• Tidak ada hasil yang ditemukan

CASE CORPORATE GOVERNANCE SALAH SAJI LAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CASE CORPORATE GOVERNANCE SALAH SAJI LAP"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

CASE CORPORATE GOVERNANCE

SALAH SAJI LAPORAN KEUANGAN PADA

KASUS PT KIMIA FARMA

OLEH :

Rhetno Wulansari (041042024)

Yanuar Firmansyah (041042031)

Anggit Cahyo Aji

(041042032)

MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

SALAH SAJI LAPORAN KEUANGAN PADA KASUS PT KIMIA FARMA

Pendahuluan

Semakin berkembangnya kejahatan akuntansi dalam korporat yang terjadi akhir-akhir sungguh luar biasa. Dari kejahatan yang sederhana hingga kejahatan yang kompleks dan terstruktur. Akibat dari adanya kejahatan tersebut, para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi akuntan publik sebagai pihak indepeden yang menilai kewajaran laporan keuangan. Akan tetapi apakah hal ini murni merupakan keslahan yang dilakukan oleh akuntan publik itu sendiri, atau dapat dikatakan bahwa Akuntan Publik saat ini sudah tidak dapat menjadi suatu kepercayaan dimata publik? Hal inilah yang akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini, dengan mengambil suatu naratif, suatu kejadian nyata di Indonesia pada PT. Kimia Farma Tbk.

Pada tahun 2002 ditemukan penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT. Kimia Farma tahun buku 2001, hal tersebut berawal dari temuan akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM) soal ketidakwajaran dalam laporan keuangan kurun semester I tahun 2001. Mark up itu senilai Rp 32,7 Milyar, karena dalam laporan keuangan yang seharusnya laba Rp 99,6 Milyar ditulisnya Rp 132,3 milyar, dengan nilai penjualan bersih Rp 1,42 trilyun. Untuk diketahui bahwa yang mengaudit tahun buku 2001 adalah kantor akuntan HTM itu sendiri, hanya berbeda partner. Pada tahun buku 2001 yang menjadi partner dari KAP HTM adalah Syamsul Arif, sedangkan yang menjadi partner KAP HTM dalam pengauditan semester I tahun buku 2002 adalah Ludovicus Sensi W. Menurut pihak PT. Kimia Farma menduga bahwa ketidakwajaran tersebut mungkin berbeda di pos inventory stock.

(3)

 Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT. Kimia Farma,

adapun dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba

bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7

milyar, yang merupakan 2,3% dari penjualan, dan 24,7% dari laba bersih PT. Kimia Farma Tbk.

 Selain itu kesalahan juga terdapat pada Unit industri bahan baku, kesalahan

berupa overstated pada:

o Unit industri bahan baku, kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp 2,7 miliar.

o Unit logistik sentral, kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar.

o Unit pedagang besar farmasi (PBF), kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 8,1 miliar.

o Kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

 Kesalahan-kesalahan penyajian tersebut dilakukan oleh direksi periode 1998 –

juni 2002 dengan cara:

o Membuat dua daftar harga persediaan yang berbeda masing-masing diterbitkan pada tanggal 1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002, dimana keduanya merupakan master price yang telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur Produksi PT Kimia Farma. Master price per-3 Februari 2002 merupakan master price yang telah disesuaikan nilainya (mark up) dan dijadikan dasar sebagai penentuan nilai persediaan pada unit distribusi PT Kimia Farma per 31 Desember 2001.

o Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit PBF dan unit bahan baku. Pencatatan ganda dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan.

(4)

adanya unsur kesengajaan membantu manajemen PT. Kimia Farma dalam penggelembungan keuntungan tersebut. Namun demikian proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya mark up laba yang dilakukan PT. Kimia Farma.

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan pasal 102 UU nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pasal 61 PP no.45 tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan bidang pasar modal maka PT. Kimia Farma Tbk, dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp 500 juta. Sesuai pasal 5 huruf N UU no.8 tahun 1995 tentang pasar modal maka:

 Direksi lama PT. Kimia Farma periode 1998 – juni 2002 diwajibkan membayar

sejumlah Rp 1 milyar untuk disetor ke kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per-31 Desember 2001.

 Ludovicus Sensi W rekan KAP HTM selaku auditor PT. Kimia Farma diwajibkan

membayar sejumlah Rp 100 juta untuk disetor ke kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai SPAP dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan.

Pembahasan

Terjadinya penyalahsajian laporan keuangan yang merupakan indikasi dari tindakan tidak sehat yang dilakukan oleh manajemen PT. Kimia Farma, yang ternyata tidak dapat terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan pada periode tersebut. Apakah hal ini merupakan kesalahan dari akuntan publik tersebut ? Padahal akuntan publik tersebut setelah diperiksa ternyata telah melaksanakan prosedur audit yang sesuai dengan SPAP. Jika melihat dari SA Seksi 230 paragraf 12 yang menyebutkan:

(5)

Seorang akuntan publik dalam melaksanakan auditnya pada umumnya berdasarkan kepada sampling, makanya ketika ditemukan di kemudian hari terdapat kesalahan yang tidak terdeteksi merupakan hal yang wajar, karena menurut SA Seksi 110 paragraf 1 menyebutkan: (1) Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Dengan melakukan sampling, otomatis terdapat suatu risiko untuk tidak terdeteksinya suatu kesalahan dalam laporan keuangan yang diaudit. Kalau begitu mengapa akuntan publik tersebut dikenakan sanksi untuk membayar sebesar 100 juta karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma tersebut ? Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut UU Pasar Modal tahun 1995, begitu menemukan adanya kesalahan, selambat-lambatnya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam. Maka jika akuntan publik yang tidak dapat mendeteksi adanya kesalahan penyajian tersebut ternyata baru menyadari adanya kesalahan yang tak terdeteksi tersebut setelah mengeluarkan opininya tetapi tidak segera melaporkannya dalam periode tiga hari, maka pantaslah akuntan publik tersebut dikenakan sanksi.

Berkaitan dengan sikap Skeptisme Profesional seorang auditor, sehingga jika akuntan publik tersebut tidak menerapkan sikap skeptisme profesional dengan seharusnya hingga berakibat memungkinkannya tidak terdeteksinya salah saji dalam laporan keuangan yang material yang pada akhirnya merugikan para investor.

Menurut pemaparan kasus diatas, akuntan publik tersebut setelah melalui proses penyelidikan ternyata tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan untuk membantu manajemen PT. Kimia Farma dalam penggelembungan keuntungan tersebut. Maka hal ini berarti tidak adanya masalah yang berkaitan dengan independensi seorang auditor, atau berarti auditor tersebut telah independen dalam melakukan jasa profesionalnya.

Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, bimbingan dan semangat-Nya kepada peneliti, selesailah penulisan skripsi dengan judul “Relevansi Nilai Aset Tidak Berwujud

Dan dengan hal ini pula, Sukarno dikenal sebagai pencipta dari Pancasila yang terdiri dari: Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau perikemanusiaan; Mufakat

ALUR ANALISIS DATA mulai mulai Tipe data Tipe data Nominal/ordinal Non Parametri k Non Parametri k Distribu si data Distribu si data Tidak normal Jumlah data Jumlah data >

Pengujian hipotesis atau teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan alat statistik regresi untuk menguji pengaruh variabel

Sehingga dengan perencanaan ini diharapkan sistem alur pengelolaan sampah mulai dari sampah masuk, letak penampungan sampah, tempat pemilahan sampah, tempat

independen dari ketuban pecah dini dan selaput ketuban yang tidak kuat. akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah

1) Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran memenyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, ketrampilannya telah bertambah, ia lebih

Fungsi otentikasi yang dibangun pada sistem yaitu sebagai sarana untuk membangun sebuah sistem database yang bersifat parallel (parallel DBMS) , dimana proses