commit to user
i
STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING
DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
FAJRIKA CAHYANING DEWI
NIM. F0307102
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING
DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas-tugas dan dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 17 Desember 2011
Tim Penguji Skripsi :
1. (Dr. Payamta, M.Si., Ak.)
NIP. 19660925 199203 1 002
2. Muhammad Syafiqurrahman, S.E., M.M., Ak.
NIP. 19800604 200501 1 001
3. (Sri Hanggana, M.Si., Ak.)
commit to user
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan untuk :
Ibu dan Bapakku
Amal dan Tyas
Keluarga Besarku
Sahabat-sahabatku
Semua orang yang kusayangi
commit to user
v
HALAMAN MOTTO
Allah tidak akan memberi apa yang kita inginkan, melainkan apa yang kita
butuhkan.
(Anonymous)
If you ask for God to help you, it means that you trust God’s ability. If God
doesn’t help you yet, it means God trusts yours.
(Anonymous)
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau dari Aspek
Ekonomi dan Keuangan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya bukan hanya karena andil penulis saja, melainkan juga atas bantuan dan dukungan banyak pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas seluruh bimbingan dan bantuan kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M. S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Santoso Tri H, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
vii
5. Lulus Kurniasih, SE, M.Si.Ak., selaku pembimbing akademik yang selama masa perkuliahan selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta
seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan, serta pelayanan kepada penulis.
7. Ibu dan Bapakku tersayang, Ibunda Sri Utami dan Bapak Sudarsono, yang selalu melimpahkan kasih sayang, perhatian, dukungan, arahan, serta doa yang tak kunjung putus.
8. Adik-adikku terkasih, Amal Prayogi Sudarsono dan Alm. Hilmia Cahyaning Tyas, yang selama ini memberikan kasih sayang dan doa.
9. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakan kesukseanku dari jauh.
10. Telon-ku tersayang, Adu, Ayus, Dyah, Endah, serta Dinda, yang telah mendampingi langkahku dan berjuang bersama dalam suka dan duka selama di bangku kuliah.
11. Raga Data, yang telah mengisi hari-hariku, juga membantu, mendukung dan mendoakanku.
commit to user
viii
13. Kru satu tim saya, Eva Rhisna Andretti, yang telah berjuang bersama dalam mengerjakan proposal, mencari data, sampai menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabat saya tersayang, Nindy, Ni Luh, Anita, Fajar, Lando, dan Panji, yang selalu mendukung dan mendoakan saya dari kejauhan.
15. Semua sahabat TK, SD, SMP, SMA-ku yang pernah mengisi kehidupan dan mengajarkan banyak hal.
16. Orang-orang yang pernah mengisi hidupku dan mengajarkan pengalaman serta pelajaran tentang hidup.
17. Semua kawan yang pernah menjadi teman sekelas di masa kuliah, yang telah memberikan kebersamaan dan pelajaran hidup.
18. Kawan-kawan seperjuangan Agen 007, yang melewati suka dan duka di jurusan Akuntansi bersama.
19. Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis tulis satu per satu.
Pembuatan skripsi ini telah memberikan pengalaman dan manfaat yang besar bagi penulis, dan penulis pun berharap semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi orang lain. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan pada skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat menjadi lebih baik lagi.
Surakarta, 7 Oktober 2011
commit to user
ix
DAFTARISI
halaman
HALAMAN JUDUL………...….……... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv
HALAMAN MOTTO………..…. v
KATA PENGANTAR……….…. vi
DAFTAR ISI……….………...……..…….... ix
DAFTAR TABEL………...………..…... xi
DAFTAR LAMPIRAN………...….... xiii
ABSTRAK……….……….... xiv
ABSTRACT………..…….………... xv
BAB I PENDAHULUAN……...…...………... 1
A. Latar Belakang...………...……..………...…… 1
B. Rumusan Masalah………...…….... 7
C. Tujuan Penelitian…….………..………...……. 7
D. Manfaat Penelitian………...………...……..……. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...………... 9
A. Peternakan Ayam Ras Pedaging...…... 9
commit to user
x
C. Studi Kelayakan Bisnis..…………...………..….….. 17
D. Aspek Ekonomi dan Keuangan Dalam Studi Kelayakan...………...………... 17
BAB III METODE PENELITIAN...…………...……….. 22
A. Populasi dan Sampel…...…..…..…..…..…..…..…...……. 22
B. Jenis Data...……. 24
C. Metode Pengumpulan Data.…..…..…..…..…...……. 25
D. Metode Analisis Data...…..…..…..…..…...……. 25
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…..…..…..…....…... 27
A. Pelaksanaan Penelitian...…..…..…..…...…… 27
B. Pembahasan Hasil Penelitian...…… 27
BAB V PENUTUP…..…..…..…...…....…....…....…....…....…... 51
Simpulan………...………... 51
Keterbatasan Penelitian..…...…....…...…....…...…... 52
Saran...………....………... 53
DAFTAR PUSTAKA………….………...………….. 55
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
halaman Tabel II. 1 Suhu Ideal Kandang..…..…...…....…....…....…....…... 11
Tabel III. 1 Populasi Ayam Pedaging di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010..…..…...…....…....…....…....…...
22
Tabel III. 2 Distribusi Sampel..…..…...…....…....…....…....…... 23
Tabel IV. 1 Perincian Nilai Persediaan Ayam Pedaging per 31 Juli
2011..…..…...…....…....…....…....…...…....…... 28 Tabel IV. 2 Investasi Peternakan Ayam Pedaging Per 100 Ekor
Ayam.…..…...…....…....…....…....…...…....….... 30 Tabel IV. 3 Pendapatan Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor
Ayam per Periode....…...…...…...…....….... 31 Tabel IV. 4 Perincian Biaya Depresiasi Kandang per 100 Ekor Ayam
per Periode...…....…....…....…....…...…...…... 33 Tabel IV. 5 Perincian Biaya Depresiasi Bangunan per 100 Ekor
Ayam per Periode...…...…...…...…....…... 34 Tabel IV. 6 Perincian Biaya Bahan Bakar per 100 Ekor Ayam per
Periode…..…...…....…....…....…....…...…....….... 34 Tabel IV. 7 Perincian Biaya Gaji Pegawai per 100 Ekor Ayam per
Periode…..…...…....…....…....…....…...…....….... 36 Tabel IV. 8 Perincian Biaya Listrik per 100 Ekor Ayam per Periode... 36 Tabel IV. 9 Perincian Biaya Sekam per 100 Ekor Ayam per Periode... 38
Tabel IV. 10 Perincian Biaya Tetap Peternakan Ayam Pedaging per
100 Ekor Ayam per Periode…....…...…....…... 39 Tabel IV. 11 Perincian Biaya Pembelian DOC per 100 Ekor Ayam per
commit to user
xii
Tabel IV. 12 Perincian Biaya Pembelian dan Pemakaian Pakan per
100 Ekor Ayam per Periode....…...…....…... 41 Tabel IV. 13 Perincian Biaya Vaksin dan Obat per 100 Ekor Ayam per
Periode..…...…....…....…....…....…...…....…... 42 Tabel IV. 14 Perincian Biaya Variabel Peternakan Ayam Pedaging per
100 Ekor Ayam per Periode....…...…....…... 43 Tabel IV. 15 Laba Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per
Periode..…...…....…....…....…....…...…....…... 45 Tabel IV. 16 ROI Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per
Periode..…...…....…....…....…....…...…....…... 46 Tabel IV. 17 PBP Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per
Periode..…...…....…....…....…....…...…....…... 47 Tabel IV. 18 BEP Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xiv
ABSTRAK
STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
Fajrika Cahyaning Dewi NIM. F0307102
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari peternakan ayam ras pedaging jika ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangannya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima buah peternakan ayam pedaging yang tersebar di beberapa area eks-Karesidenan Surakarta. Data diperoleh dengan melakukan wawancara kuesioner terhadap pemilik atau pengelelola peternakan, dan data yang digunakan seperti data keuangan peternakan bulan Juli 2011. Dalam penelitian ini telah digunakan analisis kriteria investasi, yang dilihat dari nilai ROI.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh sampel termasuk dalam usaha yang layak untuk diteruskan, karena nilai rata-rata ROI yang dihasilkan sampel lebih besar dari tingkat suku bunga bank per periodenya. ROI yang dihasilkan sampel adalah 3,79% dan suku bunga bank 1,22%. Selain itu, penulis juga memperhitungkan PBP dan BEP di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel peternakan membutuhkan rata-rata PBP selama 4 tahun 5 bulan untuk dapat menutup keseluruhan biaya investasinya. Selanjutnya, untuk dapat mencapai BEP sampel peternakan harus melakukan penjualan sebanyak 23 ekor per 100 ekor ayam pedaging.
commit to user
xv
ABSTRACT
FEASIBILITY STUDY OF BROILER RACE FARM OBSERVED FROM ECONOMICS AND FINANCIAL ASPECT
Fajrika Cahyaning Dewi NIM. F0307102
The purpose of this researsch is to find out about feasibility of broiler race farm if being observed from economics and financial aspect. The samples which used in this research were five broiler farms which spread in some areas of ex-Karesidenan Surakarta. Data was collected by doing questionnaire interview to the owner or manager of the farm,and data which be used like farm’s financial data on July 2011. In this research have used the analysis of investment criteria, which was seen from value of ROI.
The results of this research showed that all of the samples were categorized as feasible to be forwarded, because the average value of ROI was bigger than their bank interest rate per period. It means that ROI was 3,79% and interest rate was 1,22%. Besides, the writer also calculated PBP and BEP where the results of this research showed that samples need average of PBP for 4 years and 5 months to cover all of the invenstment costs. Moreover, to reach BEP samples must sale 23 broilers per 100 broilers.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan negara yang belum mengkonsumsi daging
dengan cukup, Krissantono (2010) menyatakan bahwa konsumsi daging ayam di
Indonesia hanya 4,8 kg per kapita per tahun, sedangkan untuk konsumsi telur sebanyak
50 butir per kapita per tahun. Apabila data tersebut dibandingkan dengan Negara
ASEAN lainnya, maka konsumsi daging dan telur ayam di Indonesia masih jauh
tertinggal. Khomsan (2010) menyatakan bahwa jumlah konsumsi daging ayam
Indonesia yang hanya 4,8 kg per kapita per tahun adalah seperdelapan konsumsi
Malaysia yang mencapai angka 38 kg per kapita per tahun, dan seperenam jika
dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 28 kg per kapita per tahunnya. Tidak
hanya konsumsi daging ayam yang rendah, konsumsi telur Indonesia pun rendah,
seperti yang dinyatakan Khomsan (2010), dengan jumlah penduduk yang besar,
konsumsi telur yang hanya 50 butir per kapita per tahun sangat kecil jika dibandingkan
dengan Jepang yang sebanyak 269 butir dan Inggris yang mencapai angka 290 butir
per kapita per tahunnya.
Rendahnya konsumsi daging dan telur ayam merupakan hal yang kurang baik,
karena daging dan telur ayam merupakan sumber protein yang dibutuhkan tubuh, dan
rendahnya tingkat konsumsi Indonesia mengindikasikan bahwa konsumsi protein
masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Telah diketahui bahwa protein memegang
peranan yang sangat penting bagi kesehatan manusia, protein antara lain berperan
penting dalam perkembangan sel otak, memelihara dan mengganti sel yang rusak, dan
commit to user
tergantikan oleh zat nutrisi lainnya, oleh karena itu protein harus ada dalam makanan
manusia.
Kebutuhan protein bagi manusia berbeda-beda tergantung kepada umur, jenis
aktivitas, dan faktor lainnya. Komposisi kebutuhan protein sebaiknya 25% dipenuhi
dari hewan, dan 75% dari protein nabati. Protein yang berasal dari hewan sangat
penting bagi manusia karena komposisi asam aminonya lebih seimbang dibandingkan
protein nabati. Selain itu, protein hewani merupakan sumber mineral penting, sumber
vitamin B12 yang tidak terdapat dalam produk nabati, dan yang lebih penting adalah
memiliki rasa yang lebih lezat. Kebutuhan protein dari hewani dapat dipenuhi hewan
air, yaitu ikan dan produk air lainnya, serta hewan ternak, seperti ayam, kambing, dan
sapi. Dari berbagai sumber protein tersebut, daging dan telur yang berasal dari ayam
merupakan sumber protein yang mudah ditemukan dan memiliki harga yang mudah
dijangkau. Namun jika melihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap
daging dan telur ayam yang merupakan sumber protein masih rendah, menandakan
bahwa masyarakat Indonesia masih kekurangan asupan protein, padahal daging dan
telur ayam merupakan sumber protein yang mudah didapatkan.
Ali Khomsan (2010) juga menyatakan, bahwa kurangnya asupan protein yang
cukup akan membuat seseorang berpikir lambat dan memiliki perkembangan otak
tidak optimal, dan dalam jangka panjang tertentu akan berdampak pada negara karena
minimnya SDM berkualitas. Dampak dari rendahnya tingkat konsumsi masyarakat
Indonesia terhadap daging dan telur akan menimbulkan akibat yang tidak baik
terhadap negara Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, Pemerintah menargetkan agar
dalam lima tahun ke depan konsumsi daging ayam di Indonesia bisa mencapai 7 kg per
commit to user
Jika melihat rendahnya konsumsi masyarakat terhadap daging dan telur ayam
serta upaya Pemerintah untuk meningkatkan konsumsi tersebut, tentunya ini
merupakan suatu peluang bagi para pengusaha perunggasan untuk mendukung
peningkatan konsumsi ayam di Indonesia. Indonesia memiliki penduduk yang banyak,
dan pendapatan masyarakat diperkirakan akan terus meningkat, tentunya faktor ini
akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan telur ayam. Retnani et al. (2009)
menyatakan bahwa peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat yang diikuti
dengan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan produk hewani menjadi tinggi.
Tentunya faktor tersebut akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan telur
ayam, dan hal ini merupakan indikasi yang baik bagi para pengusaha ternak untuk
menjalankan usaha ternak.
Apabila melihat kondisi Indonesia saat ini, usaha ternak merupakan usaha yang
memiliki prospek yang cukup baik, terutama peternakan unggas. Suprihatin (2008)
menyatakan, komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung
oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang
sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena
sudah merupakan barang publik, dan merupakan pendorong utama penyediaan protein
hewani nasional.
Peternakan unggas yang namanya melambung adalah peternakan ayam, baik
untuk ayam pedaging maupun petelur. Permintaan ayam pedaging (broiler) merupakan permintaan unggas yang tertinggi dibandingkan dengan unggas lainnya, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Selain terjadi di Indonesia, permintaan yang tinggi
commit to user
pengembalian investasi yang lebih cepat (Badubi et al., 2004). Ali dan Mufazzal
(2010) menyatakan bahwa daging ayam lebih dapat diterima oleh semua jenis
konsumen di Bangladesh, tanpa ada batasan kasta dan agama, sehingga menyebabkan
permintaan terhadap broiler menjadi tinggi.
Jayanata dan Harianto (2011) menyatakan, di Indonesia bisnis broiler menjanjikan karena permintaannya semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk. Sebagai contoh adalah permintaan broiler di
DKI Jakarta pada tahun 2010 telah mencapai lebih dari satu juta ekor per hari. Jumlah
di DKI Jakarta tersebut merupakan 25 – 30% dari jumlah permintaan nasional, dan
dari perkiraan tersebut dapat dihitung kebutuhan pasokan broiler secara nasional
sekitar 4,8 – 5 juta ekor per harinya. Permintaan semakin meningkat pada saat khusus,
seperti hari raya, permintaan dapat meningkat sampai 50%. Selain karena jumlah
permintaan dalam negeri yang berjumlah banyak, usaha ternak ayam broiler juga menarik karena usaha ini adalah sebagai salah satu komoditas yang mempunyai
potensi ekspor.
Peningkatan jumlah permintaan broiler di Indonesia dari tahun ke tahun menurut Jayanata dan Harianto (2011: 4) disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Jumlah penduduk yang terus bertambah jelas meningkatkan konsumsi bahan
pangan protein hewani, termasuk ayam.
2. Ayam merupakan sumber protein hewani yang digemari mayoritas masyarakat
Indonesia. Daging ayam mudah didapatkan dan harganya terjangkau, selain itu
pengolahannya relatif mudah.
3. Semakin banyak restoran (rumah makan) yang menyajikan menu yang berasal
commit to user
Selain karena faktor-faktor tersebut, Jatmiko (2010) menyatakan kekaguman orang
dan minat pemodal terhadap broiler mulai muncul setelah mengetahui bahwa broiler dapat dijual pada umur 35-40 hari, dan pada umur itu bobot badan broiler hampir sama dengan bobot badan ayam kampung yang berumur satu tahun. Masyarakat
Indonesia juga mengenal ayam broiler sebagai saingan ayam kampung karena
mempunyai rasa yang khas, empuk, dan dagingnya banyak. Dan daging ayam broiler
merupakan salah satu produk hewani yang paling digemari masyarakat (Retnani et al.,
2009). Daging broiler sudah banyak dikonsumsi oleh lapisan masyarakat, oleh karena itu, upaya meningkatkan gizi masyarakat melalui protein hewani akan lebih murah dan
efektif dengan cara mengembangkan peternakan broiler (Ilham et al., 2002).
Permintaan yang tinggi akan broiler merupakan isyarat yang baik bagi para
peternak ayam pedaging agar memperluas usahanya, atau bagi para peminat usaha
ternak ayam pedaging agar segera memulai usahanya. Dan sepertinya para pengusaha
Indonesia telah menanggapi permintaan yang tinggi tersebut, dan didukung dengan
waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak
baru serta peternak musiman yang bermunculan di berbagai wilayah Indonesia,
termasuk di daerah eks-Karesidenan Surakarta, yaitu Surakarta, Karanganyar ,
Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.
Jumlah peternakan ayam di Karesidenan Surakarta sudah cukup banyak, baik
untuk ayam pedaging dan petelur sudah tersebar di beberapa area eks-Karesidenan
Surakarta, namun untuk ayam DOC (Daily Old Chicken) belum ada. Peternakan yang
berada di eks-Karesidenan Surakarta akan menjadi sumber penghasil daging dan telur
ayam yang dikonsumsi masyarakat eks-Karesidenan Surakarta. Karena konsumsi
masyarakat eks-Karesidenan Surakarta terhadap daging dan telur ayam cukup tinggi,
commit to user
haruslah memiliki kinerja dan hasil penilaian yang baik. Untuk dapat mengetahui
kelayakan dari peternakan yang berada di eks-Karesidenan Surakarta maka haruslah
dilakukan studi kelayakan bisnis, studi ini akan menentukan apakah peternakan di
eks-Karesidenan Surakarta layak untuk melanjutkan usaha atau tidak. Karena permintaan
masyarakat terhadap ayam pedaging menempati urutan yang paling tinggi, maka
penulis berpendapat agar dilakukan studi kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam
pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta.
Penelitian kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam pedaging telah
dilakukan, salah satunya adalah yang dilakukan Pratiwi (2008) terhadap satu usaha
ternak ayam ras pedaging di Kecamatan Grobogan dengan ditinjau dari segi ekonomi
dan keuangan, hasilnya menyatakan bahwa usaha ternak tersebut layak untuk terus
dijalankan. Sedikit berbeda dengan hasil penelitian tersebut, penelitian sejenis yang
dilakukan oleh Jatmiko (2010) pada Dinas Aneka Usaha Ternak di Desa Dawung,
Sragen, memberikan hasil bahwa usaha ini menunjukkan kerugian, tetapi layak untuk
dijalankan. Sedangkan hasil penelitian dari Nasarudin (2009) yang dilakukan pada
usaha ternak ayam potong di wilayah Parung Hijau menyatakan bahwa dilihat dari
aspek ekonomi, kinerja marketing secara umum menunjukkan status berwarna kuning, berarti usaha ini masih layak untuk dijalankan namun kinerja marketing perlu ditingkatkan.
Karena permintaan terhadap ayam broiler di Karesidenan Surakarta lebih besar dibandingkan jenis ayam lainnya dan mengacu pada penelitian-penelitian tersebut,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sejenis terhadap wilayah
Karesidenan Surakarta, dan penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Studi
Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau dari Aspek Ekonomi dan
commit to user
B. RUMUSAN MASALAH
Jika mengacu pada topik mengenai studi kelayakan bisnis industri peternakan
ayam pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta tersebut, maka dapat dibuat
perumusan masalah yaitu, apakah peternakan ayam ras pedaging yang berada di area
eks-Karesidenan Surakarta layak diteruskan atau tidak bila ditinjau dari aspek ekonomi
dan keuangan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
industri peternakan ayam ras pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta
layak atau tidak jika dilihat dari aspek ekonomi dan keuangannya.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Penelitian ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi penulis, berupa
wawasan dan pengetahuan baru mengenai usaha peternakan ayam ras pedaging,
serta penerapan dan pengaplikasian nyata akan ilmu yang selama ini diperoleh di
bangku kuliah.
2. Bagi pengusaha dan pemilik modal
Manfaat yang diperoleh pengusaha atau para pemilik modal dari penelitian
ini adalah sebagai salah satu dasar untuk mengetahui kelayakan usaha yang selama
ini dijalankan, yang dapat dijadikan pertimbangan untuk kelangsungan usaha
commit to user
3. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi peneliti
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging ayam. Hingga saat ini ayam broiler telah dikenal
masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya, seperti hanya dalam waktu
singkat sudah dapat dipanen, ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami
pertumbuhan pesat pada umur 1 – 5 minggu. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif
singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang
bermunculan di berbagai wilayah Indonesia.
1. Jenis Ayam Pedaging
Para peternak ayam pedaging di Indonesia yang jumlahnya cukup banyak
tidak akan menghadapi kesulitan dalam menentukan pilihannya terhadap jenis
ayam ras pedaging, karena jenis ayam pedaging yang beredar di pasaran Indonesia
sudah banyak, sehingga para peternak dapat memilih jenis ayam pedaging yang
mana yang akan dijadikan ternak. Meskipun terdapat berbagai jenis ayam pedaging
yang beredar di Indonesia, namun pada dasarnya berbagai jenis ayam pedaging
tersebut memiliki daya produktifitas yang relatif sama. Jadi seandainya terdapat
perbedaan di antara berbagai jenis ayam pedaging tersebut, perbedaannya tidaklah
terlalu mencolok atau sangat kecil sekali.
Dalam menentukan pilihan jenis ayam pedaging apa yang akan dipelihara,
para peternak harus cermat dan teliti. Peternak dapat meminta daftar produktifitas
commit to user
pertimbangan untuk menentukan pilihan terhadap jenis ayam pedaging. Adapun
beberapa jenis ayam pedaging yang beredar di pasaran Indonesia adalah sebagai
berikut: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett,
Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum,
Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall
”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, dan CP 707.
2. Teknis Budidaya Ayam Pedaging
Sebelum memulai usaha beternak, peternak harus menentukan lokasi yang
tepat untuk beternak. Lokasi yang baik untuk beternak adalah sebagai berikut:
a. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian atau perumahan penduduk.
b. Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
c. Lokasi terpilih bersifat menetap.
Setelah memiliki lokasi untuk beternak, maka peternak harus memahami
dan memenuhi hal-hal berikut agar dapat menghasilkan hasil ternak yang
maksimal:
a. Pemilihan bibit
Bibit ayam pedaging yang baik mempunyai ciri yang sehat dan aktif
bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan
mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih, serta lubang kotoran (anus)
bersih.
b. Kondisi teknis yang ideal
1) Lokasi kandang
Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk,
mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya
commit to user
2) Pergantian udara dalam kandang
Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi
kandang harus baik.
3) Suhu udara dalam kandang
Suhu ideal kandang sesuai umur dapat dilihat di Tabel II. 1:
Tabel II. 1
Suhu Ideal Kandang
Umur (Hari) Suhu (ºC)
1-7 34-32
8-14 29-27
15-21 26-25
22-28 24-23
29-35 23-21
4) Kemudahan mendapatkan sarana produksi
Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.
c. Tata laksana pemeliharaan
1) Perkembangan
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga
kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk
pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang
yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2,
lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang
commit to user
ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan
mudah terserang penyakit.
2) Pakan
Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan ayam pedaging. Pakan
yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan
ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga
pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan menggunakan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).
3) Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke
tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi
dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin
ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui
suntikan atau air minum. Selain vaksin-vaksin tersebut, juga terdapat
vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo.
4) Teknis Pemeliharaan
a) Minggu pertama (hari ke-1 – 7).
DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air
minum hangat yang ditambah POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter
air minum atau VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari
dan gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi.
Sedangkan untuk pakan dapat diberikan dengan kebutuhan 13 gr per
ekor atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah
commit to user
yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran
kecil (crumbles).
b) Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen
Air minum yang diberikan sudah berupa air dingin dengan
penambahan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum atau
VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari (diberikan saat
pemberian air minum yang pertama). Vaksinasi yang pertama
dilaksanakan pada hari ke-4.
c) Minggu kedua (hari ke-8 – 14)
Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan
seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa
dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33
gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.
d) Minggu ketiga (hari ke-15 – 21)
Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang
terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100
ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang
kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau
air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak
diberi air minum untuk beberapa saat dahulu, agar ayam benar-benar
merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin
sebanyak-banyaknya. Perlakuan vaksin tersebut juga tetap ditambah
commit to user
e) Minggu keempat (hari ke-22 – 28)
Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena
bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan
yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan
pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol
terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam
mulai rentan terhadap penyakit.
f) Minggu kelima (hari ke-29 – 35)
Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tata laksana
lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah
tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk
menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor
atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan
sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 - 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat
dipanen.
g) Minggu keenam (hari ke-36 – 42)
Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih
tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus
dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah
commit to user
3. Manfaat Beternak Ayam Pedaging
Manfaat yang dapat diperoleh dari beternak ayam ras pedaging antara lain
sebagai:
a. Penyediaan kebutuhan protein hewani.
b. Pengisi waktu luang di masa pensiun.
c. Pendidikan dan latihan keterampilan di kalangan remaja.
d. Tabungan di hari tua.
e. Mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif).
B. VALUE CHAIN ANALYSIS
Womack et al. (1990) dalam Widarsono (2005) mendefinisikan Value Chain Analysis (VCA) sebagai berikut:
“ …..is a technique widely applied in the fields of operations management, process engineering and supply chain management, for the analysis and subsequent improvement of resource utilization and product flow within manufacturing processes.”
Sedangkan Shank and Govindarajan (1992); Porter (2001) juga dalam
Widarsono (2005), mendefinisikan value chain analysis sebagai alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari seluruh
aktivitas yang dilakukan, mulai dari pengadaan bahan baku hingga sampai ke tangan
konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual.
commit to user
1. Ayam yang diternak (baik untuk ras pedaging maupun petelur) berasal dari telur.
2. Selanjutnya ayam tersebut dierami dan ditetaskan, sehingga dihasilkan ayam DOC
(Daily Old Chicken). DOC yang sudah lahir terbagi menjadi dua jenis, yaitu DOC ayam ras pedaging dan ras petelur, jenis ras tergantung dari tujuan DOC tersebut
ditetaskan.
3. Para peternak akan memasok DOC sebagai bibit usaha ternak mereka, DOC yang
dipilih disesuaikan dengan usaha peternak, DOC pedaging untuk usaha ayam
broiler, dan DOC petelur untuk usaha ayam petelur.
4. Bibit DOC tersebut selanjutnya dipelihara dan dikembangkan sebagai ayam
pedaging atau petelur hingga mencapai masa panen sesuai dengan kriteria
peternak.
5. Setelah dipelihara sebagai ayam pedaging atau petelur, kemudian ayam-ayam
tersebut dapat dipanen dan diperoleh hasilnya. Hasil yang diperoleh adalah daging
untuk ayam jenis pedaging, dan telur untuk ayam petelur.
6. Daging yang dihasilkan oleh ayam jenis pedaging akan dipasarkan dan dijual
kepada masyarakat luas, yang akan mengkonsumsinya untuk memenuhi kebutuhan
gizinya (protein hewani). Konsumsi ini dapat dilakukan oleh keluarga-keluarga,
ataupun industri-industri seperti restaurant, catering, rumah makan cepat saji, dan jenis-jenis usaha lainnya yang memerlukan daging ayam. Jika daging ayam yang
berasal dari ayam ras pedaging akan dikonsumsi oleh masyarakat, maka telur yang
berasal dari ayam petelur juga akan dijual kepada masyarakat yang membutuhkan
telur untuk memenuhi kebutuhan proteinnya, dan sama seperti ayam pedaging,
konsumsi terhadap telur mungkin dilakukan oleh keluarga-keluarga ataupun
commit to user
C. STUDI KELAYAKAN BISNIS
Studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian yang menyangkut
berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek ekonomi dan
keuangannya, di mana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan
hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat
dikerjakan atau ditunda dan bahkan ditidakjalankan (Wikipedia, 2011). Sedangkan
Ibrahim (2009: 1) menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari
suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Dalam penelitian ini, untuk dapat
menentukan apakah peternakan ayam pedaging yang berada di eks-karesidenan
Surakarta layak atau tidak, penulis akan melihat dari aspek ekonomi dan keuangannya.
D. ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN DALAM STUDI KELAYAKAN
Untuk melakukan uji kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam pedaging
yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan aspek
ekonomi dan keuangan untuk menentukan kelayakan industri tersebut. Penilaian dari
aspek ekonomi dan keuangan menyangkut dengan hal-hal berikut:
1. Investasi
Jumlah dan investasi apa saja yang diperlukan dalam rencana kegiatan
usaha atau proyek yang akan dikerjakan harus jelas, baik mengenai jumlah dan
jenisnya, maupun harga dari masing-masing investasi. Biaya investasi adalah biaya
yang diperlukan dalam pembangunan usaha atau proyek, terdiri atas pengadaan
commit to user
dapat diartikan sebagai keseluruhan jumlah biaya pembangunan awal dan modal
kerja yang dibutuhkan sampai suatu usaha dapat beroperasi dan menghasilkan
produknya.
2. Pendapatan
Pendapatan merupakan arus masuk yang menambah harta bersih (ekuitas)
dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. Dalam SAK, IAI (2007: 23.1) menyatakan
bahwa pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang
biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa
(fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Jenis pendapatan yang diperoleh dari usaha peternakan ayam ras pedaging adalah penjualan atas ayam pedaging.
Pendapatan atau benefit yang diterima dari usaha atau proyek yang harus
benar-benar dapat diperhitungkan secara benar-benar sehingga keputusan yang diambil untuk
periode berikutnya dapat dipertanggungjawabkan.
3. Biaya
Biaya merupakan arus keluar yang mengurangi harta bersih (ekuitas) dari
seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. IAI (2007: 13) mendefinisikan beban sebagai
penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Istilah biaya
dan beban yang tersebut di atas memiliki pengertian yang sama. Perhitungan biaya
ini harus disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga tidak ada unsur biaya
commit to user
Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), dan biaya semi variabel (semi vaiable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu,
contohnya adalah biaya depresiasi, asuransi, dan bahan bakar. Sedangkan biaya
variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding
(proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan
maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan
maka semakin rendah pula jumlah biaya variabelnya, contoh biaya variabel adalah
biaya bahan baku. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan
berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya
tidak sebanding, contohnya adalah biaya listrik. Karena perilaku biaya semi
variabel mendekati perilaku biaya tetap, maka biaya semi variabel diasumsikan
sebagai biaya tetap.
4. Laba
Laba adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari pengurangan jumlah
keseluruhan pendapatan yang diperoleh dengan keseluruhan biaya operasional
setiap periodenya. Laba usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Laba = Pendapatan – Biaya
5. Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria yang dimaksud ini adalah mengadakan perhitungan
mengenai feasible atau tidaknya usaha atau proyek yang dikembangkan dilihat dari segi kriteria investasi. Analisis ini sangat diperlukan apabila usaha yang
direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi. Analisis kriteria dilihat dari
commit to user
a. Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) adalah kriteria investasi yang digunakan untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyediaan pendanaan ekuitas dan
utang, yaitu investor dan kreditur. Rasio ini digunakan untuk melakukan
analisis profitabilitas dari suatu usaha atau proyek. ROI digunakan untuk
membandingkan laba atas investasi antara investasi-investasi yang sulit
dibandingkan dengan menggunakan nilai moneter. Sebagai contoh, suatu
investasi senilai Rp1.000.000 yang menghasilkan bunga Rp50.000 jelas
memberikan lebih banyak uang daripada investasi senilai Rp100.000 yang
memberikan bunga Rp20.000, tetapi investasi Rp100.000 memberikan ROI
yang lebih besar. Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek
tersebut semakin bagus kinerjanya. Rumus dari ROI adalah sebagai berikut:
Investasi menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas bersih
(net cash flows). Dengan demikian PBP dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang dibutuhkan agar dana yang tertanam pada suatu
investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Ibrahim (2009: 154) menyatakan
bahwa semakin cepat pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin
baik proyek tersebut, karena semakin lancar perputaran modalnya. Berikut ini
adalah formula untuk menghitung pay back period:
commit to user
c. Break-Even Point (BEP)
Analisa break-even adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan (Rianto,
2010: 359). Sedangkan break-even point adalah titik pulang pokok di mana totalrevenue = total cost, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian. Semakin lama sebuah perusahaan mencapai titik
pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima
masih menutupi segala biaya yang telah dikeluarkan.
Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar, dan dapat dlakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Break-even point atas dasar kuantitas (Quantity).
BEP (Q)
2) Break-even point atas dasar sales dalam Rupiah.
BEP (Rupiah)
Q = Quantity (Kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual). FC = Fixed Cost (Biaya tetap).
P = Price (Harga jual per unit).
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang
ingin diteliti oleh penulis (Sekaran, 2006). Populasi yang diteliti oleh penulis
adalah peternakan-peternakan ayam ras pedaging yang berlokasi di wilayah
eks-Karesidenan Surakarta, yaitu Surakarta, Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo,
Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Jumlah populasi peternakan ayam pedaging yang
terdaftar di wilayah-wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel III. 1
Populasi Ayam Pedaging di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010
No Kabupaten
Atau Kota Jumlah (Ekor)
1 Kab. Boyolali 847.025
2 Kab. Klaten 1.143.777
3 Kab. Sukoharjo 4.397.284
4 Kab. Wonogiri 220.500
5 Kab. Karanganyar 2.574.500
6 Kab. Sragen 3.163.934
7 Kota Surakarta 12.000
Jumlah 12.359.020
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
Informasi pada Tabel III. 1 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan
populasi ayam pedaging yang berada di 6 Kabupaten dan 1 Kota di area
commit to user
ayam. Data tersebut tersebut adalah untuk tahun 2010, dikarenakan data untuk
tahun 2011 belum tersedia.
2. Sampel
Sampel adalah sekelompok atau sebagian dari populasi, sampel terdiri atas
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Kriteria atas sampel
yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Peternakan ayam pedaging
b. Berlokasi di area eks-Karesidenan Surakarta
c. Dapat memberikan data yang wajar
Dari penyebaran kuesioner dan observasi yang dilakukan oleh penulis
terhadap beberapa sentra peternakan ayam pedaging di eks-Karesidenan Surakarta,
terdapat beberapa peternakan yang sesuai kriteria dan bersedia untuk memberikan
data yang dibutuhkan, dengan distribusi sebagai berikut:
Tabel III. 2
Distribusi Sampel
No Nama Peternakan Lokasi Kapasitas Kandang
(Ekor)
1 Peternakan Krismanto Sambi, Boyolali 4.500
2 Peternakan Kasti Sambi, Boyolali 6.000
3 Peternakan Joko S. Tasik Madu, Karanganyar 9.000
4 Peternakan Agus S. Gondangrejo, Karanganyar 5.000
5 Peternakan Leman A Gondangrejo, Karanganyar 32.000
Tabel III. 2 menunjukkan bahwa kapasitas setiap sampel peternakan
berbeda-beda, dan apabila dijumlah akan menghasilkan kapasitas keseluruhan
sebanyak 56.500 ekor ayam. Jumlah tersebut tidak terlalu banyak apabila
dibandingkan dengan jumlah populasi ayam yang terdapat di eks-Karesidenan
commit to user
kesulitan dalam memperoleh jumlah sampel yang cukup, dikarenakan para
pengelola peternakan yang telah didatangi penulis cenderung menolak untuk
memberikan informasi mengenai data keuangan peternakan karena mereka merasa
bahwa data tersebut adalah rahasia.
B. JENIS DATA
1. Data Primer
Sekaran (2006) menyatakan bahwa data primer merupakan data mengacu
pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan
dengan variabel minat untuk tujuan spesifik suatu studi. Penelitian yang dilakukan
oleh penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang
diberikan kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam pedaging (broiler) yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, di mana pengisian kuesioner dilakukan
dengan metode wawancara. Selain pemberian kuesioner, penulis juga melakukan
pengamatan terhadap peternakan ayam pedaging yang diteliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang,
dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir (Sekaran, 2006). Data sekunder
dapat berupa data internal atau eksternal organisasi dan diakses melalui internet,
penelusuran dokumen, atau publikasi informasi. Data sekunder yang dipakai oleh
penulis adalah literatur-literatur seperti buku, majalah, dan jurnal-jurnal ilmiah
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis yang dapat diperoleh dari
commit to user C. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
dengan cara memberikan kuesioner kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam
pedaging (broiler) yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta. Pengisian kuesioner dilakukan penulis dengan cara wawancara atas pertanyaan-pertanyaan yang tertera di
kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada para pemilik peternakan
berkisar mengenai data inventaris peternakan, biaya-biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi, dan penjualan yang terjadi setelah masa panen.
D. METODE ANALISIS DATA
Agar dapat mengetahui kelayakan bisnis peternakan ayam pedaging yang
tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan salah satu dari
aspek studi kelayakan bisnis, yaitu aspek ekonomi dan keuangan. Dalam aspek
ekonomi dan keuangan yang dianalisa adalah:
1. Investasi.
2. Pendapatan.
3. Biaya.
4. Laba.
5. Kriteria investasi yang dilihat dari segi Return on Investment (ROI), Pay Back Period (PBP), dan Break-Even Point (BEP).
Untuk dapat menentukan kelayakan bisnis peternakan ayam pedaging yang
tersebar di Karesidenan Surakarta, penulis akan melakukan analisis dengan cara
commit to user
1. Return on Investment (ROI)
Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek tersebut
semakin bagus kinerjanya, dan proyek tersebut semakin layak. Suatu usaha
dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada
saat usaha tersebut diusahakan. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat
suku bunga pinjaman bank responden pada saat survey dilaksanakan. Apabila ROI
> tingkat suku bunga pinjaman, berarti proyek layak, sedangkan jika ROI < tingkat
suku bunga pinjaman, proyek tidak feasible (layak). 2. Pay Back Period (PBP)
PBP dapat digunakan untuk menilai kualitas sebuah proyek, semakin
cepat pengembalian investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek tersebut.
3. Break-Even Point (BEP)
Semakin lama sebuah proyek mencapai break-even point, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang
telah dikeluarkan. Sehingga akan lebih baik apabila sebuah proyek semakin cepat
commit to user BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan pada Bulan Juli-Agustus
2011, yaitu dengan melakukan pemberian kuesioner kepada beberapa pemilik atau
pengelola peternakan ayam pedaging yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta,
tepatnya di Kabupaten Boyolali dan Karanganyar. Dari kedua kabupaten tersebut,
penulis memperoleh data dari 5 buah peternakan ayam pedaging, yaitu Peternakan
Krismanto dan Peternakan Kasti yang terletak di daerah Sambi, Boyolali, serta
Peternakan Joko S., Peternakan Agus S., dan Peternakan Leman A. yang berlokasi di
daerah Tasik Madu dan Gondangrejo, Karanganyar.
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Studi kelayakan merupakan cara untuk menentukan apakah suatu usaha atau
proyek layak untuk terus dijalankan atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan salah satu aspek dalam menentukan kelayakan yaitu aspek ekonomi dan
keuangan. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah oleh penulis, berikut
adalah pembahasan mengenai kelayakan usaha peternakan ayam pedaging yang
tersebar di eks-Karesidenan Surakarta apabila dilihat dari segi ekonomi dan keuangan:
1. Investasi
Dalam pembangunan sebuah peternakan ayam pedaging, peternak harus
mempersiapkan investasi berupa aktiva-aktiva yang terkait dengan pembangunan
dan pelaksanaan usaha tersebut. Aktiva-aktiva yang terkait dengan pembangunan
commit to user
untuk pegawai, sarana transportasi seperti mobil ataupun motor, serta
perlengkapan kandang lainnya seperti tempat makan, tempat minum, pemanas,
dan terpal. Selain aktiva-aktiva tersebut, aktiva-aktiva yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan usaha setiap periodenya juga harus diperhitungkan, seperti kas yang
digunakan untuk pembayaran gaji pegawai dan listrik, piutang usaha, serta
persediaan ayam, konsentrat, vaksin dan obat, bahan bakar, dan juga sekam. Jadi,
untuk menjalankan sebuah usaha peternakan ayam, peternak harus menyediakan
aktiva-aktiva untuk investasi tersebut.
Jumlah dan jenis investasi yang dimiliki oleh sampel dalam penelitian ini
berbeda-beda, dipengaruhi oleh kapasitas peternakan dan juga kemampuan
pemilik peternakan dalam mendanai pembangunan peternakan. Mayoritas jumlah
investasi yang ada dipengaruhi oleh kapasitas peternakan, tetapi untuk investasi
yang berupa persediaan ayam, perbedaan jumlah yang ada disebabkan oleh
jumlah umur ayam pada saat penelitian dilakukan. Tabel IV. 1 berikut ini berisi
rincian mengenai nilai persediaan ayam pedaging, di mana ditunjukkan bahwa
jumlah nilai total persediaan ayam seluruh sampel peternakan ayam pedaging per
31 Juli 2011 adalah sebesar Rp634.552.455,00, dengan jumlah ayam keseluruhan
sebanyak 56.500 ekor dan rata-rata umur ayam adalah 13 hari:
Tabel IV. 1
Perincian Nilai Persediaan Ayam Pedaging per 31 Juli 2011
No Nama Aktiva
Nama Peternakan
Total Peternakan
Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A
1
commit to user
Berdasarkan hasil perhitungan nilai persediaan ayam yang tercantum
pada Tabel IV. 1 dan dari data lain yang telah diperoleh dari peternakan sampel,
maka dapat disusun sebuah daftar investasi peternakan ayam pedaging per 31
Juli 2011 yang tercakup pada Tabel IV. 2. Jika melihat Tabel IV. 2, nilai aktiva
tetap yang tertera pada tabel tersebut adalah nilai aktiva yang dinilai dengan
menggunakan nilai sekarang aktiva pada saat penelitian dilakukan. Apabila
melihat tabel tersebut, aktiva tetap tidak dikurangi biaya depresiasi, hal ini
dikarenakan ukuran sampel peternakan yang tidak terlalu besar, sehingga
pencatatan aktivitas keuangannya tidak terlalu memadai, dan menyebabkan tidak
adanya perhitungan terhadap biaya depresiasi aktiva tetap.
Dari informasi yang terdapat pada Tabel IV. 2, dapat diambil kesimpulan
bahwa untuk dapat menjalankan peternakan ayam pedaging dengan jumlah ayam
yang dipelihara sebanyak 100 ekor dibutuhkan rata-rata investasi sejumlah
Rp7.321.691,00. Perhitungan jumlah investasi untuk per 100 ekor ayam adalah
dengan cara berikut:
Sedangkan untuk menjalankan peternakan ayam pedaging dengan jumlah ayam
yang dipelihara sejumlah total keseluruhan ayam yang dipelihara oleh seluruh
sampel peternakan yaitu 56.500 ekor, maka dibutuhkan investasi sejumlah
Rp4.136.755.345,00, yang terdiri atas aktiva lancar sejumlah
Rp2.415.606.845,00 dan aktiva tetap sejumlah Rp1.721.148.500,00.
Selain informasi-informasi tersebut, informasi lain yang ditunjukkan oleh
Tabel IV. 2 adalah bahwa sampel peternakan yang memiliki jumlah total
investasi paling besar untuk memelihara 100 ekor ayam adalah Peternakan Agus
commit to user
kecil adalah Peternakan Leman A, dengan investasi sebesar Rp6.362.944,00
untuk memelihara ayam sebanyak 100 ekor ayam.
Tabel IV. 2
Investasi Peternakan Ayam Pedaging Per 100 Ekor Ayam
Per 31 Juli 2011
No Nama Investasi Peternakan Nama Peternakan Total
Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A
Aktiva Lancar
1 Kas 2.274.480 2.248.740 2.816.100 1.494.400 6.190.720 15.024.440
2 Piutang Usaha 64.209.600 82.320.000 116.109.000 58.310.000 395.136.000 716.084.600
3 Persediaan Ayam 19.834.450 55.076.151 124.440.762 6.995.918 428.205.175 634.552.455
4 Persediaan
Konsentrat 86.521.500 112.554.000 151.174.800 78.000.000 556.577.280 984.827.580
5 Persediaan Vaksin dan Obat 1.547.910 2.110.680 2.929.500 3.000.000 36.992.000 46.580.090
6 Persediaan Bahan Bakar 124.605 149.760 749.700 770.000 7.137.280 8.931.345
7 Persediaan Sekam 2.500.875 2.999.880 2.501.100 124.800 1.479.680 9.606.335
Jumlah Aktiva
Lancar 177.013.420 257.459.211 400.720.962 148.695.118 1.431.718.135 2.415.606.845
Aktiva Tetap
8 Tanah 56.610.000 75.000.000 180.000.000 200.000.000 18.000.000 529.610.000
9 Bangunan 6.000.000 5.000.000 16.000.000 15.000.000 20.000.000 62.000.000
10 Kandang 80.000.000 85.000.000 180.000.000 135.000.000 450.000.000 930.000.000
11 Tempat Minum 10.400.000 13.975.000 9.600.000 8.960.000 52.920.000 95.855.000
12 Tempat Makan 8.050.000 9.200.000 1.339.500 4.800.000 28.800.000 52.189.500
13 Pemanas 400.000 500.000 8.550.000 5.460.000 32.400.000 47.310.000
14 Litter 400.000 550.000 180.000 750.000 2.304.000 4.184.000
Jumlah Aktiva
Tetap 161.860.000 189.225.000 395.669.500 369.970.000 604.424.000 1.721.148.500
TOTAL
INVESTASI PER SELURUH KAPASITAS
338.873.420 446.684.211 796.390.462 518.665.118 2.036.142.135 4.136.755.345
100 EKOR AYAM 7.530.520 7.444.737 8.848.783 10.373.302 6.362.944 7.321.691
commit to user
2. Pendapatan
Pendapatan diperoleh dari penjualan barang-barang produksi, dan barang
yang diproduksi oleh usaha peternakan ayam pedaging adalah ayam-ayam
pedaging itu sendiri. Jumlah pendapatan dapat dihitung dengan cara mengkalikan
jumlah kg ayam yang dipanen dengan harga jualnya, dalam perhitungan tersebut
sebaiknya menggunakan harga jual pada harga normal atau “biasanya”. Selain
keuntungan dari penjualan tersebut peternak juga berpeluang memperoleh
keuntungan lainnya, yaitu komisi dari Kemitraan, yang diperoleh apabila
terdapat selisih harga antara harga jual yang ditentukan oleh kemitraan dengan
harga jual di pasar.
Dengan menggunakan perhitungan harga normal, maka dapat
diperhitungkan pendapatan sebagai berikut:
Tabel IV. 3
Pendapatan Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan
Nama Peternakan
Total Peternakan
Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A
1 Jumlah DOC Ekor 100 100 100 100 100 100
Ekor Rupiah 2.853.760 2.744.000 2.580.200 2.332.400 2.469.600 2.595.992
7 Jumlah Kapasitas Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Total Penjualan Ayam per Seluruh Kapasitas
Rupiah 128.419.200 164.640.000 232.218.000 116.620.000 790.272.000 1.432.169.200
Sumber: Data yang diolah
Perhitungan pendapatan sampel peternakan ayam pedaging, dapat
dilakukan dengan mengkalikan jumlah kg ayam terjual dengan harga jualnya
commit to user
dengan resiko kematian terlebih dahulu, yang jumlah rata-ratanya sebesar 3%
dari jumlah ayam yang dipelihara. Dari Tabel IV. 3 yang berada di halaman
sebelumnya, dapat diketahui jumlah rata-rata penjualan yang diperoleh oleh
sampel peternakan ayam pedaging yang diperhitungkan dengan menggunakan
harga normal setiap periodenya untuk 100 ekor ayam yaitu sebesar
Rp2.595.992,00. Dengan jumlah ayam terjual sebanyak 100 ekor ayam,
peternakan yang menghasilkan penjualan paling banyak adalah Peternakan
Krismanto, dengan penjualan sebesar Rp2.853.760,00, dan peternakan yang
menghasilkan penjualan paling sedikit adalah Peternakan Agus S. dengan
penjualan sejumlah Rp2.332.400,00. Untuk jumlah pendapatan yang diperoleh
per seluruh kapasitas (56.500 ekor) adalah sebesar Rp1.432.169.200,00.
3. Biaya
Biaya operasi dan pemeliharaan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua,
yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), berikut ini adalah pembahasannya:
a. Biaya tetap (Fixed cost)
Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha peternakan ayam
pedaging terdiri atas biaya depresiasi kandang dan bangunan, biaya bahan
bakar, biaya gaji pegawai, biaya listrik, dan biaya sekam. Berikut ini adalah
pembahasan mengenai biaya tetap tesebut:
1) Biaya depresiasi
Dari sejumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh peternakan ayam
pedaging, terdapat beberapa aktiva yang harus dihitung biaya depresiasi
per periodenya, yaitu kandang dan bangunan. Sampel peternakan yang
commit to user
terlalu besar, sehingga dalam pencatatan dan perhitungan aktivitas
keuangannya belum terlalu memadai, termasuk dalam
memperhitungkan biaya depresiasi, sampel belum memperhitungkan
biaya depresiasi setiap periodenya. Untuk dapat menghitung
keseluruhan biaya dan laba usaha, serta mengetahui kelayakan usaha
sampel peternakan, penulis melakukan perhitungan terhadap biaya
depresiasi berdasarkan data yang diperoleh. Dari hasil perhitungan
biaya depresiasi yang terdapat pada Tabel IV. 4 dan IV. 5, dapat
diketahui jumlah rata-rata biaya depresiasi peternakan ayam pedaging
per periode per 100 ekor ayam, di mana jumlah biaya depresiasi
kandang adalah Rp18.016,00, bangunan sebesar Rp723,00, dan total
biaya depresiasi keseluruhan adalah Rp90.804,00. Untuk biaya
depresiasi per seluruh kapasitas (56.500 ekor) adalah sebesar
Rp8.864.384 untuk kandang, Rp294.384,00 untuk bangunan, dan
apabila dijumlah maka total biaya depresiasi keseluruhan untuk seluruh
kapasitas adalah sebesar Rp9.158.767,00.
Tabel IV. 4
Perincian Biaya Depresiasi Kandang per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan
Nama Peternakan
Total Peternakan
Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A
1 Nilai Buku Kandang Rupiah 80.000.000 85.000.000 180.000.000 67.500.000 75.000.000 487.500.000
2 Unit Buah 1 1 1 2 6 11
3 Total Nilai Buku Kandang Rupiah 80.000.000 85.000.000 180.000.000 135.000.000 450.000.000 930.000.000
4 Masa Manfaat Tahun 10 10 10 10 10 10
5 Tingkat Depresiasi % 10% 10% 10% 10% 10% 10%
6 Periode Pemeliharaan Hari 39 39 35 32 34 36
Jumlah Biaya Depresiasi
per Seluruh Kapasitas Rupiah 854.795 908.219 1.726.027 1.183.562 4.191.781 8.864.384
7 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500
Jumlah Biaya Depresiasi
per 100 Ekor Ayam Rupiah 18.995 15.137 19.178 23.671 13.099 18.016
commit to user
Tabel IV. 5
Perincian Biaya Depresiasi Bangunan per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan
Nama Peternakan
Total Peternakan
Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A
1 Nilai Buku Bangunan Rupiah 6.000.000 5.000.000 8.000.000 5.000.000 5.000.000 29.000.000
2 Unit Buah 1 1 2 3 4 11
3 Total Nilai Buku Bangunan Rupiah 6.000.000 5.000.000 16.000.000 15.000.000 20.000.000 62.000.000
4 Masa Manfaat Tahun 20 20 20 20 20 100
Jenis bahan bakar yang digunakan oleh sampel peternakan
berbeda-beda, tergantung dari jenis brooder (pemanas) yang digunakan, ada peternakan yang menggunakan gasolec, maupun drum yang
dipanaskan menggunakan serbuk gergaji. Berikut ini adalah rincian
penggunaan biaya bahan bakar sampel peternakan:
Tabel IV. 6
Perincian Biaya Bahan Bakar per 100 Ekor Ayam per Periode
No Keterangan Satuan
Nama Peternakan
Total Peternakan
Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A
1 Jenis Bahan
Rupiah 125.000 150.000 750.000 770.000 4.680.000 6.475.000
commit to user
Jika melihat Tabel IV. 6, dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata
biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh sampel peternakan ayam
pedaging untuk jumlah ayam sebanyak 100 ekor setiap periodenya
adalah sebesar Rp8.727,00.Peternakan yang mengeluarkan biaya bahan
bakar paling besar untuk 100 ekor ayam adalah peternakan Agus S.
yaitu sebesar Rp15.400,00, dan peternakan yang mengeluarkan biaya
bahan bakar paling sedikit adalah Peternakan Kasti dengan jumlah
Rp2.500,00. Sedangkan untuk biaya bahan bakar keseluruhan yang
dikeluarkan sampel peternakan untuk seluruh kapasitas dengan jumlah
56.500 ekor ayam adalah sebesar Rp6.475.000,00 setiap periodenya.
3) Biaya gaji pegawai
Untuk melaksanakan usaha peternakan ayam pedaging,
dibutuhkan beberapa pegawai untuk mengurus kandang, memberi
pakan ayam, dan melaksanakan proses produksi lainnya, dan
pegawai-pegawai tersebut harus diberikan gaji setiap bulannya. Berdasarkan data
yang tercantum pada Tabel IV. 7, diketahui bahwa jumlah rata-rata
biaya gaji pegawai sampel peternakan ayam pedaging setiap periodenya
untuk memelihara 100 ekor ayam adalah sebesar Rp36.133,00.
Peternakan yang mengeluarkan biaya gaji paling besar untuk 100 ekor
ayam adalah peternakan Krismanto, yaitu sebesar Rp57.778,00,
sedangkan biaya gaji terkecil dikeluarkan oleh Peternakan Leman A,
yaitu sebesar Rp16.823,00. Untuk pemeliharaan seluruh kapasitas
sebanyak 56.500 ekor ayam, seluruh sampel peternakan harus
mengeluarkan biaya gaji sebesar Rp15.120.000,00. Berikut ini adalah