• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WADAH 3E BAGI REMAJA DI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WADAH 3E BAGI REMAJA DI SURAKARTA"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

WADAH 3E BAGI REMAJA DI SURAKARTA

DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI P ERKEMBANGAN PADA REMAJA

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

AGAM DJOHAR AFANDI

I 0206029

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

NAMA : AGAM DJOHAR AFANDI

NIM : I0206029

JUDUL TUGAS AKHIR :

WADAH 3E BAGI REMAJA DI SURAKARTA

DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PADA REMAJA

A PLACE OF 3E FOR TEENS IN SURAKARTA

WITH PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT IN ADOLESCENTS APPROACH

Pembimbing I Tugas Akhir

Ir. Untung J. Cahyono, M.Arch NIP. 19630219 198903 1 002

Pembimbing II Tugas Akhir

(9)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

WADAH 3E BAGI REMAJA DI SURAKARTA

DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI P ERKEMBANGAN PADA REMAJA

PENYUSUN : AGAM DJOHAR AFANDI

NIM : I 0206029

JURUSAN : ARSITEKTUR

TAHUN : 2012

Surakarta, Oktober 2012

Menyetujui,

Pembimbing I Tugas Akhir

Ir. Untung J. Cahyono, MArch. NIP. 19630219 198903 1 002

Pembimbing II Tugas Akhir

Ir. Maya Andria N, MEng. NIP. 19600513 198803 2 001

Mengesahkan,

KetuaJurusanArsitektur FakultasTeknik UNS

Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. NIP. 19620610 199103 1 001

Ketua Program StudiArsitektur FakultasTeknik UNS

(10)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Wadah 3E Bagi Remaja di Surakarta Dengan Pendekatan Psikologi Perkembangan Pada Remaja.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan sumbangan baik materi ilmu maupun spiritual. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bp. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS

2. Bp. Kahar Sunoko, ST, MT. selaku Ketua Prodi Arsitektur 3. Bp Ir. Tri Djoko D, MT. selaku pembimbing akademik

4. Bp. Ir. Untung J Cahyono, MArch. selaku dosen pembimbing I 5. Ibu Ir. Maya Andria N, MEng. selaku dosen pembimbing II

6. Bp. Yosafat Winarto, ST, MT. Panitia Tugas Akhir Jurusan Arsitektur FT-UNS.

7. Dosen-dosen di Jurusan Arsitektur FT-UNS atas segala ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang telah dibagikan selama ini.

8. Keluarga penulis, Bapak Njak Djohan, Ibu Sri Sulastri, dan abang Hans Mardiansyah yang semuanya selalu bersabar, memberi semangat dan doa.

9. Bp. Imam Subchan, Mas Ndo Dermawan, Bp. Aswin dan Mas Budi. yang telah bersedia mengajarkan ilmu dan pengalamannya.

10. Teman-teman arsitek angkatan 2006, Fizhon, Ade, Fatur, Bima, Ojan, Addin, Daniel, Ari, Gilang, Hakim, Faiz, Jalal, Ega, Mamat, Lukman, Didik, Ariza, Atikah, Sela, Westi, Wahyu dan semuanya yang tidak bias disebutkan satu-satu.

(11)

12. Teman – teman Klub Fotografi Arsitektur (KFA) UNS, Alfa, Lala, Buyung, Mas Ade, Mas Kesit, Mas Dias, Mas Menyut, Mas Hallala, Mas Sam, Mas Iksan, Mas Muslim, Mas Arfin, Mas Faris, Mas Adit, Mas Gema untuk berbagi ilmu dan pengalaman.

13. Teman – teman Solo Berkebun, Mas Budi, Mas Helmi, Mas Gatot, Diah, Renny, Bias, Noval, Wulan, Bety, Mili, Ita, Putri, dan pegiat-pegiat lainnya.

14. Teman-teman Indonesia Berkebun, Om Achmad, Mas Sigit, Uda Ardi, Mas Shafiq, Ibu Ida, Ibu Indri, Idnul, Bang Hajar, Mas Mamat dan pegiat-pegiat lainnya.

15. Teman – Teman Studio 126 dan teman seperjuangan di ruang studio dua, Wina, Acha, Desi, Mba Nadia, Mas Muslim, Mas Hari, Arsad, Yoyok, Aji, hari-hari studio TA memang hari yang paling mantap. 16. Teman-teman angkatan 2009, Nana, Ocha, Erly yang telah membatu

membuat maket.

17. Teman-teman Kos Al-Fistha 1, Agung, Helmi, Adi, Ridwan, Tanto, Mas Robby, Mas Sulis, Ms Doni, Mas Septa, Mas Febri, Danan, Fudit, Kiki, Kurnia, (Alm) Putra, Danang, Arif dan Welly.

18. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Penulis berharap semoga kebaikan dari mereka semua memperoleh imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan yang mungkin penulis tidak sadari, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Terima Kasih.

Surakarta, Oktober2012

Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR SKEMA... xiii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.1 Aktivitas remaja ... 1

1.1.2 Wadah aktifitas remaja... 3

1.2 Permasalahan ... 5

1.2.1 Permasalahan umum ... 5

1.2.2 Permasalahan khusus ... 5

1.3 Tujuan... 5

1.4 Sasaran... 5

1.5 Metode Perancangan Arsitektur ... 6

1.6 Pola Perancangan Arsitektur ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja ... 8

2.1.1 Pengertian remaja ... 8

2.1.2 Kelompok usia remaja... 10

2.1.3 Perkembangan psikologi remaja ... 11

2.1.4 Kegiatan dan Minat remaja ... 17

2.2 Fasilitas Untuk Aktifitas Remaja ... 22

2.2.1 Ruang personal ... 23

(13)

2.3 Aktifitas 3E Bagi Remaj

a... 28

2.4 Preseden... 38

2.4.1 Teater Salihara ... 38

2.4.2 Taman Pintar Yogyakarta... 41

2.4.3 Archispel ... 44

2.4.4 Palo Verde Library and Maryvale Community Center ... 45

BAB III. KOTA SURAKARTA SEBAGAI KOTA LAYAK REMAJA

3.1 Kondisi Fisik ... 48

3.2 Remaja Dan Lingkungan Tempat Tinggal ... 54

3.3 Remaja Dan Lingkungan Sekolah... 55

3.4 Remaja Dan Lingkungan Bermain... 55

3.5 Remaja Dan Pelayanan Transportasi ... 55

3.6 Remaja Dan Pelayanan Kesehatan... 56

BAB IV. WADAH 3E YANG DIRENCANAKAN

4.1 Pengertian... 57

4.2 Fungsi, Visi, dan Misi “Wadah 3e bagi remaja”... 58

4.2.1 Fungsi ... 58

4.2.2 Visi... 59

4.2.3 Misi ... 58

4.3 Struktur Organisasi ... 59

4.4 Lingkup Kegiatan... 62

4.5 Sasaran Pengguna ... 64

4.6 Frekuensi Kegiatan ... 64

4.7 Strategi Rancang Bangun... 64

4.7.1 Kriteria Pemilihan Site ... 65

4.7.2 Program Ruang... 72

4.7.3 Tampilan... 72

(14)

BAB V. ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN

5.1 Analisa Peruangan... 74

5.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan... 74

5.1.2 Analisa Jenis Kegiatan... 75

5.1.3 Analisa Alur Kegiatan ... 78

5.1.4 Analisa Pendekatan Kebutuhan Ruang... 80

5.1.5 Analisa Pola Organisasi dan Hubungan Ruang... 83

5.1.6 Analisa Besaran Ruang... 85

5.2 Analisa Site Terpilih... 98

5.2.1 Data Fisik Site Terpilih... 99

5.2.2 Pencapaian Site... 100

5.2.3 View Dari Dalam Ke Luar Site ... 102

5.2.4 View Dari Luar Ke Dalam Site ... 103

5.2.5 Kebisingan... 104

5.2.6 Pencahayaan ... 105

5.3 Analisa Psikologi Perkembangan Remaja Dalam Rancangan Arsitektur ... 107

5.4 Analisa Sistem Bangunan ... 108

5.4.1 Analisa Struktur Bangunan... 108

5.4.2 Analisa Utilitas Bangunan ... 109

5.5 Analisa Persyaratan Ruang ... 115

5.5.1 Analisa Pencahayaan ... 115

5.5.2 Akustik... 118

5.5.3 Sistem Sirkulasi ... 118

BAB VI. KONSEP PERANCANGAN

6.1 Konsep Peruangan... 122

6.2 Konsep Site ... 129

6.3 Konsep Psikologi Perkembangan Remaja Dalam Rancangan Arsitektur... 134

(15)

6.4.1 Konsep Struktur Bangunan ... 134

6.4.2 Konsep Utilitas Bangunan... 135

6.5 Konsep Persyaratan Ruang ... 138

6.5.1 Konsep Pencahayaan ... 138

6.5.2 Konsep Penghawaan... 138

6.5.3. Konsep Akustik Ruang... 139

6.5.4 Konsep Sirkulasi... 139

(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Aktivitas Remaja

Masa remaja dibagi menjadi 2, yaitu masa remaja fase awal yang lebih dikenal dengan masa puber dan masa remaja fase akhir. Remaja pada masa puber yaitu antara umur 11 tahun sampai dengan 16 tahun. Dalam masa puber, antara laki-laki dan perempuan memiliki masa puber yang berbeda-beda. Untuk perempuan dimulai dari umur 11 sampai dengan 15 tahun, dan pada laki-laki dimulai dari umur 12 sampai dengan 16 tahun.

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolensance yang berarti to grow atau to grow maturity ( Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Remaja didefinisikan juga sebagai masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad1 ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Banyak pendapat para ahli tentang batasan umur remaja. Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

(17)

yaitu diantaranya minat rekreasi, minat sosial, minat pribadi, minat pendidikan, minat simbol status, minat agama, dan minat pada pekerjaan. Tren yang berkembang di kalangan remaja juga dipengaruhi dari minat remaja dalam ketertarikan dalam tren tersebut. Tren yang berkembang dapat berasal dari budaya setempat/ tradisional dan tren yang berasal dari luar wilayah ataupun tren yang berasal dari wilayah lain. Tren yang berasal dari budaya setempat/ tradisional merupakan warisan turun-temurun dari generasi remaja yang sudah menjadi generasi dewasa ke generasi remaja berikutnya, dan tren yang berasal dari daerah lain merupakan tren yang proses mempopulerkannya dibantu oleh media dan musik. Media disini yaitu seperti internet, dan televisi, sebab dalam perkembangan remaja tidak dapat dipisahkan oleh media dan music.

(18)

tersambung dengan dunia, dan tidak usah bersusah payah keluar rumah untuk melakukan berbagai kegiatan, dan jika budaya ini sudah menjamur ke dalam kalangan remaja, maka budaya ini seterusnya akan diwariskan ke generasi remaja berikutnya. Remaja merupakan masa yang aktif dan juga masa yang banyak melakukan eksplorasi dalam berbagai hal. Oleh karena itu cukup disayangkan jika remaja nantinya menjadi sebuah individu yang tidak produktif lagi. Pasar di kota Solo cukup menjanjikan dengan adanya kegiatan remaja yang masih banyak dilakukan di ruang terbuka, walaupun sampai saat ini yang banyak terlihat merupakan kegiatan berkumpul bersama, namun jika nantinya sudah ada sebuah wadah yang dirancang sebagai area kegiatan mereka, mereka akan mempunyai agenda kegiatan dan juga dengan perencanaan event yang teroganisir. Remaja di kota So lo sebenarnya tidak hanya sekedar berkumpul di suatu tempat, mereka memilih tempat tersebut dengan suatu alasan, yaitu agar dapat dilihat oleh orang lain. Hal itu terlihat dari cara mereka memilih tempat seperti di jalan utama kota Solo, yaitu sepanjang jalan Slamet Ryadi hingga bundaran Balai kota, sedangkan di daerah lainnya yaitu di area kampus ISI, yang merupakan daerah yang ramai dan sering dilalui oleh masyarakat.

1.1.2 Wadah aktifitas remaja

(19)

Jakarta dan gelanggang pemuda yang ada di Bandung, walaupun sampai saat ini kondisi dari wadah tersebut juga memprihatinkan yang disebabkan oleh berbagai hal, dan salah satunya ialah bergesernya fungsi mal yang menjadi fungsi sebuah plaza modern. Sebagian remaja di kota Surakarta banyak menghabiskan di ruang terbuka seperti taman kota yang telah disediakan oleh kota Surakarta, yaitu monument 45 Banjasari, Taman Balekambang, Taman Sekar Taji, dan Taman yang berada di depan terminal Tirtonadi, selain itu ruang terbuka umum lainnya yang dijadikan sebagai tempat favorit remaja di kota Surakarta ialah area Gelora Manahan, jalan Adisucipto, jalan Slamet Ryadi, area pasar Ngarsopuro, area kampus ISI, dan boulevard UNS. Kota Surakarta sudah berusaha untuk memberikan ruang bagi masyarakatnya bukan hanya remaja, namun ruang terbuka umum tersebut masih belum optimal untuk menyalurkan dan mengapresiasikan semangat yang ada pada remaja.

(20)

Bagaimana wujud rancangan wadah 3E ( education, entertainment, dan expression ) bagi remaja sebagai wadah yang dapat menjawab kebutuhan remaja terhadap ruang aktifitas mereka, khususnya remaja yang ada di kota Solo dan juga menjadikannya sebagai tempat ketiga, selain itu juga dapat membangun sebuah hubungan emosional (desain dan pelaku).

1.2.2 Permasalahan khusus

1) Bagaimana rumusan konsep lokasi dan site yang tepat guna?

2) Bagaimana rumusan konsep program ruang pada “wadah 3E bagi remaja”?

3) Bagaimana rumusan konsep tampilan bangunan 4) Bagaimana rumusan konsep sistem struktur 5) Bagaimana rumusan konsep sistem utilitas

1.3 Tujuan

Menyusun konsep perencanaan dan perancangan wadah 3E ( education, entertainment, dan expression ) bagi remaja sebagai desain proyek tugas akhir yang menjadi acuan untuk menganalisis dan mendesain pada proses perancangan bangunan. Acuan tersebut meliputi beberapa hal, yaitu lokasi, site, bentuk, dan tata pola massa, program ruang, system struktur dan system utilitas.

1.4 Sasaran

Menentukan lokasi dan site yang dapat mudah diakses oleh masyarakat khususnya remaja darimana saja dan kapan saja.

Menentukan tata massa. Menentukan program ruang.

(21)

Pada tahap I pembahasan meliputi penjabaran tentang latar belakang dari wadah 3E ( education, entertainment, dan expression ) bagi remaja ini. Perjabaran dilakukan dengan poin-poin seperti pengertian remaja secara umum, dan wadah aktifitas remaja.

Tahap II

Membuat alur pola pikir dari perencanaan wadah 3E ( education, entertainment, dan expression) bagi remaja.

Tahap III

Dari penjabaran latar belakang dan juga dengan adanya pola pikir, permasalahan-permasalahan kemudian dimunculkan berdasarkan poin-poin diatas, kemudian dari permasalahan yang ada diselaraskan pada poin-poin di tujuan dan sasaran.

Tahap IV

Menggali tinjauan pustaka yang berkaitan dengan konsep perencanaan wadah 3E ( education, entertainment, dan expression ) bagi remaja. Tinjauan meliputi tentang remaja, tinjauan preseden terhadap wadah sejenis, tinjauan teori tentang arsitektur yang berhubungan dengan perencanaan wadah 3E bagi remaja, dan tinjauan lokasi yang akan dipilih.

Tahap V

Mengemukakan ide gagasan wadah 3E ( education, entertainment, dan expression ) bagi remaja yang direncanakan.

Tahap VI

(22)

ruang pada tahap sebelumnya. Dalam mendapatkan ukuran yang sesuai, maka dalam perhitungan besaran ruang berpedoman pada data arsitek jilid 1 dan jilid 2, serta time saver standart.

TAHAP VIII

Melakukan perhitungan besaran site yang dibutuhkan dengan mengacu pada hasil perhitungan besaran ruang pada tahap sebelumnya.

TAHAP IX

Pemilihan site pada lokasi yang sesuai dalam RUTRK dengan fungsi utama pada bangunan. Pemilihan meliputi beberapa alternatif site yang kemudian dikerucutkan menjadi 1 pilihan site yang paling tepat untuk lokasi wadah 3E yang direncanakan.

TAHAP X

(23)

PROPOSAL remaja ( ciri, sifat, perilaku, dan sebagai kota layak remaja

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Pencarian hakikat remaja sudah ada sejak zaman Yunani kuno, dimana Plato dan Aristoteles membuat pernyataan tentang hakikat remaja. Dalam buku The Republik, Plato menjelaskan adanya 3 faset1 dari perkembangan manusia, yaitu keinginan, semangat, dan nalar. Menurut Plato, nalar sebagai faset tertinggi belum berkembang pada masa anak, dan baru muncul pada saat masa remaja. Karena nalar belum berkembang pada anak, pendidikan anak seharusnya dipusatkan pada musik dan olahraga. Untuk pengembangan pikiran rasional pada masa remaja memerlukan perubahan kurikulum pendidikan, olahraga dan musik harus diganti dengan ilmu eksakta2.

Menurut Aristoteles, bahwa hal terpenting dalam masa remaja ialah pembentukan kemampuan untuk memilih. Kemampuan untuk menentukan secara mandiri ini merupakan tanda dari kematangan. Menurut Aristoteles pada kira-kira umur 21 tahun, kebanyakan individu telah mempunyai kontrol yang baik. Aristoteles merupakan orang pertama yang melukiskan periode masa tertentu dari perkembangan manusia. Ada tiga tahap, yaitu (1) masa balita-7 tahun pertama dari kehidupan; (2) masa anak-usia 7 tahun sampai pubertas; (3) dewasa muda-pubertas sampai usia 21 tahun.3.

(25)

anak tidaklah sama persis seperti orang dewasa. Rosseau menjelaskan 4 tahap perkembangan4:

a. Masa Balita ( infancy ) ( 4-5 tahun pertama ). Anak serupa dengan binatang, dengan kebutuhan fisik yang kuat dan sifat hedonistic ( didominasi oleh kesenangan dan rasa sakit.

b. Masa Primitif ( savage ) ( 5-12 tahun ). Pada masa ini, perkembangan sensoris sangat penting. Pengalaman sensoris seperti bermain, olahraga, dan permainan lainnya harus menjadi focus pendidikan. Seperti Aristoteles, nalar belum berkembang pada masa ini.

c. Tahap tiga ( 12-15 tahun ). Nalar dan kesadaran diri berkembang pada tahap ini, bersamaan dengan melimpahnya energy fisik. Rasa ingin tahu harus dikembangkan dalam pendidikan anak umur12-15 tahun dengan menyediakan berbagai kegiatan eksploratif.

d. Tahap empat ( 15-20 tahun ). Individu mulai menjadi matang secara emosional selama masa ini; sifat mementingkan diri diganti dengan minat pada orang lain. Nilai dan mral juga tampil pada masa perkembangan ini.

(26)

berbeda dibandingkan dengan remaja satu atau dua dekade yang lalu. Remaja saat ini lebih baik dan menghadapi tuntutan, harapan, bahaya, dan godaan lebih banyak dan kompleks. Di Indonesia, definisi remaja menurut Soetjiningsih (2004) merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat terjadi kematangan seksual yaitu antara usia 11 tahun sampai dengan 20 tahun. Undang-undang no. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.

Remaja bukanlah kelompok individu yang homogen. Remaja melalui perjalanan panjang menuju kedewasaan dengan melewati perbedaaan etnik, budaya, gender, sosio-ekonomi, usia, dan gaya hidup. Pada konteks social-budayaterdapat peningkatan minat dari perkembangan remaja. Konteks (contects)6 adalah situasi dimana perkembangan terjadi, sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor sejarah, ekonomi, sosial, dan budaya. Tiap perkembangan remaja yang terjadi dengan latar belakang konteks budaya, ( cooper, 1995, Mcloyd dan Ceballo, 1995 ). Konteks atau lingkungan ini meliputi Rumah, Sekolah, Kelompok Teman Sebaya, Institusi Keagamaan, Kota, Negara, Tetangga, Masyarakat, dan lainnya dengan warisan sejarah, ekonomi, social dan budaya.

2.1.2 Kelompok Usia Remaja

Masa remaja yang diambil ialah menurut Granville Stanley Hall. Stanley Hall merupakan bapak studi ilmiah tentang remaja. Masa remaja yang menurut Hall yaitu rentang waktu 12 tahun sampai dengan 23 tahun. Dimana dalam rentang 12-23 tahun, remaja umumnya berada pada tingkat sekolah yang berbeda-beda.

(27)

b. Usia remaja 15-18 tahun (remaja tingkat madya), umumnya merupakan remaja yang duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA), ataupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

c. Usia remaja 18-23 tahun (remaja tingkat akhir), umumnya merupakan remaja yang sedang melakukan pendidikan D3 dan S1 di Perguruan Tinggi.

2.1.3 Perkembangan Psikologi Remaja

Setiap tahap perkembangan manusia selalu dibarengi dengan berbagai tuntutan baik fisik maupun psikis, termasuk di dalamnya perkembangan pada remaja. Makna perkembangan yaitu perubahan-perubahan yang dialami individu, atau organism menuju tingkat kedewaasan atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan7. Perkembangan secara umum mempunyai ciri-ciri yang ada pada aspek fisik dan aspek psikis, yaitu diantaranya terjadinya perubahan dalam kemampuan berfikir, kemampuan mengingat, prosporsi badan, perubahan imajinasi menjadi realitas, dan juga tanda-tanda pada organ tubuh, seperti tulang, gigi, dan lainnya.

Ada 3 tahap perkembangan dalam perkembangan remaja dalam proses menuju kedewasaan :

Remaja awal

(28)

Remaja madya

Remaja tahap ini sangat membutuhkan teman. Pribadi remaja cenderung senang banyak teman yang mengakuinya, dan ada kecenderungan narsistis pada remaja tahap ini, yaitu menyukai dirinya sendiri. Remaja ini juga berada dalam kondisi kebingungan untuk mencari identitas diri dan memilih mana yang peka atau tidak peduli, bersama atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialistis, dan sebagainya.

Remaja akhir

Tahap ini merupakan tahap menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:

- Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek - Memiliki kemampuan berfikir khayal (abstrak)

- Ego untuk mencari kesempatan bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru

- Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

- Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri degan orang lain.

- Tumbuh ‘dinding’ yang memisahkan dirinyasendiri dan masyaraka umum (Sarwono, 2010).

(29)

2.1.3.1 Lingkungan

Lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan masyarakat merupakan ruang lingkup yang memberikan pengaruh besar dalam perkembangan seseorang dalam membentuk identitasnya.

1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkup sosial terkecil yang ada di dalam masyarakat. Remaja akan belajar dalam kehidupan sosial pertama kali dalam lingkungan keluarga. Ada 2 bentuk dalam lingkungan keluarga, yaitu yang pertama ialah keluarga inti (nuclear family), yang terdiri dari suami/ayah, istri/ibu, dan anak-anak dari pasangan suami istri tersebut ataupun juga termasuk anak-anak tiri dari keluarga tersebut jika ada. Bentuk yang kedua dari lingkungan keluarga ialah keluarga yang lebih luas, yaitu orang-orang yang tinggal bersama mereka selain suami istri dan anak-anaknya, seperti orang tua dari suami atau istri, saudara dari suami atau istri, dan juga pembantu rumah tangga yang tinggal.

(30)

dalam rangka menyesuaikan diri terhadap kehidupan, pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal, dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat, dan pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, sumber persahabatan/ teman bermain untuk anak hingga cukup tepat untuk mendapatkan teman di luar rumah.

Dalam sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga diklarifikasikan dalam fungsi-fungsi, yaitu fungsi biologis ( sandang, pangan, dan papan ), fungsi ekonomis, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi, fungsi perlindungan, fungsi rekreatif, dan fungsi agama. Apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan maka akan mengalami disfungsi. Remaja yang mengalami disfungsi memiliki resiko yang besar berkepribadian anti sosial. Dalam penelitian Adam & Gullota 1983, remaja yang disfungsi cenderung menunjukkan perilaku yang nakal, mengalami depresi, melakukan hubunga seksual secara aktif, dan kecenderungan terhadap obat-obatan terlarang.

Kelas sosial dan status ekonomi juga mempengaruhi perkembangan remaja pada lingkungan keluarga yang nantinya akan berujung pada masyarakat. Pikunas (1976) menjelaskannya sebagai berikut:

o Kelas bawah: orang tua pada kelas bawah cenderung lebih

(31)

o Kelas menengah: orang tua cenderung lebih memberikan

pengawasan dan perhatian. Para orang tua merasa bertanggung jawab terhadap tingkah laku anak-anaknya, dan menerapkan control yang lebih halus. Remaja pada kelas menengah ini cenderung mempunyai ambisi untuk meraih status yang lebih tinggi, dan mengejar status melalui pendidikan dan latihan.

o Kelas atas: remaja pada kelas atas cenderung memiliki sikap

percaya diri, dan senang mengembangkan apresiasi estetikanya.

2) Lingkungan Sekolah

(32)

hangat atau dingin, tegang atau tenang, antagonestik atau kohesif, bersahabat atau bermusuhan.

Lingkungan sekolah di setiap tingkatan sekolah mempunyai suasana yang berbeda, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Kondisi dari taman kanak-kanak adalah suatu lingkungan yang diawasi dimana batasnya adalah ruangan kelas. Siswa taman kanak-kanak berinteraksi dengan satu atau dua guru yang umumnya ialah guru perempuan yang menjadi figur berkuasa dalam hidup anak-anak. Ruangan kelas juga tetap menjadi konteks utama dari siswa sekolah dasar, meskipun ruangan kelas menjadi lebih berarti sebagai suatu unit sosial dalam kehidupan siswa dibandingkan dengan individu yang masih berada di taman kanak-kanak. Guru dan teman sebaya memiliki pengaruh penting dalam diri setiap siswa sekolah dasar. Peran kelompok sebaya menonjol sejalan dengan meningkatnya minat individu terhadap persahabatan. Kelompok teman sebaya juga menjadi suatu komunitas belajar dimana terjadi pembentukan peran dan standar sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan prestasi. Pada sekolah lanjutan pertama, lingkungan sekolah meningkat dalam hal ruang lingkup dan tingkat kompleksitasnya. Sekarang ini tidak hanya terbatas pada ruangan kelas namun menjadi sekolah secara keseluruhan. Perilaku sosial di titik beratkan pada teman sebaya, aktifitas ekstrakulikuler, dan klub-klub.

Teman Sebaya

(33)

dari kelompok teman sebaya ialah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarga. Bagi mereka hubungan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya. Pada masa remaja di kenal istilah konformitas9 (conformity) yaitu muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif atau negatif (Camarena, 1991; Foster Clark & Bliyth, 1991; Pearl, Bryan & Herzog, 1990; Wall, 1993). Sebagai contoh remaja akibat dari konformitas negatif ialah mencuri dan tawuran. Selain itu juga ada konformitas yang positif pada remaja misalkan menghabiskan waktu bersama perkumpulan untuk kegiatan sosial yang positif. Selain itu juga ada Nonkomitas (nonconformity) muncul ketika apa yang diharapkan oleh orang-orang sekitarnya, tetapi mereka tidak menggunakan harapan tersebut untuk mengarahkan tingkah laku mereka. Dan juga dengan Anti-konformitas (anti-conformity) muncul ketika individu berhasil menolak terhadap harapan kelompok dan kemudian dengan sengaja menjauh dari tindakan atau kepercayaan yang dianut oleh kelompok. Dua versi antikonformitas masa kini antara lain “skinheads” dan “punks”.

2.1.4 Kegiatan dan Minat Remaja

(34)

menjelaskan tentang tugas perkembangan yaitu : “a developmental tasks as one that arises at a certain period in our lives, the successful achievement of which leads to happiness and success with later tasks; while leads to unhappiness, social

disapproval, and difficulty with later tasks “ (tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu di dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam mencapai tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya)”10.

Ada banyak pendapat yang mengartikan tugas-tugas perkembangan bagi remaja itu seperti apa dan secara garis besar maksud yang ditangkap ialah sama, dan disini diambil pendapat dari Hurlock (1981), karena umumnya banyak yang mengambil pendapat yang berasal dari Hurlock. Menurut Hurlock, tugas perkambangan ini muncul bersumber dari beberapa faktor, yaitu:

- Kematangan fisik.

- Tuntutan masyarakat secara cultural, seperti belajar membaca, menulis, berhitung, berorganisasi dan lainnya.

- Tuntutan dan dorongan dari cita-cita individu sendiri. - Tuntutan norma agama.

Secara umum remaja disini merupakan remaja yang berada pada kelompok umur yang menempuh pendidikan formal di sekolah baik SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, namun juga tidak semua kelompok remaja menempuh pendidikan formal di sekolah di karenakan oleh faktor-faktor tertentu. Oleh sebab itu kegiatan remaja di kelompokan menjadi 2, yaitu kegiatan remaja di sekolah dan di luar sekolah.

a. Kegiatan remaja di sekolah

(35)

kecuali sabtu dan minggu, mulai pukul 7 pagi hingga pukul 12 siang. Selepas dari kegiatan belajar, di sekolah juga terdapat kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler di SMP dan SMA relatif sama, yaitu PRAMUKA, PASKIBRA, PMR, ekstrakulikuler olahraga (basket, futsal, sepakbola, bulu tangkis, catur, tenis meja, volli, karate, dan lainnya), kelompok ilmiah remaja (KIR), seni (musik, tari, dan lainnya), rohis, PASKIBRA, majalah dinding, dan lainnya. Bagi remaja yang berada di pendidikan tingkat Perguruan Tinggi pada semester awal hingga semester 5, jadwal mereka umumnya lebih fleksibel, dan terdapat UKM (unit kegiatan mahasiswa) yang berada langsung dibawah Universitas seperti MAPALA, sepak bola, bola basket, futsal, bela diri, marching band, koperasi mahasiswa, paduan suara, dan lainnya, serta klub-klub kegiatan yang berada di bawah fakultas seperti fotografi, film, radio, kelompok penelitian, pers mahasiswa, basket, sepakbola dan lainnya.

b. Kegiatan remaja di luar sekolah

Remaja yang memiliki kegiatan di luar sekolah dapat dibagi ke dalam 3 kelompok pelaku, yaitu diantaranya :

Aktifitas remaja yang putus sekolah

(36)

keringanan peraturaturan tentang remaja yang boleh bekerja untuk umur 13-15, yaitu maksimal 3 jam dengan tujuan sebagai pengembangan minat dan bakat.

Aktifitas remaja yang tidak hadir di sekolah

Remaja yang sebenarnya menempuh pendidikan formal, namun akibat beberapa faktor mereka tidak masuk sekolah pada saat jam aktif sekolah. Aktifitas remaja yang membolos ini antara lain berkumpul bersama kelompoknya di tempat yang mereka anggap nyaman hal ini masuk ke dalam ketertarikan tempat oleh para remaja. Biasanya tempat-tempat remaja yang bolos sekolah diantaranya warung internet, game center, warung atau toko, mal, dan jalan. Menurut Kearney (2001) ada 3 aktor penyebab remaja mebolos, diantaranya faktor personal, keluarga, dan sekolah. Faktor personal menurunnya motivasi atau minat belajar dari siswa yang diakibatkan oleh kondisi dan pergaulan. Kondisi dimana siswa sudah tertuinggal jauh oleh teman-temannya dari materi yang diajarkan di sekolah, dan pergaulan siswa terhadap lingkungan yang tidak tepat. Faktor keluarga akibat kurang perhatian dan partisipasi orang tua. Sedangkan faktor sekolah yaitu minimnya interaksi antara pihak sekolah dengan orang tua murid, guru-guru yang kurang suportif, kurannya kepedulian sekolah terhadap siswanya. Di Surakarta

Aktifitas remaja di luar sekolah

Remaja yang beraktifitas saat jam sekolah sudah selesai, yaitu dari siang hari sampai dengan malam hari ataupun di hari libur. Aktifitas remaja yang sudah pulang sekolah bermacam-macam diantaranya mengikuti bimbingan belajar, kursus bahasa ingris, kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, kegiatan olahraga di luar sekolah, kumpul bersama kelompok temannya, kumpul bersama komunitasnya, dan lainnya.

(37)

remajadalam membentuk identitasnya. Minat dari remaja tersebut bermacam-macam, ada beberapa minat remaja yang sifatnya universal, yaitu berlaku untuk semua yang ada di dunia11. Minat-minat tersebut ialah:

Minat Rekreasi

Remaja cenderung menghentikan aktifitas rekreasi yang menuntut banyak tenaga dan kemudian bertindak sebagai pengamat yang pasif. Akibat dari banyak tuntutan tugas dan kegiatan di dalam kegiatan sekolah, maka remaja biasanya focus pada satu jenis rekreasi. Aktifitas yang ada di dalam minat rekreasi antara lain yaitu permaianan/ olahraga yang umumnya dilakukan oleh penyuka olahraga tersebut ataupun orang yang hanya sekedar mencari hiburan; aktifitas bersantai yang bisa diartikan sebagai tidak melakukan pekerjaan seperti melamun ataupun kegiatan yang tidak berat seperti minum kopi atau teh, berkumpul, menonton tivi, membaca, dan lainnya; kegiatan bepergian seperti pergi ke kebun binatang atau ke tempat-tempat yang dianggap menghibur seperti mal; melakukan aktifitas yang menjadi hobi dari setiap individu seperti membaca, menonton, mendengarkan radio/ music dari perangkat lainnya, olahraga dan lainnya.

Minat sosial

(38)

dilakukan remaja di dalam suatu komunitas yang bergerak terhadap peduli kepada sekitarnya.

Minat –minat pribadi

Dalam minat pribadi, setiap individu berusaha menggali dirinya sendiri dengan berbagai kegiatan yang menjadi tujuan utamanya ataupun kesukaannya, beberapa diantaranya ialah kesukaan terhadap penampilan diri sendiri yang umumnya dilakukan pada remaja akhir baik laki-laki maupun wanita berusaha mencoba tampil maksimal di depan umum; remaja yang mengejar prestasi di sekolah ataupun diluar sekolah sebagai pegangan untuk mendapatkan cita-citanya; kesukaan terhadap kemandirian, dimana remaja mulai mempersiapkan diri dimana kelak akan menjadi seorang dewasa yang akan hidup mandiri terlepas dari orang tuanya.

Minat pendidikan

Kesukaan remaja terhadap pendidikan disebabkan dengan pendidikan akan menjadi bekal mereka nantinya untuk melanjutkan ke tingkat sekolah yang lebih tinggi dengan kualitas yang bagus untuk mendapatkan cita-cita yang diinginkan setiap remaja masing-masing, seperti remaja masuk universitras ke jurusan teknik arsitektur sebab ingin menjadi seorang arsitek atau seorang remaja masuk ke jurusan kedokteran karena ingin menjadi seorang dokter dan lainnya.

Minat pada agama

Dalam minat ini, remaja yang mencoba tumbuh di masyarakat membutuhkan suatu pedoman bagi mereka agar perilaku yang dihasilkan dapat membawa mereka menjadi pribadi yang baik atau pribadi yang mengarah ke dalam hal yang positif, sehingga minat terhadap agama menjadi suatu pengaruh yang baik dalam perkembangan remaja.

2.2 Fasilitas Untuk Aktivitas Remaja

(39)

fasilitator terjadinya perilaku, dan juga sebaliknya, sebagai penghalang terjadinya sesuatu. Menurut Drucker (1969), pada salah satu pendapatnya mengatakan perilaku manusia di dapat melalui pengalaman atau disebut juga nurture. Lingkungan binaan sebagai lingkungan fisik bagi remaja untuk beraktifitas sangat dibutuhkan. Peran lingkungan binaan tersebut menyediakan lingkungan yang akomodatif yang tidak memaksakan seseorang melakukan sesuatu kecuali untuk menghindari hal-hal negatif.

Salah satu hal yang dipersepsi manusia (termasuk remaja di dalamnya) tentang lingkungannya ialah ruang disekitarnya, baik ruang natural maupun ruang buatan, dan dalam aspek sosialnya ialah bagaimana remaja berbagi dan membagi ruang baik dengan sesama remaja ataupun kelompok lainnya.

2.2.1 Ruang Personal

Robert Sommer (1969) mendefinisikan ruang personal sebagai suatu area dengan batas maya yang mengelilingi diri seseorang dan orang lain tidak diperkenankan masuk ke dalamnya. Ruang personal digambarkan seolah-olah seperti sebuah selubung yang berada di sekitar seseorang dan dapat membesar atau mengecil ruangnya bergantung dari apa yang sedang dihadapi. Luas atau sempitnya ruang personal dipengaruhi dari kadar dan sifat hubungan seseorang dengan orang lainnya.

Edward Hall (1963) berpendapat bahwa ruang personal adalah suatu jarak berkomunikasi, dimana jarak antar individu merupakan jarak berkomunikasi. Hall membagi jarak tersebut dengan 4 jenis, yaitu:

Jarak intim: fase dekat (0.00-0.15 m) dan fase jauh (0.15-0.50 m) Jarak kepada kekasih, sahabat, anggota keluarga, atau olahraga dengan kontak fisik.

(40)

Jarak sosial: fase dekat (1.20-2.10 m) dan fase jauh (2.10-3.60)

Jarak di dalam kegiatan kelompok sosial atau kegiatan yang bersifat formal seperti bisnis.

Jarak Publik: fase dekat (3.60-7.50 m) dan fase jauh (>7.50 m)

Untuk hubungan yang lebih formal, seperti berpidato atau berceramah di sebuah aula besar atau di lapangan. Jarak ini tidak digunakan dalam interaksi antardua individu, namun untuk interaksi lebih dari tiga puluh orang.

Gifford dan Price (1979) mengusulkan adanya dua jenis ruang personal, yaitu ruang personal alfa dan ruang personal beta. Ruang personal alfa merupakan jarak objektif dan terukur diantara individu yang berineraksi dan ruang personal beta merupakan suatu pengalaman subjektif dalam proses mengambil jarak, yaitu kepekaan seseorang dalam mengambil jarak dalam bersosialisasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya ruang personal pada setiap individu, yaitu diantaranya jenis kelamin, umur, dan latar belakang budaya.

Ruang personal dengan kata lain merupakan bagian dari diri seseorang. Jika ruang personal seseorang terganggu akan mengakibatkan rasa tidak nyaman, rasa tidak aman, stress, ketidakseimbangan, terkendala terhadap rasa keebasan, dan komunikasi yang buruk. Ada 2 ruang yang berperan pada ruang personal di dalam lingkungan, yaitu ruang sosiopetal dan ruang sosiofugal.

Ruang Sosiopetal

(41)

Ruang Sosiofugal

Ruang ini merujuk pada tatanan yang mampu mengurangi interaksi sosial. Tatanan ini biasanya terdapat pada ruang tunggu, baik ruang tunggu yang terdapat di terminal, ruang tunggu di stasiun kereta dan lainnya, karena setiap individu duduk saling membelakangi.

Ruang personal disini ialah sebagai jarak komunikasi dari individu dalam interaksi sosial. Dalam tahap penciptaan interaksi sosial pada wadah 3E (education, entertainment, & expression) lebih memilih kepada ruang sosiapetal di dalam lingkungan binaan karena dengan tujuan memfasilitasi terjadinya interaksi sosial.

2.2.2 Teritorialitas

Julian Edney (1974) mendefinisikan teritorialitas sebagai sesuatu yang berkaitan dengan ruang fisik, tanda, kepemilikan, pertahanan, penggunaan yang ekslusif, personalisasi dan identitas. Teritorialitas merupakan suatu tempat yang nyata, yang relatif tetap dan tidak berpindah mengikuti gerakan individu, berbeda dengan ruang ruang personal yang selalu berpindah mengikuti individu. Teritorialitas juga dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau satu kelompok atas suatu tempat atau lokasi geografis.

Teritorialitas mempunyai fungsi sebagai fungsi sosial dan fungsi komunikasi. Pada klasifikasi ini Altman membagi teritori ke dalam beberapa golongan, yaitu:

Teritori Primer

(42)

Teritori Sekunder

Teritori sekunder ialah tempat-tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang sudah cukup mengenal. Kendali pada teritori ini tidak sepenting pada teritori primer dan terkadang berganti pemakai, atau berbagi penggunaan dengan individu atau kelompok lainnya. Contoh pada teritori sekunder ini ialah ruang olahraga.

Teritori Publik

Teritori publik adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum. Pada prinsipnya, siapa saja diperkenankan berada di tempat tersebut. Contoh pada teritori publik ialah pusat perbelanjaan, plaza, tempat rekreasi, dan lainnya.

Hussein El-sharkawy (dalam Lang, 1987) mengidentifikasikan empat teritoriyaitu : attached, central, supporting, & peripher al.

- Attached Territory adalah “gelembung ruang” sama seperti dengan ruang personal.

- Central Territory, seperti rumah seseorang, ruang kelas, ruang kerja, dimana kesemuanya itu memiliki personalisasi; Oscar Newman menyebutnya ruang privat.

(43)

- Peripheral Territorya adalah ruang publik, yaitu are-area yang dipakai untuk umum baik perseorangan ataupun kelompok menggunakan bersama-sama tapi tidak ada hak untuk menuntutnya sebagai milik pribadi.

Lyman dan Scott (1967) juga membuat klasifikasi tipe teritorialitas. Ada dua tipe, yaitu teritori interaksi dan teritori badan. Teritori interaksi ditujukan pada suatu daerah yang secara temporer dikendalikan oleh sekelompok orang yang berinteraksi. Contoh pada teritori interaksi ini ialah tempat perkemahan yang sedang digunakan oleh sekelompok remaja untuk kegiatan perkemahan, apabila terdapat intervensi pada teritori ini dianggap sebagai suatu ancaman. Pada teritori badan dibatasi oleh badan manusia, namun berbeda dengan ruang personal karena pada ruang personal batasannya merupakan ruang yang maya. Pada teritori tubuh batasannya ialah kulit manusia, yang berarti apapun yang menyentuh kulit manusia tersebut maka akan dianggap sebagai suatu ancaman.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaan teritori : Faktor Personal

Karakteristik seseorang, seperti jenis kelamin, usia, dan kepribadian diyakini mempunyai pengaruh terhadap sikap teritorialitas. Penelitian Mercer dan Benyamin (1980) di sebuah asrama mendapati bahwa pria menggambarkan teritori mereka lebih besar dibandingkan dengan wanita.

Situasi

(44)

dapat digunakan untuk memisahkan teritori public dan pribadi, seperti contoh penggunaan portal atau pintu gerbang di kawasan perumahan sebagai bentuk sikap territorial untuk mendapatkan rasa aman. Penggunaan bentuk jalan cul de sac juga dapat memfasilitasi keakraban, sehingga memunculkan perasaan untuk menjaga teritori mereka secara bersama sebagai suatu pertanggung jawaban bersama sehingga menciptakan rasa aman untuk lingkungannya.

Teritorialitas di dalam desain dibuat dengan mengacu pada pola tingkah laku manusia dengan tujuan mengurangi agresi, meningkatkan control, dan membangkitkan rasa tertib dan aman. Banyaknya penggunaan teritori primer bagi penghuninya di dalam desain maka semakin baik dalam pemenuhan kebutuhan penghuni atau penggunanya.

Teritorialiatas yang diambil disini yaitu sebagai wilayah yang nyata, mengacu dari beberapa penjelasan diatas. Remaja yang senang berkumpul akan menciptakan teritori mereka sendiri, baik kelompok remaja laki-laki saja, kelompok remaja perempuan saja, ataupun kelompok remaja campur. Dengan memperkecil peluang dari konflik setiap kelompok, teritori yang selaras dengan wadah 3E yaitu teritori sekunder ( tempat yang dimiliki bersama) dan teritori publik (tempat-tempat terbuka untuk umum) dengan tujuan menjadikan wadah 3E ini sebagai wilayah bersama dari setiap individu maupun setiap kelompok.

2.3 Aktivitas 3E Bagi Remaja

(45)

membaca buku merupakan sebagai media hiburan, dan bagi seorang penulis buku merupakan hasil ekspresi dari diri seorang penulis yang nantinya karya tersebut dibaca oleh orang lain, sehingga aktivitas membaca disini memiliki nilai lain yaitu sebagai media hiburan dan ekspresi. Selain membaca masih banyak aktifitas lainnya yang memiliki banyak nilai seperti olahraga dan seni. Aktivitas 3E yang diangkat berdasarkan dari kegiatan dan minat remaja, dan juga dengan penyesuaian jenis kegiatan remaja di kota Solo khususnya yang secara umum dilakukan. Dari kegiatan dan minat remaja tersebut ditarik ke dalam 3 garis besar kategori yang saling berkaitan menjadi edukasi, ekspresi dan hiburan.

(46)

Berdasar dari kegiatan edukasi, ekspresi, dan hiburan, kegiatan tersebut dipilih yang nantinya menjadi pembahasan lebih lanjut. Kegiatan-kegiatan diantaranya yang dipilih ialah membaca, belajar, seni tari, seni teater, seni musik, seni kriya, seni drama, futsal, dan bola basket.

Membaca

Membaca merupakan salah satu kegiatan belajar ataupun lainnya. Membaca umumnya membutuhakan ruang baca dan juga tempat penyimpanan dari koleksi buku bacaan dan biasa yang dikenal oleh banyak orang dengan sebutan perpustakaan, selain itu juga terdapat toko buku yang menghadirkan suasana berbeda dari perpustakaan biasanya disana pembaca memperbolehkan membaca buku yang telah dibuka segelnya untuk dibaca atau sebagai bahan pertimbangan sebelum membeli buku tersebut. Ada beberapa toko buku besar yang ada di Indonesia, diantaranya ialah TB. Gramedia, TB. Gunung Agung, TB. Kharisma, dan lainnya. tempat tempat nongkrong seperti kafe yang menhadirkan konsep nonformal dari sebuah tempat baca di Indonesia juga banyak diantaranya ialah Bukafe, green books café, aksara (aksara masuk ke dalam toko buku, namun didalamnya terdapat kafe dan tempat yang nyaman untuk berkumpul), dan lainnya.

Seni (drama, musik, tari, teater, dan sastra)

(47)

Seni drama dan seni teater secara umum memiliki perbedaan. Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Ada beberapa arti lain dari drama adalah kualitas komunikasi, situasi, hidup yang digambarkan dengan gerak, cerita konflik manusia dalam bentk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan aksi yang dihadapkan kepada penonton. Kata teater berasal dari theatron yang berarti sebagai gedung pertunjukan. Dalam arti luas terater diartikan kisah kehidupan manusia yang dipertunjukan kepada orang banyak, seperti wayang orang, ludruk, lenong, dan lainnya. Perbedaaan antara seni drama dan seni teater ialah drama lebih terhadap ke dalam seni sastra, drama setaraf dengan pembacaaan puisi dan prosa/ esai

Seni musik secara bahasa yaitu hasil karya seni yang berasal dari alat-alat musik. Nada yang dihasilkan oleh alat-alat musik itulah yang dijadikan sebuah karya seni. Setiap alat musik menghasilkan nada dan warna yang berbeda. Ada beberapa jenis alat musik yang umum ada di masyarakat, yaitu alat musik yang dipukul, digesek, dipetik, ditiup, dan lainnya. Alat musik juga terbagi menjadi 2 yaitu alat musik tradisional dan alat musik modern. Umumnya setiap daerah di Indonesia mempunyai alat musik tradisional khas daerahnya masing-masing, seperti di Jawa Tengah dikenal dengan alat musik gamelan. Untuk alat musik

Seni drama ( kiri ) dan seni teater ( kanan ) Gambar 2.1

(48)

modern sekarang ini banyak dikenal seperti gitar akustik, gitar listrik, keyboard, drum, dan lainnya.

Seni tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Seni tari sama seperti musik, saat ini terdapat 2 pembagian yang nampak jelas, yaitu tari tradisional dan tari modern. Dalam tari tradisional, seni tari tersebut tidak hanya sebagai media kepuasan estetis, namun mempunyai nilai lebih seperti untuk berbagai upacara baik agama, adat, penyambutan tamu, syukur, dan lainnya. Beberapa tari tradisional yang ada di nusantara, khususnya di pulau Jawa ialah tari jaipong, tari merak, tari topeng, tari reog ponorogo, tari serimpi, tari blambangan cakil, dan lainnya. Pada tari modern, bukan merupakan 100% hasil karya budaya nusantara. Tarian ini berasal dari luar nusantara, yang kemudian perkembangannya mencoba beradaptasi dengan masyarakat indonesia, seperti contoh grup tari Funky Papua yang memadukan antara gerakan dan gaya pada tari modern dengan gerakan kaki khas tari tradisional yang ada di Papua. Tari modern juga merupakan sebuah karya ekspresi walaupun berbeda gaya dan mode terhadap tari tradisional. Pada tari modern, koreografernya lebih bebas dan santai dalam mengekspresikan gerakan-gerakan yang dijadikan sebuah tarian, dan juga terdapat unsur emosi di dalamnya. Beberapa contoh tari modern diantaranya ialah break dance, robot dance, moonwalk dance, dan lainnya.

Alat music tradisional ( kiri ) dan alat music modern ( kanan ) Gambar 2.2

(49)

Seni sastra merupakan ekspresi yang berasal dari bahasa atau gaya bahasa. Beberapa jenis karya seni sastra ialah prosa, puisi, cerita pendek, drama (drama juga masuk ke dalam kategori seni sastra), syair, pantun, gurindam, hikayat, dan lainnya. Terdapat 2 pembagian berdasar kurun waktu dalam seni sastra, yaitu sastra klasik dan sastra modern. Sastra klasik ialah sastra yang berkembang sebelum adanya pertemuan dan pengaruh dari barat. Untuk sastra modern ialah sastra yang berkembang setelah adanya pertemuan dan pengaruh kebudayaan barat. Di indonesia sastra terbagi ke dalam beberapa periode yang biasa dikenal dengan sebutan angkatan sastra, yaitu diantaranya angkatan pujangga lama, sastra melayu lama, balai pustaka, pujangga baru, 1945, 1950-1960an, 1966-1970an, 1980-1990an, angkatan reformasi, dan angkatan 2000an.

tari trad is ional ( kiri ) dan tari modern ( kanan ) Gambar 2.3

Sumber : google.com (kata kunci : tari tradisional, tari modern)

Gambar 2.4

(50)

Kegiatan seni drama, seni sastra, seni tari, seni teater dan seni musik umumnya membutuhakan sebuah panggung untuk mereka melakukan pertunjukan atas hasil karya mereka, ataupun penyelenggaraan terhadap kegiatan seni diatas, dan juga membutuhkan area untuk pengunjung menonton pertunjukan seni. Panggung pertunjukan dapat berupa sebuah panggung yang berada di dalam ruangan ataupun luar ruangan. Ada beberapa jenis panggung pertunjukan yang di setiap jaman berubah karena menyesuaikan dengan perkembangan jaman, diantaranya ialah panggung arena yang berbentuk kotak dan disekelilingnya merupakan area penonton untuk melihat langsung ke arah pertunjukan seperti arena tinju. Ada lagi yaitu panggung bingkai (proscenium) dimana panggung tersebut interaksi dengan satu arah seperti panggung-panggung opera. Panggung thurst hampir sama dengan panggung-panggung bingkai, namun pada panggung thurst, dua per tiga dari wilayah panggung menjorok ke arah penonton, sehingga disamping kiri dan kanan panggung dapat diisi oleh penonton.

Aktivitas membaca puisi Gambar 2.5

(51)

Saat ini di dunia juga terdapat konsep ruang pertunjukan dengan nama teater black box, di indonesia yang menggunakan konsep ini baru ada satu sampai saat ini yaitu di gedung Salihara, jakarta. Teater black box ini diperkenalkan di tahun 1960-1970an dan bukan merupakan suatu hal yang baru. Teater black box ini juga dikenal sebagai teater eksperimental dan banyak terdapat di negara-negara eropa. Teater ini secara umum sebagian besar bagian interiornya menggunakan warna hitam dan sesuai dengan namanya black box, selain itu pertimbangan perawatan dari konsep teater ini lebih murah dibandingkan dengan model panggung pertunjukan lainnya. Makna lain dari black box disini ialah konsep ruang dari teater ini dapat dimodifikasi dengan bebas baik dari perletakan furniture, set panggung, dan juga tempat duduk penontonnya, selain itu teater black box ini dapat mempunyai fungsi lebih dari satu diluar fungsi sebagai area pertunjukan seni.

Beberapa model panggung pertunjukan, diantaranya: panggung arena (kiri), panggung bingkai (tengah), dan panggung thurst (kanan).

Gambar 2.6

Sumber: bentuk ruang pertunjukan (teori)

Interior teater black box

(52)

Olahraga (futsal dan baket)

Untuk kegiatan olahraga berbeda dengan pertunjukan seni yang bisa dimungkinkan membutuhkan 1 panggung atau ruang pertunjukan untuk semua pertunjukan dari setiap jenis aktivitas seni. Dalam kegiatan olahrag, setiap lapangan olahraga memiliki standar yang berbeda-beda dan sama sekali tidak sama, seperti antara lapangan basket dan lapangan futsal. Pembahasan kegiatan olahraga yang pertama ialah olahraga bola basket. Permainan bola basket hampir sama dengan olahraga futsal. Pada basket dimainkan dengan jumlah 5 pemain pada setiap masing-masing tim. Permainan ini dapat dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan. Permainan basket ini ialah permainan memasukkan bola ke dalam keranjang. Permainan ini dilakukan dengan menggunakan tangan, berbeda dengan futsal ataupun sepak bola yang memasukkan bola ke dalam gawang dengan menggunakan kaki. Permainan ini pertama kali diciptakan oleh seorang guru olahraga pada tahun 189112. Pada tahun 1948 permainan basket sudah dipertandingkan dalam PON I di kota Solo. Badan internasional yang mengatur tentang semua ketentuan dan peraturan dalam olahraga basket ialah FIBA, dan di Amerika sendiri terdapat liga profesional yaitu NBA yang juga menjadi patokan utama basket di dunia. Di Indonesia sendiri badan nasional yang bertanggung jawab atas olahraga basket ini ialah PERBASI (Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia).

Gambar 2.8

(53)

Untuk olahraga futsal, futsal itu sendiri merupakan olahraga sepakbola lapangan besar dirubah dengan ukuran kecil dengan segala konsep permainan hampir sama dengan sepakbola, dan terdapat penambahan peraturan yang lainnya. Futsal itu olahraga permainan bola dengan jumlah pemain total 10 orang yang ada di lapangan. Permainan futsal ini dapat dilakukan di dalam ruangan dan luar ruangan. Futsal ini berasal dari bahasa Spanyol atau Portugis, Futbol dan Sala. Pada sejarahnya olahraga futsal ini diciptakan oleh Juan Carlos Ceriani di Uruguay pada tahun 193013. Badan Internasional yang mengatur semua peraturan tentang futsal baik dari ketentuan lapangan futsal hingga ketentuan pemain ialah FIFA (Federation Internasionale de Football Association). Saat ini futsal banyak digemari oleh setiap kalangan termasuk juga remaja. Di kota Solo tempat futsal yang sifatnya indoor sudah banyak menjamur, diantaranya sekitar kampus UNS terdapat 4 tempat lapangan futsal, di jalan Slamet Ryadi terdapat 1 tempat futsal, di Solo Baru ada 1 tempat futsal, di kampung batik Laweyan ada 1 tempat futsal, di daerah terminal Tirtonadi ada 1 tempat futsal, di daerah stasiun Solo Balapan 1 tempat futsal, di daerah Singosaren ada 1 tempat futsal, dan juga di beberapa tempat lainnya. Pada setiap tempat futsal yang ada di kota Solo minimal terdapat 1 lapangan futsal, seperti contoh pada Bengawan Sport Center terdapat 2 lapangan di futsal didalamnya.

Lapangan futsal Gambar 2.9

(54)

2.4 Preseden

2.4.1 Teater Salihara

Teater Salihara terletak di jalan Salihara 16 pasar minggu, Jakarta selatan. Luas tanah teater salihara ini sekitar 3060 m2. Teater Salihara merupakan tempat bernaungnya komunitas Salihara. Dalam komunitas ini terdapat 3 kelompok besar yang sering menggunakan Teater ini, yaitu Galeri Lontar, Teater Utan Kayu, dan Jurnal Kebudayaan. Kegiatan pada Teater ini umumnya berupa pameran karya ( fotografi, lukisan, busana, dan lainnya ), seni teater, music, dan lainnya. Pada area Teater Salihara ini terdapat 3 unit bangunan utama, yaitu Teater Salihara, Galeri Salihara, serta bangunan 4 lantai sebagai tempat pengelola, perpustakaan, wisma, toko buku, dan gerai salihara.

Pada 3 unit utama dalam teater salihara ini dirancang oleh 3 orang arsitek yang berbeda yang disatukan oleh visi yang sama. Unit teater salihara dirancang oleh Adi Purnomo, unit galeri salihara dirancang oleh Marco Kusumawijaya, dan unit bangunan 4 lantai dirancang oleh Andra Matin.

Teater Salihara

Teater ini dapat menampung hingga 252 penonton. Teater Salihara merupakan teater black box pertama yang ada di Indonesia. Teater black box atau dikenal juga sebagai teater experimental, yaitu teater dengan ruang yang lebih sederhana, dimana biaya untuk teater itu sendiri cukup rendah baik biaya pemeliharaan

(55)

ataupun biaya kegiatannya. Umumnya teater black box ini ialah sebuah ruang persegi dengan lantai yang datar dan dinding dengan warna hitam, selain itu pada teater ini penonton dan pemain Posisi untuk kursi penonton juga dapat diubah-ubah sesuai dengan settingyang akan digunakan. Ruang teater ini juga dilengkapi dengan ruang rias didalamnya. Selain itu, atap dari

bangunan teater salihara ini juga dirancang untuk teater terbuka. interior dinding dari bangunan teater ini dibuat dari bata yang tersusun, sebagai respon dari akustik ruang.

Galeri Salihara

Galeri Salihara mengambil bentuk silinder dengan lingkar sedikit oval. Interiornya berupa ruang kosong dengan dinding tanpa sudut, dan tanpa batas. Perancangnya memberikan perspektif tanpa batas yang memiliki pandangan

Pola bangku yang dapat disetting sesuai lay out yang digunakan

Atap bangunan teater dapat berfungsi sebagai area hijau, sekaligus sebagai teater terbuka Gambar 2.11

Sumber: salihara.org

Gambar 2.12

(56)

yang luas. Bangunan galeri ini dilengkapi dengan area jajanan yang terletak dibawahnya. Pada bangunan galeri dan teater fasad bangunan sengaja dibuat tertutup, hal ini dilakukan sebagai respon desain dari aktifitas yang ditampung 2 bangunan ini, yaitu sebagai gedung teater dan gedung pameran.

Serambi Salihara

Serambi Salihara merupakan bangunan 4 lantai yang difungsikan sebagai ruang pengelola, perpustakaan, toko buku dan wisma. Pada bangunan ini juga dapat difungsikan sebagai area diskusi. Bagian fasad dari bangunan 4 lantai ini dibuat

lebih terbuka dibandingkan dengan bangunan teater dan bangunan galeri. Bangunan pengelola ini menggunakan secondary skin yang sedikit berlubang-lubang yang berguna untuk meminimalisir cahaya yang masuk ke dalam bangunan.

Gambar 2.13

Sumber: salihara.org

Gambar 2.14

(57)

a. Pencapaian

Teater salihara yang terletak di daerah Jakarta selatan, berada di sekitar kawasan perkantoran dan juga perumahan, dengan luas jalan Salihara + 6 meter, pencapaian ke bangunan dengan berjalan kaki, dan kendaraan beroda 2 sampai dengan kendaraan beroda 4 jenis sedan dan minibus. Jalan Salihara ini juga dilalui angkutan umum jenis minibus.

2.4.2 Taman Pintar Yogyakarta

Taman Pintar Yogyakarta merupakan sebuah wadah belajar sambil bermain untuk anak-anak. Wadah ini dibuka pada tahun 2006. Taman pintar berada di jalan Senopati, dengan posisi yang bangunan berada di daerah perkantoran, wisata, dan budaya. Taman pintar memiliki 2 area aitu area outdoor dan area indoor. Pada area outdoor taman pintar, jenis permainan yang disediakan merupakan jenis permainan IPTEK outdoor yang tahan terhadap cuaca, dan dapat diakses oleh pengunjung secara gratis, seperti permaianan mengenal nada, pantulan suara dan lainnya. Di area outdoor lainnya juga terdapat set kawasan kampung buatan yang bertujuan untuk mengenalkan suasana kampung yang ada di Jawa secara umumnya. Area indoor di taman pintar terdapat di 2 bangunan. Bangunana pertama yaitu berupa bangunan 1 lantai yang berisi tentang pengenalan sejarah kota Yogyakarta. Di bangunan kedua yang juga merupakan bangunan induk dari taman pintar ini memeiliki ketinggian 4 lantai.

Gambar 2.15 Taman Pintar Yogyakarta

(58)

Di dalam bangunan induk ini berisi tentang permainan IPTEK, berbeda dengan yang ada di outdoor, permainan IPTEK disini umumnya permainan dengan bentuk elektronik seperti komputer, listrik statis, rumah gempa dan lainnya. Selain itu di bangunan ini juga terdapat bioskop, dan film yang diputar disini umumnya film yang mengandung edukasi khususnya untuk anak-anak seperti film penciptaan bumi secara ilmiah. Pengunjung pertama masuk di bangunan utama dibawa dari lantai 1 sampai dengan lantai 4 dengan petunjuk arah yang sudah ada. Jika pengunjung ingin keluar bangunan harus sampai lantai 4 setelah itu baru ada tangga darurat yang digunakan sebagai akses untuk keluar bangunan di basement dan langsung terhubung dengan pusat buku bekas “shopping”. Di basement area ini digunakan untuk acara lomba dan juga pameran yang targetnya merupakan anak-anak. Untuk masuk ke dalam bangunan baik bangunan 1 dan bangunan 2, pengunjung dikenakan biaya.

a. Pencapaian

Akses pencapaian ke taman pintar melalui jalan Senopati sebagai pintu masuk utama dan di jalan Sriwedari sebagai pintu masuk lainnya. Dari jalan Senopati dapat diakses dengan berjalan kaki, kendaraan roda 2 sampai dengan roda 4 sejenis sedan, minibus, dan bus kota. Jalan Senopati ini juga dilalui angkutan umum seperti trans Jogja. Lebar jalan dari jalan Senopati ialah kurang lebih 14 meter. untuk jalan Sriwedari pencapaian dapat dilakukan dengan jalan kaki, kendaraan roda 2 sampai roda 4 sejenis sedan dan minibus.

b. Parkir

(59)

lainnya, diparkir di sisi jalan Senopati yang dekat dengan pintu masuk utama dari taman pintar.

c. Sirkulasi

Sirkulasi di dalam kawasan taman pintar untuk area outdoor, dari arah pintu masuk utama pengunjung diarahkan untuk menuju ke bangunan induk. Di area outdoor juga terdapatsatu bentuk lingkaran yang difungsikan sebagai tempat anak-anak bermain air, namun bentuk itu menjadikan setiap pengunjung dipastikann akan mengarah ke tempat tersebut ataupun juga melewati area lingkaran tersebut, sebab posisi dari lingkaran ini hamper berada di tengah-tengah dari semua fasilitas yang ada taman pintar.

(60)

2.4.3 ArchiSpel

ArchiSpel ialah wadah berkegiatan Spaarndam, sebuah kota kecil dekat Harleem dan Amsterdam di Belanda. Wadah ini mengakomodasi kegiatan untuk semua kelompok umur dari anak-anak hingga orang tua. Wadah ini sebagian besar berupa ruang terbuka dengan beberapa penzoningan kegiatan. Penanda zoning pada wadah ini dengan bentuk oval pada lantai dan juga perbedaaan warna, dan juga untuk pemersatu dari semua kegiatan diwadah ini ialah lantai beton dengan warna alami beton. Fasalitas yang ada di bangunan ini ialah lapangan sepak bola, setengah lapangan basket, lapangan permainan anak-anak dengan tanda-tanda permaianan yang sudah dicetak dilantai dan lainnya.

Beberapa fasilitas yang ada di ArchiSpel Gambar 2.17

(61)

2.4.4 Palo Verde Library and MaryvaleCommunity Center

Palo Verde Library and Maryvale Community Center adalah sebuah fasilitas multi guna yang terdapat di negara bagian Arizona, Amerika. Bangunan ini terdiri dari beberapa fasilitas publik, seperti taman, perpustakaan, auditorium, dan area olahraga (lapangan basket, kolam renang, ruang senam). Bangunan ini ditujukan sebagai perpustakaan umum dan juga sebagai pusat komunitas sesuai dengan namanya. Bangunan ini memiliki 2 massa bangunan yang utama. Pada massa 1 merupakan tempat untuk perpustakaan, dan massa 2 untuk auditorium dan area olahraga.

Proses penzoningan ArchiS pel, dengan lahan yang disediakan dan pengelompokan bangunan kemudian dibentuk pola jalan sekaligus juga sebagai pem ersatu dari semua kelompok kegiatan di bangunan ini Gambar 2.18

(62)

Desain dari bangunan ini berbentuk kotak. Pada ruang baca perpustakaan dan lapangan basket digunakan dnding yang transparan yang dimaksudkan agar orang yang melewati bangunan ini akan beriteraksi dengan aktifitas yang ada di dalam bangunan. Tujuan utama dari bangunan ini ialah membuat suatu tempat rekreasi dan bangunan tersebut hidup dengan energy masyarakat yang ada di Arizona. Pemakaian bahan seperti stainless steel pada bangunan ini juga sesuai dengan iklim Arizona sehingga keadaan di dalam ruangan tetap hangat.

Interior dari Palo Verde Library and Maryvale Community Center dengan meggunakan bahan tembus pandang agar orang dari luar dapat melihat kegiatan yang berlangsung didalamnya

Gambar 2.20

(63)

Dari beberapa contoh diatas, setiap kota umumnya memiliki wadah aktivitas untuk suatu kelompok atau komuitas. Aktivitas yang dinaungi di setiap wadah pada setiap kota umumnya hamper sama, namun perbedaan besar kecilnya suatu wadah tersebut dilihat dari kondisi kelompok atau komunitas dari kota tersebut, dan dapat dimungkinkan setiap kota memiliki lebih dari 1 wadah aktivitas.

Denah dari Palo Verde Library and Maryvale Community Center terdiri dari 2 massa utama, dan dihubungkan melalui selasar Gambar 2.21

(64)

BAB III

KOTA SURAKARTA

SEBAGAI KOTA LAYAK REMAJA

1

3.1 Remaja dan kota Surakarta

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Propinsi Jawa Tengah, terletak di tengah antara kota/kabupaten di Karesidenan Surakarta. Luas wilayah administrasi Kota Surakarta berkisar antara 4404 Ha, yang terbagi atas 5 wilayah

(65)

kecamatan dan 51 wilayah kelurahan. Luas kawasan yang telah terbangun mencapai 88,47 % sedangkan yang belum terbangun kurang lebih 11,53% yang terdapat di bagian Utara dan Barat kota. Terbatasnya lahan di wilayah Kota perkotaan berkembang ke wilayah administrasi tetangga, seperti ke Kab. Karanganyar dan Kab. Sukoharjo. Berdasarkan studi dari tim Proyek Pengembangan Program Kota Terpadu (P3KT), luas wilayah perkotaan Surakarta saat ini telah mencapai sekitar 11000-12000 Ha, atau berkembang hampir tiga kali lipat yang meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Dati II Surakarta seluas 4404 Ha, sebagian Dati II Sukoharjo ( Kec Kartosuro, Grogol, Baki, dan Mojolaban) seluas 3168 Ha dan sebagian Dati II Karanganyar (Kec. Jaten, Colomadu) seluas 1143 Ha. Kota Surakarta dibatasi oleh beberapa wilayah administrasi yaitu, sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Karanganyar dan kabupaten Boyolali, di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten karanganyar dan kabupaten sukoharjo, disebelah selatan berbatasan dengan kabupaten sukoharjo, dan di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten sukoharjo dan kabupaten boyolali

Letak geografis kota Surakarta adalah antara 1100BT dan 1110BT, serta antara 706’LS dan 80LS, serta kondisi fisik topografi relatif datar (kemiringan 0-3%) dengan ketinggian ± 92m di atas permukaan air laut dan dilalui oleh beberapa sungai, antara lain: sungai Pepe, sungai Anyar, sungai Janes yang kesemuanya merupakan anak sungai dari sungai Bengawan Solo. Keadaan geologi berupa dataran rendah dan perbukitan, dengan jenis tanah, antara lain : aluvium dan endapan gunung berapi (70%), batuan sedimen klasik dan sedimen gunung berapi (20%), dan grumusol atau lempung berat (10%), serta daya dukung tanah antara 0,5-1,75 Kg/m2. Keadaan klimatologi kota Surakarta yaitu curah hujan pada umumnya 2000-5000 mm/tahun dengan max 500 mm/bulan pada musim penghujan, dan max 50 mm/bulan pada musim kemarau. Kelembaban udara relatif 70% dan dapat terjadi antara 55% - 100%.

(66)

di Surakarta (12-22 tahun) pada tahun 2009 berjumlah 91.300 jiwa atau 18% dari total penduduk kota Surakarta pada tahun 2009 yaitu 528.202 jiwa. Presentasi jumlah anak-anak (0-12 tahun) di Surakarta hamper sebanding dengan jumlah remaja yaitu sebesar 18,5% pada tahun 2009 atau berjumlah 96.700 jiwa, dan jumlah kelompok dewasa (25-54 tahun) di kota Surakarta sebesar 239.808 jiwa atau sekitar 42%. Pada tahun 2010 jumlah penduduk kota Surakarta berjumlah 503.421 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita. Dilihat dari perbandingan angka antara tahun 2009 dan 2010, dapat disimpulkan terdapat penurunan jumlah penduduk pada tahun 2010.

1.

2. 3.

4. 5.

6. 7.

Gambar

GAMBAR DESAIN
Gambar 2.4Sumber : google.com (kata kunci : Pramoedya Ananta Toer)
Gambar 2.8Sumber : google.com (kata kunci : lapangan basket)
Gambar 2.10Teater Salihara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tarawih malam 7 Likur atau biasa di sebut oleh warga Pelauw Tarawih Rumah Huai adalah sebuah acara arak-arakan Desa Pelauw yang biasa di lakukan pada Bulan Suci

dalam mengatur relasi pusat dengan daerah/ telah melahirkan UU No.22 Tahun. 1999/ yang secara substantive memberi kewenangan kepada daerah

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan gaya bahasa retoris dan kiasan, 2) makna yang terkandung dalam gaya bahasa dan 3) mendeskripsikan gaya bahasa yang dominan

digunakan dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, kebijakan hutang sebagai variabel independen, sedangkan

Puji syukur kepada Sanghyang Adi Buddha, Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha, Boddhisatva dan Mahasatva atas pancaran cinta kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 responden yang diteliti menunjukkan bahwa semua responden yang berjumlah 15 orang (100%) memiliki kadar timbal dalam urin yang

Balai Penelitian Ternak, Badan Litbang Pertanian Balai Penelitian Ternak, Badan Litbang Pertanian Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor Fakultas Peternakary

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis, merancang dan menghasilkan suatu basisdata yang mendukung sistem CRM ( Customer Relationship Management ) yang berbasiskan website