• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD N"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus

Pembelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015 pra siklus, menunjukkan bahwa belum ada tindakan menggunakan pembelajaran berbasis CTL refleksi, pembelajaran berlangsung tanpa rancangan dan desain pendekatan pembelajaran tertentu. Pembelajaran yang berlangsung adalah pembelajaran berbasis guru. Guru tidak menyajikan materi secara kontekstual yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya pada materi yang dibahas pada saat itu adalah tentang perubahan sifat benda. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak meminta siswa untuk menulis 3 perubahan sifat benda seperti yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya mencair, membeku, meleleh. Guru juga tidak meminta siswa untuk menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi, misalnya guru tidak meminta siswa untuk menceritakan ketika mereka memasak air kemudian mendidih, memasukkan air ke dalam freezer pada kulkas akan menjadi es batu. Siswa hanya menerima informasi dari ceramah yang disampaikan oleh guru terkait dengan materi dan dari hasil membaca buku teks. Tidak ada keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Selama membaca materi pada buku teks, siswa tidak diminta untuk menggarisbawahi istilah-istilah penting yang ada dalam teks, yang nampak adalah siswa langsung diminta untuk mengerjakan soal-soal yang ada di bawah bacaan. Setelah membaca materi dalam buku teks, siswa tidak nampak menghubungkan materi dengan peristiwa-peristiwa yang dialaminya seperti peristiwa-peristiwa pembusukan dapat mereka temukan pada membusuknya buah, pemanasan pada mendidihnya air, pendinginan pada pembuatan es batu, yang nampak siswa hanya menghafal materi yang ada pada buku teks. Siswa juga tidak nampak merumuskan definisi dari materi perubahan sifat benda seperti

(2)

merumuskan beberapa peristiwa yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari memanaskan air menjadi mendidih, memasukkan air kedalam kulkas menjadi es batu merupakan contoh-contoh peristiwa perubahan sifat benda karena pemanasan, pendinginan, yang nampak siswa memperoleh rumusan definisi perubahan sifat benda tersebut dari kesimpulan yang dibuat oleh guru. Ketika guru menjelaskan kesimpulan dari pembelajaran perubahan sifat benda, 85% dari seluruh siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Tidak ada satu pun siswa yang dilibatkan dalam membuat kesimpulan, yang nampak semua siswa diam dan hanya mendengarkan penjelasan guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui, yang nampak pada akhir pembelajaran siswa diminta mengerjakan soal evaluasi dari guru.

Penilaian yang dilakukan oleh guru pada pra siklus hanya di akhir pembelajaran saja, yakni berupa tes uraian dengan jumlah 5 soal. Guru hanya mengukur kemampuan siswa pada aspek kognitif, sedangkan pengukuran sikap dan keterampilan tidak dilakukan. Nampak ketika siswa melakukan diskusi kelompok untuk menyelesaikan soal pada buku teks, guru hanya meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya tanpa dilakukan pengukuran. Begitu pula pada saat siswa melakukan diskusi, guru tidak tampak mengukur sikap dan keterampilan siswa. Jika hasil belajar hanya diukur dari nilai tes seperti yang dilakukan oleh guru pada pra siklus tanpa mengukur sikap dan keterampilan siswa, maka hasil belajar siswa berada di bawah KKM yang ditentukan, yakni ≥ 80 . Kondisi ini ditunjukkan secara rinci

(3)

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa distribusi skor hasil belajar pra siklus antara 22 - 41. Skor yang ada berada di bawah KKM yang telah ditetapkan yakni ≥ 80. Perolehan skor hasil belajar tersebar ke dalam 5 kelompok. Yakni skor antara 22 – 25, dicapai oleh siswa sebanyak 6 orang (30% dari seluruh siswa). Penyebaran skor antara 26 – 29, dicapai oleh 5 siswa (25% dari seluruh siswa), skor antara 30 – 33 dicapai oleh 3 siswa (15% dari seluruh siswa), skor antara 34 – 37 dicapai oleh 5 siswa (25% dari seluruh siswa), dan penyebaran skor antara 38 – 41 dicapai oleh 1 siswa (5% dari seluruh siswa). Penyebaran skor hasil belajar terbanyak diraih oleh kelompok skor 22 – 25 yakni 30% dari seluruh siswa mencapai skor yang terendah. Kondisi ini menjadi permasalahan pembelajaran yang terkait dengan hasil belajar. Dengan diperolehnya hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM ≥80, maka segera dilakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang pra siklus dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.1 berikut.

Berdasarkan gambar 4.1 nampak bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang pra siklus, skor terbanyak yang diperoleh siswa adalah 25, yang diperoleh 3 siswa (15%) dari seluruh siswa. Skor tertinggi

(4)

siswa adalah 41, yang hanya diperoleh 1 siswa (5%) dari seluruh siswa. Sedangkan skor terendah adalah 22 yang diperoleh oleh 2 siswa (10%) dari seluruh siswa.

Permasalahan pembelajaran juga nampak dari skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-rata kelas. Deskripsi skor secara rinci disajikan melalui tabel 4.2 berikut.

Deskripsi Skor

Skor Minimum 22

Skor Maksimum 41

Skor Rata-rata 29,6

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.2 nampak bahwa skor yang diperoleh siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang pra siklus berada di bawah KKM ≥ 80. Pengukuran hasil belajar diperoleh dari pengukuran tes saja. Skor minimum yang dicapai sebesar 22, skor maksimum sebesar 41, dan skor rata-rata 29,6. Dari tabel 4.2, nampak jelas, bahwa angka perolehan hasil belajar IPA siswa pada pra siklus yang berupa skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata, masih jauh dari KKM ≥ 80. Kondisi hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang pra siklus ini, menimbulkan permasalahan belajar, sehingga perlu diupayakan perbaikan pembelajaran, melalui peningkatan hasil belajar dan melalui pelaksanaan tindakan pembelajaran berbasis CTL refleksi.

Hasil belajar jika ditinjau dari ketuntasan belajar, maka skor yang ditunjukkan oleh tabel 4.2 yakni skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata (semua skor) berada di bawah 80 (angka minimal untuk ketuntasan), sehingga hasil belajar berdasarkan ketuntasan belajar pada pra siklus 100% siswa kelas 5 tidak tuntas dalam belajar. Demikian pula, dalam tabel 4.1 tentang kelompok skor,

Tabel 4.2

Deskripsi Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor Rata-Rata Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03Banyubiru Semarang

(5)

diperoleh hasil belajar dengan skor di antara 22-41, adalah skor di bawah KKM, maka ketuntasan belajar siswa kelas 5 sebesar 100% tidak tuntas dalam belajar.

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus 1 1. Perencanaan

(6)

2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi siklus 1 Pertemuan 1

Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus 1 pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 April 2015 dengan KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Guru kelas 5 melaksanakan RPP yang sudah disediakan dan dipelajari. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, nampak sebagai berikut:

Pada kegiatan awal guru memberikan salam, mengabsensi siswa, namun guru belum nampak mempersiapkan kondisi siswa untuk belajar seperti mengatur tempat duduk, meminta siswa menyiapkan alat tulis dan buku di meja. Guru melakukan apersepsi dengan meminta siswa untuk memejamkan mata sejenak kemudian membuka kembali. Dalam melakukan apersepsi seluruh siswa sudah terlibat. Guru memotivasi siswa dengan melakukan tepuk kompak sebelum pembelajaran dimulai. Seluruh siswa nampak bersemangat untuk melakukan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa. Nampak siswa memperhatikan dengan cermat, namun ada 3 siswa yang ribut sendiri, kemudian guru menegur dengan tegas. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, nampak guru tidak memerinci langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan seperti bagaimana urutan kegiatan yang akan dilaksanakan guru dan siswa selama pembelajaran.

(7)

melihat benda-benda di kegelapan. Sedangkan pada saat mengemukakan peristiwa negatif tentang cahaya, siswa nampak mengemukakan peristiwa ketika mereka mengamati kolam renang yang terlihat dangkal, dan ketika mengamati kolam ikan dimana ikan terlihat berukuran lebih besar dibandingkan dengan ukuran ikan yang sebenarnya. Dalam mengemukakan peristiwa positif dan negatif nampak 4 siswa yang masih kesulitan dalam mengemukakan, namun guru membimbing siswa tersebut. Selain itu, guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan tentang sifat cahaya yang merambat lurus dan dapat dipantulkan, supaya siswa lebih mudah dalam menghubungkan dengan peristiwa yang mereka temukan dan mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Pada kegiatan penutup guru dan siswa melakukan refleksi dari hasil pembelajaran yang dilakukan, seperti melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang masih kesulitan. Misalnya dalam menulis 3 sumber cahaya, masih ada 3 siswa yang keliru dalam menyebutkan; dalam mengemukakan peristiwa positif dan negatif tentang cahaya siswa kesulitan dalam menafsirkan peristiwa negatif tentang cahaya, kemudian guru menjelaskan melalui ilustrasi contoh seperti ketika akan berenang, kolam renang yang terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya. Peristiwa ini dapat menimbulkan penafsiran negatif manakala orang yang melihat adalah orang yang tidak bisa berenang, maka ia akan berfikir jika ia berenang di kolam yang terlihat dangkal tersebut tidak terjadi apa-apa, padahal kolam yang sebenarnya adalah dalam, yang dapat membahayakan orang tersebut. Setelah kegiatan refleksi, guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, seperti menyebutkan sumber-sumber cahaya dan pengertian cahaya, mengemukakan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan cahaya. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan do’a. Guru tidak nampak melakukan tindak lanjut kepada siswa.

(8)

dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi, dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.

Pertemuan 2

Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus 1 pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari Senin, 30 Maret 2015, masih menggunakan KD yang sama dengan pertemuan ke 1, yakni KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini dimulai dengan, guru mempersiapkan siswa untuk belajar seperti memberi salam, mengabsensi siswa, dan nampak guru telah mempersiapkan kondisi siswa seperti mengatur tempat duduk dan meminta siswa untuk menyiapkan buku dan alat tulis di meja. Guru nampak memberikan apersepsi melalui tanya jawab tentang aktivitas siswa sebelum berangkat ke sekolah, apakah siswa bercermin terlebih dahulu sebelum berangkat. Seluruh siswa nampak sahut-sahutan dalam menjawab pertanyaan guru. Guru mengajak semua siswa tepuk tangan untuk menambah motivasi belajar siswa. Guru sudah nampak memerinci tujuan pembelajaran, dengan menyampaikan judul materi yang akan dibahas dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

(9)

cahaya yang dapat dibiaskan, cahaya dapat menembus benda bening, dan cahaya dapat diuraikan. Selama percobaan, siswa dilibatkan penuh, nampak guru selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk mencobanya sendiri. Sehingga siswa dapat membuktikan teori yang mereka peroleh melalui percobaan, dan menghubungkan setiap peristiwa dari hasil percobaannya dengan peristiwa kehidupan sehari-hari. Guru nampak menghubungkan materi hari itu dengan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Setelah percobaan selesai, guru dan siswa nampak melakukan diskusi bersama untuk merumuskan definisi tentang sumber cahaya dan sifat-sifat cahaya. Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran, seperti melakukan tanya jawab terkait dengan materi yang masih kesulitan.

Pada saat pembelajaran siklus 1 pertemuan 2 berlangsung, juga dilakukan pengamatan oleh observer untuk mengamati jalannya proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran, dengan cara memberi tanda cheek list (√) pada lembar observasi yang telah disediakan (lihat lampiran 10). Lembar observasi tersebut meliputi lembar observasi tindakan CTL refleksi oleh guru dan siswa yang berisi butir pernyataan untuk mengamati tindakan guru dalam pengelolaan pembelajaran, dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi, dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.

3. Refleksi

(10)

N

Berdasarkan tabel 4.3, nampak bahwa hasil dari pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan CTL refleksi yang dilakukan siswa pada siklus 1, meliputi pengamatan terhadap kegiatan awal, kegiatan inti berbasis CTL refleksi dan kegiatan akhir.

Pada pertemuan ke-1 kegiatan awal, pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan siswa, seperti menyimak apersepsi, memperoleh motivasi dan menyimak tujuan pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik, namun pada kegiatan mengatur tempat duduk, mempersiapkan alat tulis di meja, dan menyimak langkah-langkah pembelajaran belum nampak dilaksanakan oleh siswa, karena guru lupa memberi pengarahan pada siswa dan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran sebelum kegiatan inti dimulai. Dalam kegiatan inti ada 16 kegiatan yang menjadi fokus dalam pengamatan. Dari 16 kegiatan tersebut, siswa telah melaksanakan semua kegiatan, 5 kegiatan diantaranya merupakan kegiatan yang berbasis CTL refleksi, meliputi kegiatan menulis 3 sumber cahaya, mengemukakan 2 peristiwa positif tentang cahaya, mengemukakan 2 peristiwa negatif tentang cahaya, menulis cerita positif tentang cahaya, dan menulis cerita negatif tentang cahaya. Seluruh kegiatan inti pada pertemuan ke-1 sudah dilakukan dengan baik oleh siswa, perhatian siswa dalam pembelajaran yang sudah tumbuh, keberanian siswa dalam mengeluarkan gagasan

Tabel 4.3

Distribusi Aktivitas Tindakan CTL refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

(11)

sudah cukup baik. Namun ada 5 siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Dalam kegiatan penutup, dari 3 kegiatan, hanya 1 kegiatan yang tidak dilakukan oleh siswa, yakni melaksanakan tindak lanjut.

Pada pertemuan 2, 95,83% kegiatan sudah dilakukan lebih baik oleh siswa. Di samping itu, catatan observer menunjukkan adanya kelebihan dalam pelaksanaaan tindakan, yakni 85% siswa sudah menunjukkan perhatian, seperti bertanya apabila ada kesulitan, mencatat istilah-istilah penting dalam buku, dan 75% siswa sudah berani mengeluarkan gagasan.

Distribusi aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan oleh siswa secara rinci dapat disajikan melalui gambar 4.2 di halaman berikut:

Berdasarkan gambar 4.2, nampak bahwa distribusi frekuensi akttivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan oleh siswa dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir selalu mengalami peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2. Frekuensi tindakan CTL refleksi pada kegiatan awal yang dilakukan siswa pada pertemuan ke-1 sebanyak 3, meningkat pada pertemuan ke-2 menjadi 5 atau semua kegiatan telah dilakukan. Pada kegiatan inti, keseluruhan tindakan CTL refleksi

0

Grafik Garis Distribusi Frekuensi Aktivitas Tindakan CTL refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran

(12)

sudah dilaksanakan oleh siswa baik pertemuan ke-1 maupun pertemuan ke-2. Pada kegiatan akhir tindakan CTL refleksi pertemuan ke-1 maupun pertemuan ke-2, 2 kegiatan sudah dilaksanakan siswa.

Aktivitas pembelajaran dengan CTL refleksi yang dilakukan oleh guru, secara rinci disajikan melalui tabel 4.4 berikut.

N dilakukan guru pada siklus 1, nampak ada beberapa kekurangan dalam pengelolaan pembelajaran, diantaranya pada saat pembelajaran, guru belum nampak menjelaskan tujuan pembelajaran secara rinci, dalam mendampingi diskusi guru juga belum nampak membimbing dan mendekati siswa yang kesulitan, guru juga belum nampak dalam membantu siswa yang kesulitan memembuat kesimpulan. Kelebihan guru dalam pembelajaran, adalah telah melakukan seluruh aktivitas sesuai RPP secara runtut. Sedangkan dari catatan observer yang diberikan adalah, guru lupa menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan; guru memotivasi siswa secara monoton; guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang efektif; guru membimbing siswa secara klasikal, guru mengelola waktu kurang tepat, dan guru menggunakan alat peraga kurang efektif.

Kekurangan-Tabel 4.4

Distribusi Aktivitas Tindakan CTL refleksi Guru Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran

(13)

kekurangan yang muncul dalam pertemuan 1 siklus 1 akan diperbaiki pada pertemuan 2.

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 2, 95,83% tindakan sudah dilaksanakan lebih baik dibandingkan pertemuan 1 oleh guru dan siswa. Kekurangan guru yang nampak adalah guru lupa menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dan tidak memberikan tindak lanjut kepada siswa. Kelebihan guru pada pertemuan kedua yaitu, guru nampak lebih menarik dalam memberikan motivasi siswa, metode yang digunakan guru lebih bervariasi, dan guru sudah mulai berkeliling, mendampingi siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

Distribusi aktivitas tindakan CTL refleksi guru secara rinci dapat disajikan melalui gambar 4.3 Distribusi Aktivitas Tindakan CTL refleksi guru kelas 5 SDN Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II tahun pelajaran 2014/2015 pada siklus 1 pertemuan 1 dan 2 berikut.

Berdasarkan gambar 4.3, nampak bahwa distribusi frekuensi akttivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan oleh guru dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir selalu mengalami peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2. Frekuensi tindakan CTL refleksi pada kegiatan awal yang dilakukan siswa pada

0

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2

Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir

Grafik Garis Distribusi Aktivitas Tindakan CTL refleksi Guru Kelas 5 SDN Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran

(14)

pertemuan ke-1 sebanyak 3, meningkat pada pertemuan ke-2 menjadi 5 atau semua kegiatan telah dilakukan. Pada kegiatan inti, keseluruhan tindakan CTL refleksi sudah dilaksanakan oleh guru baik pertemuan ke-1 maupun pertemuan ke-2. Pada kegiatan akhir tindakan CTL refleksi pertemuan ke-1 maupun pertemuan ke-2, 2 kegiatan sudah dilaksanakan guru.

4. Hasil Belajar Siklus 1

Hasil belajar pada siklus 1 diperoleh dari tes formatif, pengukuran sikap dan keterampilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis CTL refleksi, meliputi: menulis 3 sumber cahaya, mengemukakan 2 peristiwa negatif, mengemukakan 2 peristiwa positif, menulis cerita peristiwa positif tentang cahaya, menulis peristiwa negatif tentang cahaya, menggarisbawahi 3 istilah penting tentang cahaya, membuat tabulasi antara sumber cahaya dan sifat-sifat cahaya, merumuskan definisi tentang sumber cahaya dan sifat-sifat cahaya, serta merefleksi sumber, peristiwa, dan sifat-sifat cahaya. Hasil belajar IPA siklus 1, secara rinci disajikan melalui tabel 4.5 berikut.

No Skor Frekuensi Siswa Persentase (%)

1 65 – 69 2 10

2 70 – 74 0 0

3 75 – 79 2 10

4 80 – 84 11 55

5 85 – 88 5 25

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.5, nampak bahwa distribusi hasil belajar IPA berdasarkan skor hasil belajar mengalami peningkatan dari sebelumnya (pra siklus). Skor hasil belajar yang diperoleh siswa antara 65 - 88. Hasil belajar siklus 1 ini, menunjukkan adanya kenaikan skor sebelumnya yakni antara 22 – 41.

Tabel 4.5

Distribusi Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun

(15)

Hasil belajar IPA berdasarkan skor hasil belajar siklus 1 yang diperoleh siswa dapat disajikan melalui gambar 4.4 di halaman berikut.

Berdasarkan gambar 4.4 grafik distribusi hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015 siklus I, menunjukkan bahwa skor yang paling banyak diperoleh siswa adalah 84, yang diperoleh 6 siswa (30% dari seluruh siswa). 1 siswa memperoleh skor terendah, yakni 65. Sedangkan skor tertinggi adalah 88 yang hanya diperoleh 1 siswa. Adapun deskripsi skor hasil belajar siklus 1, secara rinci disajikan melalui tabel 4.6 di

Grafik Garis Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang

(16)

Tabel 4.6

Deskripsi Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor Rata-Rata Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5

SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun pelajaran 2014/2015 Siklus 1

Deskripsi Skor

Skor Minimum 65

Skor Maksimum 88

Skor Rata-rata 81,35

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.6, nampak bahwa skor minimum hasil belajar yang dicapai siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015 siklus 1, KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, dengan tindakan CTL refleksi meningkat menjadi 65, yang sebelumnya (pra siklus) hanya mencapai 22. Perolehan skor maksimum meningkat menjadi 88, yang sebelumnya (pra siklus) hanya mencapai 41, dan skor rata-rata kelas yang diperoleh meningkat menjadi 81,35, yang sebelumnya (pra siklus) hanya mencapai 29,6. Perolehan skor ini, menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya, yang masih berbasis guru dan tidak menggunakan desain pembelajaran tertentu. Artinya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 1 adalah signifikan atau bermakna.

(17)

Berdasarkan gambar 4.5 nampak bahwa, hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan belajar siswa kelas 5, pada siklus 1 mencapai 80,00% (16 siswa) dari seluruh siswa (20), dan 20,00% (4 siswa) dari 20 siswa tidak tuntas dalam belajar IPA KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. KKM yang ditentukan sebesar lebih dari atau sama dengan 80 (KKM ≥ 80). Keadaan ini menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar yang signifikan, yakni dari 0 % meningkat menjadi 80,00 %, yang merupakan peningkatan ketuntasan belajar yang signifikan.

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus 2 1. Perencanaan

Perencanaan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam siklus 2, mendasarkan pada hasil refleksi siklus 1, yakni mengacu pada kelemahan dan kelebihan yang terjadi. Adapun perencanaan yeng disiapkan adalah sama dengan yang telah dilaksnakan dalam siklus 1. Perbedaan yang muncul terletak pada Kompetensi Dasar yang diberikan. Pada siklus 2 menggunakan KD 6.2 Membuat suatu karya/ model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan

20%

80%

Tidak Tuntas Tuntas

Gambar 4.5

Diagram Lingkaran Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5

(18)

menerapkan sifat-sifat cahaya. Dengan demikian soal tes formatif menyesuaikan dengan kompetensi dasar yang diberikan (lihat lampiran 1 RPP dan perangkatnya).

2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pertemuan 1

Pelaksanan tindakan dan observasi siklus 2 pada pertemuan ke- 1 dilaksanakan pada hari Kamis, 9 April 2015 dengan KD 6.2 Membuat suatu karya/ model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan, dan pmenerapkan sifat-sifat cahaya. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Kegiatan awal guru memulai pembelajaran dengan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran seperti mengabsensi siswa, mengatur tempat duduk, mempersiapkan alat tulis di meja. Setelah seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran, guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan gambar alat-alat optik yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari melalui LCD, seperti gambar mata, lup, kamera, periskop, teleskop, dan mikroskop. Siswa nampak lebih bersemangat ketika guru memberikan motivasi sebelum pembelajaran dimulai, yakni dengan mengajak seluruh siswa untuk melakukan tepuk kompak yang diinstruksikan oleh guru. Kemudian guru menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

(19)

kegunaan alat, masing-masing kelompok juga mengemukakan kesulitan yang dialami saat merancang alat bersama kelompok. Dalam kegiatan tersebut seluruh siswa bersemangat dalam mengemukakan kegunaan maupun kesulitan dalam pembuatan lup sederhana. Mereka juga nampak menceritakan kegunaan dan kesulitan dalam pembuatan lup sederhana dengan teman satu kelompok.

Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran dengan tanya jawab tentang kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran. Misalnya dalam langkah-langkah menulis 3 alat optik siswa kesulitan dalam membedakan teleskop, periskop, dan mikroskop. Pada langkah mengemukakan maupun menceritakan kegunaan alat-alat optik ada beberapa alat yang mempunyai kegunaan yang hampir sama seperti kegunaan lup dan mikroskop, teleskop dan periskop. Pada langkah mengemukakan maupun menceritakan kesulitan yang dialami saat merancang lup sederhana, masing-masing kelompok memiliki kesulitan yang berbeda. Dari kegiatan refleksi yang dilakukan, guru dan siswa dapat menarik kesimpulan bahwa alat-alat optik terdiri dari mata, mikroskop, lup, periskop, teleskop, kamera, dan OHP. Kegunaan masing-masing alat sesuai dengan penerapannya. Misalnya teleskop digunakan pada saat melihat benda-benda luar angkasa, sedangkan periskop digunakan dalam kapal selam. Mikroskop lebih teliti dalam mengamati benda-benda kecil dibandingkan dengan lup, namun kegunaan kedua benda ini sama, yakni melihat benda-benda yang ukurannya kecil. Setelah seluruh siswa terlibat dalam kegiatan menyimpulkan pembelajaran, guru menutup pembelajaran dengan do’a dan memberikan tindak lanjut kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dilaksanakan dalam pertemuan kedua.

Pada saat pembelajaran siklus 2 pertemuan ke-1 berlangsung, juga dilakukan pengamatan oleh observer seperti yang dilakukan pada siklus 1 untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan selama pembelajaran berlangsung.

Pertemuan 2

(20)

cahaya. Kegiatan awal dalam pertemuan ke-2 hampir sama dengan yang dilakukan pada pertemuan ke-1, yang nampak berbeda adalah kegiatan motivasi dan langkah-langkah yang disampaikan guru. Perbedaannya terketak pada substansi materi yang diajarkan.

Kegiatan inti guru membagikan teks langkah-langkah pembuatan periskop dan lup sederhana kepada seluruh siswa. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca dan menggarisbawahi istilah-istilah penting yang terdapat dalam teks. Setelah siswa memahami langkah-langkah pembuatan periskop sederhana, guru membagi siswa dalam 4 kelompok untuk membuat periskop dengan bahan-bahan sederhana seperti 2 kotak pasta gigi, 2 buah cermin datar, lem, dan gunting. Siswa nampak lebih bersemangat dalam merancang periskop sederhana yang mereka buat bersama kelompok dengan memperhatiakan setiap langkah dan kegunaan alat dan bahan yang mereka gunakan. Guru dan siswa bertanya jawab untuk membuat tabulasi antara jenis karya yang telah merepa buat baik pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2 dengan alat dan bahan yang digunakan, kegunaan alat, kesulitan dalam pembuatan, dengan sifat-sifat cahaya yang diterapkan. Dengan membuat tabulasi tersebut, siswa dapat merumuskan definisi dari alat-alat optik.

(21)

kepada siswa, yakni siswa diminta untuk mempelajari materi yang telah dilaksanakan dalam pertemuan 1 maupun pertemuan 2.

Pada saat pembelajaran siklus 2 pertemuan 2 berlangsung, juga dilakukan pengamatan oleh observer seperti yang dilakukan pada pertemuan 1 untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan selama pembelajaran berlangsung.

3. Refleksi

Setelah kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke-1 dan ke-2 siklus 2 selesai, maka dilakukan refleksi. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa di dalam mengikuti pembelajaran IPA KD 6.2 Membuat suatu karya/ model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, yang dilaksanakan melalui 2 pertemuan, meliputi observasi terhadap kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Pada pertemuan 1, nampak bahwa 5 kegiatan awal atau 100% kegiatan awal telah dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan inti ada 16 kegiatan yang menjadi fokus dalam pengamatan. Dari 16 kegiatan tersebut, siswa telah melaksanakan semua kegiatan, atau 100% telah dilakukan oleh siswa, 5 diantarannya merupakan langkah-langkah pembelajaran CTL refleksi, yang meliputi kegiatan menulis 3 alat-alat optik, mengemukakan 2 kegunaan dari alat-alat optik, mengemukakan 2 kesulitan dalam pembuatan periskop dan lup, menulis cerita tentang kegunaan alat-alat optik, dan menulis cerita tentang kesulitan dalam membuat periskop dan lup. Dalam kegiatan akhir nampak seluruh kegiatan telah dilakukan dengan baik oleh siswa. Namun dalam pertemuan ke-1 siklus 2 terdapat kekurangan, yakni masih ada 2 siswa yang tidak berani bertanya di kelompoknya, ketika berdiskusi.

(22)

Aktivitas pembelajaran dengan CTL refleksi yang dilakukan oleh guru pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2, seluruh kegiatan juga sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru. Kelebihan yang nampak dari guru adalah telah melakukan seluruh kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP, dan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis CTL refleksi sudah baik. Walaupun masih ada 4 siswa yang membuat keributan di kelas, namun guru sudah nampak tegas dalam memperingatinya. Aktivitas tindakan CTL refleksi pada kegiatan awal, inti dan akhir, seluruhnya sudah dilaksanakan oleh guru, baik pada pertemuan ke-1 maupun pertemuan ke-2.

Hasil Belajar Siklus 2

Hasil belajar pada siklus 2 diperoleh dari tes formatif, pengukuran sikap dan keterampilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis CTL refleksi, meliputi: menulis 3 alat optik, mengemukakan kegunaan alat optik, mengemukakan 2 kesulitan dalam pembuatan alat optik (lup dan periskop), menulis cerita tentang kegunaan alat optik, menulis cerita tentang kesulitan dalam pembuatan lup dan periskop, menggarisbawahi istilah penting yang terdapat pada langkah-langkah pembuatan lup dan periskop, membuat tabulasi antara alat-alat optik, bahan dan alat yang digunakan, kegunaan alat optik, kesulitan dalam proses pembuatan dengan sifat-sifat cahaya yang diterapkan, merumuskan definisi tentang alat-alat optik, dan merefleksi tentang hasil karya yang diciptakan ( periskop dan lup) dan alat-alat optik lain terkait dengan kegunaan, kesulitan, dan sifat-sifat cahaya yang diterapkan.

(23)

No Skor Frekuensi Siswa Persentase (%) mengalami peningkatan dari sebelumnya yakni 65 - 88 menjadi 80 – 99. Dari skor yang diperoleh menunjukkan bahwa seluruh siswa tuntas dalam belajar dengan skor ≥ 80. Peningkatan perolehan skor hasil belajar ini bermakna, karena dalam pembelajaran ada tindakan belajar yang berupa pembelajaran berbasis CTL refleksi, dan siswa terlibat langsung dalam belajar.

Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat disajikan dalam bentuk grafik, melalui gambar 4.6 berikut:

Distribusi Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun

Pelajaran 2014/2015 Berdasarkan Skor Hasil Belajar Siklus 2

Gambar 4.6

Grafik Garis Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun

(24)

Berdasarkan gambar 4.6, nampak bahwa skor 87 paling banyak diperoleh oleh siswa, yakni 3 siswa (15% dari seluruh siswa), 2 siswa memperoleh skor terendah, yakni 81. Dan 1 siswa (5% dari seluruh siswa) memperoleh skor tertinggi, yakni 99.

Berdasarkan distribusi skor hasil belajar pada tabel 4.7, dapat diketahui besarnya skor hasil belajar yang berupa skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata. Secara rinci, deskripsi hasil belajar IPA siklus 2, ditunjukkan melalui tabel 4.8 di halaman berikut.

Tabel 4.8

Deskripsi Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor Rata-Rata Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5

SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun pelajaran 2014/2015 Siklus 2

Berdasarkan tabel 4.8 nampak bahwa skor minimum hasil belajar yang dicapai siswa kelas 5 pada pembelajaran IPA KD 6.2 Membuat suatu karya/ model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya dengan pembelajaran berbasis CTL refleksi sebesar 80, skor maksimum sebesar 99, dan skor rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 87,55. Perolehan ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya pada siklus 1. Artinya peningkatan hasil belajar siswa nampak pada kenaikan skor minimum dari 65 menjadi 80; kenaikan skor maksimum dari 88 meningkat menjadi 99, dan skor rata-rata dari 81,35 menjadi 87,55. Skor hasil belajar yang diperoleh dalam siklus 2, baik skor minimum, skor maksimum maupun skor rata-rata, menunjukkan skor di atas 80, yang merupakan batas minimal ketuntasan 80. Dengan demikian, pencapaian hasil belajar IPA pada siklus 2, telah mencapai ketuntasan belajar 100% atau seluruh siswa (20 siswa) kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II tahun pelajaran 2014/ 2015.

Deskripsi Skor

Skor Minimum 80

Skor Maksimum 99

Skor Rata-rata 87,55

(25)

4.2Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil analisis tindakan pembelajaran berbasis CTL refleksi siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun 2014/ 2015, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas tindakan pembelajaran berbasis CTL refleksi yang dilakukan oleh siswa, dari siklus 1 ke siklus 2, yang ditunjukkan melalui tabel 4.9 di halaman berikut.

Tabel 4.9

Perbandingan Aktivitas Tindakan CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II

Tahun Pelajaran 2014/ 2015 Siklus 1 dan Siklus 2

Aktivitas Kegiatan awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir

S 1 S 2 S 1 S 2 S 1 S 2

F % F % F % F % F % F %

Aktivitas Tindakan CTL refleksi yang dilakukan

3 60,00 5 100 16 100 16 100 2 66,67 0 100

AktivitasTindakan CTL refleksi yang belum dilakukan

2 40,00 0 0 0 0 0 0 1 33,33 0 0

Jumlah Aktivitas 5 100 5 100 16 100 16 100 3 100 0 100

Keterangan : S = Siklus Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.9 nampak bahwa dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh siswa, baik dalam kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

(26)

Gambar 4.7

Grafik Garis Perbandingan Aktivitas Tindakan CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II

Tahun Pelajaran 2014/ 2015 Siklus 1 dan Siklus 2

Berdasarkan gambar 4.7, nampak bahwa perbandingan aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilakukan siswa baik dalam kegiatan awal, inti, maupun akhir setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus 1 kegiatan awal, ada 3 aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan siswa, kemudian meningkat menjadi 5 aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilakukan pada siklus 2. Dalam kegiatan inti baik siklus 1 maupun siklus 2, dari 16 aktivitas tindakan CTL refleksi, seluruhnya telah terlaksanakan, sedangkan dalam kegiatan akhir pada siklus 1, terdapaat 2 aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan siswa, kemudian meningkat menjadi 3 aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan siswa pada siklus 2.

Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis CTL refleksi, ditunjukkan melalui tabel 4.10 di halaman berikut.

0

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2

(27)

Tabel 4.10

Perbandingan Aktivitas Tindakan CTL Refleksi Guru Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II

Tahun pelajaran 2014/2015 Siklus 1 dan Siklus 2

Aktivitas Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir

S 1 S 2 S 1 S 2 S 1 S 2 peningkatan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh guru, baik dalam kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Perbandingan Aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksnakan oleh guru pada siklus 1 dan 2 secara rinci disajikan melalui gambar 4.8 di halaman berikut.

Gambar 4.8

Grafik Garis Perbandingan Aktivitas Tindakan CTL Refleksi Guru Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II

Tahun Pelajaran 2014/ 2015 Siklus 1 dan Siklus 2

Berdasarkan gambar 4.10, nampak bahwa perbandingan aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilakukan guru baik dalam kegiatan awal, inti, maupun akhir

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2

(28)

setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus 1 kegiatan awal, ada 3 aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan guru, kemudian meningkat menjadi 5 aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilakukan pada siklus 2. Dalam kegiatan inti baik siklus 1 maupun siklus 2, dari 16 aktivitas tindakan CTL refleksi, seluruhnya telah terlaksanakan, sedangkan dalam kegiatan akhir pada siklus 1, terdapaat 2 aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan guru, kemudian meningkat menjadi 3 aktivitas tindakan CTL refleksi yang dilaksanakan guru pada siklus 2.

Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil belajar IPA melalui pembelajaran berbasis CTL refleksi, berdasarkan ketuntasan belajar, rata-rata, skor minimum dan maksimum siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II Tahun pelajaran 2014/2015, secara rinci disajikan melalui tabel 4.11 di halaman berikut.

Tabel 4.11

Perbandingan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Berdasarkan Ketuntasan Belajar, Rata-rata, Skor Minimum dan Maksimum

Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun pelajaran 2014/2015 Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

Nilai Keterangan

Prasiklus Siklus I Siklus II F P(%) F P(%) F P(%)

≥80 Tuntas 0 0 16 80 20 100

<80 Tidak Tuntas

20 100 4 20 0 0%

Jumlah 20 100 20 100 20 100 Rata-rata 29,60 81,35 87,55

Minimum 22 65 80

Maksimum 41 88 99

(29)

Berdasarkan tabel 4.11 nampak bahwa hasil belajar yang ditinjau dari ketuntasan belajar, skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata dari pra siklus, ke siklus 1 dan ke siklus 2 selalu mengalami peningkatan.

Peningkatan hasil belajar IPA siswa berdasarkan ketuntasan dari pra siklus, ke siklus 1 dan 2, yang secara rinci disajikan melalui gambar 4.9 berikut.

Gambar 4. 9

Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri

Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun pelajaran 2014/2015 Pra Siklus Siklus 1 dan Siklus 2

(30)

Pada pembelajaran pra siklus, siswa tidak difokuskan pada pembelajaran yang kontekstual. Hasil belajar diukur melalui hasil tes yang merupakan aspek kognitif, sedangkan 2 aspek lainnya yakni aspek afektif dan psikomotor tidak pernah dilakukan pengukuran, yang merupakan bagian dari penentuan hasil belajar. Nampak hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015, untuk mata pelajaran IPA KD 4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda jauh dibawah KKM ≥ 80.

Peningkatan hasil belajar IPA siklus 1 dan siklus 2 terjadi setelah diberikan tindakan berupa pembelajaran berbasis CTL refleksi, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suryanto (2002), bahwa pembelajaran dengan pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL) yang menggunakan bermacam-macam masalah kontekstual sebagai titik awal, yang kemudian siswa dapat belajar sendiri untuk memecahkan berbagai masalah dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuannya. Dalam memecahkan masalah siswa dapat melakukan refleksi seperti yang dikemukakan oleh Agus Suprijono (2009) yakni menulis kata-kata kunci yang akan menjadi bahan pembelajaran dalam potongan kertas, mengemukakan peristiwa penting positif yang berhubungan dengan kata-kata kunci, mengemukakan peristiwa negatif yang berhubungan dengan kata-kata kunci, menceritakan hal-hal positif dari masing-masing peristiwa penting yang telah dialami, menceritakan hal-hal negatif dari masing-masing peristiwa penting yang telah dialami, menggarisbawahi istilah-istilah yang dianggap penting, membuat tabulasi antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, merumuskan definisi dari peristiwa penting yang telah ditemukan, dan merefleksi tentang peristiwa penting.

(31)

Gambar 4.10

Grafik Garis Perbandingan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Berdasarkan Skor Minimum, Skor Maksimum dan Skor

Rata-Rata Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/ 2015

Pra Siklus Siklus 1 dan Siklus 2

Berdasarkan gambar 4.10, nampak bahwa perbandingan hasil belajar IPA mengalami peningkatan berdasarkan (1) skor minimum, antara pra siklus : siklus 1 : siklus 2 adalah 22,00 : 65,00 : dan 80,00, (2) skor maksimum, antara prasiklus : siklus 1 : siklus 2 adalah 41,0: 88,00 : 99,00. (3) skor rata-rata, antara pra siklus : siklus 1 : siklus 2 adalah 29,60 : 81,35 : 87,55.

Perbandingan hasil belajar IPA berdasarkan skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata antar siklus menunjukkan bahwa hasil belajar meningkat. Peningkatan ini dialami juga penelitian yang dilakukan oleh Ardy Meitadi Dwikarindrinata pada tahun 2012, dimana perbandingan hasil belajar mengalami peningkatan berdasarkan (1) skor minimum, antara pra siklus : siklus 1 : siklus 2 adalah 57,00 : 76,00 : dan 86,00, (2) skor maksimum, antara prasiklus : siklus 1 : siklus 2 adalah 87,00: 94,00 : 96,00. (3) skor rata-rata, antara pra siklus : siklus 1 : siklus 2 adalah 71,25 : 89,85 : 92,00. Hal ini tejadi karena langkah-langkah pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL refleksi yaitu, menuliskan peristiwa penting dalam potongan kertas, mengemukakan peristiwa penting yang positif,

(32)

Gambar

 Tabel 4.1
 Gambar 4.1
tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan karena menunjukan keinginan konsumen untuk menggunakan suatu produk pada waktu yang akan datang. Minat menggunakan

Harga tetapan kalorimeter diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter dengan perubahan temperatur .Dengan demikiantetapan kalorimeter(kapasitas panas

Faktor kompetensi karyawan merupakan manfaat utama yang diharapkan nasabah usaha kecil ketika mendapatkan layanan kredit dalam jangka waktu tertentu, diwujudkan dalam

Variabel kepercayaan merek mendapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan variabel kesadaran merek secara parsial berpengaruh pengaruh signifikan

Salah satu peralatan filtrasi batch yang penting adalah Filter Testing Unit, yang ditunjukkan oleh gambar, terdiri dari frame berisi filter media (filter cloth). Filter Testing

Maglev Train ini memiliki beberapa kelebihan disbanding dengan kereta api konvensional yaitu: dalam pergerakannya Maglev Train ini tidak bersentuhan dengan relnya (melayang),

ajaran ajaran islam dalam kehidupan sehari hari do'a-do'a Dhuha hafalan buku prestasi santri Pertemuan hafalan do'a do'a 2.Pengulangan Materi dan.. Hafalan dengan

di sekolahnya. Harapannya, dapat menjadi motivasi bagi siswa lainnya. Para pengajar yang profesional. Modul belajar yang menarik, praktis dan mudah difahami. Lingkungan belajar yang