• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau Dari Aspek Ekonomi Dan Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau Dari Aspek Ekonomi Dan Keuangan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING

DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

FAJRIKA CAHYANING DEWI

NIM. F0307102

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING

DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas-tugas dan dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 17 Desember 2011

Tim Penguji Skripsi :

1. (Dr. Payamta, M.Si., Ak.)

NIP. 19660925 199203 1 002

2. Muhammad Syafiqurrahman, S.E., M.M., Ak.

NIP. 19800604 200501 1 001

3. (Sri Hanggana, M.Si., Ak.)

(4)

commit to user

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan untuk :

Ibu dan Bapakku

Amal dan Tyas

Keluarga Besarku

Sahabat-sahabatku

Semua orang yang kusayangi

(5)

commit to user

v

HALAMAN MOTTO

Allah tidak akan memberi apa yang kita inginkan, melainkan apa yang kita

butuhkan.

(Anonymous)

If you ask for God to help you, it means that you trust God’s ability. If God

doesn’t help you yet, it means God trusts yours.

(Anonymous)

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan

melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat

dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau dari Aspek

Ekonomi dan Keuangan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya bukan hanya karena andil penulis saja, melainkan juga atas bantuan dan dukungan banyak pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas seluruh bimbingan dan bantuan kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M. S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Santoso Tri H, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

commit to user

vii

5. Lulus Kurniasih, SE, M.Si.Ak., selaku pembimbing akademik yang selama masa perkuliahan selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta

seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan, serta pelayanan kepada penulis.

7. Ibu dan Bapakku tersayang, Ibunda Sri Utami dan Bapak Sudarsono, yang selalu melimpahkan kasih sayang, perhatian, dukungan, arahan, serta doa yang tak kunjung putus.

8. Adik-adikku terkasih, Amal Prayogi Sudarsono dan Alm. Hilmia Cahyaning Tyas, yang selama ini memberikan kasih sayang dan doa.

9. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakan kesukseanku dari jauh.

10. Telon-ku tersayang, Adu, Ayus, Dyah, Endah, serta Dinda, yang telah mendampingi langkahku dan berjuang bersama dalam suka dan duka selama di bangku kuliah.

11. Raga Data, yang telah mengisi hari-hariku, juga membantu, mendukung dan mendoakanku.

(8)

commit to user

viii

13. Kru satu tim saya, Eva Rhisna Andretti, yang telah berjuang bersama dalam mengerjakan proposal, mencari data, sampai menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabat saya tersayang, Nindy, Ni Luh, Anita, Fajar, Lando, dan Panji, yang selalu mendukung dan mendoakan saya dari kejauhan.

15. Semua sahabat TK, SD, SMP, SMA-ku yang pernah mengisi kehidupan dan mengajarkan banyak hal.

16. Orang-orang yang pernah mengisi hidupku dan mengajarkan pengalaman serta pelajaran tentang hidup.

17. Semua kawan yang pernah menjadi teman sekelas di masa kuliah, yang telah memberikan kebersamaan dan pelajaran hidup.

18. Kawan-kawan seperjuangan Agen 007, yang melewati suka dan duka di jurusan Akuntansi bersama.

19. Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis tulis satu per satu.

Pembuatan skripsi ini telah memberikan pengalaman dan manfaat yang besar bagi penulis, dan penulis pun berharap semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi orang lain. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan pada skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat menjadi lebih baik lagi.

Surakarta, 7 Oktober 2011

(9)

commit to user

ix

DAFTARISI

halaman

HALAMAN JUDUL………...….……... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

HALAMAN MOTTO………..…. v

KATA PENGANTAR……….…. vi

DAFTAR ISI……….………...……..…….... ix

DAFTAR TABEL………...………..…... xi

DAFTAR LAMPIRAN………...….... xiii

ABSTRAK……….……….... xiv

ABSTRACT………..…….………... xv

BAB I PENDAHULUAN……...…...………... 1

A. Latar Belakang...………...……..………...…… 1

B. Rumusan Masalah………...…….... 7

C. Tujuan Penelitian…….………..………...……. 7

D. Manfaat Penelitian………...………...……..……. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...………... 9

A. Peternakan Ayam Ras Pedaging...…... 9

(10)

commit to user

x

C. Studi Kelayakan Bisnis..…………...………..….….. 17

D. Aspek Ekonomi dan Keuangan Dalam Studi Kelayakan...………...………... 17

BAB III METODE PENELITIAN...…………...……….. 22

A. Populasi dan Sampel…...…..…..…..…..…..…..…...……. 22

B. Jenis Data...……. 24

C. Metode Pengumpulan Data.…..…..…..…..…...……. 25

D. Metode Analisis Data...…..…..…..…..…...……. 25

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…..…..…..…....…... 27

A. Pelaksanaan Penelitian...…..…..…..…...…… 27

B. Pembahasan Hasil Penelitian...…… 27

BAB V PENUTUP…..…..…..…...…....…....…....…....…....…... 51

Simpulan………...………... 51

Keterbatasan Penelitian..…...…....…...…....…...…... 52

Saran...………....………... 53

DAFTAR PUSTAKA………….………...………….. 55

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

halaman Tabel II. 1 Suhu Ideal Kandang..…..…...…....…....…....…....…... 11

Tabel III. 1 Populasi Ayam Pedaging di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010..…..…...…....…....…....…....…...

22

Tabel III. 2 Distribusi Sampel..…..…...…....…....…....…....…... 23

Tabel IV. 1 Perincian Nilai Persediaan Ayam Pedaging per 31 Juli

2011..…..…...…....…....…....…....…...…....…... 28 Tabel IV. 2 Investasi Peternakan Ayam Pedaging Per 100 Ekor

Ayam.…..…...…....…....…....…....…...…....….... 30 Tabel IV. 3 Pendapatan Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor

Ayam per Periode....…...…...…...…....….... 31 Tabel IV. 4 Perincian Biaya Depresiasi Kandang per 100 Ekor Ayam

per Periode...…....…....…....…....…...…...…... 33 Tabel IV. 5 Perincian Biaya Depresiasi Bangunan per 100 Ekor

Ayam per Periode...…...…...…...…....…... 34 Tabel IV. 6 Perincian Biaya Bahan Bakar per 100 Ekor Ayam per

Periode…..…...…....…....…....…....…...…....….... 34 Tabel IV. 7 Perincian Biaya Gaji Pegawai per 100 Ekor Ayam per

Periode…..…...…....…....…....…....…...…....….... 36 Tabel IV. 8 Perincian Biaya Listrik per 100 Ekor Ayam per Periode... 36 Tabel IV. 9 Perincian Biaya Sekam per 100 Ekor Ayam per Periode... 38

Tabel IV. 10 Perincian Biaya Tetap Peternakan Ayam Pedaging per

100 Ekor Ayam per Periode…....…...…....…... 39 Tabel IV. 11 Perincian Biaya Pembelian DOC per 100 Ekor Ayam per

(12)

commit to user

xii

Tabel IV. 12 Perincian Biaya Pembelian dan Pemakaian Pakan per

100 Ekor Ayam per Periode....…...…....…... 41 Tabel IV. 13 Perincian Biaya Vaksin dan Obat per 100 Ekor Ayam per

Periode..…...…....…....…....…....…...…....…... 42 Tabel IV. 14 Perincian Biaya Variabel Peternakan Ayam Pedaging per

100 Ekor Ayam per Periode....…...…....…... 43 Tabel IV. 15 Laba Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per

Periode..…...…....…....…....…....…...…....…... 45 Tabel IV. 16 ROI Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per

Periode..…...…....…....…....…....…...…....…... 46 Tabel IV. 17 PBP Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per

Periode..…...…....…....…....…....…...…....…... 47 Tabel IV. 18 BEP Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

commit to user

xiv

ABSTRAK

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

Fajrika Cahyaning Dewi NIM. F0307102

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari peternakan ayam ras pedaging jika ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangannya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima buah peternakan ayam pedaging yang tersebar di beberapa area eks-Karesidenan Surakarta. Data diperoleh dengan melakukan wawancara kuesioner terhadap pemilik atau pengelelola peternakan, dan data yang digunakan seperti data keuangan peternakan bulan Juli 2011. Dalam penelitian ini telah digunakan analisis kriteria investasi, yang dilihat dari nilai ROI.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh sampel termasuk dalam usaha yang layak untuk diteruskan, karena nilai rata-rata ROI yang dihasilkan sampel lebih besar dari tingkat suku bunga bank per periodenya. ROI yang dihasilkan sampel adalah 3,79% dan suku bunga bank 1,22%. Selain itu, penulis juga memperhitungkan PBP dan BEP di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel peternakan membutuhkan rata-rata PBP selama 4 tahun 5 bulan untuk dapat menutup keseluruhan biaya investasinya. Selanjutnya, untuk dapat mencapai BEP sampel peternakan harus melakukan penjualan sebanyak 23 ekor per 100 ekor ayam pedaging.

(15)

commit to user

xv

ABSTRACT

FEASIBILITY STUDY OF BROILER RACE FARM OBSERVED FROM ECONOMICS AND FINANCIAL ASPECT

Fajrika Cahyaning Dewi NIM. F0307102

The purpose of this researsch is to find out about feasibility of broiler race farm if being observed from economics and financial aspect. The samples which used in this research were five broiler farms which spread in some areas of ex-Karesidenan Surakarta. Data was collected by doing questionnaire interview to the owner or manager of the farm,and data which be used like farm’s financial data on July 2011. In this research have used the analysis of investment criteria, which was seen from value of ROI.

The results of this research showed that all of the samples were categorized as feasible to be forwarded, because the average value of ROI was bigger than their bank interest rate per period. It means that ROI was 3,79% and interest rate was 1,22%. Besides, the writer also calculated PBP and BEP where the results of this research showed that samples need average of PBP for 4 years and 5 months to cover all of the invenstment costs. Moreover, to reach BEP samples must sale 23 broilers per 100 broilers.

(16)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia merupakan negara yang belum mengkonsumsi daging

dengan cukup, Krissantono (2010) menyatakan bahwa konsumsi daging ayam di

Indonesia hanya 4,8 kg per kapita per tahun, sedangkan untuk konsumsi telur sebanyak

50 butir per kapita per tahun. Apabila data tersebut dibandingkan dengan Negara

ASEAN lainnya, maka konsumsi daging dan telur ayam di Indonesia masih jauh

tertinggal. Khomsan (2010) menyatakan bahwa jumlah konsumsi daging ayam

Indonesia yang hanya 4,8 kg per kapita per tahun adalah seperdelapan konsumsi

Malaysia yang mencapai angka 38 kg per kapita per tahun, dan seperenam jika

dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 28 kg per kapita per tahunnya. Tidak

hanya konsumsi daging ayam yang rendah, konsumsi telur Indonesia pun rendah,

seperti yang dinyatakan Khomsan (2010), dengan jumlah penduduk yang besar,

konsumsi telur yang hanya 50 butir per kapita per tahun sangat kecil jika dibandingkan

dengan Jepang yang sebanyak 269 butir dan Inggris yang mencapai angka 290 butir

per kapita per tahunnya.

Rendahnya konsumsi daging dan telur ayam merupakan hal yang kurang baik,

karena daging dan telur ayam merupakan sumber protein yang dibutuhkan tubuh, dan

rendahnya tingkat konsumsi Indonesia mengindikasikan bahwa konsumsi protein

masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Telah diketahui bahwa protein memegang

peranan yang sangat penting bagi kesehatan manusia, protein antara lain berperan

penting dalam perkembangan sel otak, memelihara dan mengganti sel yang rusak, dan

(17)

commit to user

tergantikan oleh zat nutrisi lainnya, oleh karena itu protein harus ada dalam makanan

manusia.

Kebutuhan protein bagi manusia berbeda-beda tergantung kepada umur, jenis

aktivitas, dan faktor lainnya. Komposisi kebutuhan protein sebaiknya 25% dipenuhi

dari hewan, dan 75% dari protein nabati. Protein yang berasal dari hewan sangat

penting bagi manusia karena komposisi asam aminonya lebih seimbang dibandingkan

protein nabati. Selain itu, protein hewani merupakan sumber mineral penting, sumber

vitamin B12 yang tidak terdapat dalam produk nabati, dan yang lebih penting adalah

memiliki rasa yang lebih lezat. Kebutuhan protein dari hewani dapat dipenuhi hewan

air, yaitu ikan dan produk air lainnya, serta hewan ternak, seperti ayam, kambing, dan

sapi. Dari berbagai sumber protein tersebut, daging dan telur yang berasal dari ayam

merupakan sumber protein yang mudah ditemukan dan memiliki harga yang mudah

dijangkau. Namun jika melihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap

daging dan telur ayam yang merupakan sumber protein masih rendah, menandakan

bahwa masyarakat Indonesia masih kekurangan asupan protein, padahal daging dan

telur ayam merupakan sumber protein yang mudah didapatkan.

Ali Khomsan (2010) juga menyatakan, bahwa kurangnya asupan protein yang

cukup akan membuat seseorang berpikir lambat dan memiliki perkembangan otak

tidak optimal, dan dalam jangka panjang tertentu akan berdampak pada negara karena

minimnya SDM berkualitas. Dampak dari rendahnya tingkat konsumsi masyarakat

Indonesia terhadap daging dan telur akan menimbulkan akibat yang tidak baik

terhadap negara Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, Pemerintah menargetkan agar

dalam lima tahun ke depan konsumsi daging ayam di Indonesia bisa mencapai 7 kg per

(18)

commit to user

Jika melihat rendahnya konsumsi masyarakat terhadap daging dan telur ayam

serta upaya Pemerintah untuk meningkatkan konsumsi tersebut, tentunya ini

merupakan suatu peluang bagi para pengusaha perunggasan untuk mendukung

peningkatan konsumsi ayam di Indonesia. Indonesia memiliki penduduk yang banyak,

dan pendapatan masyarakat diperkirakan akan terus meningkat, tentunya faktor ini

akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan telur ayam. Retnani et al. (2009)

menyatakan bahwa peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat yang diikuti

dengan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan produk hewani menjadi tinggi.

Tentunya faktor tersebut akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan telur

ayam, dan hal ini merupakan indikasi yang baik bagi para pengusaha ternak untuk

menjalankan usaha ternak.

Apabila melihat kondisi Indonesia saat ini, usaha ternak merupakan usaha yang

memiliki prospek yang cukup baik, terutama peternakan unggas. Suprihatin (2008)

menyatakan, komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung

oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang

sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena

sudah merupakan barang publik, dan merupakan pendorong utama penyediaan protein

hewani nasional.

Peternakan unggas yang namanya melambung adalah peternakan ayam, baik

untuk ayam pedaging maupun petelur. Permintaan ayam pedaging (broiler) merupakan permintaan unggas yang tertinggi dibandingkan dengan unggas lainnya, baik di dalam

negeri maupun di luar negeri. Selain terjadi di Indonesia, permintaan yang tinggi

(19)

commit to user

pengembalian investasi yang lebih cepat (Badubi et al., 2004). Ali dan Mufazzal

(2010) menyatakan bahwa daging ayam lebih dapat diterima oleh semua jenis

konsumen di Bangladesh, tanpa ada batasan kasta dan agama, sehingga menyebabkan

permintaan terhadap broiler menjadi tinggi.

Jayanata dan Harianto (2011) menyatakan, di Indonesia bisnis broiler menjanjikan karena permintaannya semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring

dengan pertambahan jumlah penduduk. Sebagai contoh adalah permintaan broiler di

DKI Jakarta pada tahun 2010 telah mencapai lebih dari satu juta ekor per hari. Jumlah

di DKI Jakarta tersebut merupakan 25 – 30% dari jumlah permintaan nasional, dan

dari perkiraan tersebut dapat dihitung kebutuhan pasokan broiler secara nasional

sekitar 4,8 – 5 juta ekor per harinya. Permintaan semakin meningkat pada saat khusus,

seperti hari raya, permintaan dapat meningkat sampai 50%. Selain karena jumlah

permintaan dalam negeri yang berjumlah banyak, usaha ternak ayam broiler juga menarik karena usaha ini adalah sebagai salah satu komoditas yang mempunyai

potensi ekspor.

Peningkatan jumlah permintaan broiler di Indonesia dari tahun ke tahun menurut Jayanata dan Harianto (2011: 4) disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Jumlah penduduk yang terus bertambah jelas meningkatkan konsumsi bahan

pangan protein hewani, termasuk ayam.

2. Ayam merupakan sumber protein hewani yang digemari mayoritas masyarakat

Indonesia. Daging ayam mudah didapatkan dan harganya terjangkau, selain itu

pengolahannya relatif mudah.

3. Semakin banyak restoran (rumah makan) yang menyajikan menu yang berasal

(20)

commit to user

Selain karena faktor-faktor tersebut, Jatmiko (2010) menyatakan kekaguman orang

dan minat pemodal terhadap broiler mulai muncul setelah mengetahui bahwa broiler dapat dijual pada umur 35-40 hari, dan pada umur itu bobot badan broiler hampir sama dengan bobot badan ayam kampung yang berumur satu tahun. Masyarakat

Indonesia juga mengenal ayam broiler sebagai saingan ayam kampung karena

mempunyai rasa yang khas, empuk, dan dagingnya banyak. Dan daging ayam broiler

merupakan salah satu produk hewani yang paling digemari masyarakat (Retnani et al.,

2009). Daging broiler sudah banyak dikonsumsi oleh lapisan masyarakat, oleh karena itu, upaya meningkatkan gizi masyarakat melalui protein hewani akan lebih murah dan

efektif dengan cara mengembangkan peternakan broiler (Ilham et al., 2002).

Permintaan yang tinggi akan broiler merupakan isyarat yang baik bagi para

peternak ayam pedaging agar memperluas usahanya, atau bagi para peminat usaha

ternak ayam pedaging agar segera memulai usahanya. Dan sepertinya para pengusaha

Indonesia telah menanggapi permintaan yang tinggi tersebut, dan didukung dengan

waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak

baru serta peternak musiman yang bermunculan di berbagai wilayah Indonesia,

termasuk di daerah eks-Karesidenan Surakarta, yaitu Surakarta, Karanganyar ,

Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.

Jumlah peternakan ayam di Karesidenan Surakarta sudah cukup banyak, baik

untuk ayam pedaging dan petelur sudah tersebar di beberapa area eks-Karesidenan

Surakarta, namun untuk ayam DOC (Daily Old Chicken) belum ada. Peternakan yang

berada di eks-Karesidenan Surakarta akan menjadi sumber penghasil daging dan telur

ayam yang dikonsumsi masyarakat eks-Karesidenan Surakarta. Karena konsumsi

masyarakat eks-Karesidenan Surakarta terhadap daging dan telur ayam cukup tinggi,

(21)

commit to user

haruslah memiliki kinerja dan hasil penilaian yang baik. Untuk dapat mengetahui

kelayakan dari peternakan yang berada di eks-Karesidenan Surakarta maka haruslah

dilakukan studi kelayakan bisnis, studi ini akan menentukan apakah peternakan di

eks-Karesidenan Surakarta layak untuk melanjutkan usaha atau tidak. Karena permintaan

masyarakat terhadap ayam pedaging menempati urutan yang paling tinggi, maka

penulis berpendapat agar dilakukan studi kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam

pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta.

Penelitian kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam pedaging telah

dilakukan, salah satunya adalah yang dilakukan Pratiwi (2008) terhadap satu usaha

ternak ayam ras pedaging di Kecamatan Grobogan dengan ditinjau dari segi ekonomi

dan keuangan, hasilnya menyatakan bahwa usaha ternak tersebut layak untuk terus

dijalankan. Sedikit berbeda dengan hasil penelitian tersebut, penelitian sejenis yang

dilakukan oleh Jatmiko (2010) pada Dinas Aneka Usaha Ternak di Desa Dawung,

Sragen, memberikan hasil bahwa usaha ini menunjukkan kerugian, tetapi layak untuk

dijalankan. Sedangkan hasil penelitian dari Nasarudin (2009) yang dilakukan pada

usaha ternak ayam potong di wilayah Parung Hijau menyatakan bahwa dilihat dari

aspek ekonomi, kinerja marketing secara umum menunjukkan status berwarna kuning, berarti usaha ini masih layak untuk dijalankan namun kinerja marketing perlu ditingkatkan.

Karena permintaan terhadap ayam broiler di Karesidenan Surakarta lebih besar dibandingkan jenis ayam lainnya dan mengacu pada penelitian-penelitian tersebut,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sejenis terhadap wilayah

Karesidenan Surakarta, dan penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Studi

Kelayakan Peternakan Ayam Ras Pedaging Ditinjau dari Aspek Ekonomi dan

(22)

commit to user

B. RUMUSAN MASALAH

Jika mengacu pada topik mengenai studi kelayakan bisnis industri peternakan

ayam pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta tersebut, maka dapat dibuat

perumusan masalah yaitu, apakah peternakan ayam ras pedaging yang berada di area

eks-Karesidenan Surakarta layak diteruskan atau tidak bila ditinjau dari aspek ekonomi

dan keuangan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

industri peternakan ayam ras pedaging yang berada di eks-Karesidenan Surakarta

layak atau tidak jika dilihat dari aspek ekonomi dan keuangannya.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memberikan kontribusi sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Penelitian ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi penulis, berupa

wawasan dan pengetahuan baru mengenai usaha peternakan ayam ras pedaging,

serta penerapan dan pengaplikasian nyata akan ilmu yang selama ini diperoleh di

bangku kuliah.

2. Bagi pengusaha dan pemilik modal

Manfaat yang diperoleh pengusaha atau para pemilik modal dari penelitian

ini adalah sebagai salah satu dasar untuk mengetahui kelayakan usaha yang selama

ini dijalankan, yang dapat dijadikan pertimbangan untuk kelangsungan usaha

(23)

commit to user

3. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi peneliti

(24)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,

terutama dalam memproduksi daging ayam. Hingga saat ini ayam broiler telah dikenal

masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya, seperti hanya dalam waktu

singkat sudah dapat dipanen, ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami

pertumbuhan pesat pada umur 1 – 5 minggu. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif

singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang

bermunculan di berbagai wilayah Indonesia.

1. Jenis Ayam Pedaging

Para peternak ayam pedaging di Indonesia yang jumlahnya cukup banyak

tidak akan menghadapi kesulitan dalam menentukan pilihannya terhadap jenis

ayam ras pedaging, karena jenis ayam pedaging yang beredar di pasaran Indonesia

sudah banyak, sehingga para peternak dapat memilih jenis ayam pedaging yang

mana yang akan dijadikan ternak. Meskipun terdapat berbagai jenis ayam pedaging

yang beredar di Indonesia, namun pada dasarnya berbagai jenis ayam pedaging

tersebut memiliki daya produktifitas yang relatif sama. Jadi seandainya terdapat

perbedaan di antara berbagai jenis ayam pedaging tersebut, perbedaannya tidaklah

terlalu mencolok atau sangat kecil sekali.

Dalam menentukan pilihan jenis ayam pedaging apa yang akan dipelihara,

para peternak harus cermat dan teliti. Peternak dapat meminta daftar produktifitas

(25)

commit to user

pertimbangan untuk menentukan pilihan terhadap jenis ayam pedaging. Adapun

beberapa jenis ayam pedaging yang beredar di pasaran Indonesia adalah sebagai

berikut: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett,

Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum,

Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall

”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, dan CP 707.

2. Teknis Budidaya Ayam Pedaging

Sebelum memulai usaha beternak, peternak harus menentukan lokasi yang

tepat untuk beternak. Lokasi yang baik untuk beternak adalah sebagai berikut:

a. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian atau perumahan penduduk.

b. Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.

c. Lokasi terpilih bersifat menetap.

Setelah memiliki lokasi untuk beternak, maka peternak harus memahami

dan memenuhi hal-hal berikut agar dapat menghasilkan hasil ternak yang

maksimal:

a. Pemilihan bibit

Bibit ayam pedaging yang baik mempunyai ciri yang sehat dan aktif

bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan

mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih, serta lubang kotoran (anus)

bersih.

b. Kondisi teknis yang ideal

1) Lokasi kandang

Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk,

mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya

(26)

commit to user

2) Pergantian udara dalam kandang

Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan

karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi

kandang harus baik.

3) Suhu udara dalam kandang

Suhu ideal kandang sesuai umur dapat dilihat di Tabel II. 1:

Tabel II. 1

Suhu Ideal Kandang

Umur (Hari) Suhu (ºC)

1-7 34-32

8-14 29-27

15-21 26-25

22-28 24-23

29-35 23-21

4) Kemudahan mendapatkan sarana produksi

Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.

c. Tata laksana pemeliharaan

1) Perkembangan

Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga

kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk

pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang

yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2,

lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang

(27)

commit to user

ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan

mudah terserang penyakit.

2) Pakan

Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan ayam pedaging. Pakan

yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan

ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga

pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan menggunakan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).

3) Vaksinasi

Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke

tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi

dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin

ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui

suntikan atau air minum. Selain vaksin-vaksin tersebut, juga terdapat

vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo.

4) Teknis Pemeliharaan

a) Minggu pertama (hari ke-1 – 7).

DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air

minum hangat yang ditambah POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter

air minum atau VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari

dan gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi.

Sedangkan untuk pakan dapat diberikan dengan kebutuhan 13 gr per

ekor atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah

(28)

commit to user

yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran

kecil (crumbles).

b) Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen

Air minum yang diberikan sudah berupa air dingin dengan

penambahan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum atau

VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari (diberikan saat

pemberian air minum yang pertama). Vaksinasi yang pertama

dilaksanakan pada hari ke-4.

c) Minggu kedua (hari ke-8 – 14)

Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan

seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa

dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33

gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.

d) Minggu ketiga (hari ke-15 – 21)

Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang

terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100

ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang

kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau

air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak

diberi air minum untuk beberapa saat dahulu, agar ayam benar-benar

merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin

sebanyak-banyaknya. Perlakuan vaksin tersebut juga tetap ditambah

(29)

commit to user

e) Minggu keempat (hari ke-22 – 28)

Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena

bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan

yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan

pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol

terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam

mulai rentan terhadap penyakit.

f) Minggu kelima (hari ke-29 – 35)

Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tata laksana

lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah

tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk

menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor

atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan

sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 - 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat

dipanen.

g) Minggu keenam (hari ke-36 – 42)

Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih

tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus

dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah

(30)

commit to user

3. Manfaat Beternak Ayam Pedaging

Manfaat yang dapat diperoleh dari beternak ayam ras pedaging antara lain

sebagai:

a. Penyediaan kebutuhan protein hewani.

b. Pengisi waktu luang di masa pensiun.

c. Pendidikan dan latihan keterampilan di kalangan remaja.

d. Tabungan di hari tua.

e. Mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif).

B. VALUE CHAIN ANALYSIS

Womack et al. (1990) dalam Widarsono (2005) mendefinisikan Value Chain Analysis (VCA) sebagai berikut:

“ …..is a technique widely applied in the fields of operations management, process engineering and supply chain management, for the analysis and subsequent improvement of resource utilization and product flow within manufacturing processes.”

Sedangkan Shank and Govindarajan (1992); Porter (2001) juga dalam

Widarsono (2005), mendefinisikan value chain analysis sebagai alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari seluruh

aktivitas yang dilakukan, mulai dari pengadaan bahan baku hingga sampai ke tangan

konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual.

(31)

commit to user

1. Ayam yang diternak (baik untuk ras pedaging maupun petelur) berasal dari telur.

2. Selanjutnya ayam tersebut dierami dan ditetaskan, sehingga dihasilkan ayam DOC

(Daily Old Chicken). DOC yang sudah lahir terbagi menjadi dua jenis, yaitu DOC ayam ras pedaging dan ras petelur, jenis ras tergantung dari tujuan DOC tersebut

ditetaskan.

3. Para peternak akan memasok DOC sebagai bibit usaha ternak mereka, DOC yang

dipilih disesuaikan dengan usaha peternak, DOC pedaging untuk usaha ayam

broiler, dan DOC petelur untuk usaha ayam petelur.

4. Bibit DOC tersebut selanjutnya dipelihara dan dikembangkan sebagai ayam

pedaging atau petelur hingga mencapai masa panen sesuai dengan kriteria

peternak.

5. Setelah dipelihara sebagai ayam pedaging atau petelur, kemudian ayam-ayam

tersebut dapat dipanen dan diperoleh hasilnya. Hasil yang diperoleh adalah daging

untuk ayam jenis pedaging, dan telur untuk ayam petelur.

6. Daging yang dihasilkan oleh ayam jenis pedaging akan dipasarkan dan dijual

kepada masyarakat luas, yang akan mengkonsumsinya untuk memenuhi kebutuhan

gizinya (protein hewani). Konsumsi ini dapat dilakukan oleh keluarga-keluarga,

ataupun industri-industri seperti restaurant, catering, rumah makan cepat saji, dan jenis-jenis usaha lainnya yang memerlukan daging ayam. Jika daging ayam yang

berasal dari ayam ras pedaging akan dikonsumsi oleh masyarakat, maka telur yang

berasal dari ayam petelur juga akan dijual kepada masyarakat yang membutuhkan

telur untuk memenuhi kebutuhan proteinnya, dan sama seperti ayam pedaging,

konsumsi terhadap telur mungkin dilakukan oleh keluarga-keluarga ataupun

(32)

commit to user

C. STUDI KELAYAKAN BISNIS

Studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian yang menyangkut

berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan

pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek ekonomi dan

keuangannya, di mana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan

hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat

dikerjakan atau ditunda dan bahkan ditidakjalankan (Wikipedia, 2011). Sedangkan

Ibrahim (2009: 1) menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan

pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari

suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Dalam penelitian ini, untuk dapat

menentukan apakah peternakan ayam pedaging yang berada di eks-karesidenan

Surakarta layak atau tidak, penulis akan melihat dari aspek ekonomi dan keuangannya.

D. ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN DALAM STUDI KELAYAKAN

Untuk melakukan uji kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam pedaging

yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan aspek

ekonomi dan keuangan untuk menentukan kelayakan industri tersebut. Penilaian dari

aspek ekonomi dan keuangan menyangkut dengan hal-hal berikut:

1. Investasi

Jumlah dan investasi apa saja yang diperlukan dalam rencana kegiatan

usaha atau proyek yang akan dikerjakan harus jelas, baik mengenai jumlah dan

jenisnya, maupun harga dari masing-masing investasi. Biaya investasi adalah biaya

yang diperlukan dalam pembangunan usaha atau proyek, terdiri atas pengadaan

(33)

commit to user

dapat diartikan sebagai keseluruhan jumlah biaya pembangunan awal dan modal

kerja yang dibutuhkan sampai suatu usaha dapat beroperasi dan menghasilkan

produknya.

2. Pendapatan

Pendapatan merupakan arus masuk yang menambah harta bersih (ekuitas)

dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. Dalam SAK, IAI (2007: 23.1) menyatakan

bahwa pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang

biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa

(fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Jenis pendapatan yang diperoleh dari usaha peternakan ayam ras pedaging adalah penjualan atas ayam pedaging.

Pendapatan atau benefit yang diterima dari usaha atau proyek yang harus

benar-benar dapat diperhitungkan secara benar-benar sehingga keputusan yang diambil untuk

periode berikutnya dapat dipertanggungjawabkan.

3. Biaya

Biaya merupakan arus keluar yang mengurangi harta bersih (ekuitas) dari

seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. IAI (2007: 13) mendefinisikan beban sebagai

penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus

keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan

kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Istilah biaya

dan beban yang tersebut di atas memiliki pengertian yang sama. Perhitungan biaya

ini harus disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga tidak ada unsur biaya

(34)

commit to user

Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), dan biaya semi variabel (semi vaiable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh

perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu,

contohnya adalah biaya depresiasi, asuransi, dan bahan bakar. Sedangkan biaya

variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding

(proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan

maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan

maka semakin rendah pula jumlah biaya variabelnya, contoh biaya variabel adalah

biaya bahan baku. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan

berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya

tidak sebanding, contohnya adalah biaya listrik. Karena perilaku biaya semi

variabel mendekati perilaku biaya tetap, maka biaya semi variabel diasumsikan

sebagai biaya tetap.

4. Laba

Laba adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari pengurangan jumlah

keseluruhan pendapatan yang diperoleh dengan keseluruhan biaya operasional

setiap periodenya. Laba usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Laba = Pendapatan – Biaya

5. Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria yang dimaksud ini adalah mengadakan perhitungan

mengenai feasible atau tidaknya usaha atau proyek yang dikembangkan dilihat dari segi kriteria investasi. Analisis ini sangat diperlukan apabila usaha yang

direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi. Analisis kriteria dilihat dari

(35)

commit to user

a. Return on Investment (ROI)

Return on Investment (ROI) adalah kriteria investasi yang digunakan untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyediaan pendanaan ekuitas dan

utang, yaitu investor dan kreditur. Rasio ini digunakan untuk melakukan

analisis profitabilitas dari suatu usaha atau proyek. ROI digunakan untuk

membandingkan laba atas investasi antara investasi-investasi yang sulit

dibandingkan dengan menggunakan nilai moneter. Sebagai contoh, suatu

investasi senilai Rp1.000.000 yang menghasilkan bunga Rp50.000 jelas

memberikan lebih banyak uang daripada investasi senilai Rp100.000 yang

memberikan bunga Rp20.000, tetapi investasi Rp100.000 memberikan ROI

yang lebih besar. Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek

tersebut semakin bagus kinerjanya. Rumus dari ROI adalah sebagai berikut:

Investasi menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas bersih

(net cash flows). Dengan demikian PBP dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang dibutuhkan agar dana yang tertanam pada suatu

investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Ibrahim (2009: 154) menyatakan

bahwa semakin cepat pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin

baik proyek tersebut, karena semakin lancar perputaran modalnya. Berikut ini

adalah formula untuk menghitung pay back period:

(36)

commit to user

c. Break-Even Point (BEP)

Analisa break-even adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan (Rianto,

2010: 359). Sedangkan break-even point adalah titik pulang pokok di mana totalrevenue = total cost, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian. Semakin lama sebuah perusahaan mencapai titik

pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima

masih menutupi segala biaya yang telah dikeluarkan.

Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar, dan dapat dlakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Break-even point atas dasar kuantitas (Quantity).

BEP (Q)

2) Break-even point atas dasar sales dalam Rupiah.

BEP (Rupiah)

Q = Quantity (Kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual). FC = Fixed Cost (Biaya tetap).

P = Price (Harga jual per unit).

(37)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang

ingin diteliti oleh penulis (Sekaran, 2006). Populasi yang diteliti oleh penulis

adalah peternakan-peternakan ayam ras pedaging yang berlokasi di wilayah

eks-Karesidenan Surakarta, yaitu Surakarta, Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo,

Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Jumlah populasi peternakan ayam pedaging yang

terdaftar di wilayah-wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel III. 1

Populasi Ayam Pedaging di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010

No Kabupaten

Atau Kota Jumlah (Ekor)

1 Kab. Boyolali 847.025

2 Kab. Klaten 1.143.777

3 Kab. Sukoharjo 4.397.284

4 Kab. Wonogiri 220.500

5 Kab. Karanganyar 2.574.500

6 Kab. Sragen 3.163.934

7 Kota Surakarta 12.000

Jumlah 12.359.020

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah

Informasi pada Tabel III. 1 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan

populasi ayam pedaging yang berada di 6 Kabupaten dan 1 Kota di area

(38)

commit to user

ayam. Data tersebut tersebut adalah untuk tahun 2010, dikarenakan data untuk

tahun 2011 belum tersedia.

2. Sampel

Sampel adalah sekelompok atau sebagian dari populasi, sampel terdiri atas

sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Kriteria atas sampel

yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Peternakan ayam pedaging

b. Berlokasi di area eks-Karesidenan Surakarta

c. Dapat memberikan data yang wajar

Dari penyebaran kuesioner dan observasi yang dilakukan oleh penulis

terhadap beberapa sentra peternakan ayam pedaging di eks-Karesidenan Surakarta,

terdapat beberapa peternakan yang sesuai kriteria dan bersedia untuk memberikan

data yang dibutuhkan, dengan distribusi sebagai berikut:

Tabel III. 2

Distribusi Sampel

No Nama Peternakan Lokasi Kapasitas Kandang

(Ekor)

1 Peternakan Krismanto Sambi, Boyolali 4.500

2 Peternakan Kasti Sambi, Boyolali 6.000

3 Peternakan Joko S. Tasik Madu, Karanganyar 9.000

4 Peternakan Agus S. Gondangrejo, Karanganyar 5.000

5 Peternakan Leman A Gondangrejo, Karanganyar 32.000

Tabel III. 2 menunjukkan bahwa kapasitas setiap sampel peternakan

berbeda-beda, dan apabila dijumlah akan menghasilkan kapasitas keseluruhan

sebanyak 56.500 ekor ayam. Jumlah tersebut tidak terlalu banyak apabila

dibandingkan dengan jumlah populasi ayam yang terdapat di eks-Karesidenan

(39)

commit to user

kesulitan dalam memperoleh jumlah sampel yang cukup, dikarenakan para

pengelola peternakan yang telah didatangi penulis cenderung menolak untuk

memberikan informasi mengenai data keuangan peternakan karena mereka merasa

bahwa data tersebut adalah rahasia.

B. JENIS DATA

1. Data Primer

Sekaran (2006) menyatakan bahwa data primer merupakan data mengacu

pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan

dengan variabel minat untuk tujuan spesifik suatu studi. Penelitian yang dilakukan

oleh penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang

diberikan kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam pedaging (broiler) yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, di mana pengisian kuesioner dilakukan

dengan metode wawancara. Selain pemberian kuesioner, penulis juga melakukan

pengamatan terhadap peternakan ayam pedaging yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang,

dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir (Sekaran, 2006). Data sekunder

dapat berupa data internal atau eksternal organisasi dan diakses melalui internet,

penelusuran dokumen, atau publikasi informasi. Data sekunder yang dipakai oleh

penulis adalah literatur-literatur seperti buku, majalah, dan jurnal-jurnal ilmiah

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis yang dapat diperoleh dari

(40)

commit to user C. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

dengan cara memberikan kuesioner kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam

pedaging (broiler) yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta. Pengisian kuesioner dilakukan penulis dengan cara wawancara atas pertanyaan-pertanyaan yang tertera di

kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada para pemilik peternakan

berkisar mengenai data inventaris peternakan, biaya-biaya yang dikeluarkan selama

proses produksi, dan penjualan yang terjadi setelah masa panen.

D. METODE ANALISIS DATA

Agar dapat mengetahui kelayakan bisnis peternakan ayam pedaging yang

tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan salah satu dari

aspek studi kelayakan bisnis, yaitu aspek ekonomi dan keuangan. Dalam aspek

ekonomi dan keuangan yang dianalisa adalah:

1. Investasi.

2. Pendapatan.

3. Biaya.

4. Laba.

5. Kriteria investasi yang dilihat dari segi Return on Investment (ROI), Pay Back Period (PBP), dan Break-Even Point (BEP).

Untuk dapat menentukan kelayakan bisnis peternakan ayam pedaging yang

tersebar di Karesidenan Surakarta, penulis akan melakukan analisis dengan cara

(41)

commit to user

1. Return on Investment (ROI)

Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek tersebut

semakin bagus kinerjanya, dan proyek tersebut semakin layak. Suatu usaha

dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada

saat usaha tersebut diusahakan. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat

suku bunga pinjaman bank responden pada saat survey dilaksanakan. Apabila ROI

> tingkat suku bunga pinjaman, berarti proyek layak, sedangkan jika ROI < tingkat

suku bunga pinjaman, proyek tidak feasible (layak). 2. Pay Back Period (PBP)

PBP dapat digunakan untuk menilai kualitas sebuah proyek, semakin

cepat pengembalian investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek tersebut.

3. Break-Even Point (BEP)

Semakin lama sebuah proyek mencapai break-even point, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang

telah dikeluarkan. Sehingga akan lebih baik apabila sebuah proyek semakin cepat

(42)

commit to user BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan pada Bulan Juli-Agustus

2011, yaitu dengan melakukan pemberian kuesioner kepada beberapa pemilik atau

pengelola peternakan ayam pedaging yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta,

tepatnya di Kabupaten Boyolali dan Karanganyar. Dari kedua kabupaten tersebut,

penulis memperoleh data dari 5 buah peternakan ayam pedaging, yaitu Peternakan

Krismanto dan Peternakan Kasti yang terletak di daerah Sambi, Boyolali, serta

Peternakan Joko S., Peternakan Agus S., dan Peternakan Leman A. yang berlokasi di

daerah Tasik Madu dan Gondangrejo, Karanganyar.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Studi kelayakan merupakan cara untuk menentukan apakah suatu usaha atau

proyek layak untuk terus dijalankan atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan salah satu aspek dalam menentukan kelayakan yaitu aspek ekonomi dan

keuangan. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah oleh penulis, berikut

adalah pembahasan mengenai kelayakan usaha peternakan ayam pedaging yang

tersebar di eks-Karesidenan Surakarta apabila dilihat dari segi ekonomi dan keuangan:

1. Investasi

Dalam pembangunan sebuah peternakan ayam pedaging, peternak harus

mempersiapkan investasi berupa aktiva-aktiva yang terkait dengan pembangunan

dan pelaksanaan usaha tersebut. Aktiva-aktiva yang terkait dengan pembangunan

(43)

commit to user

untuk pegawai, sarana transportasi seperti mobil ataupun motor, serta

perlengkapan kandang lainnya seperti tempat makan, tempat minum, pemanas,

dan terpal. Selain aktiva-aktiva tersebut, aktiva-aktiva yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan usaha setiap periodenya juga harus diperhitungkan, seperti kas yang

digunakan untuk pembayaran gaji pegawai dan listrik, piutang usaha, serta

persediaan ayam, konsentrat, vaksin dan obat, bahan bakar, dan juga sekam. Jadi,

untuk menjalankan sebuah usaha peternakan ayam, peternak harus menyediakan

aktiva-aktiva untuk investasi tersebut.

Jumlah dan jenis investasi yang dimiliki oleh sampel dalam penelitian ini

berbeda-beda, dipengaruhi oleh kapasitas peternakan dan juga kemampuan

pemilik peternakan dalam mendanai pembangunan peternakan. Mayoritas jumlah

investasi yang ada dipengaruhi oleh kapasitas peternakan, tetapi untuk investasi

yang berupa persediaan ayam, perbedaan jumlah yang ada disebabkan oleh

jumlah umur ayam pada saat penelitian dilakukan. Tabel IV. 1 berikut ini berisi

rincian mengenai nilai persediaan ayam pedaging, di mana ditunjukkan bahwa

jumlah nilai total persediaan ayam seluruh sampel peternakan ayam pedaging per

31 Juli 2011 adalah sebesar Rp634.552.455,00, dengan jumlah ayam keseluruhan

sebanyak 56.500 ekor dan rata-rata umur ayam adalah 13 hari:

Tabel IV. 1

Perincian Nilai Persediaan Ayam Pedaging per 31 Juli 2011

No Nama Aktiva

Nama Peternakan

Total Peternakan

Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A

1

(44)

commit to user

Berdasarkan hasil perhitungan nilai persediaan ayam yang tercantum

pada Tabel IV. 1 dan dari data lain yang telah diperoleh dari peternakan sampel,

maka dapat disusun sebuah daftar investasi peternakan ayam pedaging per 31

Juli 2011 yang tercakup pada Tabel IV. 2. Jika melihat Tabel IV. 2, nilai aktiva

tetap yang tertera pada tabel tersebut adalah nilai aktiva yang dinilai dengan

menggunakan nilai sekarang aktiva pada saat penelitian dilakukan. Apabila

melihat tabel tersebut, aktiva tetap tidak dikurangi biaya depresiasi, hal ini

dikarenakan ukuran sampel peternakan yang tidak terlalu besar, sehingga

pencatatan aktivitas keuangannya tidak terlalu memadai, dan menyebabkan tidak

adanya perhitungan terhadap biaya depresiasi aktiva tetap.

Dari informasi yang terdapat pada Tabel IV. 2, dapat diambil kesimpulan

bahwa untuk dapat menjalankan peternakan ayam pedaging dengan jumlah ayam

yang dipelihara sebanyak 100 ekor dibutuhkan rata-rata investasi sejumlah

Rp7.321.691,00. Perhitungan jumlah investasi untuk per 100 ekor ayam adalah

dengan cara berikut:

Sedangkan untuk menjalankan peternakan ayam pedaging dengan jumlah ayam

yang dipelihara sejumlah total keseluruhan ayam yang dipelihara oleh seluruh

sampel peternakan yaitu 56.500 ekor, maka dibutuhkan investasi sejumlah

Rp4.136.755.345,00, yang terdiri atas aktiva lancar sejumlah

Rp2.415.606.845,00 dan aktiva tetap sejumlah Rp1.721.148.500,00.

Selain informasi-informasi tersebut, informasi lain yang ditunjukkan oleh

Tabel IV. 2 adalah bahwa sampel peternakan yang memiliki jumlah total

investasi paling besar untuk memelihara 100 ekor ayam adalah Peternakan Agus

(45)

commit to user

kecil adalah Peternakan Leman A, dengan investasi sebesar Rp6.362.944,00

untuk memelihara ayam sebanyak 100 ekor ayam.

Tabel IV. 2

Investasi Peternakan Ayam Pedaging Per 100 Ekor Ayam

Per 31 Juli 2011

No Nama Investasi Peternakan Nama Peternakan Total

Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A

Aktiva Lancar

1 Kas 2.274.480 2.248.740 2.816.100 1.494.400 6.190.720 15.024.440

2 Piutang Usaha 64.209.600 82.320.000 116.109.000 58.310.000 395.136.000 716.084.600

3 Persediaan Ayam 19.834.450 55.076.151 124.440.762 6.995.918 428.205.175 634.552.455

4 Persediaan

Konsentrat 86.521.500 112.554.000 151.174.800 78.000.000 556.577.280 984.827.580

5 Persediaan Vaksin dan Obat 1.547.910 2.110.680 2.929.500 3.000.000 36.992.000 46.580.090

6 Persediaan Bahan Bakar 124.605 149.760 749.700 770.000 7.137.280 8.931.345

7 Persediaan Sekam 2.500.875 2.999.880 2.501.100 124.800 1.479.680 9.606.335

Jumlah Aktiva

Lancar 177.013.420 257.459.211 400.720.962 148.695.118 1.431.718.135 2.415.606.845

Aktiva Tetap

8 Tanah 56.610.000 75.000.000 180.000.000 200.000.000 18.000.000 529.610.000

9 Bangunan 6.000.000 5.000.000 16.000.000 15.000.000 20.000.000 62.000.000

10 Kandang 80.000.000 85.000.000 180.000.000 135.000.000 450.000.000 930.000.000

11 Tempat Minum 10.400.000 13.975.000 9.600.000 8.960.000 52.920.000 95.855.000

12 Tempat Makan 8.050.000 9.200.000 1.339.500 4.800.000 28.800.000 52.189.500

13 Pemanas 400.000 500.000 8.550.000 5.460.000 32.400.000 47.310.000

14 Litter 400.000 550.000 180.000 750.000 2.304.000 4.184.000

Jumlah Aktiva

Tetap 161.860.000 189.225.000 395.669.500 369.970.000 604.424.000 1.721.148.500

TOTAL

INVESTASI PER SELURUH KAPASITAS

338.873.420 446.684.211 796.390.462 518.665.118 2.036.142.135 4.136.755.345

100 EKOR AYAM 7.530.520 7.444.737 8.848.783 10.373.302 6.362.944 7.321.691

(46)

commit to user

2. Pendapatan

Pendapatan diperoleh dari penjualan barang-barang produksi, dan barang

yang diproduksi oleh usaha peternakan ayam pedaging adalah ayam-ayam

pedaging itu sendiri. Jumlah pendapatan dapat dihitung dengan cara mengkalikan

jumlah kg ayam yang dipanen dengan harga jualnya, dalam perhitungan tersebut

sebaiknya menggunakan harga jual pada harga normal atau “biasanya”. Selain

keuntungan dari penjualan tersebut peternak juga berpeluang memperoleh

keuntungan lainnya, yaitu komisi dari Kemitraan, yang diperoleh apabila

terdapat selisih harga antara harga jual yang ditentukan oleh kemitraan dengan

harga jual di pasar.

Dengan menggunakan perhitungan harga normal, maka dapat

diperhitungkan pendapatan sebagai berikut:

Tabel IV. 3

Pendapatan Peternakan Ayam Pedaging per 100 Ekor Ayam per Periode

No Keterangan Satuan

Nama Peternakan

Total Peternakan

Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A

1 Jumlah DOC Ekor 100 100 100 100 100 100

Ekor Rupiah 2.853.760 2.744.000 2.580.200 2.332.400 2.469.600 2.595.992

7 Jumlah Kapasitas Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500

Total Penjualan Ayam per Seluruh Kapasitas

Rupiah 128.419.200 164.640.000 232.218.000 116.620.000 790.272.000 1.432.169.200

Sumber: Data yang diolah

Perhitungan pendapatan sampel peternakan ayam pedaging, dapat

dilakukan dengan mengkalikan jumlah kg ayam terjual dengan harga jualnya

(47)

commit to user

dengan resiko kematian terlebih dahulu, yang jumlah rata-ratanya sebesar 3%

dari jumlah ayam yang dipelihara. Dari Tabel IV. 3 yang berada di halaman

sebelumnya, dapat diketahui jumlah rata-rata penjualan yang diperoleh oleh

sampel peternakan ayam pedaging yang diperhitungkan dengan menggunakan

harga normal setiap periodenya untuk 100 ekor ayam yaitu sebesar

Rp2.595.992,00. Dengan jumlah ayam terjual sebanyak 100 ekor ayam,

peternakan yang menghasilkan penjualan paling banyak adalah Peternakan

Krismanto, dengan penjualan sebesar Rp2.853.760,00, dan peternakan yang

menghasilkan penjualan paling sedikit adalah Peternakan Agus S. dengan

penjualan sejumlah Rp2.332.400,00. Untuk jumlah pendapatan yang diperoleh

per seluruh kapasitas (56.500 ekor) adalah sebesar Rp1.432.169.200,00.

3. Biaya

Biaya operasi dan pemeliharaan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua,

yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), berikut ini adalah pembahasannya:

a. Biaya tetap (Fixed cost)

Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha peternakan ayam

pedaging terdiri atas biaya depresiasi kandang dan bangunan, biaya bahan

bakar, biaya gaji pegawai, biaya listrik, dan biaya sekam. Berikut ini adalah

pembahasan mengenai biaya tetap tesebut:

1) Biaya depresiasi

Dari sejumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh peternakan ayam

pedaging, terdapat beberapa aktiva yang harus dihitung biaya depresiasi

per periodenya, yaitu kandang dan bangunan. Sampel peternakan yang

(48)

commit to user

terlalu besar, sehingga dalam pencatatan dan perhitungan aktivitas

keuangannya belum terlalu memadai, termasuk dalam

memperhitungkan biaya depresiasi, sampel belum memperhitungkan

biaya depresiasi setiap periodenya. Untuk dapat menghitung

keseluruhan biaya dan laba usaha, serta mengetahui kelayakan usaha

sampel peternakan, penulis melakukan perhitungan terhadap biaya

depresiasi berdasarkan data yang diperoleh. Dari hasil perhitungan

biaya depresiasi yang terdapat pada Tabel IV. 4 dan IV. 5, dapat

diketahui jumlah rata-rata biaya depresiasi peternakan ayam pedaging

per periode per 100 ekor ayam, di mana jumlah biaya depresiasi

kandang adalah Rp18.016,00, bangunan sebesar Rp723,00, dan total

biaya depresiasi keseluruhan adalah Rp90.804,00. Untuk biaya

depresiasi per seluruh kapasitas (56.500 ekor) adalah sebesar

Rp8.864.384 untuk kandang, Rp294.384,00 untuk bangunan, dan

apabila dijumlah maka total biaya depresiasi keseluruhan untuk seluruh

kapasitas adalah sebesar Rp9.158.767,00.

Tabel IV. 4

Perincian Biaya Depresiasi Kandang per 100 Ekor Ayam per Periode

No Keterangan Satuan

Nama Peternakan

Total Peternakan

Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A

1 Nilai Buku Kandang Rupiah 80.000.000 85.000.000 180.000.000 67.500.000 75.000.000 487.500.000

2 Unit Buah 1 1 1 2 6 11

3 Total Nilai Buku Kandang Rupiah 80.000.000 85.000.000 180.000.000 135.000.000 450.000.000 930.000.000

4 Masa Manfaat Tahun 10 10 10 10 10 10

5 Tingkat Depresiasi % 10% 10% 10% 10% 10% 10%

6 Periode Pemeliharaan Hari 39 39 35 32 34 36

Jumlah Biaya Depresiasi

per Seluruh Kapasitas Rupiah 854.795 908.219 1.726.027 1.183.562 4.191.781 8.864.384

7 Jumlah Ayam Ekor 4.500 6.000 9.000 5.000 32.000 56.500

Jumlah Biaya Depresiasi

per 100 Ekor Ayam Rupiah 18.995 15.137 19.178 23.671 13.099 18.016

(49)

commit to user

Tabel IV. 5

Perincian Biaya Depresiasi Bangunan per 100 Ekor Ayam per Periode

No Keterangan Satuan

Nama Peternakan

Total Peternakan

Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A

1 Nilai Buku Bangunan Rupiah 6.000.000 5.000.000 8.000.000 5.000.000 5.000.000 29.000.000

2 Unit Buah 1 1 2 3 4 11

3 Total Nilai Buku Bangunan Rupiah 6.000.000 5.000.000 16.000.000 15.000.000 20.000.000 62.000.000

4 Masa Manfaat Tahun 20 20 20 20 20 100

Jenis bahan bakar yang digunakan oleh sampel peternakan

berbeda-beda, tergantung dari jenis brooder (pemanas) yang digunakan, ada peternakan yang menggunakan gasolec, maupun drum yang

dipanaskan menggunakan serbuk gergaji. Berikut ini adalah rincian

penggunaan biaya bahan bakar sampel peternakan:

Tabel IV. 6

Perincian Biaya Bahan Bakar per 100 Ekor Ayam per Periode

No Keterangan Satuan

Nama Peternakan

Total Peternakan

Krismanto Peternakan Kasti Peternakan Joko S. Peternakan Agus S. Peternakan Leman A

1 Jenis Bahan

Rupiah 125.000 150.000 750.000 770.000 4.680.000 6.475.000

(50)

commit to user

Jika melihat Tabel IV. 6, dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata

biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh sampel peternakan ayam

pedaging untuk jumlah ayam sebanyak 100 ekor setiap periodenya

adalah sebesar Rp8.727,00.Peternakan yang mengeluarkan biaya bahan

bakar paling besar untuk 100 ekor ayam adalah peternakan Agus S.

yaitu sebesar Rp15.400,00, dan peternakan yang mengeluarkan biaya

bahan bakar paling sedikit adalah Peternakan Kasti dengan jumlah

Rp2.500,00. Sedangkan untuk biaya bahan bakar keseluruhan yang

dikeluarkan sampel peternakan untuk seluruh kapasitas dengan jumlah

56.500 ekor ayam adalah sebesar Rp6.475.000,00 setiap periodenya.

3) Biaya gaji pegawai

Untuk melaksanakan usaha peternakan ayam pedaging,

dibutuhkan beberapa pegawai untuk mengurus kandang, memberi

pakan ayam, dan melaksanakan proses produksi lainnya, dan

pegawai-pegawai tersebut harus diberikan gaji setiap bulannya. Berdasarkan data

yang tercantum pada Tabel IV. 7, diketahui bahwa jumlah rata-rata

biaya gaji pegawai sampel peternakan ayam pedaging setiap periodenya

untuk memelihara 100 ekor ayam adalah sebesar Rp36.133,00.

Peternakan yang mengeluarkan biaya gaji paling besar untuk 100 ekor

ayam adalah peternakan Krismanto, yaitu sebesar Rp57.778,00,

sedangkan biaya gaji terkecil dikeluarkan oleh Peternakan Leman A,

yaitu sebesar Rp16.823,00. Untuk pemeliharaan seluruh kapasitas

sebanyak 56.500 ekor ayam, seluruh sampel peternakan harus

mengeluarkan biaya gaji sebesar Rp15.120.000,00. Berikut ini adalah

Gambar

Tabel IV. 12 Perincian Biaya Pembelian dan Pemakaian Pakan per
Tabel II. 1
Tabel III. 1
Tabel III. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi tersebut juga terdapat pada masyarakat Desa Kemiren yang mempercayai bahwa setiap hal termasuk pepohonan, sumber air, dan kompleks situs Buyut Cili,

Dalam percakapan tersebut Nabi Ibrahim meminta dengan halus dan penuh kasih sayang kepada anaknya Ismail, hal tersebut ditandai dari kalimat-kalimat yang tidak

Titik-titik tersebut memiliki tingkat kebisingan yang tinggi karena untuk titik 2, 3, dan 4 berada di pinggir jalan dan di tandai dengan kontur berwarna merah, dan titik 6 dan 9

1) Variabel makro suku bunga (BI Rate ) dan inflasi (INF) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan deposito mudharabah Bank Umum Syariah jenis Bank Devisa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat 20 mata kuliah yang diselenggarakan dengan e-learning oleh 7 orang dosen; (2) e-learning yang diterapkan adalah blended learning;

Solusinya adalah: (1) Membangun pemahaman masyarakat Islam Indonesia agar lebih sensitif terhadap persoalan perempuan sebagai upaya membangun penghargaan yang adil

Berdasarkan Tabel 3 tersebut, penilaian kefektifitasan dari jalur evakuasi tsunami yang terdapat di daerah Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi ditinjau berdasarkan waktu tempuh

Keterbukaan dalam artinya adalah prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan, unit kerja pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, perincian biaya