• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Energi Luar Negri Rusia dalam Mempertahankan Pengaruh di Negara-Negara Baltik: Analisis Kebijakan Energi Gas pada Masa Pemerintahan Vladimir Vladimirovich P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Energi Luar Negri Rusia dalam Mempertahankan Pengaruh di Negara-Negara Baltik: Analisis Kebijakan Energi Gas pada Masa Pemerintahan Vladimir Vladimirovich P"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Pendekatan Konsep Kebijakan Energi

Kebijakan energi merupakah salah satu konsep yang penulis gunakan dalam penelitian

ini. Gas dengan energi yang lainnya merupakan komoditas yang berbeda dan perlu diperlakukan

secara berbeda. Hal ini dikarenakan gas alam lebih sulit pedistribusiannya yang harus sesuai

daerah geografis melalui pipeline. Sedangkan minyak dan batu bara dapat didistribusikan melalui

kapal dengan harga yang murah. Gas alam dapat didistribusikan juga menggunakan kapal namun

harus diubah menjadi Liquid Natural Gas (LNG) dan proses pencairan serta pengangkutan LNG

ini sangatlah mahal hingga mencapai 4-20 Milyar Dollar tergantung dari jarak, lisensi dan

kepentingan negara. Selain itu, berbeda dengan pasar minyak yang mendunia, tidak terdapat

pasar gas dunia, yang ada hanyalah pasar regional, yaitu regional Amerika, Asia dan Eropa

dikarenakan kesulitan tadi.

Melihat kesulitan dalam distribusi gas yang umumnya bergantung pada permintaan

wilayah, maka diperlukan rekonstruksi dari perdagangan gas, terutama bagi perusahaan besar.

Selain itu yang terpenting adalah infrastruktur. Infrastruktur pengiriman gas dan konstruksi pipa

harus dibenahi dan dikembangkan untuk lebih banyak menjangkau negara-negara konsumen

maupun potensial konsumen dengan kalkulasi yang lebih mudah dan terjangkau untuk menjaga

ketahanan energi negara-negara konsumen. Distribusi interegional dengan pipa tetap lebih

disarankan dikarenakan segi ekonomis dan efisiensi jalur geografi darat, namun dengan

populernya LNG, dapat menjadi stimulus pembuka pasar dunia yang dapat dimanfaatkan oleh

perusahaan-perusahaan exportir gas besar dan dapat melebarkan wilayah dagang mereka. IEA

(2012:106-207) menyatakan bahwa dalm 2 dekade, LNG diharapkan telah meningkat

produksinya hingg 2mbd (million barel perday) untuk mencapai pasar dunia.

Negara produsen harus melakukan analisis investasi energi dan pasar yang memiliki tiga

komponen berupa sumber daya, mekanisme institusi dan pemerintah, serta struktur kekuatan dan

transaksi produk dan jasa energi. Mekanisme pemerintahan adalah seting dari rezim yang

berinteraksi dengan sistem energi yang tidak hanya terbatas di pasar dan hukum pemerintahan

(2)

memiliki kekuatan untuk mengontrol produksi atau transit energi, dan aktor mana yang dapat

mempengaruhi pemerintah negara lain untuk mempermudah transaksi. Setelah kedua komponen

siap, maka dapat dilakukan penjualan produk dan jasa energi dalam segi upstream, midstream

dan downstream. Perdagangan energi suatu negara dapat berhasil bila NGO dan masyarakat

bersinergi dengan pemerintah untuk berperan dalam membantu proses interaksi melalui media

sosial

Negara produksi memerlukan Grand Strategy, yaitu perspektif yang lebih luas dimana

energi dan keamanan dapat terjalin, kerangka grand strategy mengungkapkan bagaimana

memasukkan enrgi dalam interaksi antar negara, aktor dan institusi global untuk menunjang

keamanan politik. Grand strategi menjadi konsep yang memberi arahan pada negara untuk

mengkombinasikan alat kekuatan nasionalnya untuk memperngaruhi sistem internasional dan

meningkatkan tujuan keamanan nasionalnya. Umumnya memiliki tiga bagian yaitu pandangan

hasil yang diinginkan (ends); instrumen atau alat untuk mencapai tujuan (ways); dan sumber

daya yang dimiliki untuk menjalankan usaha (means). Grans strategi ini berjalan baik jika dapat

menyatukan visi pemimpin, pembuat kebijakan dan masyarakat, dan satu hal yang perlu

diketahui bahwa energi bukanlah ends namun ways. Maka dari itu, bagi beberapa negara

terutama landlock countries, keamanan politiknya dapat dipengaruhi oleh suplier ketika mereka

hanya bisa mendapatkan suplai energi darat. Sedangkan LNG lewat distribusi laut dapat

diminimalisir politisasinya dikarenakan dapat diberagamkannya suplier LNG dalam suatu

negara, sesuai dengan yang diutarakan Albert Bressand dalam Global Energy Policy (2013).

Grand Strategy akan menjadi titik terpenting dalam kebijakan energi yang penulis

gunakan untuk mengkaji kepentingan energi dan politik Rusia terhadap negara Baltik. Penulis

yakin bahwa energi merupakan ways bagi Rusia untuk dapat meraih ends yang mereka tuju

dalam negara Baltik, ends ini merupakan dominasi di dalam politik negara-negara Baltik. Usaha

dalam menggunakan energi demi mempertahankan dominasi ini memerlukan means yaitu

sumber yang berasal dari pemimpin, sistem, struktur, sejarah, masyarakat dan sebagainya yang

bersinergi untuk menyatukan visi dengan pemimpin untuk mendukung energi sebagai alat

mempertahankan dominasi Rusia dalam negara-negara Baltik. Penulis akan membuktikan ketiga

poin Grand Strategy ini sebagai kebijakan energi Rusia dalam negara-negara Baltik.

Selain itu juga, Rusia harus dapat bersaing dengan PCIs yang semakin memperluas

(3)

bahwa opsi pipa darat masih yang terbaik dikarenakan kondisi negara Baltik, namun Rusia juga

memperluas jangkauan LNGnya ke negara-negara di wilayah lain. Maka Rusia perlu

mengembangkan infrastrukturnya baik darat maupun laut untuk dapat melakukan distribusi

energi dengan sistem yang baik dan lebih unggul dari pada sistem Uni Eropa dan sekutunya.

2.2 Teori Geopolitik

Geopolitik merupakan ilmu georafi yang digunakan untuk keperlian politk suatu negara,

maka dari itu bila sutu negara ingin menguasai wilayah lain, maka harus memiliki pengetahuan

mengenai wilayah itu. Negara-negara besar jelaslah ingin mencapai tujuan nasionalnya dengan

cara menguasai wilayah geopolitik. Kepentingan itu umumnya berupa campuran dari keamanan,

ekonomi, budaya-agama-etnis dan ideologi. Saul Benard dalam bukunya Geopolitics: The

Geograpgy of International Relations (2015), melanjutkan apa yang kita bicarakan mengenai

kekuatan. Terdapat 4 pilar kekuatan yaitu kekuatan militer besar, kekuatan ekonomi,

kepemimpinan ideologi dan sistem pemerintahan. Hal ini menimbulkan beberapa tolok ukur

yang diperhitungkan dalam geopolitik, antara lain: kepadatan penduduk, keadaan alam seperti

cuaca, perubahan iklim dan musim, serta sumber energi. Poin terakhir inilah yang pada saat ini

menjadi faktor yang paling penting yang menimbulkan berbagai konflik karena diperebutkan.

Umumnya aktor-aktor yang terlibat dalam pencarian ini adalah Amerika Serikat, Rusia, Uni

Eropa dan Tiongkok. Halford Mackinder dalam Democratic Ideals and Realities (1919) membuat

istilah heartland. Heartland merupakan wilayah Eurasia, Baltik, Laut Hitamdan Eropa Timur

yang dipercayai memiliki berbagai sumber daya. Mackinder selalu mengatakan siapa yang

menguasai Heartland akan menguasai World-Island, yang meguasai World Island akan

menguasai Dunia. Maka kesimpulannya bila suatu negara dapat menguasai Heartland maka dia

akan menguasai dunia.

Di dalam Geopolitik dikenal sistem shatterbelt, compression zone dan bufferzone. Kedua

hal ini hadir di dalam pemetaan geopolitik dimana peta kekuasaan dunia dapat berubah, terutama

pasca runtuhnya kolonialisme yang akhirnya kini memunculkan kekuatan regional. Menurut

Alfred Mahan (1900) Shatterbelt adalah wilayah yang tercerai karena konflik internal, dan

pecahannya mendapatkan intervensi dari kekuatan besar yang memberi support ekonomi, politik

dan militer pada “kliennya”. Compression zone merupakan areka otonomi yang lebih kecil, yang

terdapat diantara wilayah geopolitik, biasanya zona ini tercerai berai karena perang saudara dan

(4)

wilayah yang umumnya memiliki kekuatan dominan, bufferzone bersifat netral dan sebagi

jembatan atau pintu dan penetral dari kedua wilayah yang berpotensial menimbulkan koflik.

Michael Mann (1984) menyatakan bahwa dengan kemampuan suatu negara untuk

membentuk organized servis secara teritorial dan terpusat yang tidak bisa dibuat oleh organisasi

lain, menyebabkan negara teritori tidak hanya terbentuk dari elit negarawan. Ini menjadi sumber

kekuatan otonomi didalam peran kepemimpinannya. Namun otonomi relevan ini bergantung

pada negara yang mampu memberikan layanan yang tidak bisa diberikan dengan cara lain. Hal

ini akan menantang rezim dan negara sendiri ketika negara tidak bisa berganung dalam

pengiriman barang.

Rusia dan Uni Eropa sama-sama menginginkan kekuasaan di ketiga negara Baltik dan

memiliki pengetahuan mengenai kondisi geografi negara-negara Baltik dan sekitarnya. Penulis

akan menggunakan teori geopolitik tradisional dalam membahas mengenai nilai strategis negara

Baltik bagi Rusia dan Uni Eropa. Uni Eropa menginginkan Baltik sebagai wilayah perluasan Uni

Eropa atau UE Enlargement yang diambil dari pengaruh Rusia. Rusia dan wilayah pengaruhnya

serta Asia, atau yang sering disebut Eurasia selalu dianggap menjadi ancaman oleh Eropa Barat,

seperti yang diutarakan ileh Halford Mackinder. Maka dari itu, wilayah itu oleh James

Fairgrieve disebut dengan heartland yang kemungkinan akan didominasi oleh Tiongkok dan

sekutunya, yang tidak lain adalah Rusia. Hal ini yang ingin diambil oleh Uni Eropa.

Penulis akan membuktikkan bahwa Russia memanfaatlkan ketiga negara Baltik sebagai

Shatterbelt dimana Rusia memberikan support ekonomi, politik dan militer kepada

negara-negara Baltik. Dengan kondisi Shatterbelt ini semestinya Baltik merasa diuntungkan karena

mendapatkan hubungan patron-klien yang menguntungkan. Hal ini akan menggambarkan

kepentingan Baltik bagi Rusia. Rusia tidak akan melepaskan kekuasaannya dari Baltik yang

merupakan wilayah “Heartland” kepada Uni Eropa, Rusia pasti akan mempertahankan kekuasannya dalam wilayah Shatterbeltnya. Sesuai dengan analisis Mann pula bahwa layanan

energi Rusia memang berbeda dan lebih baik dari Uni Eropa dikarenakan sistem pemerintahan

energi Rusia yang berbeda dengan Uni Eropa. Uni Eropa tercerai berai dengan keinginan

negara-negara anggotanya secara individu, sedangkan Rusia dengan otonomi terpusat Vladimir Putin

memberikan kerangka yang lebih kuat yang membuat proyek energinya berjalan lebih lancar dari

(5)

menjadi pertimbangan juga bagi negara Baltik dilihat dengan ketergantungannya kepada energi

Rusia.

2.3 Teori Kebijakan Luar Negri

Kebijakan luar negri suatu negara dapat diukur dari beberapa faktor untuk mencapai

suatu tujuan yang diharapkan baik bagi negaranya. Dalam buku Foreign Policy Analysis: A

Comparative Introduction (2007), Beurning menjelaskan bahwa tujuan dari kebijakan luar negri

ini usaha untuk menjaga dan mempertahankan kekuatan dan keamanan negara itu sendiri,

dengan cara membangun kerjasama ekonomi-perdagangan antar negara. Dikarenakan kekuatan

ekonomilah yang kini memperkuat suatu negara selain kekuatan keamanan. Kebijakan sering

dipandang dari segi rasionalitas dan baik buruknya keputusan kebijakan. Rasionalitas dan

keputusan kebijakan yang baik merupakan konsep utama yang dianggap penting bagi masyarakat

awam. Rasionalitas dilihat dari pemilihan kebijakan apakah dipandang logis dengan tujuan dari

pemimpin tersebut. Keputussan yang baik dilihat dari bagaimana hasil dari keputusan tersebut,

apakah disenangi atau tidak, bila iya maka akan dianggap keputusan yang baik.

Menurut Hudson dalam Foreign Policy Analysis : Yesterday, Today, Tomorrow (1995)

dinyatakan bahwa FPA tidak mengkaji sepenuhnya kebijakan dari negara namun lebih kepada

aktor-aktor dan unit yang membentuk negara dan membuat keputusan. FPA melalui aktor

amatannya akan mencari penjelasan mengenai pilihan, keputusan, dan perilaku. Pilihan

berbentuk beberapa tingkatan pilihan dari kebijakan yang ada. Keputusan merujuk pada pilihan

yang akhirnya digunakan oleh pemerintah sebagai kebijakan, untuk menganalisa pengambilan

keputusannya, harus diketahui latar belakang, sudut pandang dan kepribadian dari pemimpin.

Terakhir adalah perilaku kebijakan luar negri yang merupakan aksi yang dilakukan untuk

mempengaruhi perilaku aktor ekternal atau untuk melindungi keuntungan negara, seperti kenapa

suatu negara melindungi kepentingan internalnya bukan menyebarkan pengaruh global, hal ini

dikarenakan hasil tidak hanya dinilai dari pemimpin yang membuat kebijakan namun juga dari

reaksi aktor-aktor internasional.

Pemimpin negara tidak sendiri saat membuat kebijakan, mereka akan dibantu dengan

deretan penasehat dan birokrasri. Hukum dan dasar negara juga umumnya memberi arahan bagi

perilaku kebijakannya. Sehingga ada beberapa faktor yang harus ditengarai perihal kebijakan

luar negri, tidak hanya kepribadian dan motif pemimpin saja, namun juga faktor negaranya.

(6)

sudut pandang dan motivasi presiden ditambah denan institusi domestik, opini publik,

kepentingan nasional dan dasar negara. Maka dalam bukunya, dibagi tiga tingkatan analisa yaitu

individu, negara dan sistem internasional.

Menurut Hudson (1995), selain karakter individu pemimpin dan birokrasi serta organisasi

politik yang membentuk kebijakan, mereka juga harus memperhatikan karakter nasional dan

masyarakat. Di dalam karakter ini, masuk juga atribut negara seperti kekayaan, sistem

ekonomi.akuntabilitas politik dan sebagainya. Karena negara yang bersifat satu belum tentu akan

betindak sama dengan yang lain, contoh negara dengan ekonomi tinggi akan lebih berani

melakukan perang daripada negara ekonomi rendah. Serta karakter nasional dan institusi tersebut

oleh beberapa ahli FPA akan diamati lebih dalam demi menganalisa kebijakan luar negri. Selain

itu juga ciri maasyarakatnya akan dipelajari untuk melihat bagaimana hubungan masyarakat

dengan kebijakan dalam negri berpengaruh pada kebijakan luar negrinya.

Maka dalam pengkajian kebijakan luar negri energi Rusia terhadap Baltik, penulis harus

mengkaji mulai dari sejarah kebijakan energi periode Uni Soviet, kemudian kebijakan energi

Boris Yeltsin pada tahun 1991-1999, Vladimir Putin Periode 1 pada tahun 2000-2008, pada masa

Dmitry Medvedev pada tahun 2008-2012, dan kini pada masa Vladimir Putin Periode II pada

tahun 2012-2018. Presiden Vladimir Putin berada pada masa dibentuknya kebijakan energi baru

PCIs Uni Eropa yang mampu melumpuhkan perdagangan energi Rusia kepada negara-negara

dan melumpuhkan dominasi Rusia terhadap negara-negara Baltik, maka dari itu Presiden Putin

diharuskan membuat kebijakan baru demi memperkuat kembali dominasi Rusia di negara-negara

Baltik. Analisa selain dilakukan mendalam pada tujun dan latar belakang Putin, namun juga pada

sistem negara, kepentingan nasional,karakter negara dan juga karakter dari negara-negara Baltik,

untuk dapat melihat kebijakan apa yang telah dilakukan dan kebijakan apa yang sebaiknya

dilakukan untuk mengembalikan dominasi energi gas Rusia di dalam ketahanan negara-negara

Baltik.

2.4 Penelitian Terdahulu

Zeyno Baran, Jurnal EU Energy Security: Time to End Russian Leverage, dalam The

Washington Quarterly, Agustus 2007

1. Rusia menekankan kepentingan pada Eropa karena memanfaatkan kebergantungan

(7)

mengurangi ketergantungan. Pemberagaman akan diambil dari Kaukasus dan Asua

Tengah.

2. Rusia tetap melebarkan strategi energinya untuk mendominasi Eropa dan Eurasia, dengan

memnandingi pipa-pipa minyak dan gas UE yang melewati Kaspian maupun Laut Hitam.

Dengan tandingan ini, maka UE selalu mencoba koordinasi sytuktur baru, namun

negara-negara Asia Tengah selalu bekerjasama dengan Rusia dalam hal energi.

3. EU dianggap akan sulit menandingi pipeline Rusia karena EU tidak begitu bersatu

sedangkan Rusia sangatlah kuat dalam keorganisasian negaranya. UE harus mempererat

persatuannya daengan Asia Tengah.

Dr. Agnia Grigas, Energy Policy, The Achilles Heel of the Baltic States. The Baltic States in the

EU: Yesterday, today and tomorrow, Notre Europe, Juli 2013.

1. Baltik terisolasi dari pasar energi UE dan 100% bergantung pada Rusia, menjadi titik

kelemahan UE. Dengan Proyek PCIs maka Baltik akan digabungkan melalui BalticConnector

Pipeline, serta pipa minyak dan listrik lainnya. Namun Baltik sendiri masih memiliki masalah

ekonomi dan politik dalam negri yang menyebabkan kebergantungan dengan Rusia. UE yang

selama ini jauh dari jangkuan Baltik harus bersatu untuk menolong melawan dominasi Gazprom.

Baltik sendiri tidak bersatu sehingga UE harus membantu negosiasi dengan exporter dan investor

asing untuk mencegah perselisihan sumber, seperti yang terjadi dengan Estonia dan Latvia.

2. Kurangnya strategi dan manajemen reservasi krisis EU akan membuat Rusia masih tetap

mampu melanjutkan tekanan pada Baltik, dan menyebabkan independensi EU dari Rusia akan

gagal, maka dari itu negara Baltik masih merupakan kelemahan dari proyek ini.

Agnia Grigas, Jurnal: The Gas relationship between the Baltic Sttes and Russia: Politics and

Commercial Realities. Oxford Institue for Energy Studies, Oktober 2012.:

1. Negara-negara Baltik sangatlah bertumpu pada gas Rusia. Kesuksesan investasi sektor

gas Rusia sangat besar di Baltik melalui GazpromBaltik juga menerima harga subsidi dari

Gazprom, dan akan menghentikan subsidi bila Baltik melanggar kerja sama.

2. EC menginvestigasi hal ini karena disinyalir Moscow menginginkan terjalinnya ikatan

kepada Baltik, memiliki kepentingan dan mengontrolnya lewat gas. Ini terjadi karena

(8)

3. Kebergantungan Baltik disebabkan oleh tidakmampunya pemerintah untuk menyokong

ekonomi untuk investasi infrastruktur energi. Pengaruh Moscow akan terus menurun

karena adanya LNG yang menyebabkan posibilitas pembelian jarak jauh, hal ini akan

menurunkan pengaruh Rusia, maka Rusia harus memastikan kemajuan LNGnya lebih

dari suplier lain.

Chikitta Carnelian: Kebijakan Energi Luar Negri Rusia Dalam Mempertahankan Pengaruh di

Negara-Negara Baltik

1. Penulis akan menjelaskan mengenai pentingya negara Baltik bagi Rusia dan Eropa dalam

bidang energi dan politik, dan sebaliknya pula seberapa penting Rusia bagi negara Baltik.

2. Penulis membahas mengenai kebijakan-kebijakan luar negri energi Rusia dari masa kemasa,

untuk melihat hubungan dan ketergantungan negara Baltik. Penulis akan menjabargan Grand

Strategy Rusia yang memanfaatkan energi demi mempertahankan kekuasaan di Baltik untuk

meraih tujuan nasional.

3. Penulis mengkaji keselarasan kebijakan energi luar negri Rusia pada masa pemerintahan

Vladimir Putin dengan grand strategy Rusia. Analisis akan dilakukan secara linear indvidual

sesuai dengan teori Foreign Policy Analysis untuk mengkaji latar belakang dan perspektif Putin

serta birokrat Rusia. Di hasil akhir, penulis berharap dapat memberikan saran kebijakan luar

negri energi apa yang dapat ditambahkan Rusia, untuk dapat meneruskan pertahanan

(9)

2.5 Kerangka Pikir

Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Karena hal inilah maka dalam makalah ini kami akan membahas tentang pemanasan global dan penyimpangan pola cuaca seperti El Nino & La Nina, hal-hal

Soni Harsono, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak mencurahkan perhatian dan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, keuletan serta

Dan untungnya pemerintah telah sadar akan hal ini maka, dengan membuat Iklan Layanan Masyarakat ini saya bertujuan membantu pemerintah untuk penyuluhan akan pentingnya pohon

Hasil penelitian tersebut tidak selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephanie dkk (2013), menjelaskan bahwa celebrity endorser tidak memiliki

Tenaga kerja adalah faktor produksi yang hidup, dinamis dan sekaligus merupakan kesatuan ekonomis, psikologis dan sosial, hal ini berarti bahwa tenaga kerja

Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan intimotorik batang otak, dan

Merujuk dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disarankan, agar instansi yang terkait di Kabupaten Lombok Barat memberikan memahaman lebih mendalam tentang

Peran penting LPD sangat di rasakan oleh masyarakat Bali terutama untuk mendukung kegiatan yang berkaitan dengan Desa Pekraman seperti odalan, hari raya besar