahwa kata-kata menyebabkan perubahan suasana hati, yang menyebabkan perubahan persepsi subyek sakit. Hal ini dibahas lebih lanjut dalam hal dampak kecemasan.

Peran mempengaruhi kecemasan

dalam hal nyeri akut, nyeri meningkat kecemasan, pengobatan yang berhasil untuk rasa sakit kemudian mengurangi rasa sakit yang kemudian menurunkan kecemasan. Hal ini kemudian dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut dalam rasa sakit. Oleh karena itu, karena relatif mudah dengan yang nyeri akut dapat diobati, kecemasan berkaitan dengan persepsi nyeri ini dalam hal siklus pengurangan nyeri. Namun, pola yang berbeda untuk nyeri kronis. Karena pengobatan memiliki sangat sedikit efek pada nyeri kronis, ini meningkatkan kecemasan, yang selanjutnya dapat meningkatkan rasa sakit. Dalam hal hubungan antara kecemasan dan rasa sakit kronis, ada siklus kenaikan nyeri.

Takut

banyak orang dengan pengalaman nyeri dapat memiliki rasa takut yang luas dari peningkatan rasa sakit atau dari sakit yang sedang terjadi dan dapat mengakibatkan mereka menghindari berbagai macam kegiatan yang mereka anggap berisiko tinggi para peneliti berpendapat bahwa fungsi sakit dengan menuntut perhatian yang menghasilkan kemampuan diturunkan untuk fokus pada kegiatan lainnya.

Laporan diri

(15)

Mcgill sakit questionnaire . The mpq mencoba untuk mengakses sifat lebih kompleks dari rasa sakit dan meminta individu untuk menilai rasa sakit mereka dalam tiga dimensi : sensorik ( misalnya berkedip , berdenyut , mengalahkan ) , afektif ( misalnya menghukum , kejam , membunuh ) dan evaluatif ( misalnya mengganggu , menyedihkan , intens ) . Beberapa langkah-langkah laporan diri juga mencoba untuk mengakses dampak bahwa rasa sakit adalah memiliki pada individu tingkat fungsi dan bertanya apakah rasa sakit mempengaruhi individu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas sehari-hari seperti berjalan, duduk dan naik tangga .

Penilaian Observasional

Penilaian observasional mencoba untuk membuat penilaian lebih objektif dari rasa sakit dan digunakan ketika pasien laporan diri sendiri dianggap tidak dapat diandalkan atau ketika mereka tidak dapat memberikan mereka . Misalnya , langkah-langkah pengamatan akan digunakan untuk anak-anak , beberapa penderita stroke dan beberapa pasien yang sakit parah . Selain itu, mereka dapat memberikan validasi tujuan dari langkah-langkah laporan diri . Langkah-langkah pengamatan meliputi penilaian terhadap nyeri yang diminta dan digunakan , perilaku nyeri ( seperti pincang , meringis dan ketegangan otot ) dan waktu yang dihabiskan tidur dan / atau istirahat .

Tindakan Fisiologis

Kedua tindakan laporan diri dan langkah-langkah pengamatan kadang-kadang dianggap sebagai tidak bisa diandalkan jika dianggap ' tujuan ' untuk ukuran nyeri . Secara khusus , langkah-langkah laporan terbuka untuk bias individu dalam rasa sakit dan pengamatan tindakan terbuka untuk kesalahan yang dibuat oleh pengamat . Oleh karena itu , langkah-langkah fisiologis kadang digunakan sebagai indeks intensitas nyeri . Langkah-langkah-langkah tersebut meliputi penilaian terhadap peradangan dan tindakan berkeringat , denyut jantung dan suhu kulit . Namun, hubungan antara tindakan fisiologis dan baik langkah-langkah pengamatan dan laporan diri sering bertentangan , menimbulkan pertanyaan ' apakah individu dan penilai keliru tentang fisiologis pengukuran tidak mengukur rasa sakit ? '

Asumsi Dalam Psikologi Kesehatan

Penelitian ke rasa nyeri menyoroti beberapa asumsi yang mendasari psikologi kesehatan .

(16)

Referensi

Dokumen terkait

(5) Besaran Standar Satuan Harga untuk insentif Tenaga Lainnya pada Perangkat Daerah yang terlibat dalam penanganan COVID-19 sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu

A real-world object, such as the registration form used to register for a course, consists of attributes and behaviors (see Figure 2-1 ).. An attribute is data associated with

Banyaknya pemilih pemula yang golput atau memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya sudah menjadi sebuah indikasi bahwa pemilih pemula yang juga anggota dalam

Ini adalah karya-karyanya yang berhubungan dengan perempuan, karya-karya Quraish Shihab secara keseluruhan akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.... Mengenai persoalan asal

Ministry of Public Works is delivering rental walk up flat ( rumah susun sederhana sewa / rusunawa ) and aiming low-income people in general (but particularly related

a) Sosialisasi dan penyuluhan pengendalian limbah di area DAS Airmata kepada masyarakat di Kelurahan Airmata, Kelurahan Fontein, Kelurahan Mantasi, Kelurahan Airnona,

4.1.1 Pada peringkat akhir pemerintahan Bani Umaiyah, golongan mawali (orang Islam bukan Arab seperti Parsi dan Barbar) merasa didiskriminasikan (tidak dapat jawatan dan

Subjek penelitian adalah karyawan pada instalasi farmasi rumah sakit dengan kriteria inklusi karyawan yang telah bekerja di insta- lasi farmasi rumah sakit lebih dari dua tahun,