• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA SPANDUK DAN BALIHO KAMPANYE CALON LEGISLATIF 2009 DI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA SPANDUK DAN BALIHO KAMPANYE CALON LEGISLATIF 2009 DI SURAKARTA"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA SPANDUK

DAN BALIHO KAMPANYE CALON LEGISLATIF 2009

DI SURAKARTA

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan

Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Oleh:

Hananto Bangun Laksono NIM C0104011

JURUSAN SASTRA DAERAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA SPANDUK DAN

BALIHO KAMPANYE CALON LEGISLATIF 2009 DI

SURAKARTA

Disusun oleh:

HANANTO BANGUN LAKSONO NIM C0104011

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sri Mulyati, M.Hum. Dr. Sumarlam, M.S. NIP 195610211981032001 NIP 196203091987031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sastra Daerah

(3)

PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA SPANDUK DAN

BALIHO KAMPANYE CALON LEGISLATIF 2009 DI

SURAKARTA

Disusun oleh:

HANANTO BANGUN LAKSONO NIM C 0104011

Telah Disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal:

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

(4)

MOTTO

Ø Harap dan takut ini merupakan dua sayap, yang merupakan sarana pendakian orang-orang yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah menuju setiap peringkat yang terpuji. Juga, merupakan dua pisau, yang dengan keduanya, orang membedah titian jalan akhirat memotong setiap tebing yang sulit didaki

(Al Ghazali, 2007, 257). Ø Atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan

kecuali dengan pertolongan Allah.

(5)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk orang-orang terkasih:

(6)

PERNYATAAN

Nama : Hananto bangun Laksono NIM : C0104011

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul penggunaan bahasa

Jawa pada spanduk dan baliho kampanye calon legislatif 2009 di Surakarta adalah

betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 12 Januari 2010 Yang membuat pernyataan

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah swt. atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak tidak bisa mewujudkan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret beserta staf yang telah memberi izin dan kesempatan, serta motivasi yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Imam Sutarjo, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan arahan, nasihat dan mendorong penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

(8)

4. Dra. Sri Mulyati, M.Hum. selaku Pembimbing Akademik dan juga menjadi pembimbig pertama yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan motivasi kepada penulis di masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini.

5. Dr. Sumarlam, M.S., selaku pembimbing kedua yang telah membimbing penulis secara optimal dengan segenap perhatian, kearifan, dan kesabaran. Sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak dan ibu dosen Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaaat bagi penulis.

7. Kepala dan staf Perpustakaan Pusat dan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan pelayanan-pelayanan dan referensi yang bermanfaat kepada penulis sehingga membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini.

8. Ibu dan kakak-kakakku terima kasih atas semangat yang diberikan.

9. Mas-mas dan adik-adik tercinta, yang selalu memberi motivasi dan membantu penulis dalam mengumpulkan dan mencari data, serta menjadi pendengar yang baik semua keluh kesah penulis.

10.Semua teman-teman angkatan 2004, terima kasih selalu memberi dukungan dan selalu membuat penulis tertawa saat penat itu datang.

(9)

Semoga kebaikan dan bantuannya mendapatkan berkah dari Allah swt. Amin. Penulis merasa bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran, kritik dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun para pembaca dan pihak-pihak lainnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 12 Januari 2010

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. LANDASAN TEORI ... 10

A. Pengertian Wacana ... 11

B. Pengertian Wacana Bahasa Jawa ... 12

C. Jenis Wacana ... 12

D. Konsep Iklan ... 18

E. Sintaksis ... 25

F. Pengertian Semantik ... 25

G. Kalimat ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Data ... 32

B. Jenis Data ... 32

(11)

D. Populasi Data ... 32

E. Sampel Data ... 33

F. Metode Pengumpulan Data ... 39

G. Metode Analisis Data ... 40

H. Metode Pemaparan Hasil ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Klasifikasi Baliho dan Spanduk dalam ejaan kalimat Partai yang benar Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta... 46

B. Wujud Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta ... 56

1. Bentuk Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta yang berupa Kalimat Tunggal ... 113

2. Bentuk Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta yang berupa Kalimat Jamak... 133

C. Fungsi Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta ... 151

BAB V PENUTUP... 192

A. Simpulan ... 192

B. Saran ... 193

DAFTAR PUSTAKA ... 194

(12)

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

A. Daftar Singkatan

BUL : Bagi Unsur Langsung. Swt. : Subhanahu wa Ta’ala.

Wr. Wb. : Warohmattullahi wabarrokatuh.

B. Daftar Tanda

(…….) : Tanda kurung sebagai pengapit keterangan. ‘…….’ : Glos sebagai pengapit terjemahan.

(13)
(14)

Lampiran 30 ... 203

Permasalahan dalam penelitian ini meliputi; (1) Bagaimanakah Klasifkasi Baliho dan Spanduk dalam ejaan kalimat partai yang benar kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta? (2) Bagaimanakah Wujud penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta, dan (3) Bagaimanakah Fungsi penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif Tahun 2009 di Kota Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan Klasifkasi Baliho dan Spanduk dalam ejaan kalimat partai yang benar kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta (2) Mendeskripsikan Wujud penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta, dan (3) Mendeskripsikan Fungsi penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif Tahun 2009 di Kota Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode distribusional, data yang digunakan adalah data tulis dan sumber data berasal dari pemotretan baliho dan spanduk di sepanjang pinggir jalan protokol di kota Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta yang menggunakan bahasa Jawa. Data dalam penelitian ini adalah Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta terpilih dari pemotretan Baliho berbahasa Jawa yang terdapat pada sumber data.

(15)

Pertama Klasifkasi Baliho dan Spanduk dalam ejaan kalimat partai yang benar kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta Kedua, Wujud penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta. Di antaranya; (1) Bentuk Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 Kota di Surakarta yang berupa Kalimat Tunggal, (2) Bentuk Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta yang berupa Kalimat Jamak. Ketiga, Fungsi penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(16)

Manusia memakai bahasa dalam wujud kalimat yang saling berkaitan, kalimat pertama menjadi acuan kalimat yang kedua kalimat yang kedua menjadi kalimat yang ketiga, mengacu kembali ke kalimat yang pertama dan seterusnya keterkaitankalimat-kalimat tersebut menghubungkan kesatuan yang disebut wacana (Moeliono, 1988, h: 334).

Studi tentang wacana merangkum berbagai masalah, seperti konteks wacana unsur-unsur wacana, kohesi koherensi, keterbacaan, implikatur, praanggapan dan lain sebagainya. Samsuri dalam Kridalaksana menerangkan bahwa wacana iklan adalah satuan bahasa terlengkap dalam herarki gramatikal merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar (1990, h: 55). Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dalam hieraki gramatikal, yang didalamnya terdapat rentetan kalimat yang saling berkaitan satu sama lain, dengan koherensi dan kohesi, sehingga membentuk satu karangan yang utuh. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa koherensi menekankan pada pertautan makna, dengan maksud pengertian yang satu menyambung pengertian yang lain secara berturut-turut dan serasi. Sedangkan kohesi merujuk pada perpaduan bentuk, artinya kalimat yang dipakai tersebut berkaitan secara padu.

(17)

menitik beratkan pada hasil, yakni hasil memfoto kebahasaan yang utuh dalam peristiwa komunikasi, baik yang berupa gambar atau tulisan.

Dalam kehidupan didunia ini, manusia yang satu tidak akan lepas dengan manusia yang lainnya. Mereka selalu berkomunikasi untuk menunjang kehidupannya, hal ini bisa kita rasakan sendiri, betapa manusia itu sangat tergantung kepada manusia yang lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Komunikasi merupakan proses penyampaian amanat (message) dari seseorang (penyampai) lewat suatu saluran. Sebagai alat penyalur (penyampai) amanat tersebut, orang mempergunakan bahasa.

Dalam berkomunikasi, orang dapat mempergunakan bahasa lisan. Berkomunikasi dengan bahasa lisan, interaksi dapat disampaikan dengan sejelas-jelasnya dan dengan mudah dapat diterima oleh pendengar (penerima). Kemungkinan salah paham dapat dihindari, karena dalam bentuk bahasa lisan, kecuali menggunakan unsur – unsur bahasa yang berupa suprasegmental yaitu intonasi. Unsur suprasegmental ini akan memperjelas amanat pembicara yang akan disampaikan kepada pendengar (penerima). Selain bahasa lisan dan bahasa tulis, masih ada komunikasi yang lain yaitu bahasa isyarat. Tetapi untuk bahasa tulis dan bahasa isyarat tidak akan dibicarakan disini.

(18)

dunia periklanan atau pemakaian bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

Pilihan kata dalam Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 yang menggunakan bahasa Jawa tersebut, berbeda dengan pemakaian dalam khotbah, sedang bahasa khotbah akan berbeda dengan bahasa doa, bahasa lawak, bahasa pidato, dan sebagainya. Masing-masing akan mempergunakan bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan sifat-sifat khas kebutuhan pemakainya. Karena bahasa iklan merupakan salah satu wadah pemakaian bahasa secara khusus, bentuk bahasa Jawa dalam Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta ini dituntut dapat mencerminkan sikap dan maksud pemakai bahasa. Melalui bahasa iklan, penikmat akan dapat dengan mudah serta jelas dalam memahami maksud dari penyampai iklan.

Menurut M. Manullang, reklame (iklan) adalah setiap perbuatan yang berusaha memberitahukan sesuatu hal atau barang, dengan maksud untuk menarik dan menimbulkan perhatian orang terhadap hal atau barang tersebut. Sedangkan Tams Djajakusumah juga mengemukakan pendapatnya bahwa iklan merupakan suatu usaha manusia dalam memberikan informasi tentang suatu barang produksi atau produksi jasa kepada manusia lainnya.

(19)

kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta yang harus bersifat komunikatif, maksudnya dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat.

Dari runtutan-runtutan di atas, maka bahasa jawa yang dipergunakan dalam iklan sering mengalami penyimpangan dari kaidah – kaidah bahasa Jawa baku. Hal itu bisa kita temukan baik dari kosa kata maupun dari struktur kalimatnya. Penyimpangan – penyimpangan ini sangat tergantung kepada pemakai bahasanya. Dengan demikian bahasa tersebut akan melibatkan pihak produsen atau pembuat iklan yaitu penyampai pesan (amanat) maupun pihak calon konsumen yaitu penerima pesan (amanat). Dengan keterlibatan pihak – pihak itu, maka untuk pemecahannya diperlukan suatu bidang ilmu yang khusus yaitu bidang ilmu Sosiolinguistik. Menurut P.W.J. Nababan, “ Sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek – aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan – perbedaan (variasi) yang terdapat didalam bahasa yang berkaitan dengan faktor – faktor kemasyarakatan (sosial)”. Melalui bidang sosiolinguistik akan diketahui faktor – faktor yang melatar belakangi pemakaian bahasa jawa dalam iklan sehingga menyimpang dari kaidah – kaidah bahasa baku.

(20)

Jawa, dan Soepomo Poedjosoedarmo tentang Kode dan Alih Kode (1977), Tingkat Tutur Masyarakat Jawa (1979). Hal tersebut di atas difokuskan pada struktur kebahasaan yang dianalisa secara deskriptif dan wacana.

Bahasa Jawa merupakan alat untuk berkomunikasi bagi masyarakat kususnya orang Jawa. Fungsi bahasa untuk berkomunikasi yang dilakukan secara lisan. Komunikasi lisan antara lain dilakukan dalam percakapan antara anggota keluarga, kemudian dengan teman akrab. Bahasa Jawa selain sebagai alat komunikasi juga dapat digunakan sebagai media untuk berkreativitas dari ide gagasan seseorang. Pikiran ide yang muncul pada tiap-tiap orang itu pada mulanya bersifat subjektif, karena yang merasakan dan mengetahui hanya pada diri seorang saja. Selanjutnya dari pikiran-pikiran itu dapat menimbulkan suatu gagasan atau tanggapan terhadap suatu masalah diluar dirinya. Suatu gagasan bila diwujudkan dalam bahasa akan bersifat objektif. Namun apabila gagasan itu diwujudkan bahasa komunikasi yang bersifat iklan akan dapat disebar luaskan melalui media cetak Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Berbahasa Jawa pada Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

(21)

bahasa berdasar pilihan kata atau diksi dalam iklan berbahasa Jawa. Selain itu ada unsur-unsur kata serapan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa dalam wacana iklan berbahasa Jawa. Penyerapan dari unsur-unsur bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa itu terjadi karena antara bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dipakai masyarakat yang sama oleh penutur yang sama pula.

Iklan merupakan hasil suatu produk dan juga alat untuk menginformasikan sesuatu. Untuk membuat iklan seseorang memerlukan unsur seni, agar hasilnya dapat diterima oleh masyarakat luas. Untuk mengiklankan hasil produksi agar benar benar meyakinkan pada masyarakat, maka iklan memakai bahasa singkat dan jelas, menggunakan bahasa yang menarik bagi masyarakat luas dan barang yang ditawarkan dalam keadaan yang sebenarnya. Dilihat dari segi fungsinya, seni adalah sarana untuk mengobjektifkan pengalaman batin, sehingga dapat dipahami maknanya. Kondisi yang menggambarkan fungsi lain bagi seni yaitu sebagai media komunikasi. Seni dapat diartikan sebagai media berkomunikasi untuk berekspresi dan berkreasi, serta memberi tanggapan manusia terhadap rangsangan luar. Karya seni yang memerlukan sentuhan seni yaitu iklan, bentuk iklan yang menonjolkan gaya bahasa berdasar pilihan kata yang kadang-kadang sulit dipahami oleh masyarakat luas. Untuk memahami bahasa iklan, diperlukan waktu yang lama untuk memahami maksud iklan tersebut.

(22)

sarana atau wahana bagi para pembaca untuk menyampaikan ide, kritik, gagasan dan keinginannya, seperti dalam penulisan; reportase, artikel, opini, kolom, tajuk rencana atau editorial, surat pembaca, tulisan pojok dan sebagainya (Sri Rubiyanti, 2001: 2). Selain penyajian berita (informasi) dalam bentuk tulisan ataupun artikel, juga dapat berupa gambar, seperti foto, sketsa, tabel, peta, dan sebagainya, yang dalam penyajiannya selalu diikuti oleh deretan kalimat yang menyertai dan berfungsi untuk menerangkan gambar (Muncar Tyas Palupi, 2007: 4).

B. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan agar tidak melebar, maka penulis membatasi analisisnya adalah Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta yang terpampang disepanjang jalan di Kodya Surakarta.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Bagaimanakah Klasifikasi Baliho dan Spanduk dalam ejaan kalimat Partai yang benar Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta?

(23)

c. Bagaimanakah Fungsi Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk mengetahui sejauh mana pemakaian bahasa Jawa dalam iklan, sedang tujuan khususnya ialah :

1) Mendeskripsikan Klasifikasi Baliho dan Spanduk dalam ejaan kalimat Partai yang benar kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta. 2) Mendeskripsikan Wujud Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan

Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

3) Mendeskripsikan Fungsi Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitan ini diharapkan dapat berguna dalam dua hal, yaitu: 1. Manfaat teoretis. Penelitan ini diharapkan memberikan sumbangan yang

(24)

2. Manfaat praktis, manfaat praktis yang dapat diambil dalam penelitian wacana pemakaian bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta pada papan Baliho yang berbahasa Jawa adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca dalam memahami isi wacana Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta pada papan baliho. b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkait,

seperti pembaca atau penyimak penelita ini.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pembuat baliho dan spanduk kampanye berbahasa Jawa.

d. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan acuan untuk peneliti berikutnya dan dapat menambah wawasan linguistik.

F. Sistematika Penulisan

Penulis dalam penelitian ini dikelompokkan dari bab pertama hingga bab terakhir akan membicarakan masalah-masalah yang berbeda, tetapi masih dalam satu kaitan permasalahan.

(25)

Bab kedua kajian teoretik, berisi tentang teori-teori dan pengertian pokok yang meliputi tentang wacana, jenis wacana dan konsep iklan.

Bab ketiga merupakan inti dari penulisan ini, dikemukakan asal data diperoleh, bagaimana mencarinya, cara mengklasifikasi data serta cara pengolahan data, sehingga pengolahan hasil data dapat diketahui.

bab keempat analisis data , berisi tentang analisis penggunaan bahasa jawa pada spanduk dan baliho hasil penelitian dan pembahasan klasifikasi, wujud dan fungsi penggunaan bahasa jawa pada spanduk dan baliho kampanye Calon Legislatif Tahun 2009 di Surakarta

Bab kelima Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran sesuai dengan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Wacana

(26)

atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi, yang berkesinambungan dan mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis (Henry Guntur Taringan, 1987:27).

Secara terminologis wacana ini diartikan sebagai suatu rentetan suatu kalimat yang menghubungkan proposisi yang lain dan membentuk suatu kesatuan (Anton M Moelino, 1987:334). Kesatuan yang dimaksud ini adalah kesatuan makna, artinya rentetan kalimat ini membentuk kepaduan makna secara utuh.

Disisi lain dalam buku yang berjudul Sosiolinguistik dan Psikolinguistik (suatu pengantar) diberikan penjelasan sebagai berikut wacana adalah rekaman yang utuh tentang peristiwa komunikasi lisan atau tertulis. Wacana ini mungkin bersifat transaksional dan mungkin bersifat interaksional (Azhar dan Napitulu, 1994:27). Wacana yang transaksional dapat berupa pidato, ceramah, deklamasi, dan sebagainya. Sedangkan wacana lisan yang interaksional berupa percakapan, perdebatan, tanya jawab, dan sebagainya.

Berbeda dengan wacana tulis yang tersaji pada buku atau majalah. Dikatakan transaksional apabila wacana tersebut sejenis dengan intruksi, iklan tertulis, surat kabar, dan thesis. Sedangkan wacana tulis yang interaksional berupa naskah drama, naskah dialog, polemik, dan sebagainya.

(27)

diatas dapat disimpulkan bahwa suatu wacana tidak hanya merupakan kumpulan atau rentetan kalimat, akan tetapi rentetan kalimat yang saling berkaitan antar-kalimat yang satu dengan antar-kalimat yang lain yang membentuk satu kesatuan informasi.

Dalam pengertian yang lain wacana adalah seperangkat kalimat tersebut diterima oleh pemakai bahasa sebagai suatu keseluruhan yang relatif lengkap (Dendy Sugono, 1995:191). Wacana yang baik mengandung kepaduan atau kohesi. Di samping itu harus terdapat keberaturan penyusun, sehingga lebih mudah dipahami orang lain. Agar terjadi kekohesifan dalam wacana, maka dapat digunakan aneka sarana kohesi.

B. Pengertian Wacana Bahasa Jawa

Wacana bahasa Jawa merupakan satuan bahasa yang terlengkap yang berupa rentetan kalimat kohesi dan koherensinya tinggi, yang berkesinambungan membemtuk suatu kesatuan makna yang utuh dan lengkap, baik secara lisan maupun tulisan, yang diungkapkan kedalam bahasa Jawa.

C. Jenis Wacana

(28)

digunakan, jenis pemakaiannya dan cara serta pemaparanya. Jenis-jenis wacana sebagai berikut :

1. Berdasarkan bahasa yang dipakai untuk mengungkapkan, wacana dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Wacana bahasa Jawa b. Wacana bahasa Indonesia c. Wacana bahasa Inggris d. Wacana bahasa Belanda

e. Wacana yang diungkapkan dengan bahasa lain

Wacana bahasa Jawa yaitu wacana yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa Jawa. Demikian juga dengan bahasa-bahasa yang lain.

2. Berdasarkan media yang digunakan maka wacana dapat dibedakan atas :

a. Wacana tulis, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui media tulis.

b. Wacana lisan, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau melalui media lisan.

3. Berdasarkan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa, maka Baliho dan Spanduk yang digunakan adalah berupa wacana tulis berbahasa Jawa.

(29)

a. Wacana narasi, yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi ini berorientasi pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis.

b. Wacana deskripsi, yaitu wacana yang bertujuan melukiskan atau menggambarkan atau memberikan sesuatu menurut apa adanya.

c. Wacana eksposisi atau wacana pembeberan, yaitu wacana yang tidak mementingkan urutan waktu atau penutur. Wacana ini berorientasi pada pokok pembicaraan dan bagian-bagiannya diikat secara logis.

d. Wacana argumentasi, yaitu wacana berisi ide atau gagasan yang dilengkapi dengan data-data sebagai bukti, yang bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran ide atau gagasan.

e. Wacana persuasi, yaitu wacana atau tuturan yang isinya berupa ajakan atau nasehat, biasanya ringkas dan menarik serta bertujuan untuk mempengaruhi secara kuat kepada pembaca atau pendengar agar melakukan nasehat atau ajakan tersebut (Sumarlam,1996, h. 17-21).

(30)

Menurut Fatimah Djajasudarma (1994, h: 6), jens wacana dapat dikaji dari segi ekstensi atau realitasnya, media komunikasinya, cara pemaparannya, dan dari jenis pemakaiannya.

1. Berdasarkan realitasnya, wacana ada dua, yaitu berupa :wacana verbal dan non verbal, wacana verbal yaitu rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan non bahasa (yakni rangkaian isyarat) (Fatimah Djajasudarma, 1994, h: 6).

2. Berdasarkan media komunikasinya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi :wacana lisan, wujudnya berupa sebuah percakapan struktural bahasa, mengacu pada struktur apa adanya sedangkan wacana nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian atau dialog yang lengkap dari awal sampai akhir dan satu penggalan ikatan percakapan (rangkaian percakapan yang lengkap, yang bisa memuat : situasi, maksud, rangkaian pengguna bahasa) dan wacana tulisan, yang berwujud sebuah teks atau bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang merupakan wacana, apabila teks hanya terdiri atas sebuah alenia, dapat dianggap sebagai satu kesatuan misi dan situasi yang utuh dan wacana yang dapat dibentuk oleh kalimat majemuk dengan subordinasi dan kordinasi (Fatimah Djajasudarma, 1994, h. 7 – 8).

3. Berdasar paparannya, merupakan tinjauan isi, cara penyusunan, dan sifatnya, yang meliputi :

(31)

b. Wacana Deskriptif yaitu rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya.

c. Wacana Procedural yaitu rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu cara berurutan dan secara kronologis.

d. Wacana Ekspositori yaitu tuturan yang bersifat menjelaskan sesuatu, berisi pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan, Wacana Hartatori yaitu tuturan yang berisi ajakan atau nasihat. e. Wacana Dramatik yaitu menyangkut beberapa orang penutur dan

sedikit bagian naratif.

f. Wacana Epistolari yaitu dalam surat – surat, dengan system dan bentuk tertentu.

g. Wacana seremonial yaitu wacana yang berhubungan dengan upacara adat yang berlaku, dimasyarakat bahasa, berupa nasehat atau pidato pada upacara perkawinan, kematian, syukuran dan sebagainya.

(Fatimah Djajasudarma, 1994, h. 8 – 13)

Wacana pada Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta termasuk kajian wacana bentuk

Ekspositori karena berisi tentang ajakan menjelaskan pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan.

(32)

tutur percakapan antara dua pihak yang berkepentingan, dialog (dua orang penutur) yaitu wacana yang berupa percakapan antara dua pihak, dan polilog (lebih dari dua penutur) yaitu wacana yang melibatkan partisipan pembicaraan didalam konversasi (Fatimah Djajasudarma, 1994. h. 14) Sunaryati Sutanto (19936, h 79) membedakan wacana atas sudut pandang, (a) penyajian, (b) tipe kalimat yang digunakan, (c) isi. Dari sudut pandang penyajian, wacana dibedakan atas wacana lisan dan wacana tulis, sementara dari sudut pandang tipe kalimat, wacana dibedakan atas wacana langsung dan wacana tidak langsung, sedangkan dari segi isinya, wacana dibedakan menjadi wacana narasi, procedural, ekspositori, hortatory, epistolary, ceremonial.

Berdasar tujuannya, karangan yang utuh atau wacana dapat dibedakan atas : 1. Eksposisi : dari sudut penulis untuk memenuhi keinginan memberi

informasi kepada orang lain, atau dari sudut pembaca keinginan untyuk memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal. 2. Argumentasi : dari sudut penulis keinginan untuk meyakinkan

pendengar natau pembaca mengenai suatu kebenaran dan lebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Dari pihak pembaca dan pendengar, mereka ingin mendapat kepastian tentang kebenaran itu. 3. Persuasi : wacana persuasive sebenarnya merupakan sebuah varian

(33)

4. Deskripsi : penulis atau pembicara keinginan untuk menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk serta wujud suatu barang atau objek serta mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal atau bunyi. 5. Narasi : penulis atau pembicara ingin menceritakan pada orang lain

kejadian – kejadian atau peristiwa yang terjadi, baik yang dialami sendiri atau yang didengarnya dari orang lain (Gorys Keraf, 1995, h. 6 – 7)

Sementara Holiday dan Hasan (1976, h. 10) tidak membuat klasifikasi wacana secara terperinci. Keduanya hanya menyebut adanya susunan yang ketat (high texture) dan susunan longgar (loose texture). Wacana dengan susunan ketat terjadi bila dalam suatu wacana terdapat banyak penanda hubungan, sedangkan dengan susunan bebas dan longgat bila dalam suatu wacana hanya terdapatsedikit pananda hubungan. Dari pemaparan tentang iklan tersebut diatas penulis mengambil kesimpulan tentang wacana yaitu bentuk lingual yang dalam hierarki kebahasaan menempati tataran yang tertinggi dan terlengkap.

D. Konsep Iklan

(34)

memperjelas istilah Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

1. Pengertian Iklan

Untuk mengetahui pengertian iklan, berikut ini dipaparkan beberapa definisi iklan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu Tams Djayakusukma memberi definisi tentang iklan ”Salah satu bentuk spesialisasi publistik yang mempunyai tujuan untuk mempertemukan sesuatu dengan pihak yang menawarkan sesuatu barang atau jasa dengan pihak lain yang membutuhkannya” (Tams Djajakusuma, 1982, h.9).

Haryo Kusumo memberikan pengertian tentang iklan sebagai berikut ”Reklame itu berasal dari kata re yang berarti berulang-ulang dan clamo berarti berseru”.

Jadi definisi iklan yang dikemukakan oleh Haryo Kusumo yaitu berseru berulang-ulang atau berteriak berulang-ulang tentang sesuatu.

S. Rekso Susilo CM membuat definisi tentang iklan berbeda dengan hasil definisi yang dikemukakan oleh Haryo Kusumo dan Tams Djayakusuma, karena cenderung kearah bisnis. Definisi yang dikemukakan ”Pemasangan sesuatu berita pada suatu media masa, dengan cara memberikan sesuatu bayaran agar berita disebar luaskan.

(35)

atau media massa dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada masyarakat luas ”, (1981, h. 45).

Definisi-definisi yang dilontarkan oleh para ahli ekonomi bangsa barat, di antaranya W.H van Bearste dan F.E. Holander, yang dikutip dari saduran Winardi sebagai berikut ”Iklan adalah sesuatu kekuatan menarik yang ditujukan kepada kelompok pembeli atau pemakai barang, tentang hal yang dilaksanakan oleh produsen atau pedagang serta jasa demikian dapat dipengaruhi oleh penjual barang-barang atau jasa dengan cara dan usaha yang bisa menguntungkan baginya.

Iklan merupakan komunikasi satu arah yang bersifat persuasif. Upaya paling besar yang sering dilakukan pembuat iklan yaitu, membuat sebaik dan semenarik mungkin agar pesan-pesan yang disampaikan dapat menarik dan diperhatikan oleh khalayak luas. Selanjutnya masyarakat tertarik akan barang yang telah ditawarkan dalam bentuk pesan iklan di media massa tersebut (Henry seputra, 1986, h.30).

(36)

2. Ciri-ciri Iklan

Ciri – ciri iklan yang dikemukakan oleh Tams Djayakusuma (1980, h.8) Membagi ciri iklan atau tulis atau berbahasa Jawa dalam Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta secara umum yaitu :

a) Menarik perhatian, maksudnya iklan harus mampu menarik perhatian masyarakat terhadap barang atau jasa yang telah ditawarkan oleh perusahaan lewat biro iklan dalam media cetak atau media dengar (radio) serta media visual (televisi)

b) Aktual, Maksudnya iklan dibuat sesuai dengan selera masyarakat pada waktu iklan dibuat dan disiarkan dalam suatu media massa.

c) Mudah dan bisa dimengerti oleh masyarakat luas, Maksudnya iklan dapat menimbulkan kesan dalam hati masyarakat yang mengetahui barang atau jasa yang ditawarkan oleh pihak produsen melalui media massa atau lewat biro periklanan.

d) Keterangan atas barang dan jasa yang ditawarkan itu dapat dipertanggung jawabkan keasliannya dan mutunya sesuai dengan apa yang telah ada dalam iklan atau promosinya dan juga tidak membohongi para pemakai barang atau jasa yang telah ditawarkan.

(37)

kata-kata yang lucu dan menarik. Sedangkan iklan yang berbentuk gambar atau reklame disertai gambar-gambar yang indah dan menarik.

f) Disesuaikan untuk mengalahkan pihak lain yang mengadakan persaingan. g) Dilakukan berulang-ulang untuk menimbulkan kesan kepada penikmat

atau pemakai barak supaya tidak berpihak kelain produk.

3. Golongan Iklan

Berdasarkan penggolongannya iklan dapat dibedakan menjadi tiga golongan. Baik dalam media cetak atau tulis (Koran, majalah, brosur), media visual, media dengan atau radio, mempunyai bentuk yang mirip dalam penggolongannya, (Haryo kusumo, 1990,h.9) yaitu:

1. Iklan yang bersifat pengumuman, diberitahukan untuk memberitahukan sesuatu hal kepada masyarakat luas.

2. Iklan yang sifatnya penawaran atau permintaan, bisa menawarkan atau minta tantang barang atau jasa.

3. Iklan yang sifatnya reklame, artinya iklan seperti ini isinya berupa pujian atau sanjungan terhadap sesatu barang atau jasa agar masyarakat tertarik untuk memiliki atau memakainya.

Berdasarkaan penggolongannya iklan tersebut diatas, maka penelitian ini mengarah pada golongan kedua yaitu golongan iklan yang sifatnya menawarkan barang atau jasa kepada masyarakat.

(38)

2009 di Surakarta yang disiarkan dalam media iklan, terutama ditinjau dalam segi ragam bahasa, struktur bahasa, tingkat tuturnya dan keunikan wacana iklan berbahasa jawa dalam Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

4. Syarat-syarat Menulis Iklan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun dan menulis iklan menurut Rhenald Kasali, (1995, h.35-36) adalah :

1) Memilih kata-kata yang tepat, menarik, singkat, sopan dan logis. 2) Disusun secara singkat dan menonjol pada bagian-bagian yang

dipentingkan.

3) Isinya sesuai dengan barang dan jasa yang ditawarkan.

4) Dapat membangkitkan keinginan masyarakat luas tentang sesuatu barang dan jasa yang ditawarkan.

5) Isi bahasa yang dipakai dalam iklan tidak merusak dan merugikan masyarakat.

(39)

Di samping berdasarkan dari sifat iklan, golongan syarat menulis iklan, Haryo Kusumo membedakan lagi menjadi tujuh bagian yaitu :

1) Iklan langsung, yaitu: iklan ditujukan kepada masyarakat luas dengan maksud agar dapat mengenai sasaran yaitu calon pembeli atau calon konsumen barang atau jasa telah diiklankan.

2) Iklan tidak langsung, adalah: iklan yang mencapai tujuannya dengan jalan berputar berdasarkan atas keinginan atau sifat konsumen.

3) Iklan sugestif, yaitu: iklan yang mencapai tujuan dan sasarannya dengan menarik public secara sugestif. Misalnya memberikan promosi ditempat yang ramai dengan memakai gambar-gambar atau poster-poster.

4) Iklan daktis, adalah: iklan yang ditujukan kepada pikiran atau pengertian seseorang.

5) Iklan perkenalan, adalah: iklan yang diadakan dengan maksud perkenalan barang-barang baru atau produk-produk baru.

6) Iklan persaingan, adalah: iklan yang menitikberatkan pada sifat-sifat barang yang mempunyai nilai lebih dari barang perusahaan lain dan memberi keuntungan yang lebih besar kepada pembeli atau pemakai produk. Misalnya menjual barang dengan disertai hadiah-hadiah serta pelayanan yang baik dan diberi garansi atas kwalitas barang-barang yang dijualnya.

(40)

Beberapa bentuk dan ragam iklan yang ada dan telah ditulis dalam Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta beraneka ragam. Dari keanekaragaman bentuk iklan itu ada beberapa iklan yang menarik, iklan yang mempunyai tingkat tutur jawa pada iklan berbahasa Jawa dalam Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta, serta iklan ditinjau dari struktur bahasa Jawanya. Hal tersebut merupakan pokok peneliti dalam penulisan tentang pemakaian bahasa Jawa dalam Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta yang bisa dikategorikan sebagai iklan yang menarik yaitu iklan yang mampu membuat penikmat Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta dibuat tertarik pada iklan yang baru saja dilihatnya. Kemudian adanya struktur bahasa dalam iklan berbahasa Jawa ini, merupakan klasifikasi iklan yang ditujukan kepada masyarakat konsumen produk yang ditawarkannya, sedang tingkat tutur dalam wacana iklan bertujuan agar iklan yang akan ditayangkan bisa mencapai sasaran yang tepat terhadap konsumen.

(41)

berulang-ulang berbentuk tulisan, gambar, animasi, promsi, suara, peragaan, sandiwara, debat, dan bentuk lainnya yag berisi ajakan, himbauan untuk memberikan dukungan kepada masyarakat. Kampanye adalah kegiatan untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program mengajak seseorang untuk memilih partai tertentu.

E. Sintaksis

Telah banyak ahli mengemukakan penjelasan atau batasan sintaksis. Antara lain ada yang mengatakan bahwa “syntax is the study of the patterns by which word are combined to make sentences” (Stryker, 1969:21); atau “the analysis of construction that involve only free forms is called syntax” (Bloch and Trager, 1942:71); ataupun “Sintaksis adalah bahagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat” (Ramlan, 1976:57).

Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa dan frase.

F. Pengertian Semantik

(42)

bahasa pada tingkat kedua, maka komponen makna menduduki tingkatan paling akhir. Hubungan ketiga komponen itu sesuai dengan kenyataan bahwa (a) bahasa pada awalnya merupakan bunyi-bunyi abstrak yang mengacu pada adanya lambang- lambang tertentu, (b) lambang-lambang merupakan seperangkat system yang memiliki tataan dan hubungan tertentu, dan (c) seperangkat lambang yang memiliki bentuk dan hubungan itu mengasosiakan adanya makna tertentu (Palmer, 1981:5).

Makna, sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar, sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling dimengerti, dalam keseluruhannyamemiliki tiga tingkatan keberadaan. Pada tingkat pertama, maka menjadi isi abstraksi dalam kegiatan bernalar secara logis sehingga membuahkan proposisiyang benar. Tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan. Pada tingkat ketiga, maka menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu.

Sejalan dengan keberadaan tiga tingkatan makna diatas, Profesor Samsuri (1985) mengungkapkan terdapatnya garis hubungan: ‘makna’--- ungkapan ----‘makna’. Apabila makna pada tingkatan pertama dan kedua berhubungan dengan penutur, maka pada tingkatan ketiga adalah makna yang hadir dalam komunikasi sesuai dengan butir informasi yang diperoleh penanggap.

(43)

benar; memahami makna pada tingkat kedua, menghasilkan pemahaman tentang cara menata struktur kebahasaan secara benar sehingga menghadirkan makna seperti yang diinginkan; dan memahami makna pada tingkat ketiga, menghasilkan pemahaman tentang cara mengungkapkan struktur kebahasaan itu dalam konteks komunikasi secara cepat.

Dalam pemakaian sehari-hari, kata makna digunakan dalam berbagai bidang maupun konteks pemakaian. Apakah pengertian khusus kata makna tersebut serta perbedaanya dengan ide, misalnya, tidak begitu diperhatikan. Sebab itu, sudah sewajarnya bila makna juga disejajarkan pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, maksud, filsafat, isi, dan pikiran.

Berbagai pengertian itu begitu saja disejajarkan dengan kata makna karena keberadaannya memang tidak pernah dikenal secara cermat dan dipilahkan secara tepat.

G. Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa. (Cook, 1971:39-40; Elson and Pickett. 1969:82).

Kalimat dipandang dari segi jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar. a. Kalimat tunggal, kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa

terikat. (Cook, 1971:38; Elson and Pickett, 1969:123).

(44)

c. Kalimat majemuk, kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas. Kalimat dipandang dari segi struktur internal klausa utama.

a. Kalimat sempurna, kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa bebas. (Cook, 1971:47). Oleh karena yang mendasari sesuatu kalimat sempurna adalah suatu klausa bebas, maka kalimat sempurna ini mencakup kalimat tunggal, kalimat bersusun dan kalimat majemuk. b. Kalimat tak sempurna, kalimat yang dasarnya hanya terdiri dari sebuah

klausa terikat, atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa (Cook, 1971:47).

Kalimat dipandang dari segi responsi yang diharapkan.

a. Kalimat pernyataan, kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu. (Cook, 1971:38;49).

b. Kalimat pertanyaan, kalimat yang dibentuk untuk memancing response yang berupa jawaban. (Cook, 1971:38;49).

c. Kalimat perintah, kalimat yang dibentuk untuk memancing response yang berupa tindakan. (Cook, 1971:38;49).

Kalimat dipandang dari segi sifat hubungan aktor-aksi.

a. Kalimat aktif, kalimat yang subyeknya berperanan sebagai pelaku atau aktor. (Cook, 1971:49).

(45)

c. Kalimat medial, kalimat yang subyeknya berperanan baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita. (Cook, 1971:49).

d. Kalimat resiprokal, kalimat yang subyek dan obyeknya melakukan sesuatu perbuatan yang berbalas-balasan. (Cook, 1971:49).

Kalimat dipandang dari segi ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verba utama.

a. Kalimat afirmatif, kalimat yang pada frase verbal utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur penindakan, ataupun unsur penyangkalan.

b. Kalimat negatif, kalimat yang pada frase verbal utamanya terdapat unsur negatif atau unsure penyangkalan.

Kalimat dipandang dari segi kesederhanaan dan kelengkapan dasar.

a. Kalimat formata, kalimat tunggal dan sempurna, yang terdiri dari satu dan hanya satu kalusa bebas (suatu klausa yang menurut criteria formal dapat berdiri sendiri dalam bahasa tertentu, sebagai suatu kalimat sempurna). Rangkaian atau perangkat kalimat yang tersusun rapih ini mengandung inti sebagai suatu anak-perangkat (subset).

b. Kalimat transformata, kalimat lengkap tetapi bukan kalimat tunggal. Kalimat transformata ini mencakup kalimat bersusun dan kalimat majemuk.

(46)

Kalimat dipandang dari segi posisinya dalam percakapan.

a. Kalimat situasi, kalimat yang memulai suatu percakapan. Kalimat situasi dapat berupa panggilan, salam, seruan atau jawaban yang berbentuk tetap terhadap salah satu dari ketiga itu.

b. Kalimat urutan, kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu pembicaraan tanpa mengganti pembicara. Serangkaian kalimat urutan menjelmakan wacana yang hidup atau continuous discourse.

c. Kalimat jawaban, kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu pembicaraan dengan pergantian pembicara.

Kalimat dipandang dari segi konteks dan jawaban yang diberikan.

a. Kalimat salam, suatu formula tetap yang dipergunakan pada pertemuan atau perpisahan, menimbulkan suatu balasan atau jawaban yang tetap yang sering merupakan ulangan dari salam tersebut.

b. Kalimat panggilan, kalimat pendek yang ditujukan untuk mendapat perhatian dan menimbulkan jawaban yang beraneka ragam, umumnya pertanyaan-pertanyaan singkat.

(47)

jawaban sama sekali, ataupun suatu jawaban yang berupa seruan atau suatu penguatan ulang.

d. Kalimat pertanyaan, kalimat yang menimbulkan suatu jawaban linguistik selain daripada jawaban-jawaban yang telah tetap bagi kalimat-kalimat salam, pangilan dan seruan. Pertanyaan-pertanyaan ditandai oleh prosodik serta pola susunan kata tertentu, dan oleh kata tugas yang disebut kata tanya atau interrogatory.

e. Kalimat permohonan, kalimat yang menagih responsi selain dari pada gerakan-gerakan tangan yang bias dilakukan untuk mengiringi salam dan panggilan. Responsi perbuatan tersebut dapat pula dibarengi oleh response linguistik tertentu.

f. Kalimat pernyataan, kalimat menuntut responsi linguistik atau non linguistik yang disebut tanda perhatian atau attention-signal. Kalimat-kalimat pernyataan inilah biasanya membangun bagian terbesar sesuatu wacana.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Data

(48)

bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta yang berbahasa Jawa.

B. Jenis Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data tulis berupa wacana yang mengandung dan menggunakan Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

D. Populasi Data

Edi Subroto (1992) menjelaskan bahwa, populasi adalah objek penelitian secara keseluruhan jumlah dari sasaran penelitian, baik berupa manusia, gejala- gejala maupun peristiwa (h: 32).

Mengenai kesatuan seperti tersebut diatas, maka penelitian dalam populasi ini adalah wacana bahasa jawa dalam Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

E. Sampel Data

(49)

mengutamakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan dan sifat-sifat penelitian yang mempunyai sangkut paut erat dengan tujuan dan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 1993, h: 29). Penelitian ini bersifat selektif, maksudnya tidak semua kalimat yang ada dalam hasil foto untuk menjadi anggota sampel. Peneliti berhak memilih dan menyeleksi sampel yang sesuai dengan maksud peneliti, dalam hal ini yang diambil sebagai sampel adalah sebagian dari wacana-wacana pemakaian bahasa Jawa pada Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

Data yang penulis gunakan sebagai sampel adalah pemakaian bahasa Jawa pada Penggunaan bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta. Data yang diambil sebagai sampel data ialah :

1. Iklan Caleg 2009 pada Siti Zulaikhah, SE Daerah Pilihan Pasar Kliwon-Serengan mengangkat kalimat TAKDONGAKKE DADI bertempat di depan Pom Bensin Bunderan Tipes, Jalan Veteran Surakarta.

2. Iklan Caleg 2009 pada RM. Kusrahardjo Calon anggota DPRD Kota Surakarta Daerah Pilihan Pasar Kliwon-Serengan mengangkat kalimat

HANGAYOMI HANGAYEMI bertempat di Jalan Veteran Surakarta.

3. Iklan Caleg 2009 pada baliho Reny Widyawati,SE Daerah Pilihan Pasar Kliwon-Serengan depan sebuah Sorum Mobil Suzuki mengangkat kalimat

DOLAN-DOLAN NENG ETAN KALI, CEPET-CEPET ENGGAL BALI,

MATI URIP NENG BUMI PERTIWI, AYO PADHA MILIH MBAK RENI

(50)

4. Iklan Caleg 2009 pada Djoko Sugiarto HS dan Ir. Eko Sarjonoputo, MM menggunakan kalimat NYUWUN PANGESTU yang terdapat di Jalan Yos. Sudarso Surakarta.

5. Iklan Caleg 2009 pada Hariyadi Saptono menggunakan kalimat AJA LALI LHO ! yang terdapat disebuah Jalan Yos. Sudarso Surakarta.

6. Iklan Caleg 2009 pada Abdulah A.A dan DRA Srimulyani, SH. menggunakan kalimat NGGIH NAPA NGGIH....yang terdapat pada kampung Sangkrah di Surakarta.

7. Iklan Caleg 2009 pada Sri Kusyanto menggunakan kalimat DHEMES

BUNG ...CAHE DHEWE...terdapat pada kampung Keprabon Surakarta.

8. Iklan Caleg 2009 pada Ayu Indriyah, GKR. Menggunakan kalimat

MIDER DESA MBANGUN BUDI PAKERTENING BANGSA terdapat pada

kampung Keprabon Surakarta.

9. Iklan Caleg 2009 pada Shokul Amin dan Sukmo Harsono menggunakan kalimat BALA DHEWE terdapat di kampung kepatihan Surakarta.

10.Iklan Caleg 2009 pada YF. Sukasno menggunakan kalimat KITA WUJUDKAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN MURAH...TANSAH

NYUWUN DUKUNGAN LAN DONGA PANGESTU...BERKAH

DALEM...AMIN.... terdapat di kampung kepatihan Surakarta.

11.Iklan 2009 pada MV.Erna Ms ,S.Miss mrenggunakan kalimat SEMBADA

(51)

12.Iklan Caleg 2009 pada Wiharto menggunakan kalimat SUMBUT, WELAS

SUGIH KADANG, URUT SEWELAS DICENTHANG terdapat di kampung

Jagalan Surakarta.

13.Iklan Caleg 2009 pada Wiharto menggunakan kalimat SAPA WELAS

SUGIH KADANG, ANGKA SEWELAS DICENTHANG terdapat di

kampung Jagalan Surakarta.

14.Iklan Caleg 2009 pada Marsudi, BAE mengunakan kalimat NIKI

KEMAWON BLESSS!!! NO10 terdapat di kampung Jagalan Surakarta.

15.Iklan Caleg 2009 pada Marsudi, BAE mengunakan kalimat BLIMBING

WULUH KECUT RASANE... COBLOS NOMER SEPULUH terdapat di

kampung jagalan Surakarta.

16.Iklan Caleg 2009 pada Dra. Hj. Maria Zuraida, M.Si menggunakan kalimat KANGGE CALON DPR-RI SUMONGGO PANJENENGAN KATURI MILIH KAWULO, MATUR NUWUN.... MUGI GUSTI ALLAH

S.W.T NGIJABAHI AMIN terdapat di kampung Baluwarti Surakarta.

17.Iklan Caleg 2009 pada Teguh Prakosa menggunakan kalimat ELING

WEWATESE AJA LALI CONTRENGANNE bertempat di kampung

Baluwarti Surakarta.

18.Iklan Caleg 2009 pada Reny Widyawati, SE menggunakan kalimat PASAR KLIWON CEDHAK NGGAJAHAN DALANE LEWAT TENGAH

LAPANGAN MELU PEMILU MILIH DEWAN RENY WIDYAWATI

(52)

19.Iklan Caleg 2009 pada Reny Widyawati menggunakan kalimat TUKU

MIE AYAM NENG MATAHARI BAKULE JENENGE MAS JONI AJA

LALI MILIH RENY WIDYAWATI PERJUANGANE WIS TERBUKTI

bertempat di Jalan Gatot Subroto Surakarta.

20.Iklan Caleg 2009 pada Dra. Hj. Maria Zuraida, M.Si menggunakan kalimat SUMANGGA MILIH PUNIKA bertempat di Jalan Panularan Surakarta. terdapat di Jalan DR. Rajiman Surakarta.

23.Iklan Caleg 2009 pada Ir. Ign Soewito menggunakan kalimat BERKAH

DALEM MBIRAT KANGSANGSARANING UMAT terdapat di Jalan DR.

Rajiman Surakarta.

24.Iklan Caleg 2009 pada Bambang Saptono menggunakan kalimat

BAMBANG NYUDA SENGSARA terdapat di Jalan DR. Rajiman

Surakarta.

25.Iklan Caleg 2009 pada Turmudi Partai Bulan Bintang menggunakan kalimat MBAK MASE....NYUWUN DONGA PANGESTU DALEM

(53)

26.Iklan Caleg 2009 pada Lieka A. Palli, SH menggunakan kalimat MUGI

PANJENENGAN LAN KULA SAGED NGGAYUH KARAHARJAN terdapat

di Kelurahan Karang Asem Laweyan Surakarta.

27.Iklan Caleg 2009 pada Romli Partai Keadilan Sejahtera menggunakan kalmat NANG KALILARANGAN TUKU SOTO KWALI WIS PKS TUR ROMLI terdapat di Jalan Jayengan Surakarta.

28.Iklan Caleg 2009 pada Bambang Murstadji DPRD Dapil Banjarsari menggunakan kalimat MATUR NUWUN ATAS DUKUNGANNYA terdapat di Jalan Sutarjo Banjarsari Surakarta.

29.Iklan Caleg 2009 pada DPRD Dapil Pasar Kliwon-Serengan menggunakan kalimat NYUWUN DONGA PANGESTU terdapat di Jalan Kapten Mulyadi Surakarta.

30.Iklan Caleg 2009 pada RM. Kusrahardjo menggunakan kalimat NYUWUN DONGA PANGESTU HANGLAJENGAKEN DADOS ABDINING WARGA

BRAYAT AGENG SURAKARTA bertempat di Jalan Veteran Surakarta.

31.Iklan Caleg 2009 pada H. M. Al amin, SE menggunakan kalimat AYO

PILIH CALEG NOMER SIJI BALA DHEWE bertempat di Jalan Moh.

Yamin Surakarta.

(54)

33.Iklan Caleg 2009 pada Reny Widyawati menggunakan kalimat

MLAKU-MLAKU NENG SERENGAN TUKU SERABI NOTOSUMAN MELU

PEMILU MILIH DEWAN RENY WIDYAWATI SING DADI PILIHAN bertempat di Kampung Makam Bergolo Serengan Surakarta.

34.Iklan Caleg 2009 pada Djoko Sugiarto H.S menggunakan kalimat TUKANG CUKUR AMPERA MEMBUAT RAKYAT SEJAHTERA daerah kampung Dawung Wetan Surakarta.

35.Iklan Caleg 2009 pada Honda Hendarto menggunakan kalimat ENENG SING CETHA, KOK MILIH SING PETENG APA ORA GELA SUK

MBENE...???!! di kampung Kentingan Jebres Surakarta.

36.Iklan Caleg 2009 pada Honda Hendarto menggunakan kalimat WONG SING NGERTI MESTI MILIH SING CETHA AMARGA WIS MAKARYA

NYATA di kampung Kentingan Jebres Surakarta.

37.Iklan Caleg 2009 pada Soni Warsito, A.Md menggunakan kalimat AJA

LALI MILIH SEDULURE DHEWE di Jalan Sabrang Lor Surakarta.

38.Iklan Caleg 2009 pada Domo Prasojo, S.Si. menggunakan kalimat

RUKUN AGAWE SANTOSA di Jalan Kentingan Jebres Surakarta.

39.Iklan Caleg 2009 pada Teguh Prakosa menggunakan kalimat MUNG...!!

YA IKI PILIHANKU di kampung Baluwarti Surakarta.

40.Iklan Caleg 2009 pada Reny Widyawati menggunakan kalimat TUKU

BAKMI NENG PASAR LEGI AJA LALI KARO MBAK RENY

(55)

Peneliti mengambil dari pemfotretan tersebut diatas, karena foto-foto tersebut peneliti anggap dapat mewakili, penggunaan bahasa Jawa ragam gambar atau foto yang masih berlaku dan digunakan oleh masyarakat sampai sekarang, selain itu gambar atau foto tersebut sudah dapat mewakili bahasa atau ragam bahasa, sehingga sah saja apabila gambar atau foto divisualisasikan atau bisa diambil sebagai data dalam penelitian ini.

Pengambilan sampel dengan memfoto ini didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa ragam gambar atau foto yang penulis sebut di atas cenderung mencerminkan bahasa resmi ragam gambar atau foto, sekurang-kurangnya merupakan ragam baku. Selain itu, dalam media tersebut khususnya didalam foto, disamping berita peristiwa juga dimuat tulisan menarik populer mengenai berbagai bidang pokok persoalan yang ditulis oleh orang mempunyai latar belakang sosial dan pendidikan berbeda. Bahasanya cenderung merupakan refleksi gambar atau foto yang sedang berlaku saat ini.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode adalah cara mendekati, mengamati, memfoto, menganalisis, dan menjelaskan sesuatu fenomena (Harimurti Kridalaksana, 1993, h.123). Di dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan metode simak, yaitu dilaksanakan dengan menyimak penggunaanbahasa (Sudaryanto,1993, h. 133).

(56)

penggunaan kalimat yang berhubungan dengan wacana khususnya tentang pemakaian bahasa Jawa pada Iklan kampanye Calon Legislatif Tahun 2009 di Kota Surakarta yang dijadikan sampel. Kemudian dilanjutkan dengan teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar berupa teknik sadap, teknik lanjutan dengan teknik catat. Teknik sadap yang dimaksud adalah dengan segala kemampuan peneliti menyadap sumber data memfoto pemakaian bahasa Jawa pada Iklan kampanye Calon Legislatif Tahun 2009 di Kota Surakarta sesuai dengan keperluan penelitian, kemudian diadakan pencatatan pada kartu data, baru kemudian diadakan klasifikasi data (Edi Subroto, 1993, h. 43).

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode distribusional, yaitu metode yang alat penentunya adalah unsur dari bahasa itu sendiri (Fatimah Djajasudarma, 1993., h, 62).

Teknik dasar yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik BUL cara kerja analisisnya adalah membagi satuan lingual dalamnya menjadi beberapa bagian atau unsure, dan unsur-unsur yang bersangkutan membentuk satuan lingual yang dimaksud. Sedangkan teknik lanjutnya adalah teknik lesap, teknik ganti, teknik balik.

(57)

sejak awal pengumpulan data, ditunjukkan dengan adanya survei awal oleh peneliti. Untuk menangani masalah-masalah yang sudah dirumuskan, digunakan metode agih dan metode padan. Yang dimaksud metode agih adalah dengan alat penentuan bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:15 ). Adapun yang dimaksud metode padan adalah metode dengan alat penentu dari luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13).

Dalam menguraikan bagian-bagian yang membangun objek kajian, digunakan metode agih. Teknik dasar yang diterapkan yakni teknik bagi unsur langsung (BUL). Dengan teknik ini objek kajian yang utuh dapat dipilah bagian Judul dan Isi. Adapun untuk mengenali fungsi setiap bagian objek kajian digunakan metode padan, Teknik dasarnya teknik pilah unsur penentu, dengan daya pilah referensial.

Uraian tipe-tipe sifat bentuk objek kajian dengan foto dan tipe-tipe hubungan objek kajian yang ada didalam foto dengan berita diterapkan metode padan. Teknik dasar yang dipergunakan adalah teknik dasar pilah unsur penentu, dengan daya pilah.

(58)

Secara sederhana oleh Miles dan Huberman (dalam Sutopo:94) dinyatakan bahwa terdapat dua model pokok dalam melaksanakan penelitian kualitatif, yaitu (1) model analisis jalinan atau mengalir (flow model of analisis) dan (2) model analisis interaktif.

Didalam model analisis jalinan tiga komponen analisisnya tersebut saling menjalin dan dilakukan terus-menerus didalam proses pelaksanaan pengumpulan data. Reduksi data sebagai komponen pertama bahkan sudah dilakukan sejak awal sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan. Kemudian proses itu dilanjutkan pada waktu pengumpulan data dilakukan. Kemudian proses itu dilanjutkan pada waktu pengumpulan data, dan secara erat saling menjalin dengan dua komponen analisis yang lain, yaitu sajian data, penarikan simpulan, dan verifikasinya.

Contoh : Iklan Kampanye Caleg Tahun 2009 di Jalan Gatot Subroto Singosaren Surakarta.

“AJA LALI LHO!”.

Pada kata aja lali mengandung arti mengingatkan apa yang telah disampaikan si pengucap pada tulisan tersebut.

Pada kata lho ! mengandung arti.mempertegas apa yang telah diutarakan dalam kata-kata.

(59)

Contoh: Iklan Kampanye Caleg Tahun 2009 depan Pom Bensin Bunderan Tipes di Jalan Veteran Surakarta.

“TAKDONGAKKE DADI”.

Pada kata takdongakke mengandung arti mendoakan. Pada kata dadi mengandung arti menjadi.

Jadi, pada Iklan di atas, mendoakan agar bisa menjadi apa yang di harapkan.

Contoh: Iklan Kampanye Caleg Tahun 2009 depan Pom Bensin Bunderan Tipes di Jalan Veteran Surakarta.

“ SEMBADA KINANTHI BUDAYA”.

Pada kata sembada mengandung arti memberikan pertanggung jawaban. Pada kata kinanhti budaya mengandung arti memberikan dengan budaya. Jadi, pada Iklan di atas, akan memberikan pertanggung jawaban dengan budaya.

(60)

“ RUKUN AGAWE SANTOSA”.

Pada kata rukun mengandung arti memberikan ketentraman, kedamaian dan kenyamanan.

Pada kata agawe santosa mengandung arti memberikan kesejahteraan.

Jadi, pada Iklan di atas, memberikan ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan.

Contoh: Iklan Kampanye Caleg Tahun 2009 terdapat di kampung Baluwarti Surakarta.

“ SUMANGGA PILIH PUNIKA”.

Pada kata sumangga mengandung arti mempersilahkan. Pada kata pilih punika mengandung arti memilih yang itu. Jadi, pada iklan di atas, mempersilahkan memilih yang itu.

Contoh: Iklan Kampanye Caleg Tahun 2009 di Jalan Sabrang Lor Surakarta.

“ AJA LALI MILIH SEDULURE DHEWE”.

Pada kata aja lali mengandung arti jangan lupa.

(61)

Jadi pada iklan di atas, jangan lupa memilih saudaranya sendiri.

Contoh: Iklan Kampanye Caleg Tahun 2009 terdapat pada kampung Keprabon Surakarta.

“MIDER DESA MBANGUN BUDI PEKERTINING BANGSA”.

Pada kata mider desa mengandung arti keliling desa

Pada kata mbangun budi mengandung arti membangun kebaikan Pada kata pekertining bangsa mengandung arti pengertian bangsa

Jadi pada iklan di atas, berkeliling desa membangun kebaikan dalam pengertian bangsa.

H. Metode Pemaparan Hasil

Metode yang digunakan dalam pemaparan hasil analisis data adalah metode informal, yaitu metode yang menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993, h. 145). Jadi yang dimaksud adalah bahwa pemaparan hasil analisis data menggunakan kata-kata yang sifatnya sederhana, agar mudah dipahami dan dimengerti.

C. Fungsi Penggunaan Bahasa Jawa pada Spanduk dan Baliho Kampanye Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

(62)

(Siti Zulaikhah, S.E. – Partai Kebangkitan Bangsa) Gambar foto di atas berfungsi menginformasikan. ”Saya doakan agar bisa jadi”.

Tuturan penulis (Siti Zulaikhah, S.E. – Partai Kebangkitan Bangasa) pada data (1) merupakan menunjukkan tentang keadaan Siti Zulaikhah, SE. Permasalahan yang diinformasikan oleh penulis kepada pembaca adalah bahwa ingin mendoakan biar pada pemilihan Calon Legislatif nanti bisa tercapai berkat doanya. Pada gambar terdapat angka satu yang dicentang, karena supaya teringat apa yang dipilihnya nanti teringat nomer satu pada gambar partai PKB.

(63)

(RM. Kusrahardjo – Partai Golongan Karya) Gambar foto di atas berfungsi menginformasikan. ”Mempersatukan melindungi”..

(64)

43.DOLAN-DOLAN NENG ETAN KALI, CEPET-CEPET ENGGAL BALI, MATI URIP NENG BUMI PERTIWI, AYO PODO MILIH MBAK RENI WIDYAWATI

(Reny Widyawati, S.E. – Partai Demokrat) Gambar foto di atas berfungsi mengajak. Kalimat diatas termasuk kalimat parikan.

Yang benar pada penulisan kalimat diatas adalah:

DOLAN-DOLAN NENG ETAN KALI, CEPET-CEPET ENGGAL BALI, MATI URIP NENG BUMI PERTIWI, AYO PADHA MILIH MBAK RENI WIDYAWATI

”Berpergian di timur sungai, cepat-cepat kembali, hidup mati dalam bumi pertiwi, mari bersama-sama memilih mbak Reni Widyawati”.

Tuturan penulis (Reny Widyawati, S.E – Partai Demokrat) pada data (3) difungsikan untuk mengajak untuk mencontreng yang telah diingatkan pada pemilihan Reny Widyawati, S.E. Kepada pembaca agar mencontreng yang telah diingatkan dari dewan pemilu Calon Legislatif 2009 di Surakarta.

(65)

(Djoko Sugiarto HS dan Ir. Eko Sarjonoputo, MM – Partai Golongan Karya)

Gambar foto di atas berfungsi memohon atau menyuruh. ”Meminta doanya”.

(66)

45.OJO LALI LHO !

(Hariyadi Saptono – Partai PDI Perjuangan) Gambar foto di atas berfungsi menginformasikan. Yang benar pada penulisan kalimat diatas adalah: AJA LALI LHO !

”Jangan lupa lho!”.

Tuturan penulis (Hariyadi Saptono – Partai PDI Perjuangan) pada data (5) menunjukkan tentang mengingatkan pada pemilihan Hariyadi Saptono. Permasalahan yang diinformasikan oleh penulis kepada pembaca adalah mengingatkan kepada pemilih bahwa diharinya nanti supaya memilih yang diingatkan. Dalam gambar memakai gambar punakawan yang menunjukkan persatuannya yang kuat dalam mengemban sebuah pengabdian yang erat.

(67)

(Abdulah A.A dan Dra. Srimulyani, SH – Partai Hanura) Gambar foto di atas berfungsi menginformasikan.

Yang benar pada penulisan kalimat diatas adalah: NGGIH NAPA NGGIH....

”Ya apa iya...”.

Tuturan penulis (Abdulah A.A dan Dra. Srimulyani, SH – Partai Hanura) pada data (6) menunjukkan tentang menyatakan pada pemilihan Abdulah A.A dan DRA Srimulyani, SH. Permasalahan yang diinformasikan oleh penulis kepada pembaca adalah menyatakan kepastian kepada pemilih yang akan dipilihnya nanti.

(68)

(Sri Kusyanto – Partai PDP)

Gambar foto di atas berfungsi menginformasikan. ”Bagus bung... saudaranya sendiri”.

(69)

48.MIDER DESO MBANGUN BUDI PAKERTENING BONGSO

(Ayu Indriyah, GKR. – Anggota DPD Jawa Tengah) Gambar foto di atas berfungsi menginformasikan. Yang benar pada penulisan kalimat diatas adalah:

MIDER DESA MBANGUN BUDI PAKERTENING BANGSA ”Menghadap desa membangun budi pengertian bangsa”.

Tuturan penulis (Ayu Indriyah, GKR. – Anggota DPD Jawa Tengah) pada data (8) menunjukkan tentang memberikan pengertian tentang pengertian terhadap bangsa pada pemilihan Ayu Indriyah, GKR. Permasalahan yang diinformasikan oleh penulis kepada pembaca adalah dengan cara melihat desa bisa membangun budi pengertian bangsa.

.

(70)

(Shokul Amin dan Sukmo Harsono – Partai Bulan Bintang) Gambar foto di atas berfungsi menginformasikan.

Yang benar pada penulisan kalimat diatas adalah: BALA DHEWE

”Saudara sendiri”.

(71)

50.KITA WUJUDKAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN MURAH...TANSAH NYUWUN DUKUNGAN LAN DONGA PANGESTU...BERKAH DALEM...AMIN....

(YF. Sukasno – Partai PDI Perjuangan)

Gambar foto di atas berfungsi memohon atau menyuruh.

”Kita wujudkan pendidikan dan kesehatan murah... dengan meminta dukungan dan doanya... semoga diberkatinya amin”.

Tuturan penulis (YF. Sukasno – Partai PDI Perjuangan) pada data (10) yang difungsikankan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat pada pemilihan YF. Sukasno. Kepada pembaca agar mendoakan agar bisa terwujud apa yang telah dicita-citakannya nanti.

(72)

(MV.Erna Ms. ,S.Miss – Partai PDP)

Gambar foto di atas berfungsi menginformasikan. Yang benar pada penulisan kalimat diatas adalah: SEMBADA KINANTHI BUDAYA

”Sembada kinanti budaya”.

Gambar

Gambar foto di atas berfungsi menginformasikan.
Gambar foto di atas berfungsi menginformasikan.
Gambar foto di atas berfungsi mengajak.
Gambar foto di atas berfungsi memohon atau menyuruh.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh infra red, breathing exercise, dan mobilisasi sagkar thorak terhadap pengurangan spasme otot bantu pernafasan, mengurangi derajat sesak

Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi dalam reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.. Suatu

[r]

menghasilkan geopolymer mortar dengan mutu tinggi untuk digunakan sebagai repair material. Adapun penelitian yang dilakukan adalah menyelidiki seberapa besar

[r]

Hasil pengambilan keputusan PT KAHAYAN HUTAN LESTARI telah “MEMENUHI” standar verifikasi legalitas kayu untuk seluruh norma penilaian setiap verifier dan dinyatakan

Mutasi C → T pada posisi 2713 (Gambar 3a) akan merobah sisi pemotong enzim AciI (C↓CCG) sehingga jika tidak ada mutasi sekuen akan terpotong jika direstriksi dengan enzim

Adapun judul penelitian yang dilakukan adalah Analisis Kualitas Air Dan Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Yang Bermukim Di Sekitar Sungai Way Kandis Kelurahan Rajabasa