• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Partai Politik dalam Pembangunan B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Partai Politik dalam Pembangunan B"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Peran Partai Politik dalam

Pembangunan Bangsa : Kebangkitan

Nasional Hingga Reformasi

Noftarecha Putra 17718251007

ABSTRACT

The paper that has been written down entitled as “Peran Partai Politik dalam Pembangunan Bangsa : Kebangkitan Nasional hingga Reformasi” Some issues

that will be improved are the development of political parties since the National Movement till now Reformation era. A method that was adopted by author is a history research which has systematically steps in collecting sources linked to the events besides considering critics to evaluate some facts and create a writing to discover all truths. Political parties in Indonesia had been passing so many era, start with national movement, liberal democracy, guided democracy, the new order and reformation. Political parties taking their own role on every era with their challenge and how they take their responsibility to educate the people with politic and how the parties involved in every policy determination.

Keywords: Political Party, Policy, People, Development

A.Pendahuluan

Negara demokrasi biasanya dibangun melalui sistem kepartaian.1 Partai

politik adalah alat yang paling ampuh bagi manusia untuk mencapai tujuan-tujuan

politiknya. Pembuatan keputusan negara hanya mungkin dilakukan secara teratur

melalui pengorganisasian secara melembaga berdasarkan tujuan-tujuan

kenegaraan, yaitu oleh partai politik. Partai politik berfungsi sebagai struktur

antara rakyat (civil society) dengan negara (state). Oleh karenanya, dapat

dikatakan bahwa demokrasi tidak dapat berjalan tanpa adanya partai politik.2 Carl

1 Harold J. Laski, dalam Muchammad Ali Safa’at,

P embubaran Partai Politik, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. 3.

2 Jimly Asshiddiqie, dalam Muchamad Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik, (Jakarta:

(2)

2

J. Fredrich3 mendefinisikan partai politik sebagai sebuah kelompok manusia yang

terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan

penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan

penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat

idiil serta materiil.

Partai politik menjalankan peran penghubung yang strategis antara proses

kenegaraan dengan warga negara. Bahkan Schattscheider4mengatakan bahwa

political parties created democracy (partai politik yang membentuk demokrasi),

dan bukan sebaliknya. Kepartaian yang terjadi di Indonesia, sudah mulai tumbuh

dan berkembang sejak masa kolonial Belanda, untuk hal yang menarik untuk

disimak dalam buku ini, dimulai dari kepartaian ini dari sejak masa penjajahan

Belanda. Kita akan mundur ke belakang (flash back) guna mengetahui

perkembangan partai-partai politik pada masa penjajahan. Partai-partai politik

pada masa penjajahan merupakan embrio bagi tumbuh dan berkembangnya

partai-partai politik pada saat ini.

Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem

politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri.

Di negara-negara yang menganut faham demokrasi, gagasan mengenai partisipasi

rakyat mempunyai dasar ideologis, bahwa rakyat berhak turut menentukan

siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin bangsa yang nantinya akan menentukan

kebijaksanaan umum (public policy). Partisipasi politik rakyat ini didasari pada

pandangan bahwa rakyat perlu dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas

yang langgeng dan untuk mencapai tujuan itu, partai politik merupakan alat yang

baik.5

B.Perkembangan Partai Politik di Indonesia

3 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama: 2008), hlm.

404.

4 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta:

Bhuana Ilmu Populer, 2008). hlm. 710.

(3)

3

Menurut catatan sejarah, sistem kepartaian di Indonesia mulai muncul

pada dekade awal abad ini dibawah pengaruh Politik Etis kolonial Belanda,

lahirnya kelompok cendekiawan baru Indonesia dan membanjirnya pemikiran

baru islam serta gagasan-gagasan baru Eropa. Dalam suatu perubahan cepat pada

tahun 1910 an dan 1920 an, gerakan golongan islam, kaum komunis, dan

Nasionalis timbul tenggelam akibat permusuhan mereka terhadap Belanda dan

permusuhan yang terjadi antara mereka sendiri.6

Indische partij merupakan partai politik pertama di Indonesia yang

menjadi pelopor timbulnya organisasi-organisasi politik di zaman pra

kemerdekaan, baik organisasi politik yang bersifat ilegal maupun legal.7

Mengingat ekstrimnya pemikiran partai ini kala itu, Indische Partij hanya bertahan

8 bulan saja, hal itu disebabkan karena ketiga pemimpin mereka masing-masing

dibuang ke Kupang, Banda dan Bangka, dan kemudian diasingkan ke Nederland.

Setelah beberapa tahun diasingkan, Ki Hajar Dewantara dan Dr. Setyabudi

kembali ke Indonesia untuk mendirikan partai politik yang dinamakan sebagai

National Indische Partij (NIP) pada tahun 1919 yang kemudian secara langsung

mempelopori lahirnya beberapa partai politik lain yakni Indische Social

Democratische Verening (ISDV), Partai Nasional Indonesia, Partai Indonesia dan

Partai Indonesia Raya.8

Partai-partai politik yang ada sebelum kemerdekaan tersebut, tidak

semuanya mendapatkan status badan hukum dari kolonial Belanda. Bahkan,

partai-partai tersebut tidak dapat beraktivitas secara damai dan lancar di zaman

penjajahan Belanda. Maka dari itu, partai yang bergerak atau menentang tegas

pemerintahan belanda akan dilarang, dimana pemimpinnya akan ditangkap,

dipenjarakan atau diasingkan. Pada masa kependudukan Jepang, eksistensi partai

politik sebagai suatu organisasi tidak diakui, namun tokoh-tokoh politik masih

berperan penting dalam proses mencapai kemerdekaan. Hal tersebut dapat dilihat,

6

Ichlasul Amal, Teori-teori Mutakhir;Partai Politik, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996), hlm. 132.

7 Poerwanta, Partai Politik di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 35.

8 Slamet Muljana, Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan, (Yogyakarta:

(4)

4

pada saat terbentuknya BPUPK dan PPKI oleh pemerintahan Jepang, yang

keanggotaannya di isi oleh tokoh-tokoh nasional yang sebelumnya merupakan

pimpinan partai politik. Partai-partai politik yang ada sebelum kemerdekaan pada

umumnya bersifat iedeologis serta memiliki fungsi dan program utama untuk

mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Partai-partai tersebut menjalankan fungsi

mengagresikan dan mengartikulasikan aspirasi dan ideologi masyarakat untuk

mencapai kemerdekaan, serta menjalakan fungsi rekruitmen politik yang

memunculkan tokoh nasional dan wakil rakyat yang menjadi anggota Volksraad.9

Perjalanan partai politik di Indonesia tidak dapat dipungkiri mengalami

pasang surut dari masa ke masa. Dalam konteks Indonesia, pada awalnya partai

politik didirikan sebagai alat perjuangan melawan penjajahan dan

memperjuangkan kemerdekaan. Partai politik di Indonesia baru mulai tumbuh

subur ketika Indonesia mendapatkan kemerdekaannya. Maklumat Wakil Presiden

Republik Indonesia No. X yang dikeluarkan oleh Moh. Hatta pada tanggal 3

November 1945 dan merupakan usulan dari Komite Nasional Indonesia Pusat

(KNIP) menjadi tonggak sejarah mengenai mulai berkembangnya partai politik di

Indonesia. Isi dari maklumat ini adalah untuk memberikan kesempatan

seluas-luasnya kepada rakyat Indonesia membentuk partai politik.

C.Peran Partai Politik dalam Ketatanegaraan Indonesia

Demokrasi modern tidak bisa lepas dari peran partai politik sebagai bentuk

organisasi politik yang menjembatani antara pemerintah dan masyarakat. Partai

politik memastikan keterlibatan masyarakat dan akomodasi aspirasi dan

kepentingan masyarakat luas dalam kebijakan yang nantinya akan kembali ke

masyarakat untuk kemaslahatan bersama. Peran signifikan partai politik tidak

lepas dari sejarah demokrasi modern yang menekankan pada perwakilan. Partai

politik mendapat mandate kosntitusional untuk mengajukan calon-calon wakil

9

(5)

5

rakyat baik di legislatif maupun eksekutif. Dibandingkan dengan kelompok

kepentingan dan kelompok masyarakat sipil, partai politik memiliki peran sentral

yang mencakup dua dimensi.10

Kedua dimensi ini adalah: pertama, partai politik mengagregasikan

kepentingan dan aspirasi masyarakat lalu mentransformasikannya menjadi agenda

yang akan membentuk platform dalam Pemilu. Platform ini harus bisa menarik

minat dan kepercayaan orang banyak agar partai mendapat kursi banyak di

parlemen untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan. Kedua, partai politik

merupakan satu-satunya pihak yang dapat menterjemahkan kepentingan dan

nilai-nilai masyarakat ke dalam legislasi dan kebijakan publik yang mengikat. Partai

politik berperan atau tidaknya sangat bergantung pada bagaimana menjalankan

fungsi fungsi partai politik baik sebagai : (1) Sarana Komunikasi Politik; (2)

Sarana Sosialisasi Politik; (3) Sarana Recruitment Politik; dan (4) Sarana Pengatur

Konflik.

Peran partai politik dewasa ini sangatlah penting dalam sistem politik di

Indonesia karena menjadi poros penting dalam proses demokrasi. Partai politik

tidak hanya menjadi saluran partisipasi politik warga negara, tetapi juga untuk

mengintegrasikan para individu dan kelompok dalam masyarakat ke dalam sistem

politik. Partai politik tidak hanya berperan dalam mempersiapkan para kader

calon pemimpin bangsa untuk dicalonkan melalui pemilihan umum (pemilu)

untuk menduduki berbagai jabatan dalam lembaga legislatif atau eksekutif, tetapi

juga memperjuangkan kebijakan publik berdasarkan aspirasi dan kepentingan

masyarakat. Untuk itu partai politik memerlukan sumber daya agar dapat bertahan

dan mengoperasikan struktur dasar partai untuk merepresentasi rakyat,

mengembangkan kapasitas bersaing dalam pemilu, dan berkontribusi secara

kreatif dalam perdebatan kebijakan publik.11

10

Thomas Meyer, Peran Partai Politik dalam Sebuah Demokrasi: Sembilan Tesis. (Jakarta: Friederich-Ebert-Stiftung, 2012), hlm.12.

11 Ramlan Subakti dan Didik Supriyanto, Pengendalian Keuangan Partai Politik, (Kemitraan bagi

(6)

6

Adapun peranan partai politik dalam ketatanegaraan Indonesia dari masa

ke masa dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Masa Penjajahan

Pertumbuhan Partai Politik di Indonesia telah mengalami pasang surut.

Kehidupan Partai Politik baru dapat di lacak kembali mulai tahun 1908. Pada

tahap awal, organisasi yang tumbuh pada waktu itu seperti Budi Oetomo belum

bisa dikatakan sebagaimana pengertian Partai Politik secara modern. Boedi

Oetomo tidak diperuntukkan untuk merebut kedudukan dalam negara (public

office) di dalam persaingan melalui Pemilihan Umum. Juga tidak dalam arti

organisasi yang berusaha mengendalikan proses politik. Boedi Oetomo dalam

tahun-tahun itu tidak lebih dari suatu gerakan kultural, untuk meningkatkan

kesadaran orang-orang Jawa. Walaupun pada waktu itu Budi Oetomo belum

bertujuan ke politik murni, tetapi keberadaan Boedi Oetomo sudah diakui para

peneliti dan pakar sejarah Indonesia sebagai perintis organisasi modern.

Partai dalam arti modern sebagai suatu organisasi massa yang berusaha

untuk mempengaruhi proses politik, merombak kebijaksanaan dan mendidik para

pemimpin dan mengejar penambahan anggota, baru lahir sejak didirikan Sarekat

Islam pada tahun 1912. Sejak itulah partai dianggap menjadi wahana yang bisa

dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan nasionalis. Selang beberapa bulan, lahir

sebuah partai yang di dirikan Douwes Dekker yaitu Indesce Partij, yang

dilatarbelakangi oleh adanya diskriminasi antara kaum Indo peranakan dan

Belanda baik dalam gaji maupun perlakuan lainnya menyebabkan timbulnya

pergolakan jiwa di kalangan kaum Indo. Lalu bertekad mendirikan perkumpulan

yang radikal yang berusaha meleburkan diri dengan masyarakat pribumi.

Terutama adanya ancaman yang sama yaitu penindasan kolonial. Dua partai inilah

yang bisa dikatakan sebagai cikal bakal semua Partai Politik dalam arti yang

sebenarnya yang kemudian berkembang di Indonesia.12

12 M. Rusli Karim. Perjalanan Partai Politik di Indonesia: Sebuah Potret Pasang Surut. (Jakarta:

(7)

7

Pada masa pendudukan Jepang semua Partai Politik dibubarkan. Namun,

pada masa pendudukan Jepang juga membawa perubahan penting. Pada masa

Jepang-lah didirikan organisai-organisasi massa yang jauh menyentuh akar-akar

di masyarakat. Jepang mempelopori berdirinya organisasi massa bernama Pusat

Tenaga Rakyat (Poetera). Namun nasib organisasi ini pada akhirnya juga ikut

dibubarkan oleh Jepang karena dianggap telah melakukan kegiatan yang bertujuan

untuk mempengaruhi proses politik. Praktis sampai diproklamirkan kemerdekaan,

masyarakat Indonesia tidak mengenal partai-partai politik.

Secara umum, partai politik pada masa ini berfungsi dan berperan tampil

sebagai wadah perjuangan yang menggelorakan semangat nasionalisme. Selain

itu, peran partai politik pada masa penjajahan sebagian besar masih sebatas

sebagai sebagai penengah, dan perumus ide yang hanya berfungsi sebagai sarana

sosialisasi politik dan komunikasi politik.13

2. Awal Kemerdekaan

Setelah Proklamasi Kemerdekaa, keberadaan partai politik semakin marak

dengan lahirnya banyak partai politik sesuai maksud “Maklumat Pemerintah No.

X, 3 November 1945” yang menyatakan bahwa pemerintah menyukai lahirnya

partai-partai politik agar segala aliran paham yang ada dalam masyarakat dapat

dipimpin ke jalan yang teratur. Meskipun demikian, ternyata fungsi dan peranan

partai politik mengalami dinamika atau pasang surut sesuai perkembangan sistem

politik lndonesia. Pada masa ini, partai politik tumbuh di Indonesia ibarat

tumbuhnya jamur di musim hujan, dengan berbagai haluan ideologi politik yang

berbeda satu sama lain. Adapun peran partai politik masa ini adalah adalah

sebagai sarana perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan melalui

cara-cara yang bersifat politis.

3. Masa Orde Lama

13 A.Gau Kadir. Dinamika partai politik di indonesia. Jurnal Sosiohumaniora . Vol. 16 No. 2 Juli

(8)

8

Pada periode sistem politik Demokrasi Parlementer, partai politik

menunjukkan fungsi dan peranan yang kuat. Partai politik dan parlemen (DPR)

merupakan kerangka pokok mekanisme sistem politik. Stabilitas politik dan

pemerintahan sangat tergantung pada “dukungan” partai-partai politik dalam parlemen. Sistem politik ini diterapkan dalam sistem multi partai. Betapa sulit

membangun pola-pola kerja sama (koalisi) antar partai-partai politik dalam

membentuk kabinet. Tidak ada satupun kabinet yang dapat menyelesaikan masa

tugasnya. Jatuh bangunnya kabinet, menunjukkan tidak stabilnya politik dan

pemerintahan pada masa itu. Itulah sebabnya, pada periode Demokrasi Terpimpin

muncul kebijaksanaan untuk menyederhanakan partai politik dengan mengurangi

jumlah partai politik melalui penetapan Presiden No. 7/1959 yang menetapkan

syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu partai politik untuk diakui oleh

pemerintah. Di sini Maklumat Pemerintah 3 Nopember 1945 yang menganjurkan

pendirian partai-partai politik tersebut dicabut.14

Dengan dikeluarkannya maklumat pemerintah pada tanggal 3 November

1945 yang menganjurkan dibentuknya Parpol, sejak saat itu berdirilah puluhan

partai. Maklumat ini ditandatangani oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Atas

usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang meminta diberikannya

kesempatan pada rakyat yang seluas-luasnya untuk mendirikan Partai Politik.

Partai Politik hasil dari Maklumat Pemerintah 3 November 1945 berjumlah 29

buah, dikelompokkan dalam 4 kelompok partai berdasarkan ketuhanan,

kebangsaan, Marxisme, dan kelompok partai lain yang termasuk partai

lain-lain adalah Partai Demokrat Tionghoa Indonesia dan Partai Indo Nasional.

Ketika Indonesia menganut demokrasi liberal, kabinetnya bersifat

parlementer. Dalam demokrasi parlementer, demokrasi liberal atau demokrasi

Eropa Barat, kebebasan individu terjamin. Begitu juga lembaga tinggi. Dalam

sistem politik menurut UUDS 1950 peranan partai-partai besar sekali. Antara

partai politik dan DPR saling terdapat ketergantungan, karena anggota DPR

14 Direktorat Politik dan Komunikasi. Laporan Akhir; Tinjauan Peran Partai Politik dalam

(9)

9

umumnya adalah orang-orang partai. Dalam tahun-tahun pertama sesudah

pengakuan kedaulatan, orang berpendapat bahwa partai merupakan tangga

ketenaran atau kenaikan kedudukan seseorang. Pemimpin-pemimpin partai akan

besar pengaruhnya terhadap pemerintahan baik di pusat maupun di daerah-daerah

dan menduduki jabatan tinggi dalam pemerintahan meskipun pendidikannya

rendah. Partai politik pada zaman liberal diwarnai suasana penuh ketegangan

politik, saling curiga mencurigai antara partai politik yang satu dengan partai

politik lainnya. Hal ini mengakibatkan hubungan antar politisi tidak harmonis

karena hanya mementingkan kepentingan (Parpol) sendiri.

Pada keadaan seperti itulah Partai Politik tumbuh dan berkembang selama

revolusi fisik dan mencapai puncaknya pada tahun 1955 ketika diselenggarakan

Pemilihan Umum pertama yang diikuti oleh 36 Partai Politik, meski yang

mendapatkan kursi di parlemen hanya 27 partai. Pergolakan-pergolakan dalam

Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Konstituante hasil Pemilihan Umum telah

menyudutkan posisi Partai Politik. Hampir semua tokoh, golongan

mempermasalahkan keberadaan Partai Politik. Kekalutan dan kegoncangan di

dalam sidang konstituante inilah yang pada akhirnya memaksa Bung Karno

membubarkan partai-partai politik.15

Pada tanggal 5 Juli 1960 Presiden Sukarno mengeluarkan Peraturan

Presiden No.13 tahun 1960 tentang pengakuan, pengawasan, dan pembubaran

partai-partai. Pada tanggal 14 April 1961 Presiden Sukarno mengeluarkan

Keputusan Presiden no. 128 tahun 1961 tentang partai yang lulus seleksi, yaitu

PNI, NU, PKI, partai Katolik, Pertindo, Partai Murba, PSII, Arudji, dan IPKI. Dan

2 partai yang menyusul yaitu Parkindo dan partai Islam Perti. Jadi pada waktu itu,

parpol yang boleh bergerak hanya 10 partai saja, karena parpol yang lain dianggap

tidak memenuhi definisi tentang partai atau dibubarkan karena tergolong partai

Gurem. Tetapi jumlah partai yang tinggal 10 buah itu berkurang satu pada tahun

1964. Presiden Sukarno atas desakan PKI dan antek-anteknya, membubarkan

Partai Murba dengan alasan Partai Murba merongrong jalannya revolusi dengan

(10)

10

cara membantu kegiatan terlarang seperti BPS (Badan Pendukung Sukarnoisme)

dan Menikebu (Manifesto Kebudayaan).

Peranan partai politik pada masa ini sudah menjadi sarana penyalur

aspirasi rakyat, namun kurang maksimal karena situasi politik yang panas dan

tidak kondusif. Dimana setiap partai hanya mementingkan kepentingan partai

sendiri tanpa memikirkan kepentingan yang lebih luas yaitu kepentingan bangsa.

4. Masa Orde Baru

Perkembangan partai politik setelah meletus G. 30 S/PKI, adalah dengan

dibubarkannya PKI dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Indonesia.

Menyusul setelah itu Pertindo juga menyatakan bubar. Dengan demikian partai

politik yang tersisa hanya 7 buah. Tetapi jumlah itu bertambah dua dengan

direhabilitasinya Murba dan terbentuknya Partai Muslimin Indonesia. Golongan

Karya yang berdiri pada tahun 1964, semakin jelas sosoknya sebagai kekuatan

sosial politik baru.16 Dalam masa Orde Baru dengan belajar dari pengalaman Orde

Lama lebih berusaha menekankan pelaksanaan Pancasila secara murni dan

konsekuen. Kristalisasi Suara Parpol yang terdengar dalam MPR sesudah pemilu

1971 menghendaki jumlah partai diperkecil dan dirombak sehingga partai tidak

berorientasi pada ideologi politik, tetapi pada politik pembangunan. Itu karena

banyaknya Partai Politik dianggap tidak menjamin adanya stabilitas politik dan

dianggap mengganggu program pembangunan. Usaha pemerintah ini baru

terealisasi pada tahun 1973, partai yang diperbolehkan tumbuh hanya berjumlah

tiga yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), GOLKAR dan Partai Demokrasi

Indonesia (PDI).17

Pada era ini, fungsi dan peranan partai politik melemah. Hal ini antara lain

disebabkan diterapkannya “sistem massa mengambang (floating mass), dimana Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 menyatakan bahwa partai politik tidak

dibolehkan membentuk kepengurusan di kecamatan dan desa. Hal ini tidak

16 M. Rusli Karim. Perjalanan Partai Politik di Indonesia: Sebuah Potret Pasang Surut. (Jakarta:

Rajawali Pers, 1993), hlm. 153-154.

(11)

11

memungkinkan partai politik melakukan kegiatan politik di pedesaan, dimana

sebagian besar rakyat Indonesia bermukim. Tetapi Golkar bisa melalui jalur

birokrasi pedesaan, sehingga ia mampu menampilkan fungsi dan peranan yang

dominan.18

5. Masa Reformasi sampai Saat Ini

Memasuki era reformasi, dimana arus demokratisasi deras, maka tuntutan

pembentukan partai politik baru juga berkembang. Menyikapi tuntutan-tuntutan

tersebut, Maka UndangUndang No. 2 tahun 1999 tentang partai politik

memberikan peluang bagi seluruh warga negara Republik Indonesia untuk

membentuk partai politik. Hal ini dipandang sejalan dengan pasal 28 UUD 1945

tentang kebebasan berserikat dan berkumpul. Tumbuhnya partai-partai politik

baru, maka pada pemilu legislatif tahun 1999 tampil 48 partai politik yang

bersaing, pemilu legislatif tahun 2004 tampil 24 partai politik. Jumlah partai

politik peserta pemilu turun 50% dari pemilu sebelumnya. Tetapi sayangnya pada

pemilu legislatif tahun 2009 naik lagi menjadi 38 partai politik peserta pemilu

yang bersaing dan pemilu legislatif 2014 tampil 12 partai politik. Nampaknya

sistem multi partai memungkinkan jumlah partai politik tidak stabil, dimana partai

politik baru bisa saja muncul dari adanya tuntutan perubahan dalam masyarakat.

Hal ini memungkinkan proses politik berjalan kurang efisien dan efektif.19

Setelah reformasi, pertumbuhan Partai Politik didasari atas kepentingan

yang sama masing-masing anggotanya. Boleh jadi, Era Reformasi yang

melahirkan sistem multi-partai ini sebagai titik awal pertumbuhan partai yang

didasari kepentingan dan orientasi politik yang sama di antara anggotanya.

Kondisi yang demikian ini perlu dipertahankan, karena Partai Politik adalah alat

demokrasi untuk mengantarkan rakyat menyampaikan artikulasi kepentingannya.

18

A.Gau Kadir. Dinamika partai politik di indonesia. Jurnal Sosiohumaniora. Vol. 16 No. 2 Juli 2014. hlm.134-135.

(12)

12

Tidak ada demokrasi sejati tanpa Partai Politik. Meski keberadaan Partai Politik

saat ini dianggap kurang baik, bukan berarti dalam sistem ketatanegaraan kita

menghilangkan peran dan eksistensi Partai Politik. Keadaan Partai Politik seperti

sekarang ini hanyalah bagian dari proses demokrasi.20

Dalam kondisi kepartaian yang seperti ini, Pemilihan Umum 2004 digelar

dengan bersandar kepada Undang-undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai

Politik. Dalam perjalanannya, undang-undang ini di anggap belum mampu

mengantarkan sistem kepartaian dan demokrasi perwakilan yang efektif dan

fungsional. Undang-undang ini juga belum mampu melahirkan Partai Politik yang

stabil dan akuntabel. Masyarakat juga masih belum percaya pada keberadaan

Partai Politik, padahal fungsi Partai Politik salah satunya adalah sebagai alat

artikulasi kepentingan rakyat. Untuk menciptakan Partai Politik yang efektif dan

fungsional diperlukan adanya kepercayaan yang penuh dari rakyat. Tanpa

dukungan dan kepercayaan rakyat, Partai Politik akan terus dianggap sebagai

pembawa ketidakstabilan politik sehingga kurang berkah bagi kehidupan rakyat.

Untuk menciptakan sistem politik yang memungkinkan rakyat menaruh

kepercayaaan, diperlukan sebuah peraturan perundang-undangan yang mampu

menjadi landasan bagi tumbuhnya Partai Politik yang efektif dan fungsional.

Dengan kata lain, diperlukan perubahan terhadap peraturan perundang-undangan

yang mengatur sistem Politik Indonesia yakni Undang-undang No. 31 Tahun 2002

tentang Partai Politik, Undang-undang No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan

Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Undang-undang No. 23 tahun 2003

tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, dan Undang-undang No.

22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.

Boleh dikatakan bahwa setelah era reformasi ini peran partai sebagai

penyalur aspirasi rakyat bisa dimaksimalkan, dapat dilihat dari partai-partai yang

tumbuh dan berkembang dengan bebas tanpa intervensi dari pihak manapun.

Walaupun begitu masih banyak yang harus dibenahi partai politik kita,

20 Direktorat Politik dan Komunikasi. Laporan Akhir; Tinjauan Peran Partai Politik dalam

(13)

13

diantaranya adalah masih banyaknya korupsi, kolusi dan nepotisme di dalam

organisasi partai politik saat ini.21

D.Penutup

Partai politik merupakan sekelompok anggota masyarakat yang

terorganisir secara teratur berdasarkan ideologi atau program dimana ada

keinginan para pimpinannya untuk merebut kekuasaan negara terutama eksekutif

melalui yang terbaik. Cara konstitusional danada seleksi kepemimpinan secara

teratur dan berkala. Jadi secara teori dan apapun namanya suatu organisasi politik

atau masyarakat apabila memenuhi kriteria tersebut dapat dikategorikan sebagai

partai politik. Partai politik berperan atau tidaknya sangat bergantung pada

bagaimana menjalankan fungsi fungsi partai politik baik sebagai : (1) Sarana

Komunikasi Politik; (2) Sarana Sosialisasi Politik; (3) Sarana Recruitment Politik;

dan (4) Sarana Pengatur Konflik. Pasca reformasi di Indonesia, peranan partai

politik masih dapat dikategorikan sangat rendah karena tidak dapat menjalankan

fungsinya dengan baik sebagai pilar demokrasi. Beberapa faktor yang

menyebabkan gagalnya partai politik di Indonesia dalam menjalankan fungsinya

karena : (1) Sistem kepartaian di Indonesia; (2) Budaya elitisme; dan (3)

Pragmatisme partai politik itu sendiri.

References

Asshiddiqie, Jimly. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Reformasi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

21 Direktorat Politik dan Komunikasi. Laporan Akhir; Tinjauan Peran Partai Politik dalam

(14)

14

Cipto, Bambang. 1996. Prosepek dan Tantangan Partai Politik. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Haramain, A Malik dan M.F Nurhuda. 2000. Mengawal Transisi: Refleksi Atas

Pemantauan Pemilu 1999. Jakarta:kerjasama dengan UNDP dan

JAMPPI.

Kantaprawira, Rusadi. 1999. Sistem Politik Indonesia : Suatu Model Pengantar.

Bandung: Sinar Baru.

Karim, M. Rusli. 1993. Perjalanan Partai Politik di Indonesia: Sebuah Potret

Pasang Surut. Jakarta: Rajawali Pers.

Meyer, Thomas. 2012. Peran Partai Politik dalam Sebuah Demokrasi: Sembilan

Tesis. Jakarta: Friederich-Ebert-Stiftung

Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai

Kemerdekaan. Yogyakarta: LKIS.

Poerwanta. 1994. Partai Politik di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahman H.I, A,. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Safa’at, Muchammad Ali. 2011. Pembubaran Partai Politik. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Subakti, Ramlan dan Didik Supriyanto. 2011. Pengendalian Keuangan Partai

Politik. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.

A.Gau Kadir. Dinamika partai politik di indonesia. Jurnal Sosiohumaniora. Vol.

16 No. 2 Juli 2014.

Romli Mubarok. Peranan Partai Politik Sebagai Pilar Demokrasi Pasca Reformasi

di Indonesia. Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat. Vol.10 No.1

Oktober 2012.

Widayat. Pembubaran Partai Politik dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis yang digunakan adalah model persamaan struktural (SEM) dan terlebih dahulu dilakukan analisis faktor konfirmatori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi

Pada relasi bonding , arus informasi dan jaringan kewirausahaan digital relatif setara dan seimbang karena semua anggota komunitas memiliki intensitas tinggi untuk bertemu

Merupakan data yang diperoleh langsung dari penelitian lapangan yaitu dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha Pusat mengenai Perkara No. 05/KPPU- I/2014 tentang kasus perjanjian

dosis rendah tinta cumi (10 mg/kgbb/day), dan kelompok pemberian dosis tinggi tinta cumi(100mg/kgbb/day) selama 14 hari percobaan menujukkan hasil pengukuran kadar Hb

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji organoleptik dan daya simpan selai gulma krokot dari bahan krokot basah dengan pewarna sari buah naga merah serta penambahan jahe

ULN yang terdiri atas utang publik (pemerintah dan bank sentral) dan swasta tumbuh sekitar 4,5% bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.. ULN pemerintah dan bank

Hal ini dapat dilihat dari indikator berbahasa Lampung 30 responden atau sebesar 62% dari berbahasa Lampung tergolong kurang berperan, 11 responden atau sebesar

didukung dengan perilaku keagamaan yang bersifat praktis, yaitu ibadat. Ibadat adalah cara melakukan penyembahan kepada Tuhan dengan segala rangkaiannya. Ibadat dapat