• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANGAN FUNGSIONAL SEBAGAI IMUNOMODULATOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PANGAN FUNGSIONAL SEBAGAI IMUNOMODULATOR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa dapat menjelaskan peranan bahan pangan

dalam mengendalikan sistem imun pada tubuh

manusia

SISTEM IMUN

Berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing Benda asing : mikroorganisme, sel-sel kanker dan jaringan atau organ

yang dicangkokkan

Strategi dalam menangani benda asing oleh sistem imun : mengenali, mengerahkan kekuatan dan menyerang

Sistem imun mempunyai peredaran sendiri yaitu pembuluh getah bening yang masuk ke setiap organ tubuh kecuali otak

Pada pembuluh getah bening terdapat cairan (getah bening) tdd lemak dan sel darah putih

Pada sistem imun juga terdapat daerah khusus yaitu kelenjar getah bening, amandel (tonsil), sumsum tulang, limpa, hati, paru-paru dan usus; dimana limfosit bisa diambil, diangkut dan disebarkan ke bagian yang memerlukannya sebagai bagian dari respon kekebalan.

Sistem imun tdd : sel dan zat yang bisa larut

Sel utama pada sistem imun : sel darah putih yang tdd

makrofag, neutrofil dan limfosit.

Zat-zat yang bisa larut :molekul-molekul yang tidak

terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan

(misalnya plasma).

Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein

komplemen dan sitokinesis.

Beberapa zat terlarut bertindak sebagai pembawa

pesan (messenger) untuk menarik dan mengaktifkan

sel-sel lainnya.

Makrofag : sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba, antigen dan zat-zat lainnya.

Antigen : setiap zat yang bisa merangsang suatu respon kekebalan  bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun Neutrofil : sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna

mikroba dan antigen lainnya.

Neutrofil memiliki granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan antigen yang ditelan olehnya.

Neutrofil ditemukan di dalam darah

Untuk keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan, neutrofil memerlukan rangsangan khusus.

Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama  makrofag memulai suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan. Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya.

(2)

Limfosit : sel utama pada sistem getah bening, memiliki

ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan

neutrofil.

Neutrofil memiliki umur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi

limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai

berpuluh-puluh tahun.

Limfosit dibagi ke dalam 3 kelompok utama:

1.

Limfosit B

2.

Limfosit T

3.

Sel-sel pemusnah alami

Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang

dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan

antibodi

Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang

pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami

pembelahan dan pematangan.

Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan

mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T

dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke

dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai

bagian dari sistem pengawasan kekebalan

Sel-sel pemusnah alami berukuran > daripada limfosit T

dan B  membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu.

Istilah alami digunakan karena mereka siap membunuh

sejumlah sel target segera setelah terbentuk tanpa harus

melewati pematangan dan proses belajar

Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa

sitokinesis (zat-zat pembawa pesan yang mengatur

sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag).

Antibodi :

Jika dirangsang oleh suatu antigen, limfosit B akan

mengalami pematangan menjadi sel-sel yang

menghasilkan antibodi.

merupakan protein yang bereaksi dengan antigen yang

sebelumnya merangsang limfosit B.

Disebut immunoglobulin.

Tdd : 5 kelompok yaitu IgM, IgG, IgA, IgE, IgD

IgM : antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen. Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus I, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon antibodi primer). IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan di dalam organ maupun jaringan.

IgG : jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya

Contohnya, setelah mendapatkan suntikan tetanus II (booster), maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah dibandingkan dengan respon antibodi primer

IgG ditemukan di dalam darah dan jaringan.

IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dipindahkan melalui plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya.

(3)

IgA :antibodi yang memegang peranan penting pada

pertahanan tubuh terhadap masuknya mikroorganisme

melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung,

mata, paru-paru dan usus.

IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran

pencernaan, hidung, mata, paru-paru, ASI).

IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut

(reaksi alergi segera).

IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river

blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di

negara berkembang.

IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat

sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya

dimengerti.

IMUNOMODULATOR

Immunomodulator : substansi yang dapat mengatur

sistem imun.

Immunomodulator dapat berupa :

Immunosuppresive agent

Tolerogens

Immunostimulants

Bahan-bahan ini berperan penting dalam menjaga organ

dan jaringan serta dalam pengobatan penyakit tertentu

yang berasal dari disregulasi respon imun.

IMMUNOSUPPRESIVE AGENTS

oBahan yang digunakan untuk menekan sistem immun

oBerperan dalam memelihara organ dan jaringan dalam treatment penyakit tertentu yang timbul dari disregulasi respons imun

IMMUNOSTIMULANTS

o Bahan yang digunakan untuk meningkatkan sistem immun

o Berperan dalam :

Meningkatkan respons imun atau merubah secara selektif keseimbangan berbagai komponen dari sistem imun

Mengatur penyakit tertentu seperti : kanker, AIDS dan penyakit imunodefisiensi lain

TOLEROGENS

Bahan yang digunakan untuk mempertahankan toleransi imun, keadaan aktif dari antigen-spesifik nonresponsiveness. Diperlukan untuk :

 mencegah self-reactivity

(4)

Imunitas dapat dicapai melalui :

Imunisasi (injeksi anti bodi/serotheraphy)

Imunomodulasi  disebut paramunity, dan bahan yang berperan disebut paramunity inducers

Komplemen  Kerja imunomodulator yang tidak spesifik  B Limfosit

Granulosit Makrofag T Limfosit Mikrofagositosis Makrofagositosis Sel T-helper Sel T-supresor Sel Sitotoksik-NK

Pembebasan mediator Pembebasan limfokin (interferon , interleukin, tumor (IL-2 atau  interferon) Necrosis factor, protaglandins, O2,

Enzim lisosomal, dll)

Gambar 1. Immunomodulasi oleh Paramunity inducers

Sistem immun dirancang untuk melindungi tubuh dari patogen dan mengeliminasi penyakit.

Perlindungan terhadap infeksi dan penyakit diberikan oleh 2 komponen utama :

 innate (sistem imun bawaan)

 adaptive (acquired) immune system

Sistem imun bawaan  pertahanan utama untuk melawan serangan antigen, yang tdd :

Komponen fisik (kulit)

Biokimia (misalnya lisozim)

Komponen selular (makrofag dan neutrofil)

(5)

Jika sistem imun tidak sesuai untuk mengatasi infeksi  sistem imun adaptif dimobilisasi melalui isyarat dari imun bawaan.

Karakteristik imun adaptif dalam menyingkirkan patogen adalah kemampuannya untuk :

Merespon berbagai antigen

Membedakan antara gen asing dan antigen dari inang

Merespon antigen yang sebelumnya sudah masuk dalam sebuah cara pembelajaran melalui respon memorinya.

Respons adaptif ini mencapai puncaknya pada saat:

produksi antibodi yang merupakan efektor pada imunitas manusia

Aktivasi limfosit T yaitu effector imunitas yang dimediasi oleh sel.

Induksi imunitas spesifik memerlukan partisipasi dari Antigen-Presenting-Cells (APCs) yang tdd :

- makrofag - dentritic cells - Langerhans cells - Limfosit B

Berperan penting dalam respons imun melalui pencernaan antigen protein secara enzimatis dan adanya peptida derivatif pada T Cell Receptor (TCR) yang berhubungan dengan protein Major Histocompability Complex (MHC) kelas I dan II.

MEKANISME PANGAN FUNGSIONAL SEBAGAI IMUNOMODULATOR

Melalui sistem limfoid dan fungsi sel immun

Melalui faktor-faktor yang non spesifik

Mempengaruhi fungsi metabolik, neurologik atau

endokrin yang mempengaruhi sistem imun.

Zat gizi mempengaruhi stabilitas membran plasma serta

diferensiasi dan ekspresi dari karakteristik permukaan

selnya seperti determinan antigenik.

Faktor nutrisi mempengaruhi sistem imun melalui banyak

cara.

SUMBER IMUNOMODULATOR

Tanaman Hewan

Mikroba (probiotik)

Produk-produk sintesis

 BM Rendah : alkaloid, quinon, ester asam fenol-karboksilat, fenol sederhana, tanin dan diterpenoid seperti parboleser dari famili Euphorbiacea

BM tinggi : polisakarida, protein, glikoprotein/lekin, nukleotida

 Bahan yang sama dapat berperan sebagai immunostimulan atau immunosupresive tergantung dari dosisnya.

(6)

Tabel 1. Komponen yang mempunyai efek imunomodulator

Komponen Sumber Aktivitas Imunomodulator

Bestatin Produk Mikroba •Meningakatkan DTH (Delayed Type-Hypersensitivity)

•Meningkatkan jumlah sel pembentuk antibodi

•Meningkatkan recovery prolifersi immunosupresi oleh siklopospamida

•Meningkatkan induksi IL-1 dan IL-2

•Meningkatkan aktivitas sel NK

Amastatin Produk Mikroba •Meningkatkan jumlah sel pembentuk antibodi Esterastin Produk Mikroba •Menekan DTH

•Menekan pembentukan antibody Nukleotisidin Produk Mikroba •Meningkatkan sitotoksisitas PEC

•Meningkatkan aktivitas superoksida Gelsemin

(Oxindole alkaloid)

Tanaman tingkat tinggi

•Menstimulasi granulosit pagostosis secara in vitro

Komponen Sumber Aktivitas Imunomodulator

Polisakarida (Zymosan, Lentinan, pachymaran)

Tanaman tingkat tinggi, jamur, rumput laut, fungi, algae dan lichens vegetables.

•Mengaktivasi makrofag, Sel NK dan limfosit T

•Mempunyai aktivitas anti tumor

Tylophorine (isoquinoline alkaloid)

Tanaman tingkat tinggi

• Promotor pagositosis

BCG Produk Mikroba • Aktivasi Makrofag

VITAMINS

1. Vitamin B Komplex

 Defisiensi vitamin B kompleks mempengaruhi respon imun spesifik dan non spesifik .

 Kehadirannya di dalam sistem immun tidak diharapkan karena vit.B kompleks merupakan vitamin esensial pada kebanyakan metabolisme seluler seperti sintesis dan degradasi gula, protein, lemak dan asam nukleat.

 Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruhi vitamin B tertentu terhadap imunitas.

 Perlu diketahui jumlah optimum yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan metabolisme dan sistem imun.

 Imunitas yang dimediasi oleh sel dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan konsumsi vitamin B6 (pyridoxine).

1.Vitamin B Komplex...

Produksi antibodi menurun dan diproduksi lymphocytopenia pada orang dewasa yang kekurangan vitamin B6.

Penelitian Talbott et al., (1987) tentang kelebihan dosis (supradietary) dari vitamin B6 : 50 mg/hari selama 2 bulan pada manusia dewasa yang sehat dan hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan dalam proliferasi limfosit yang distimulir mitogen serta sel T helper.

Penelitian Meydani et al., (1991) : memberikan vitamin B6 secara berlebih dan kurang pada manusia dewasa yang sehat, menunjukkan bahwa produksi interleukin (IL)-2 dan respons mitogen sel T dan B dipengaruhi oleh rendahnya vitamin B6 sedangkan suplementasi vitamin B6 50g/hari akan meningkatkan fungsi imun ini pada beberapa subjek

(7)

Pemberian vitamin B12 (cyanocobalamin) akan meningkatkan sistem imun pada penderita anemia kemungkinan disebabkan perbaikan luka biokimia yang disebabkan karena penekanan sintesis asam nukleat di dalam limfosit (Beisel, 1982).

Crist et al., (1980) menunjukkan bahwa neutopenia dan/atau leukopenia yaitu abnormalitas sel darah putih pada anak-anak berhubungan dengan rendahnya vitamin B12 dan dapat diperbaiki dengan suplementasi cyanocobalamin 1.000 g/bulan yang diberikan melalui intramusculary.

Beberapa penelitian secara ex vivo menunjukkan bahwa individu dengan kadar folat rendah mengalami kerusakan fungsi neutrofil dan dapat diperbaiki dengan perbaikan status gizi.

Biotin merupakan koenzim pada reaksi-reaksi karboksilasi yang dikatalis enzim.

Fischer et al., (1982) : defisiensi karboksilase berhubungan dengan penurunan aktivitas supresor yang dimediasi limfosit, dan ini dapat diperbaiki dengan pemberian biotin 10 mg/hari .

2. Vitamin C

Keterlibatan vitamin C (asam askorbat) dalam mempertahankan sistem imun telah terbukti melalui beberapa penelitian.

Defisiensi vitamin C berhubungan dengan :

Penurunan aktivitas bakterisidal, neutrofil dan makrofag

Penurunan resitensi terhadap infeksi mikrobial

Penurunan sistem imun lain yang berhubungan dengan sel Penelitian Weening et al., (1981) : pemberian vitamin C dosis tinggi

pada pasien sindrome Chediak-Higashi dapat mengurangi terjadinya infeksi bakteri dan memperbaiki sistem neutrofil serta aktivitas antimikroba.

Hasil penelitian terhadap manusia dan hewan menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dengan dosis yang cukup dapat mempercepat perbaikan luka, trauma operasi, penyakit infeksi dan kanker.

Mekanisme biokimia asam askorbat dalam menstimulir sistem imun : a. Modulasi kadar nukleotida pada siklus intraseluler

b. Modulasi sintesis postaglandin (PG) c. Proteksi 5-lipoksigenase d. Meningkatkan produksi sitokinin

e. Antagonisme interaksi imunosupresif dari histamin dan leukosit f. Netralisasi oxidant imunosupresif dan autoreaktif yang dihasilkan oleh

pagosit.

3. Beta Caroten dan Vitamin A

-karoten :

Prekursor vitamin A

Quencher (penangkap) singlet oksigen yang potensial

Antioksidant

Penelitian dengan model hewan menunjukkan bahwa -karoten (terlepas dari aktivitasnya sebagai provitamin A) dapat menjaga sel-sel pagosit dari kerusakan autooksidasi, meningkatkan respons proliferasi limfosit T dan B, menstimulir fungsi T-cell effector, meningkatkan produksi sitokinin, makrofat, sel T sitptoksik dan kapasitas tumorisidal dari natural killer.

(8)

Vitamin A juga berperan dalam mencegah infeksi.

Defisiensi vitamin A secara signifikan meningkatkan resiko sakit dan kematian terutama pada anak-anak.

Mekanisme vitamin A dalam menjaga sistem imun masih belum jelas tapi kemungkinan disebabkan oleh kemampuan vitamin A untuk memodifikasi integritas dan fungsi epitelial, massa limfoid serta resistensi inang terhadap mekanisme imunitas spesifik dan non spesifik.

Hasil studi di Indonesia dan India (Milton et al., 1987; Sommer et al., 1984), menunjukkan bahwa : defisiensi vitamin A pada anak-anak akan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran pernafasan. Pemberian vitamin A yang equivalen dengan 450g retinol setiap hari

pada anak prasekolah dapat mengurangi penyakit saluran pernafasan.

4. Vitamin D (1,25-dihydroxyvitamin D

3

)

Adalah hormon imunoregulator yang menyediakan agent imunostimulatory dari imunitas non spesifik yang dapat menstimulir atau menghambat sistem imun.

Hasil penelitian secara in vitro terhadap hewan menunjukkan bahwa vitamin D secara langsung mempengaruhi semua anggota sel pagosit mononuklear.

Vitamin D juga mernagsang merangsang sel neoplastik yang belum terdiferensiasi untuk berdiferensiasi menjasi makrofag.

Vitamin D disintesis oleh makrofag yang sudah diaktivasi dan bukan oleh anggota pagosit lainnya.

Inkubasi vitamin D pada monosit atau makrofag manusia dapat menghambat pertumbuhan virulen Mycobacterium tuberclosis. Pemberian vitamin D pada penderita TBC akan mempercepat

penyembuhan.

Terdapat hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dengan resiko TBC

5. Vitamin E (

Tocopherol)

Berperan dalam mempertahankan sistem imun.

Defisiensi vitamin E Berhubungan dengan depresi sel pembentuk plaque, mitogen dan respons limfosit pada reseptor membran makrofag.

Suplementasi vitamin E pada diet meningkatkan respons sel imun dan fungsi pagosit .

Konsumsi vitamin E dalam jumlah tinggi mengurangi resiko infeksi dan kondisi kronik seperti jantung dan penyakit jantung pada usia lanjut (mungkin berhubungan dengan optimalisasi dari respon imun).

Vitamin E dapat mempengaruhi jalur lipoksigenase dan sikooksidase pada metabolisme asam arakidonat.

Pengaruh imunostimulator dari vitamin E mungkin disebabkan oleh penghambatan pada sintesis PG dan/atau mengurangi pembentukan radikal bebas.

 Mengurangi pembentukan H2O2 oleh sel Peripheral Blood Mononuclear (PMN)  konsentrasi -tokoferol meningkat pada sel PMN dan menurun pada peroksida lipid plasma.

6. n-6 Polyunsaturated Fatty Acid

Diet asam linoleat (n-6) dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk propagasi dan maturasi respons imun dari sel.

(9)

7. ASAM LEMAK TIDAK JENUH n-3

Yang termasuk asam lemak n-3 :

- Eikosapentaenaoat (EPA)

- Dokosaheksaenoat (DHA)

EPA dan DHA dapat mensintesis PGE

3

dengan efek

imunosupresif < dari PGE

2

.

Sumber EPA dan DHA : minyak ikan

Suplementasi asam lemak n-3 mengurangi pelepasan asam

arakidonat pada stimulasi limfosit T sehingga ratio

konsumsi n-3/n-6 dapat mempengaruhi respons imun.

Suplementasi n-3 menurunkan kemotaksis neutrofil dan

menghambat produksi LTB

4

pada sukarelawan sehat dan

apda penderita asma.

Peningkatan dosis n-3 secara nyata meningkatkan fungsi sel imun, dan ini mungkin disebabkan oleh perubahan jalur sintesis PG dan LT. Hasil penelitian terakhir : suplementasi n-3 akan memberikan

keseimbangan yang baik pada aksi imunostimulator, antiinflamantory dan imunosupresif.

Formulasi nutrisi dengan kandungan EPA dan DHA yang berasal dari minyak ikan saat ini sudah banyak diberikan kepada pasien. Sumber n-3 dari tanaman : daun prrslane yang kaya akan -linoleat,

EPA, DHA, asam Dokosapentaenoat , dan antioksidan berupa vitamin C, vitamin E dan glutation.

8. ARGININ

Konsumsi arginin 30 g/hari meningkatkan blastogenesis

lim fosit darah dalam merespons Con A dan PHA.

Memperbaiki parameter imun selama stress fisiologi.

Tikus , guinea pigs dan manusia yang mengalami luka

memberikan respon yang baik terhadap suplementasi

argini sebanyak 3% (w/w).

Diet arginin dapat mempertahankan aktivitas sel killer

yang diaktivasi oleh limfokin.

Mekanisme arginin dalam sistem imun belum jelas, tapi

mungkin disebabkan oleh :

Peningkatan sekresi hormon pertumbuhan atau peptida

lainnya.

Bertindak sebagai prekursor poliamin seperti putrescine dan spermidine  penting dalam diferensiasi dan pertumbuhan

9. Glutamin

Asam amino bebas yang paling banyak terdapat pada

tubuh dan berfungsi pada berbagai reaksi metabolisme

termasuk kemampuannya sebagai bahan bakar untuk

limfosit dan sel-sel yang cepat membelah lainnya seperti

sel mukosa pada saluran pencernaan.

Termasuk asam amino nonesensial, tapi beberapa bukti

menunjukkan glutamin juga merupakan nutrisi esensial,

yaitu sintesis endogenousnya tidak mencukupi

kebutuhan tubuh pada kondisi klinis tertentu.

(10)

10. Nukleotida Purin dan Pirimidin

Nukleotida adalah prekursor DNA dan RNA dan juga berfungsi pentinng dalam energi selular serta metabolisme.

Kesalahan genetik dalam metabolisme nukleotida menjadi penyebab sejumlah penyakit yang mempengaruhi sistem imun.

Asumsi awal yang mengatakan bahwa nukleotida bukan merupakan zat esensial terhadap fungsi pertumbuhan dari sel yang

bermetabolisme secara aktif seperti limfosit, makrofag dan sel-sel pencernaan didasarkan pada hasil pengujian terhadap indivisu yang sehat.

Sistem imun menjadi rusak karena defisiensi adenosin deam inase. Rusaknya fungsi sel T juga berhubungan dengan defisiensi purin

nukleoside phosporylase.

Pemberian nukleotida efektif untuk membantu aktivasi makrofag dari sel T helper.

11. Glutations (GSH)

Komponen dengan BM rendah yang banyak terdapat di

dalam sel dan merupakan scavanger radikal bebas yang

sangat kuat.

Dalam bentuk reduksinya, GSH melindungi sel dari

oksidasi, radikal bebas dan bahan sitotoksik lain.

Kandungan GSH intraseluler yang cukup diperlukan untuk

aktivasi limfosit.

12. Selenium

Bersama-sama dengan Cytosolic Gluthation-peroxidase

(GSHPx) dan pospolipid hidroperoksidase sebagai residu

selenosistein dihubungkan dengan respons sel imun.

GSPHc yang berikatan dengan selenium dapat mengontrol

produksi substrat peroksida yang berlebihan seperti H

2

O

2

di dalam sel .

Sel yang kekurangan GSHPx akan kehilangan

kemampuannya untuk membentuk mikrotubula dan

serangan sitotoksik.

Defisiensi Se atau pemberian Se dalam jumlah cukup

mempengaruhi sistem imun pada hewan percobaan.

13. Mineral Lainnya

Beberapa metalloenzim lain secara langsung berperan

dalam sistem imun seperti Cu, Zn superoksida dismutase

dan Fe-katalase.

Efektivitas dari mineral ini tergantung pada keterikatannya

dengan enzim antioksidan  meski konsnetrasi mineral

tinggi, tapi jika tidak ada enzim maka tidak dapat

memperbaiki sistem imun.

Dari hasil penelitian diketahui defisiensi Cu, Fe, Mn atau

Zn dapat merusak sistem imun.

Suplementasi Fe pada populasi dengan tingkat anemia

tinggi dapat mengurangi penyakit akibat infeksi dan diare.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi humas dilembaga pendidikan adalah menumbuh dan mengembangkan hubungan yangharmonis melalui komunikasi dengan

Penelitian yang dilakukan oleh Izzuddin, Azridjal &amp; Rahmat adalah untuk mengetahui pengaruh katup ekspansi dan pipa kapiler pada mesin pendingin siklus

[r]

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan, bahwa IHK SB dapat diaplikasikan untuk peneguhan diagnosis AIV dan NDV dan terbukti, bahwa pada ayam petelur komersial dengan

Status ibu bekerja tidak berhubungan dengan minat ibu hamil untuk memberikan ASI eksklusif kepada calon bayi (p=0,728), begitu juga tingkat pendidikan ibu tidak

 perubahan seperti seperti yang yang terjadi terjadi pada pada 1976 1976 menjadi menjadi Pusat Pusat Pengembangan Pengembangan Teknologi Teknologi Mineral (PPTM)

Seorang tukang kayu dan seorang tukang cat bekerja bersama-sama untuk Seorang tukang kayu dan seorang tukang cat bekerja bersama-sama untuk menghasilkan 2 jenis

Reaksi yang diberikan oleh pedagang korban bencana terhadap kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi Pasar Raya Padang pasca bencana menjadi respon pedagang korban bencana